Hari/Tgl : Sabtu 10 November 2012 Waktu : 09.00 12.20 WIB Kelompok : 5 PJP : M. Arif Mulya, S.Si Asisten : Genny Anjelia Ebta Bramada
Aktivasi Enzimatis Mikroorganisme (Eksoenzim dan Endoenzim)
Data dan Hasil Percobaan Tabel 1 Hasil uji aktivasi enzimatis pada E.coli dan bacillus Uji Aktivitas Enzim Bakteri +/- Hasil Pengamatan Uji Amilolitik E. coli - Tidak terbentuk zona bening Bacillus sp + Terbentuk zona bening Uji Proteolitik E. coli + Terbentuk zona bening Bacillus sp + Terbentuk zona bening Uji Oksidase E. coli - Tidak berwarna-merah Bacillus sp + Terbentuk warna merah Uji Katalase E. coli - Tidak ada gelembung Bacillus sp + Ada gelembung
a b Gambar 1 Hasil uji enzimatis pada E.coli dan bacillus (a) sebelum ditambahkan larutan iodin dan (b) sesudah ditambahkan larutan iodin.
a b Gambar 2 Hasil uji aktivitas enzimatis pada E.coli dan bacillus (a) sebelum ditambahkan HCl dan (b) setelah ditambahkan larutan HCl.
Gambar 3 Pengamatan Uji Katalase pada E. coli dan Bacillus
Gambar 4 Pengamatan Uji Oksidase pada E.coli dan Bacillus
Pembahasan Mikroba merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Mikroba memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan sehingga dapat mengkultivasi, mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakter dan ciri yang berbeda didalam pertumbuhanya. Karakteristik pertumbuhan mikroba yang menyebabkan bermacam-macam media penunjang pertumbuhan (Alina 2003). Prinsip pengamatan aktivitas mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks dari molekul yang sederhana, hasil sampingan yang dihasilkan metabolisme mikroorganisme yang dapat membantu untuk identifikasi (Ramaisyah 2001). Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap (Winarno 1992). Berdasarkan tempat bekerjanya jenis enzim terbagi menjadi dua yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim merupakan enzim yang bekerja didalam sel. Endoenzim selain bersifat anabolik dapat juga bersifat katabolik, sedangkan eksoenzim yaitu enzim yang disekresikan ke luar sel dan berdifusi ke dalam media. Sebagian besar eksoenzim bersifat hidrolitik artinya bahwa eksoenzim bekerja menguraikan molekul kompleks menjadi molekul sedarhana molekul kecil ini kemudian memasuki sel dan dapat digunakan untuk kepentingan sel (Waluyo 2004). Uji amilotik menggunakan media pati. Pati merupakan senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa yang bercabang-cabang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim amilase yang akan menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), selanjutnya menjadi maltose dan hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk kedalam sel. Amilum akan bereaksi dengan iodin membentuk waran biru hitam/ungu. Hal tersebut menunjukan aktivitas amilase (Backmann 2006). Pada percobaan juga dilakukan penuangan larutan iodine yang bertujuan untuk membuktikan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah bakteri Amilolitik. Jika terhidrolisis, maka daerah di sekeliling koloni akan terlihat sebagai areal bening, sebagai akibat aktivitas enzim amilase. Areal yang berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati, dan Areal yang berwarna biru menunjukkan bahwa pati tidak terhidrolisis (Waluyo 2004). Pati yang berikatan dengan Iodin (I 2 ) akan menghasilkan warna biru. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuk warna biru (Winarno 1992). Berdasarkan percobaan uji amilolitik pada bakteri terlihat bahwa bakteri E.coli menujukan hasil yang negatif dikarenakan amilum tidak bereaksi kuat dengan iodin sehingga tidak terbentuk warna hitam atau ungu. Pada Bacillus menunjukkan hasil yang positif, karena mengandung amilum. Karena amilum dapat berekasi kuat dengan lugols iodin. Tujuan uji proteolitik adalah mengetahui kemampuaan mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler. Pada praktikum digunakan media NA yang kemudian ditambah susu/ skimmilk sehingga terjadi hidrolisis kasein yang mengalami proses peptonisasi. Enzim protease merupakan enzim penghidrolisis protein, yaitu enzim yang memutus ikatan peptida pada rantai protein sehingga dihasilkan asam amino atau peptida berantai pendek. (Backmann 2006). Pada percobaan uji proteolitik pada E.coli dan Bacillus menunjukkan hasil yang positif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Seharusnya baik E.coli atau Bacillus memberikan hasil yang negatif. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan pada saat pengerjaan uji proteolitik yang membuat hasil menjadi positif Yang memiliki peranan penting dalam transport elektron selama respirasi aeorob yaitu enzim oksidase. Sitokrom oksidase mengkatalis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul oksigen. Mikroorganisme ini menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan energi. Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom dari rekasi yang ditimbulkan pemberian reagen pada oksidasi bakteri, reagen akan mendonorkan elektron pada enzim sehingga akan terbentuk warna biru kehitaman atau ungu (Ramaisyah 2001). Pada percobaan uji oksidase bakteri E.coli menunjukkan hasil yang negatif dan bakteri Bacillus memeberikan hasil yang positif Pada percobaan uji katalase, bakteri E.coli memberikan negatif karena tidak menghasilkan gelembung gas. Bakteri Bacillus memberikan hasil positif mengandung enzim katelase karena menghasilkan gelembung gas. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa bakteri Bacillus mampu menghasilkan enzim katalase karena mampu menguraikan peroksida toksik menjadi air dan oksigen (Darnell 2003). Setiap bakteri mempunyai suatu enzim yang tergolong flavoprotein yang dapat bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa beracun yaitu hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) dan suatu radikal bebas yaitu superoksida (O 2 - ). Bakteri yang bersifat aerobik dan bersifat anaerobik aerotoleran mempunyai enzim katalase yang dapat memecah H 2 O 2 dan enzim superoksida dismutase yang memecah radikal bebas tersebut. Bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif juga mempunyai enzim superoksida dismutase, tetapi tidak mempunyai enzim katalase, melainkan mempunyai enzim peroksidase yang mengatalisis reaksi antara H 2 O 2 dengan senyawa organik, menghasilkan senyawa yang tidak beracun. Reaksinya adalah sebagai berikut (Fardiaz 1992) :
H 2 O 2 + senyawa organik
senyawa organik teroksidasi + H
2 O (Fardiaz 1992)
Simpulan Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa bakteri E.coli tidak mengandung enzim amilase, oksidase, dan katalase, sedangkan bakteri Bacillus mengandung semua enzim yaitu enzim amylase, protease, katalase dan oksidase
Daftar Pustaka Alina A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Jurnal Balai Penelitian Bioteknologi Dan Sumber Daya Genetika Pertanian.Vol 9.No 2 Backmann A. 2006. Carbohydrate metabolism in bacteriause of differences in carbohydrate metabolism for identifying bacteria. USA: Caister Academic Press Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Ramaisyah. 2001. Aktivitas Biokimia Mikroorganisme. Jakarta: Erlangga Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: UGM-Press Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama