You are on page 1of 17

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN REGIONAL

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BARITO KUALA,


KALIMANTAN SELATAN








DI SUSUN OLEH:
1. KINANTI NAWANG WULAN B01112039
i. MUHAMMAD RIDWAN
ii. HERUANDRA




KELAS B
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul "Analisis sektor unggulan di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Erni Panca selaku dosen pengampu mata kuliah ekonomi pembangunan regional
2. Teman- teman civitas jurusan Ilmu Ekonomi untan 2012
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.


Pontianak, 7 April 2014


Penulis









DAFTAR ISI






















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis dan sektor
non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan
dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional
maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan
unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama
yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Inti
dari teori basis ekonomi menurut Arsyad, dalam Sadau (2002) menyatakan bahwa faktor
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan
sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu
dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil
produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini digunakan untuk
menentukan sector basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat
keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Pentingnya
ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten)
dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas
sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua
komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain
itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing
secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar
sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih effisien dan terfokus (Handewi, 2003).
Provinsi Kalimantan Selatan daerahnnya kaya akan hasil buminya, baik sektor migas
maupun non migas. Dalam catatan sejarah Kalimantan Selatan, pernah sebagai daerah
pemasok lada di nusantara untuk kawasan indonesia bagian tengah. Pada abad ke -19
Kalimantan Selatan juga menjadi penghasil emas hitam atau batu bara sehingga ditinjau
dari aspek ekonomi Kalimantan Selatan sangat menjanjikan bagi kehidupan sosial
masyarakat.
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang
mayoritas masyarakatnnya bergerak dalam sektor pertanian perkebunan, dan banyak
sekali terdapat lahan kosong, sampai dirumah penduduk dibelakang rumahnnya di
temukan lahan Barito kuala tercatat pada tahun 2009 berhasil berswasembada beras.
sebuah prestasi yang tentunya memberikan dampak yang sangat besar kontribusinya
dalam peningkatan kualitas pertanian. Selain itu dari segi perkebunan, karet dan sawit
juga menjadi prioritas untuk digalakkan penanamannya. Walaupun sedikit warga yang
menanam tanaman perkebunan yang akan menghasilkan keuntungan yang tinggi ini.
Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan
dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah.
Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang
memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga
berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penetapan komoditas
unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap
pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni,
2005). Komoditi unggulan merupakan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif
dan daya saing yang tinggi terhadap komoditas sejenis pada suatu daerah dibanding
daerah lain. Pada era globalisasi, setiap komoditas dituntut untuk memiliki daya saing
dalam pasar, baik pasar domestik maupun internasional. Hal ini berarti setiap komoditas
harus mampu bersaing dengan komoditas lain di daerah yang sama atau komoditas yang
sama di daerah lain. Kemampuan daya saing setiap komoditas ditandai dengan
penerimaan yang diperoleh pelaku ekonomi. Penerimaan akan lebih besar diperoleh dari
komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing dari pada komoditas
biasa (Darmawansyah, 2003). Pengembangan suatu komoditas unggulan sebaiknya
dilakukan pada daerah yang memang menunjang terhadap pengembangan komoditas
tersebut, baik dari aspek tanah/alam, iklim, sosial budaya, maupun kebijakan pemerintah
yang berlaku pada daerah pengembangan. Pengembangan komoditas unggulan akan
berlangsung dengan baik apabila semua aspek saling mendukung satu sama lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. PDRB Kalimantan Selatan dan PDRB Kabupaten Barito kuala dalam segi lapangan
usaha
2. Mengidentifikasi sektor-sektor basis maupun non basis di Kabupaten Barito Kuala
3. Mengidentifikasi komoditi dari subsesktor sektor basis yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten Barito Kuala
4. Kebijakan apa yang dapat dilakukan agar komoditi unggulan tersebut dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barito Kuala
1.3 MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
analisis mengenai perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Barito Kuala.
2. Bagi mahasiswa yang lain dapat menjadi proses pembelajaran dan pengkajian dengan
menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta tercipta output yang dapat
dijadikan sumber data, informasi, serta literatur bagi kegiatan penulisan maupun
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala, dapat menjadi bahan masukan
dalam mengelola dan mengembangkan wilayahnya berdasarkan potensi yang ada





BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 PDRB KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN LAPANGAN USAHA
Pada dasarnya besarnya PDRB Kalimantan Selatan didominasi oleh empat sektor usaha yaitu
pertambangan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 24,42%, lalu sektor
pertanian sebesar 20,10%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,36%, dan sektor
jasa-jasa sebesar 10,69%. Sedangkan keempat sektor lainnya bila diakumulasikan
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 29,44%. Berikut merupakan data
PDRB Kalimantan Selatan berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 tahun
2009- 2012 dalam jutaan rupiah.

LAPANGAN USAHA
Prov. Kalimantan Selatan
2009 2010 2011 2012
Sektor Bangunan 1603456,8 1707343,74 1838543,18 2019648,46
Sektor Industri Pengolahan 3157342,87 3247973,75 3351184,86 3485904,61
Sektor Jasa-Jasa 2602535,47 2815703,36 3061388,96 3322737.4
Sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
1175552,14 1260123,08 1342551,05 1452927,41
Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih
144309,45 155552,82 166337,95 177866,82
Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
2522354,93 2684843,7 2872516,05 3075250,68
Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran
4426975,4 4731901,96 5120553,99 5631058,69
Sektor Pertambangan dan
Penggalian
6331865,08 6811199,68 7256241,35 7411442,64
Sektor Pertanian 7087238,41 7259481,76 7543532,15 7836475,96
PDRB KALIMANTAN
SELATAN 29051630,55 30674123,85 32552849,54 31090575,27
Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan
Dari data PDRB Kalimantan Selatan diatas dapat diketahui bahwa semua sektor selalu
mengalami peningkatan dari tahun 2009- 2012. Pada tahun 2009- 2012 sektor pertanian
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kalimantan Selatan. Sektor pertambangan
dan penggalian di urutan kedua, sedangkan sektor perdangangan, hotel, dan restoran
menempati urutan ketiga.

2.1.2 PDRB KABUPATEN BARITO KUALA BERDASARKAN LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 ( DALAM JUTAAN RUPIAH )


LAPANGAN USAHA
Kab. Barito Kuala
2009 2010 2011 2012
Sektor Bangunan 189681,6 201554,65 215374,6 230512,62
Sektor Industri Pengolahan 492106,61 473962,01 484025,32 498294,67
Sektor Jasa-Jasa 159440,18 174104,66 190068,71 206062,74
Sektor Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
60849,53 67557,5 75197,77 84571,73
Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih
3015,2 3242,69 3511,23 3864,58
Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
29517,25 30165,66 31990,7 34089,86
Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran
289869,79 315565,09 324966,85 336308,96
Sektor Pertambangan dan
Penggalian
0 20 20,71 22,22
Sektor Pertanian 658002,8 688782,08 729450,61 779225,03
PDRB KAB BARITO KUALA 1882482,96 1954954,34 2054606,5 2172952,41
Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan

Data diatas merupakan PDRB Kab Barito Kuala tahun 2009-2012 atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009-2012. Kesembilan sektor selalu mengalami peningkatan dari tahun 2009-
2012 walaupun bukan merupakan peningkatan yang drastis. Dari data diatas dapat
didiketahui bahwa terdapat 3 sektor yang memberikan konstribusi terbesar terhadap PDRB
kabupaten Barito Kuala yaitu: sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor Industri
pengolahan. Dilihat dari segi kontribusinya terhadap PDRB, sektor pertanian merupakan
sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB kabupaten Barito Kuala dari
tahun 2009-2012.


2.2 PENENTUAN SEKTOR BASIS DAN NON BASIS KABUPATEN BARITO
KUALA TERHADAP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki kabupaten Barito Kuala yaitu sektor
mana yang merupakan sektor basis dan non basiis digunakan analisis Location Quotient
(LQ). Yang menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor antara
kabupaten barito kulala dengan kemampuan sektor yang sama pada provinsi Kalimantan
Selatan. LQ diinterpretasi dengan menggunakan kriteria (Ron hood, 1988 dalam Sari 2010)
sebagai berikut:
LQ >1 menunjukkan terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah dibandingkan dengan
keseluruhan wilayah. Hal ini berarti komoditas i disuatu wilayah merupakan sektor basis
yang berarti komoditas i di wilayah itu memiliki keunggulam komparatif.
LQ =1, merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki
keunggulan komparatif, produksi komoditas yang dihasilkan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.
LQ <1, merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki
keunggulan komparatif, produksi komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan
sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah.
Untuk menentukan komoditas unggulan di suatu wilayah maka nilai LQ dari komoditas
tersebut harus lebih besar daripada 1 .Perbandingan relatif ini dapat dinyatakan dengan rumus
(Warpani, 1984, 68) sebagai berikut:

LQ = PDRB sektor i di Kabupaten Barito Kuala/ PDRB total di Kabupaten Barito Kuala
PDRB sektor i di Kalimantan Selatan/ PDRB total di Kalimantan selatan

Berikut merupakan data olahan perhitungan indeks LQ 9 sektor di kabupaten Barito
Kuala terhadap Kalimantan selatan tahun 2009- 2012 ( perhitungan pertahun terdapat pada
lampiran)


INDEKS LOCATION QUOTIENT (LQ) KABUPATEN BARITO KUALA
TERHADAP KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009-2012

Sektor
INDEKS LOCATION QUOTIENT (LQ)
2009 2010 2011 2012
Sektor Bangunan 1,82561 1,85505 1,85601 1,80757
Sektor Industri Pengolahan 2,40534 2,29306 2,28839 2,26385
Sektor Jasa-Jasa 0,94545 0,97165 0,98368 0,98215
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,79883 0,84245 0,88743 0,92184
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 0,32245 0,03280 0,33445 0,34410
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0,18060 0,17655 0,17645 0,17556
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,01050 1,04794 1,00550 0,94586
Sektor Pertambangan dan Penggalian - 0,00005 0,00005 0,00005
Sektor Pertanian 1,43282 1,49094 1,53208 1,57440

Pada tahun 2009 terdapat 4 sektor yang merupakan sektor basis di kab Barito Kuala
yaitu sektor bangunan, sektor industri pengolahan, sektor PHR, dan sektor pertanian. 5 sektor
lainnya tidak termasuk sektor basis karena memiliki nilai dibawah 1. Tahun 2009 Sektor
Industri pengolahan memimpin dengan angka 2,40 diikuti dengan sektor bangunan, sektor
pertanian dan sektor PHR. Pada tahun 2010, keempat sektor tersebut masih sebagai sektor
basis di kab Barito kuala, namun terjadi penurunan pada sektor industri pengolahan karena
terjadinya penurunan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB. Kemudian pada tahun 20101
terjadi penurunan pada sektor pengolahan dan perdagangan sedangkan kedua sektor lainnya
masih stabil dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pdrb. Pada tahun 2012,
terjadi penurunan pada sektor perdagangan, Hotel, dan restoran (PHR) sehingga sektor ini
tidak lagi merupakan sektor basis. Ketiga sektor lainnya masih termasuk kategori sektor basis
walaupun terjadi penurunan pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor
pertanian menunjukkan kenaikan setiap tahunnya, walaupun bukan merupakan kenaikan yg
terlalu besar namun dapat tidak menutup kemungkinan bahwa sektor pertanian ini akan terus
melonjak di tahun- tahun berikutnya. Kenaikan ini berdampak positif terhadap PDRB kab
Barito kuala sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggul di
kabupaten ini.

2.3 Subsektor sektor basis yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Barito
Kuala
Dari perhitungan LQ sebelumnya, telah diketahui bahwa sektor pertanian merupakan
sektor basis di kabupaten Barito Kuala. Pertanian memiliki lima subsektor antara lain: bahan
pangan dan holtikura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan perhutanan. Disini kami
mengambil sample subsektor terbesar yaitu subsektor bahan pangan dan holtikura yang
terdiri dari beberapa komoditi. Berikut merupakan data produksi subsektor pertanian di kab
Barito kuala dan Kalimantan selatan (dalam ton) tahun 2009- 2012
SEKTOR PERTANIAN PERSUBSEKTOR DI KALIMANTAN SELATAN 2009
(DALAM TON)

KOMODITI
KALIMANTAN SELATAN
2009 2010 2011 2012
PADI
1956993 1842089 2039116 2086221
JAGUNG
113885 116449 99779 112066
KEDELAI
3838 3809 4376 3860
KACANG TANAH
15221 14445 12181 12377
UBI KAYU
121656 76202 86504 90043
UBI JALAR
29968 25007 23918 19608
Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan
Sektor pertanian di kalimantan selatan
Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan

SEKTOR PERTANIAN PERSUBSEKTOR DI KABUPATEN BARITO KUALA 2009
(DALAM TON)

KOMODITI
KABUPATEN BARITO KUALA
2009 2010 2011 2012
PADI
317605 329089 342869 365627
JAGUNG
89 442 197 403
KEDELAI
1 20 2 5
KACANG TANAH
38 27 0 12
UBI KAYU
4551 4855 4084 4187
UBI JALAR
523 364 254 212







.Sumber: Data bps kalimantan selatan yang telah diolah

Perhitungan LQ komoditi pertanian di kabupaten Barito Kuala terhadap Kalimantan Selatan
dilakukan untuk menentukan komoditi terunggul dari sektor pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan. Perhitungan indeks LQ dilakukan dengan rumus:

LQ = PDRB komoditi i di Kabupaten Barito Kuala/ PDRB total sektor pertanian di Kabupaten Barito Kuala
PDRB komoditi i di Kalimantan Selatan/ PDRB total sektor pertanian di Kalimantan selatan

Berikut merupakan perhitungan indeks LQ komoditi pertanian di Kab Barito Kuala terhadap
Kalimantan Selatan tahun 2009-2012

Pada tahun 2009, terdapat tiga komoditi yang basis di Kab Barito Kuala yaitu
Komoditi padi ( penjumlahan padi ladang dan padi sawah) ubi kayu dan ubi jalar. Namun 3
tahun berikutnya, hanya komoditi padi yang terus menunjukkan eksistensinya sebagai
komoditi basis di sektor pertanian . Kabupaten ini mampu memberi kontribusi sebesar hampir
20% dari total produksi padi di Kalimantan Selatan. Pada tahun 2004, total produksi padi di
KOMODITI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BARITO KUALA DAN KALIMANTAN SELATAN
HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2009-2012 (dalam Juta rupiah)

KOMODITI
KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN
2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
PADI 83395,52 863529,54 899688,26 959405,25 5135149,63 4833641,54 5350640,38 5474243,9
JAGUNG 103,09 511,98 228,19 466,81 131916,41 134886,37 115577,01 129809,41
KEDELAI 2,31 46,17 4,62 11,54 8859,37 8792,43 10101,25 8910,15
KACANG TANAH 216,92 154,12 0 68,5 86886,49 82456,83 69533,17 70652
UBI KAYU 4224,83 4507,04 3791,3 3886,92 112936,91 70740,6 80304,26 83589,62
UBI JALAR 581,84 404,95 282,58 235,85 33339,4 27820,29 26608,78 21813,9
TOTAL 88524,51 869153,8 903994,95 964074,87 5509088,21 5158338,06 5652764,85 5789018,98
KOMODITI LQ2009 LQ2010 LQ2011 LQ2012
PADI 1,01 1,06 1,05 1,05
JAGUNG 0,05 0,02 0,01 0,02
KEDELAI 0,02 0,03 0,00 0,01
KACANG TANAH 0,16 0,01 0,00 0,01
UBI KAYU 2,33 0,38 0,30 0,28
UBI JALAR 1,09 0,09 0,07 0,06
Kabupaten Barito Kuala adalah sebesar 269.198 ton. Sedangkan total produksi padi di
seluruh Kalimantan Selatan adalah 1.403.249 ton (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Barito Kuala). Sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Barito Kuala merupakan salah
satu wilayah produksi dan penyangga ketahanan pangan yang penting bagi Kalimantan
Selatan
2.3.1 Padi sebagai komoditi unggulan di kabupaten Barito Kuala
Pertanian merupakan sektor potensial di Kabupaten Barito Kuala, dengan luas sawah pasang
surut mencapai 101.424 Ha. Dari luas sawah tersebut, memberikan hasil 317.605 ton gabah
kering giling di Tahun 2009. Hal ini menjadikan Kabupaten Barito Kuala sebagai penghasil
beras terbesar di Kalimantan Selatan yang mampu menyumbang kurang lebih 18,87% dari
total produksi Kalimantan Selatan. Dari data dibawah ini terlihat jelas bahwa kabupaten
Barito Kuala merupakan sentra produksi padi di wilayah Kalimantan Selatan. Kabupaten
Barito Kuala setiap tahunnya memproduksi padi terbanyak jika dibandingkan dengan
Kabupaten- kabupaten lainnya di provinsi yang sama.

Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura provinsi kalimantan selatan
Varietas yang paling banyak ditanam oleh petani di Kabupaten Barito Kuala adalah
varietas lokal Siam, yaitu Siam Unus dan Siam Perak. Meskipun varietas lokal mempunyai
tingkat produksi yang lebih rendah dibandingkan varietas unggul, namun varietas lokal ini
disukai oleh sebagian besar petani karena varietas ini memiliki beberapa keunggulan.
Varietas lokal memiliki sifat yang lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan lahan pasang
surut yang bersifat masam, memerlukan biaya yang lebih sedikit karena agroinput (pupuk dan
insektisida) yang diberikan tidak sebanyak pada varietas unggul, pemasarannya lebih
terjamin dengan harga jualnya yang lebih tinggi dan lebih stabil, serta lebih disukai oleh
konsumen karena sesuai dengan preferensi masyarakat setempat (suku banjar) yang
menyukai beras pera, terutama jika dibuat nasi goreng. Berdasarkan hal ini maka di lahan
pasang surut varietas lokal masih banyak diusahakan oleh petani (Pribadi, 2002).
Perkembangan produksi padi di Kabupaten Barito Kuala dari tahun ketahun mengalami
fluktuasi yang cukup besar. Pada tahun 2009-2012 , produksi padi tertinggi dicapai pada
tahun 2012 yaitu sebesar 365627 ton. Perkembangan produksi padi di Kabupaten Barito
Kuala selama tahun 2009- 2012 dapat dilihat pada Grafik dibawah ini.

Posisi Kabupaten Barito Kuala yang sebagian besardari luas lahannya adalah lahan pasang
surut (287.922 ha = 96,07%) dan sedikit lahan lebak (11.774 ha = 3,93%), adalah penyedia
utama beras (329.095 ton GKG = 16,65%) di Provinsi Kalimantan Selatan. Lahan sawah
fungsional saat ini baru mencapai 95.869 ha, berarti Kabupaten Barito Kuala masih sangat
317605
329089
342869
365627
290000
300000
310000
320000
330000
340000
350000
360000
370000
TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DI
KABUPATEN BARITO KUALA 2009-2012
(DALAM TON)
PERKEMBANGAN PRODUKSI
PADI DI KABUPATEN BARITO
KUALA 2009-2012 (DALAM
TON)
memungkinkan untuk melakukan peningkatan produksi berasnya melalui ekstensifikasi.
Apabila juga dilakukan peningkatan produksi melalui intensifikasi maka Kabupaten Barito
Kuala yang notabene adalah lahan rawa benar-benar akan menjadi lumbung beras nasional.
2.4 Multiplier Effect sektor pertanian terhadap sektor lainnya
sektor pertanian sudah selakyaknya dijadikan suatu sektor ekonomi yang sejajar
dengan sektor lainnya, sektor ini tidak lagi hanya berperan sebagai faktor pembantu apalagi
figuran bagi pembangunan nasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan
sektor industri. Tidak dipungkiri keberhasilan sektor industri sangat bergantung dari
pembangunan sektor pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhan ekonomi. Dua
alasan penting sektor pertanian harus dibangun terlebih dahulu, jika industrialisasi akan
dilakukan pada suatu Negara, yakni alasan : pertama, barang-barang hasil industri
memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani yang merupakan mayoritas penduduk
Kalimantan Selatan, maka pendapatan petani sudah semestinya ditingkatkan melalui
pembangunan pertanian dan alasan kedua, sektor industri membutuhkan bahan mentah yang
berasal dari sektor pertanian, sehingga produksi hasil pertanian ini menjadi basis bagi
pertumbuhan sektor industri itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhan disektor pertanian
diyakini memiliki efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan di
sektor ini mendorong pertumbuhan yang pesat disektor-sektor perekonomian lain, misalnya
sektor pengolahan dan jasa pertanian.
Dalam hal ini terdapat 4 keterkaitan yang menghubungkn sektor pertanian dengan sektor
lainnya. Antara lain:
1. Keterkaitan Produk
Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain sebagai bahan
baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan bubur instan yang mengolah bahan
dasar beras dari sektor pertanian untuk dijadikan produk akhir berupa bubur instan siap saji.
2. Keterkaitan Konsumsi
Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk pertanian
misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri yang mengolah durian
tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian menyebabkan permen durian laku
dipasaran. Industri pengolahan mengambil keuntungan dengan menciptakan produk baru dari
produk dasar durian yang sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat.
Sehingga keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya
konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri.
3. Keterkaitan Investasi
Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dapat
digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan investasi ke sektor non
pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Contohnya ketika subsektor tanaman pangan meningkat dan menghasilkan pendapatan,
pendapatan tersebut digunakan sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan.
Investasi ke sektor perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat
penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut. Sehingga keterkaitan
sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat dikaitkan melalui media investasi.
4. Keterkaitan fiskal
Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai investasi atau
pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya. Pembangunan jalan raya
untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat dimana sektor pertanian melaksanakan
aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat dimana produk pertanian tersebut di pasarkan
menyebabkan alur distribusi produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor
perhubungan dan pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan
pengangkutan produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor
pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya
tersebut dapat terjadi.
Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan
atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah ketika sektor pertanian dapat menunjang
pertumbuhan sektor lain melalui keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan
ekonomi akan meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang
berkembang merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu:

1. Kontribusi Produk
Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk
sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga
untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di sektor non pertanian. Misalnya industri
pengolahan seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan
inputnya berasal dari produk pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari
tanaman holtikultura.
2. Kontribusi Pasar
Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan maka populasi di
sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang sangat besar dari pasar
(permintaan) domestik. Sehingga permintaan produkproduk dari industri dan sektor-sektor
lain sangat besar mengalir di daerah pedesaan.
3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi
Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga
kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin tingginya tingkat pembangunan
ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi,
pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non
pertanian.
4. Kontribusi Devisa
Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi
pertanian menggantikan impor.

2.4.1 Multiplier Effect produksi komoditi unggulan di Barito Kuala terhadap sektor-
sektor lainnya
Multiplier effect yang ditimbulkan oleh komoditi beras di kabupaten Barito Kuala adalah
terdapat pada sektor sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, dan sektor
industri. Efek multiplier yang ditimbulkan dari produksi komoditi ini terhadap sektor
perdagangan adalah sebagai komoditi pokok yang dikonsumsi seluruh masyarakat yang harus
dikonsumsi masyarakat sehari- hari

You might also like