You are on page 1of 14

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah salah satu sumber kehidupan yang sangat penting di bumi. Air berguna bagi
seluruhmahkluk hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan. Tanpa air kehidupan di bumi
akan sangat sulit. Sumber air adalah wadah air yang terdap asifikasi air dan pemanfaatannya
secara benar bagi seluruh mahkluk hidup. at di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Karena begitu
pentingnya, maka pengelolaan sumber-sumber air untuk menjaga kualitasnya sangat penting
untukdilakukan.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang
diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap d asifikasi air dan
pemanfaatannya secara benar bagi seluruh mahkluk hidup. alam kondisi alamiahnya Salah satu
hal yang sangat penting dalam pengelolaan air pengukuran kualitas air. Pengukuran kualitas air
sangat penting untuk mengetahui kadar dan kualitas air. Dengan mengetahui kualitas air kita
dapat menentukan klasifikasi air dan pemanfaatannya secara benar bagi seluru mahkluk hidup.
Upaya perbaikan lingkungan perairan untuk mewujudkan perikanan budidaya secara
berkelanjutan dan produktif kini mulai dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan alami yang
dibentuk oleh keragaman hayati. Perbaikan mutu lingkungan menggunakan teknologi tinggi
perlu mempertimbangkan berbagai faktor serta akan menambah biaya dan beresiko tinggi,
sedangkan pengelolaan secara alami merupakan alternatif paling baik. Tujuan studi ini adalah
menelaah kondisi kekayaan dan kestabilan perairan melalui analisis indeks biologi fitoplankton
serta analisis kualitas perairan untuk pengembangan perikanan budidaya yang produktif dan
berkelanjutan.






2

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis dapat merumuskan beberapa permaslahan yang sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran kualitas air?
2. Indikator apa saja yang diukur dalam pengukuran kualitas air?
3. Bagaimana cara mengetahui air yang baik untuk pembudidayaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran kualitas air
2. Untuk mengetahui indikator yang harus diukur untuk mengetahui kualitas air
3. Untuk mengetahui air yang cocok untuk pembudidayaan
1.4 Manfaat
kumManfaat yang diperoleh melalui prakti ini adalah:
1. Bagi diri sendiri
a. Dengan berada di lapangan mahasiswa dapat memperoleh pemberdayaan kualitas air.
b. Dalam pengukuran kualitas air peneliti tidak hanya dapat melakukan pengamatan
akan tetapi juga dapat mengetahui kelemahan atau kendala dalam melakukan
budidaya.
2. Bagi universitas
a. Untuk pembuatan laporan pihak lembaga Universitas dapat mengetahui cerminan
masalah/kendala yang ada pada proses budidaya perairan.







3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aquaculture
Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan
terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur berasal dari bahasa
Inggris aquakulture (aqua = perairan; culture = budidaya perikanan. Oleh karena itu akuakultur
dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan
produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya seperti pemeliharaan untuk memperbanyak
(reproduksi), menumbuhkan (growth) serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh
keuntungan.
Suatu perairan (laut, sungai danau atau waduk) memiliki produktivitas (bobot biomassa
biota per satuan volume air) alamiah tertentu dan dapat ditingkatkan puluhan hingga ribuan kali
melalui kegiatan akuakultur. Sebagai ilustrasi, suatu perairan waduk yang memilki luas
100.000m2 dan kedalaman 10 m atau volume 1.000.000 m3, ketika dikuras habis dan ikannya
ditangkapi semua diperoleh produksi 1.000 kg ikan maka produktivitas alamiah waduk tersebut
1.000 kg/1.000.000 m3 atau 0.001 kg/m3. Ketika diperairan waduk tersebut dibangun karamba
jaring apung berukuran 1m x 1m x 1m atau volume 1m3 dan dari karamba tersebut adalah 10
kg/m3.
Kegiatan akuakultur bisa berlangsung dalam bentang spasial demikian selama tersedia
sumber daya air yang memadai secara kuantitatif dan kualitatif. Di kawasan pegunungan,
perbukitan dan daratan tinggi terdapat sumber daya air berupa mata air, sungai (jeram) dan danau
daratan tinggi; di kawasan daratan rendah terdapat sungai (tenang), danau daratan rendah, rawa
dan sumur; di kawasan pesisir terdapat pantai, muara sungai dan rawa payau; di kawasan laut
terdapat perairan laut dangkal, teluk, selat dan perairan laut lepas/laut dalam. Perairan laut
dangkal biasanya berupa perairan karang dalam yang biasanya berupa reef flat dan laguna
(goba).
Berdasarkan posisi wadah produksi terhadap sumber air sehingga terdapat akuakultur
yang berbasiskan daratan (land-base aquakultur) dan berbasiskan perairan (water-base
aquakultur). Dalam land-base aquakulture unit budidaya berlokasi di daratan dan mengambil air
dari perairan didekatnya. Contohnya adalah kolam air tenang, kolam air deras, sawah dan
4

tambak. Berbeda dengan land-base aquakultur, unit budidaya water-base aquakultur
ditempatkan di badan perairan (sungai, saluran irigasi, danau, waduk dan laut) sehingga
merupakan suatu sistem yang terbuka (open system).
Komoditas yg dipelihara dipelihara dalam budidaya air tawar, payau dan marikultur
adalah spesies yg berasal dari habitat tersebut yg sudah beradabtasi dilingkungannya. Ex
bandeng dan udang windu merupakan spesies perairan payau ternyata dapat dibudidayakan di
perairan tawar. Komoditas air payau merupakan euryhaline, yakni spesies memiliki toleransi
terhadap salinitas dengan kiaran yang luas Habitat yang bersal dari air payau dipengaruhi oleh air
laut melalui fenomena pasang surut, dan lokasi umunya didominasi oleh mangrove.

2.2 Sumber daya air
Ketersediaan air secara kuantitatif maupun secara kualitatif adalah persayaratan untuk
bisa berlangsungnya kegiatan aquakultur. Berdasarkan kadar garamnya (salinitas), perairan di
permukaan bumi dibagi menjadi tiga golonganm, yaitu air tawar, air payau, dan air laut. Bentuk
perairan tawar tersebut dapat di kelompokan menjadi 1) aliran yang terdiri dari aliran sungai dan
irigasi, 2) genangan yang terdiri dari danau, wqaduk dan situ, 3) curahan yang berupa mata air,
air sumur (air tanah), dan air hujan. Air tawar memiliki salinitas 0-5 ppt (part per thousand), air
payau 6-29 ppt, dan air laut 30-35 ppt.
Dipermukaan bumi, perairan dibedakan berdasarkan salinitas atau kandungan garam
NaCl-nya menjadi perairan tawar, perairan payau dan perairan laut. Semua perairan tersebut
dapat dijadikan sumber air bagi kegiatan akuakultur. Berdasarkan sumber air yang digunakan
untuk kegiatan produksi akuakultur maka dikenal budidaya air tawar (freshwater culture),
budidaya air payau (brackishwater) dan budidaya laut (mariculture). Budidaya air tawar
dilakukan dengan menggunakan sumber air dari perairan tawar, sedangkan budidaya air payau
dan marikultur masing-masing menggunakan perairan payau dan laut sebagai sumber air.
Parameter kualitas air yang dapatdigunakan untuk keperluanperikanan dan peternakan diIndonesia sudah
dibuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5Juni 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Dalam peraturantersebut dibuat kriteria kualitas air berdasarkan golongan yaitu Golongan
A adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu,Golongan B adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, Golongan C
adalahkriteria kualitas air yang dapatdigunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan.
5

System aquakultur berbasiskan daratan terpisah dari perairan yang menjadi sumber air
system ini.penyaluran air dari perairan dilakukan dengan menggunakan saluran atau pipa.
Pengaruh dari perairan tersebut terhadap ikan dapat direkayasa bahkan dihilangkan (melalui
perlakuan air, meisalnya) sehingga system ini bersifat closed system. Berbeda dengan kelompok
pertama, system akuakulkttur pada kelompok kedua dilakukan pada badan air dan bersifat open
system.


















6

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
1. Thermometer
2. pH meter(kertas lakmus)
3. DO meter
4. Plankton net
5. Botol sampel plankton
6. HP
3.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur observasi dalam praktikum ini terdiri atas beberapa tahap yaitu sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan
a. Pada tahap ini praktikan mempersiapkan alat dan bahan praktek
b. Menentukan lokasi mana yang akan diteliti
2. Tahap pengumpulan data
a. Praktikan melakukan pengukuran kualitas air. Komponen yang diukur adalah
parameter fisik yakni suhu, kecerahan, bau, dan warna. Komponen lainnya adalah
parameter biologi yakni plankton dan parameter kimia yang meliputi oksigen terlarut,
pH, dan salinitas).
b. Praktikan kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengukuran.
3. Tahap identifikasi
Pada tahap identifikasi, praktikan mengidentifikasi komponen-komponen biotik dan
abiotik di lokasi yang diamati.



7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh melalui praktikum adalah sebagai berikut:

Pengukuran Suhu pH DO Kecerahan Plankton Salinitas Warna Bau
1 27 C 9,0
18.3
PMm
34 cm ada 0
Coklat disebabkan
oleh lumpur
Bau
lumpur
2 29 C 8.9
16.7
PMm
28 cm ada 0
Hijau disebabkan
oleh plankton
Bau
lumpur
3 29 C 8,9
17,6
PMm
29 cm ada 0
Hijau disebabkan
oleh plankton
Bau
lumpur


3.2 Pembahasan
Pada tanggal 19 maret 2012, saya melakukan praktikum pengukuran kualitas air di kolam
budidaya ikan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo pukul 10.00 WITA. Kolam yang
saya teliti berdiameter 5 m dengan kedalaman sekitar 1 m. Cara mengukur kualitas air adalah
dengan menggunakan alat ukur diantaranya termometer, pH meter(kertas lakmus) DO meter dan
botol sampel. Pengukuran dilakukan tiga kali secara berturut-turut.
Dalam pengukuran, suhu yang diperoleh secara berturut-turut adalah 27 C, 29 C, dan
29 C. Menurut Wibowo (2010), menyatakan bahwa stratifikasi suhu pada kolam dikelompokkan
menjadi 3, yaitu :
1. Lapisan epilimnion, yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan
suhu relatif kecil (dari 32C menjadi 28C).
2. Lapisan termoklin yaitu, lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu hangat tajam
(dari 28C menjadi 21C).
3. Lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu
sangat kecil, relatif konstan.
8

Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga
keberadaan oksigen melakukan proses metabolisme dan respirasi ikan akan mengalami
kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu besar
akan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan.
Sedangkan pH air secara berturut-turut adalah 9,0, 8,9, dan 8,9. Air murni terdiri dari ion
H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga PH air murni biasanya 7. Makin banyak ion OH-
dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi PH. Cairan demikian tersebut cairan alkalis .
sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam.
Sebagian besar danau ber-pH 6-9. Danau sadah (soda lake) ber-pH 11,5. Danau asam
dapat disebabkan karena hujan asam akibat populasi industri sehingga kapasistas buffer
menghilang. Danau di padang pasir Afrika Tengah (Danau Utah) = air yang masuk lebih kecil
dari jumlah air yang keluar, akibatnya menjadi danau yang alkali, sehingga variasi tanaman dan
hewan juga rendah.
Hasil pengukuran disolve oksigen atau DO secara berturut-turut adalah 18,3 PMm, 16,7
PMm, dan 17,6 PMm. Air yang sangat dingin mengandung kurang dari 5 % oksigen, akan
menurun jika suhu air bertambah dan akan berkurang jika dimanfaatkan untuk respirasi dan
dekomposisi kimia didalam air. Perairan dengan kadar O
2
tinggi, akan menyebabkan keragaman
organisme juga tinggi. Jika O
2
menurun, hanya organisme yang toleran saja yang dapat hidup di
tempat tersebut.
Variasi harian O
2
danau oligotroph biasanya rendah, sebaliknya danau eutroph (subur)
tinggi. Kadar oksigen diperairan yang eutroph pada siang hari akan tinggi karena banyaknya
fitoplankton dan tumbuhan yang berfotosintesis. Sebaliknya pada malam hari semua organisme
yang ada didalam air termasuk fitoplankton akan memanfaatkan oksigen yang ada didalam air
untuk respirasi. Hal inilah yang menyebabkan fluktuasi kadar oksigen di perairan tersebut
(Sudaryati, 1991).
Kecerahan secara berturut-turut adalah 34 cm, 28 cm, dan 29 cm. Menurud Pratama
(2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan ukuran transportasi perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan secchidisk. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang
9

diteruskan kedalam air dan dinyatakan dengan () dari beberapa panjang gelombang didaerah
spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter, jauh agak lurus pada
permukaan air. Stratifikasi kolom air pada perairan tergenang yang diakibatkan oleh inensitas
cahaya yang masuk ke perairan dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Lapisan eutropik
2. Lapisan kompensasi
3. Lapisan preufondal
Menurut Akrimi dan Subroto (2002), menyatakan bahwa kecerahan air berkisar antara
40-85 cm tidak menujukkanperbedaan yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau adalah
40-85 cm, dan pada musim hujan antara 60-80 cm, kecerahan air dibawah 100 cm tergolong
tingkat kecerahan rendah. Sedangkan menurut Barus (2002), menyatakan bahwa berdasarkan
intensitas cahaya perairan Bahari secara vertical dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu :
1. Zona eufotik
2. Zona disfotik
3. Zona afotikan
Dalam pengukuran diperoleh hasil bahwa air kolam mengandung plankton,
menggunakan plankton net no. 25. Sampel fitoplankton yang diperoleh diawetkan menggunakan
larutan MAF.Identifikasi jenis fitoplankton dengan bantuan mikroskop berpedoman pada Newel
dan Newel (1977), serta Yamaji (1976). Kemelimpahannya dihitung menggunakan rumus
counting cell (APHA, 1998). Analisis kuantitatif indeks biologi fitoplankton meliputi
perhitungan keragaman
Sedangkan salinitas air tidak ada, tetapi Menurut Agrifishery (2010), menyatakan bahwa
salinitas dapat dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut
refraktomter atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per
10

kilogram (ppt) atau promil (). Nilai salinitas untuk tawar biasanya berkisar antara 0-5 ppt
perairan payau biasanya berkisar antara 6-29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Kisaran salinitas pada budidaya ikan dalam tambak kisaran salinitas optimal pada 12-20
ppt dibutuhkan untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh dan air tambak (proses
osmoregulasi) energi yang didapat dari pakan digunakan secara maksimal Salinitas
menggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonfersi menjadi
karbondioksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan semua bahan anorganik
telah dioksida. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (). Nilai salinitas perairan
tawar biasanya kurang dari 5 perairan payau antara 0,50-30 dan perairan laut 30-40.
Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air tawar di sungai
(Pratama, 2009).
Warna air pada pengukuran pertama adalah coklat. Warna ini disebabkan oleh lumpur.
Pada pengukuran kedua air berwarna hijau disebabkan oleh plankton. Air kolam berbau seperti
bau lumpur.










11

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Cara pengukuran kualitas air adalah dengan menggunakan alat ukur diantaranya
Thermometer, pH meter(kertas lakmus), DO meter, plankton net, botol sampel
plankton,HP.
2. Komponen yang diukur dalam pengukuran kualitas air adalah parameter fisik yakni
suhu, kecerahan, bau, dan warna. Komponen lainnya adalah parameter biologi yakni
plankton dan parameter kimia yang meliputi oksigen terlarut, pH, dan salinitas.

5.2 Saran
Terkait dengan praktikum diatas maka penulis dapat menyarankan bagi pembaca agar
kiranya dapat menjaga dan melestarikan air. Kebersihan air merupakan salah satu syarat
pendukung dalam upaya pembudiyaan ikan baik air tawar maupun air laut. Terlepas dari hal itu,
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam segi penyusunan.
Oleh karenanya penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dalam upaya
perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.







12

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/37964561/Buku-Budidaya-Ikan.com
http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahankuliah/1_Teknologi_Pengelolaan_
Kualitas_Air_KUALITAS_AIR_DAN_PENGUKURANNYA.pdf
www.koi-s.org/...19-Konstruksi-Sistem-Filter-dan-Kualitas-Air-Kolam-Laporan-penelitian
kualitas kimia-fisik dan biologi air sungai..



















13

LAMPIRAN





14

You might also like