Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis dan sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad, dalam Sadau (2002) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini digunakan untuk menentukan sector basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih effisien dan terfokus (Handewi, 2003).
Provinsi Kalimantan Selatan daerahnnya kaya akan hasil buminya, baik sektor migas maupun non migas. Dalam catatan sejarah Kalimantan Selatan, pernah sebagai daerah pemasok lada di nusantara untuk kawasan indonesia bagian tengah. Pada abad ke -19 Kalimantan Selatan juga menjadi penghasil emas hitam atau batu bara sehingga ditinjau dari aspek ekonomi Kalimantan Selatan sangat menjanjikan bagi kehidupan sosial masyarakat.
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mayoritas masyarakatnnya bergerak dalam sektor pertanian perkebunan, dan banyak sekali terdapat lahan kosong, sampai dirumah penduduk dibelakang rumahnnya di temukan lahan Barito kuala tercatat pada tahun 2009 berhasil berswasembada beras. sebuah prestasi yang tentunya memberikan dampak yang sangat besar kontribusinya dalam peningkatan kualitas pertanian. Selain itu dari segi perkebunan, karet dan sawit juga menjadi prioritas untuk digalakkan penanamannya. Walaupun sedikit warga yang menanam tanaman perkebunan yang akan menghasilkan keuntungan yang tinggi ini.
Original Title
Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Analisis LQ
Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis dan sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad, dalam Sadau (2002) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini digunakan untuk menentukan sector basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih effisien dan terfokus (Handewi, 2003).
Provinsi Kalimantan Selatan daerahnnya kaya akan hasil buminya, baik sektor migas maupun non migas. Dalam catatan sejarah Kalimantan Selatan, pernah sebagai daerah pemasok lada di nusantara untuk kawasan indonesia bagian tengah. Pada abad ke -19 Kalimantan Selatan juga menjadi penghasil emas hitam atau batu bara sehingga ditinjau dari aspek ekonomi Kalimantan Selatan sangat menjanjikan bagi kehidupan sosial masyarakat.
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mayoritas masyarakatnnya bergerak dalam sektor pertanian perkebunan, dan banyak sekali terdapat lahan kosong, sampai dirumah penduduk dibelakang rumahnnya di temukan lahan Barito kuala tercatat pada tahun 2009 berhasil berswasembada beras. sebuah prestasi yang tentunya memberikan dampak yang sangat besar kontribusinya dalam peningkatan kualitas pertanian. Selain itu dari segi perkebunan, karet dan sawit juga menjadi prioritas untuk digalakkan penanamannya. Walaupun sedikit warga yang menanam tanaman perkebunan yang akan menghasilkan keuntungan yang tinggi ini.
Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis dan sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad, dalam Sadau (2002) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini digunakan untuk menentukan sector basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih effisien dan terfokus (Handewi, 2003).
Provinsi Kalimantan Selatan daerahnnya kaya akan hasil buminya, baik sektor migas maupun non migas. Dalam catatan sejarah Kalimantan Selatan, pernah sebagai daerah pemasok lada di nusantara untuk kawasan indonesia bagian tengah. Pada abad ke -19 Kalimantan Selatan juga menjadi penghasil emas hitam atau batu bara sehingga ditinjau dari aspek ekonomi Kalimantan Selatan sangat menjanjikan bagi kehidupan sosial masyarakat.
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mayoritas masyarakatnnya bergerak dalam sektor pertanian perkebunan, dan banyak sekali terdapat lahan kosong, sampai dirumah penduduk dibelakang rumahnnya di temukan lahan Barito kuala tercatat pada tahun 2009 berhasil berswasembada beras. sebuah prestasi yang tentunya memberikan dampak yang sangat besar kontribusinya dalam peningkatan kualitas pertanian. Selain itu dari segi perkebunan, karet dan sawit juga menjadi prioritas untuk digalakkan penanamannya. Walaupun sedikit warga yang menanam tanaman perkebunan yang akan menghasilkan keuntungan yang tinggi ini.
DI SUSUN OLEH: 1. KINANTI NAWANG WULAN B01112039 i. MUHAMMAD RIDWAN ii. HERUANDRA
KELAS B JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Analisis sektor unggulan di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Erni Panca selaku dosen pengampu mata kuliah ekonomi pembangunan regional 2. Teman- teman civitas jurusan Ilmu Ekonomi untan 2012 Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Pontianak, 7 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis dan sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad, dalam Sadau (2002) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini digunakan untuk menentukan sector basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih effisien dan terfokus (Handewi, 2003). Provinsi Kalimantan Selatan daerahnnya kaya akan hasil buminya, baik sektor migas maupun non migas. Dalam catatan sejarah Kalimantan Selatan, pernah sebagai daerah pemasok lada di nusantara untuk kawasan indonesia bagian tengah. Pada abad ke -19 Kalimantan Selatan juga menjadi penghasil emas hitam atau batu bara sehingga ditinjau dari aspek ekonomi Kalimantan Selatan sangat menjanjikan bagi kehidupan sosial masyarakat. Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mayoritas masyarakatnnya bergerak dalam sektor pertanian perkebunan, dan banyak sekali terdapat lahan kosong, sampai dirumah penduduk dibelakang rumahnnya di temukan lahan Barito kuala tercatat pada tahun 2009 berhasil berswasembada beras. sebuah prestasi yang tentunya memberikan dampak yang sangat besar kontribusinya dalam peningkatan kualitas pertanian. Selain itu dari segi perkebunan, karet dan sawit juga menjadi prioritas untuk digalakkan penanamannya. Walaupun sedikit warga yang menanam tanaman perkebunan yang akan menghasilkan keuntungan yang tinggi ini. Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penetapan komoditas unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni, 2005). Komoditi unggulan merupakan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan daya saing yang tinggi terhadap komoditas sejenis pada suatu daerah dibanding daerah lain. Pada era globalisasi, setiap komoditas dituntut untuk memiliki daya saing dalam pasar, baik pasar domestik maupun internasional. Hal ini berarti setiap komoditas harus mampu bersaing dengan komoditas lain di daerah yang sama atau komoditas yang sama di daerah lain. Kemampuan daya saing setiap komoditas ditandai dengan penerimaan yang diperoleh pelaku ekonomi. Penerimaan akan lebih besar diperoleh dari komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing dari pada komoditas biasa (Darmawansyah, 2003). Pengembangan suatu komoditas unggulan sebaiknya dilakukan pada daerah yang memang menunjang terhadap pengembangan komoditas tersebut, baik dari aspek tanah/alam, iklim, sosial budaya, maupun kebijakan pemerintah yang berlaku pada daerah pengembangan. Pengembangan komoditas unggulan akan berlangsung dengan baik apabila semua aspek saling mendukung satu sama lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah: 1. PDRB Kalimantan Selatan dan PDRB Kabupaten Barito kuala dalam segi lapangan usaha 2. Mengidentifikasi sektor-sektor basis maupun non basis di Kabupaten Barito Kuala 3. Mengidentifikasi komoditi dari subsesktor sektor basis yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Barito Kuala 4. Kebijakan apa yang dapat dilakukan agar komoditi unggulan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Barito Kuala 1.3 MANFAAT PENULISAN 1. Bagi penulis, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan analisis mengenai perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Barito Kuala. 2. Bagi mahasiswa yang lain dapat menjadi proses pembelajaran dan pengkajian dengan menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta tercipta output yang dapat dijadikan sumber data, informasi, serta literatur bagi kegiatan penulisan maupun penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala, dapat menjadi bahan masukan dalam mengelola dan mengembangkan wilayahnya berdasarkan potensi yang ada
BAB II PEMBAHASAN 2.1.1 PDRB KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Pada dasarnya besarnya PDRB Kalimantan Selatan didominasi oleh empat sektor usaha yaitu pertambangan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 24,42%, lalu sektor pertanian sebesar 20,10%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,36%, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,69%. Sedangkan keempat sektor lainnya bila diakumulasikan memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 29,44%. Berikut merupakan data PDRB Kalimantan Selatan berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 tahun 2009- 2012 dalam jutaan rupiah.
LAPANGAN USAHA Prov. Kalimantan Selatan 2009 2010 2011 2012 Sektor Bangunan 1603456,8 1707343,74 1838543,18 2019648,46 Sektor Industri Pengolahan 3157342,87 3247973,75 3351184,86 3485904,61 Sektor Jasa-Jasa 2602535,47 2815703,36 3061388,96 3322737.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1175552,14 1260123,08 1342551,05 1452927,41 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 144309,45 155552,82 166337,95 177866,82 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2522354,93 2684843,7 2872516,05 3075250,68 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 4426975,4 4731901,96 5120553,99 5631058,69 Sektor Pertambangan dan Penggalian 6331865,08 6811199,68 7256241,35 7411442,64 Sektor Pertanian 7087238,41 7259481,76 7543532,15 7836475,96 PDRB KALIMANTAN SELATAN 29051630,55 30674123,85 32552849,54 31090575,27 Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan Dari data PDRB Kalimantan Selatan diatas dapat diketahui bahwa semua sektor selalu mengalami peningkatan dari tahun 2009- 2012. Pada tahun 2009- 2012 sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kalimantan Selatan. Sektor pertambangan dan penggalian di urutan kedua, sedangkan sektor perdangangan, hotel, dan restoran menempati urutan ketiga.
2.1.2 PDRB KABUPATEN BARITO KUALA BERDASARKAN LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 ( DALAM JUTAAN RUPIAH )
LAPANGAN USAHA Kab. Barito Kuala 2009 2010 2011 2012 Sektor Bangunan 189681,6 201554,65 215374,6 230512,62 Sektor Industri Pengolahan 492106,61 473962,01 484025,32 498294,67 Sektor Jasa-Jasa 159440,18 174104,66 190068,71 206062,74 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 60849,53 67557,5 75197,77 84571,73 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 3015,2 3242,69 3511,23 3864,58 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 29517,25 30165,66 31990,7 34089,86 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 289869,79 315565,09 324966,85 336308,96 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0 20 20,71 22,22 Sektor Pertanian 658002,8 688782,08 729450,61 779225,03 PDRB KAB BARITO KUALA 1882482,96 1954954,34 2054606,5 2172952,41 Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan
Data diatas merupakan PDRB Kab Barito Kuala tahun 2009-2012 atas dasar harga konstan 2000 tahun 2009-2012. Kesembilan sektor selalu mengalami peningkatan dari tahun 2009- 2012 walaupun bukan merupakan peningkatan yang drastis. Dari data diatas dapat didiketahui bahwa terdapat 3 sektor yang memberikan konstribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Barito Kuala yaitu: sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor Industri pengolahan. Dilihat dari segi kontribusinya terhadap PDRB, sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB kabupaten Barito Kuala dari tahun 2009-2012.
2.2 PENENTUAN SEKTOR BASIS DAN NON BASIS KABUPATEN BARITO KUALA TERHADAP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki kabupaten Barito Kuala yaitu sektor mana yang merupakan sektor basis dan non basiis digunakan analisis Location Quotient (LQ). Yang menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor antara kabupaten barito kulala dengan kemampuan sektor yang sama pada provinsi Kalimantan Selatan. LQ diinterpretasi dengan menggunakan kriteria (Ron hood, 1988 dalam Sari 2010) sebagai berikut: LQ >1 menunjukkan terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah dibandingkan dengan keseluruhan wilayah. Hal ini berarti komoditas i disuatu wilayah merupakan sektor basis yang berarti komoditas i di wilayah itu memiliki keunggulam komparatif. LQ =1, merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditas yang dihasilkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu. LQ <1, merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah. Untuk menentukan komoditas unggulan di suatu wilayah maka nilai LQ dari komoditas tersebut harus lebih besar daripada 1 .Perbandingan relatif ini dapat dinyatakan dengan rumus (Warpani, 1984, 68) sebagai berikut:
LQ = PDRB sektor i di Kabupaten Barito Kuala/ PDRB total di Kabupaten Barito Kuala PDRB sektor i di Kalimantan Selatan/ PDRB total di Kalimantan selatan
Berikut merupakan data olahan perhitungan indeks LQ 9 sektor di kabupaten Barito Kuala terhadap Kalimantan selatan tahun 2009- 2012 ( perhitungan pertahun terdapat pada lampiran)
INDEKS LOCATION QUOTIENT (LQ) KABUPATEN BARITO KUALA TERHADAP KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009-2012
Sektor INDEKS LOCATION QUOTIENT (LQ) 2009 2010 2011 2012 Sektor Bangunan 1,82561 1,85505 1,85601 1,80757 Sektor Industri Pengolahan 2,40534 2,29306 2,28839 2,26385 Sektor Jasa-Jasa 0,94545 0,97165 0,98368 0,98215 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,79883 0,84245 0,88743 0,92184 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 0,32245 0,03280 0,33445 0,34410 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0,18060 0,17655 0,17645 0,17556 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,01050 1,04794 1,00550 0,94586 Sektor Pertambangan dan Penggalian - 0,00005 0,00005 0,00005 Sektor Pertanian 1,43282 1,49094 1,53208 1,57440
Pada tahun 2009 terdapat 4 sektor yang merupakan sektor basis di kab Barito Kuala yaitu sektor bangunan, sektor industri pengolahan, sektor PHR, dan sektor pertanian. 5 sektor lainnya tidak termasuk sektor basis karena memiliki nilai dibawah 1. Tahun 2009 Sektor Industri pengolahan memimpin dengan angka 2,40 diikuti dengan sektor bangunan, sektor pertanian dan sektor PHR. Pada tahun 2010, keempat sektor tersebut masih sebagai sektor basis di kab Barito kuala, namun terjadi penurunan pada sektor industri pengolahan karena terjadinya penurunan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB. Kemudian pada tahun 20101 terjadi penurunan pada sektor pengolahan dan perdagangan sedangkan kedua sektor lainnya masih stabil dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pdrb. Pada tahun 2012, terjadi penurunan pada sektor perdagangan, Hotel, dan restoran (PHR) sehingga sektor ini tidak lagi merupakan sektor basis. Ketiga sektor lainnya masih termasuk kategori sektor basis walaupun terjadi penurunan pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor pertanian menunjukkan kenaikan setiap tahunnya, walaupun bukan merupakan kenaikan yg terlalu besar namun dapat tidak menutup kemungkinan bahwa sektor pertanian ini akan terus melonjak di tahun- tahun berikutnya. Kenaikan ini berdampak positif terhadap PDRB kab Barito kuala sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggul di kabupaten ini.
2.3 Subsektor sektor basis yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Barito Kuala Dari perhitungan LQ sebelumnya, telah diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis di kabupaten Barito Kuala. Pertanian memiliki lima subsektor antara lain: bahan pangan dan holtikura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan perhutanan. Disini kami mengambil sample subsektor terbesar yaitu subsektor bahan pangan dan holtikura yang terdiri dari beberapa komoditi. Berikut merupakan data produksi subsektor pertanian di kab Barito kuala dan Kalimantan selatan (dalam ton) tahun 2009- 2012 SEKTOR PERTANIAN PERSUBSEKTOR DI KALIMANTAN SELATAN 2009 (DALAM TON)
KOMODITI KALIMANTAN SELATAN 2009 2010 2011 2012 PADI 1956993 1842089 2039116 2086221 JAGUNG 113885 116449 99779 112066 KEDELAI 3838 3809 4376 3860 KACANG TANAH 15221 14445 12181 12377 UBI KAYU 121656 76202 86504 90043 UBI JALAR 29968 25007 23918 19608 Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan Sektor pertanian di kalimantan selatan Sumber: Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Selatan
SEKTOR PERTANIAN PERSUBSEKTOR DI KABUPATEN BARITO KUALA 2009 (DALAM TON)
KOMODITI KABUPATEN BARITO KUALA 2009 2010 2011 2012 PADI 317605 329089 342869 365627 JAGUNG 89 442 197 403 KEDELAI 1 20 2 5 KACANG TANAH 38 27 0 12 UBI KAYU 4551 4855 4084 4187 UBI JALAR 523 364 254 212
.Sumber: Data bps kalimantan selatan yang telah diolah
Perhitungan LQ komoditi pertanian di kabupaten Barito Kuala terhadap Kalimantan Selatan dilakukan untuk menentukan komoditi terunggul dari sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Perhitungan indeks LQ dilakukan dengan rumus:
LQ = PDRB komoditi i di Kabupaten Barito Kuala/ PDRB total sektor pertanian di Kabupaten Barito Kuala PDRB komoditi i di Kalimantan Selatan/ PDRB total sektor pertanian di Kalimantan selatan
Berikut merupakan perhitungan indeks LQ komoditi pertanian di Kab Barito Kuala terhadap Kalimantan Selatan tahun 2009-2012
Pada tahun 2009, terdapat tiga komoditi yang basis di Kab Barito Kuala yaitu Komoditi padi ( penjumlahan padi ladang dan padi sawah) ubi kayu dan ubi jalar. Namun 3 tahun berikutnya, hanya komoditi padi yang terus menunjukkan eksistensinya sebagai komoditi basis di sektor pertanian . Kabupaten ini mampu memberi kontribusi sebesar hampir 20% dari total produksi padi di Kalimantan Selatan. Pada tahun 2004, total produksi padi di KOMODITI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BARITO KUALA DAN KALIMANTAN SELATAN HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2009-2012 (dalam Juta rupiah)
KOMODITI KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 PADI 83395,52 863529,54 899688,26 959405,25 5135149,63 4833641,54 5350640,38 5474243,9 JAGUNG 103,09 511,98 228,19 466,81 131916,41 134886,37 115577,01 129809,41 KEDELAI 2,31 46,17 4,62 11,54 8859,37 8792,43 10101,25 8910,15 KACANG TANAH 216,92 154,12 0 68,5 86886,49 82456,83 69533,17 70652 UBI KAYU 4224,83 4507,04 3791,3 3886,92 112936,91 70740,6 80304,26 83589,62 UBI JALAR 581,84 404,95 282,58 235,85 33339,4 27820,29 26608,78 21813,9 TOTAL 88524,51 869153,8 903994,95 964074,87 5509088,21 5158338,06 5652764,85 5789018,98 KOMODITI LQ2009 LQ2010 LQ2011 LQ2012 PADI 1,01 1,06 1,05 1,05 JAGUNG 0,05 0,02 0,01 0,02 KEDELAI 0,02 0,03 0,00 0,01 KACANG TANAH 0,16 0,01 0,00 0,01 UBI KAYU 2,33 0,38 0,30 0,28 UBI JALAR 1,09 0,09 0,07 0,06 Kabupaten Barito Kuala adalah sebesar 269.198 ton. Sedangkan total produksi padi di seluruh Kalimantan Selatan adalah 1.403.249 ton (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Barito Kuala). Sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu wilayah produksi dan penyangga ketahanan pangan yang penting bagi Kalimantan Selatan 2.3.1 Padi sebagai komoditi unggulan di kabupaten Barito Kuala Pertanian merupakan sektor potensial di Kabupaten Barito Kuala, dengan luas sawah pasang surut mencapai 101.424 Ha. Dari luas sawah tersebut, memberikan hasil 317.605 ton gabah kering giling di Tahun 2009. Hal ini menjadikan Kabupaten Barito Kuala sebagai penghasil beras terbesar di Kalimantan Selatan yang mampu menyumbang kurang lebih 18,87% dari total produksi Kalimantan Selatan. Dari data dibawah ini terlihat jelas bahwa kabupaten Barito Kuala merupakan sentra produksi padi di wilayah Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Kuala setiap tahunnya memproduksi padi terbanyak jika dibandingkan dengan Kabupaten- kabupaten lainnya di provinsi yang sama.
Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura provinsi kalimantan selatan Varietas yang paling banyak ditanam oleh petani di Kabupaten Barito Kuala adalah varietas lokal Siam, yaitu Siam Unus dan Siam Perak. Meskipun varietas lokal mempunyai tingkat produksi yang lebih rendah dibandingkan varietas unggul, namun varietas lokal ini disukai oleh sebagian besar petani karena varietas ini memiliki beberapa keunggulan. Varietas lokal memiliki sifat yang lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan lahan pasang surut yang bersifat masam, memerlukan biaya yang lebih sedikit karena agroinput (pupuk dan insektisida) yang diberikan tidak sebanyak pada varietas unggul, pemasarannya lebih terjamin dengan harga jualnya yang lebih tinggi dan lebih stabil, serta lebih disukai oleh konsumen karena sesuai dengan preferensi masyarakat setempat (suku banjar) yang menyukai beras pera, terutama jika dibuat nasi goreng. Berdasarkan hal ini maka di lahan pasang surut varietas lokal masih banyak diusahakan oleh petani (Pribadi, 2002). Perkembangan produksi padi di Kabupaten Barito Kuala dari tahun ketahun mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada tahun 2009-2012 , produksi padi tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 365627 ton. Perkembangan produksi padi di Kabupaten Barito Kuala selama tahun 2009- 2012 dapat dilihat pada Grafik dibawah ini.
Posisi Kabupaten Barito Kuala yang sebagian besardari luas lahannya adalah lahan pasang surut (287.922 ha = 96,07%) dan sedikit lahan lebak (11.774 ha = 3,93%), adalah penyedia utama beras (329.095 ton GKG = 16,65%) di Provinsi Kalimantan Selatan. Lahan sawah fungsional saat ini baru mencapai 95.869 ha, berarti Kabupaten Barito Kuala masih sangat 317605 329089 342869 365627 290000 300000 310000 320000 330000 340000 350000 360000 370000 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BARITO KUALA 2009-2012 (DALAM TON) PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BARITO KUALA 2009-2012 (DALAM TON) memungkinkan untuk melakukan peningkatan produksi berasnya melalui ekstensifikasi. Apabila juga dilakukan peningkatan produksi melalui intensifikasi maka Kabupaten Barito Kuala yang notabene adalah lahan rawa benar-benar akan menjadi lumbung beras nasional. 2.4 Multiplier Effect sektor pertanian terhadap sektor lainnya sektor pertanian sudah selakyaknya dijadikan suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya, sektor ini tidak lagi hanya berperan sebagai faktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunan nasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri. Tidak dipungkiri keberhasilan sektor industri sangat bergantung dari pembangunan sektor pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhan ekonomi. Dua alasan penting sektor pertanian harus dibangun terlebih dahulu, jika industrialisasi akan dilakukan pada suatu Negara, yakni alasan : pertama, barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani yang merupakan mayoritas penduduk Kalimantan Selatan, maka pendapatan petani sudah semestinya ditingkatkan melalui pembangunan pertanian dan alasan kedua, sektor industri membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertanian, sehingga produksi hasil pertanian ini menjadi basis bagi pertumbuhan sektor industri itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhan disektor pertanian diyakini memiliki efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan di sektor ini mendorong pertumbuhan yang pesat disektor-sektor perekonomian lain, misalnya sektor pengolahan dan jasa pertanian. Dalam hal ini terdapat 4 keterkaitan yang menghubungkn sektor pertanian dengan sektor lainnya. Antara lain: 1. Keterkaitan Produk Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain sebagai bahan baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan bubur instan yang mengolah bahan dasar beras dari sektor pertanian untuk dijadikan produk akhir berupa bubur instan siap saji. 2. Keterkaitan Konsumsi Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk pertanian misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri yang mengolah durian tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian menyebabkan permen durian laku dipasaran. Industri pengolahan mengambil keuntungan dengan menciptakan produk baru dari produk dasar durian yang sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat. Sehingga keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri. 3. Keterkaitan Investasi Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dapat digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan investasi ke sektor non pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Contohnya ketika subsektor tanaman pangan meningkat dan menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut digunakan sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan. Investasi ke sektor perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut. Sehingga keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat dikaitkan melalui media investasi. 4. Keterkaitan fiskal Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai investasi atau pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya. Pembangunan jalan raya untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat dimana sektor pertanian melaksanakan aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat dimana produk pertanian tersebut di pasarkan menyebabkan alur distribusi produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor perhubungan dan pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan pengangkutan produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya tersebut dapat terjadi. Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah ketika sektor pertanian dapat menunjang pertumbuhan sektor lain melalui keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu:
1. Kontribusi Produk Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di sektor non pertanian. Misalnya industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan inputnya berasal dari produk pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari tanaman holtikultura. 2. Kontribusi Pasar Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik. Sehingga permintaan produkproduk dari industri dan sektor-sektor lain sangat besar mengalir di daerah pedesaan. 3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. 4. Kontribusi Devisa Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor.
2.4.1 Multiplier Effect produksi komoditi unggulan di Barito Kuala terhadap sektor- sektor lainnya Multiplier effect yang ditimbulkan oleh komoditi beras di kabupaten Barito Kuala adalah terdapat pada sektor sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, dan sektor industri. Efek multiplier yang ditimbulkan dari produksi komoditi ini terhadap sektor perdagangan adalah sebagai komoditi pokok yang dikonsumsi seluruh masyarakat yang harus dikonsumsi masyarakat sehari- hari