You are on page 1of 10

JAKARTA, KOMPAS.

com - Bakal calon presiden, Prabowo Subianto belakangan juga men


jadi sasaran kampanye hitam mulai dari persoalan HAM hingga status kewarganegara
annya. Namun, semua isu itu dinilai tak terlalu berpengaruh. Prabowo harus lebih
mewaspadai hadirnya isu tentang keluarganya.
"Kalau isunya HAM tidak bawa dampak besar. Itu isu sudah lama dan tidak terlalu
banyak yang tahu. Yang justru menjadi masalah adalah soal ibu negara, perbincang
an soal siapa pendamping Prabowo yang saya perkirakan akan lebih berefek," kata
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, saat dihubu
ngi Rabu (28/5/2014).
Burhan menuturkan, berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, hanya 24-29 per
sen masyarakat yang mengetahui soal kasus penculikan aktivis dan pemecatan terha
dap Prabowo dari dunia militer. Dari jumlah itu, sebanyak 60 persen menyatakan b
isa memaafkan sikap Prabowo.
"Namun, untuk kasus ibu negara, ini yang akan banyak dipergunjingkan dan berpeng
aruh pada preferensi memilih, terutama di kalangan ibu-ibu. Prediksi saya, merek
a punya pandangan jadi kepala keluarga saja nggak bisa, apa bisa urus negara?" t
utur Burhanuddin.
Lebih lanjut, Burhanuddin mengkritik gaya komunikasi Prabowo dalam menyikapi kam
panye hitam yang ditujukan kepadanya. Menurut dia, Prabowo selama ini lebih bany
ak memilih sikap diam.
"Soal HAM dan soal kewarganegaraan, Prabowo diam. Tidak bisa hanya mengandalkan
Fadli Zon dan Suhardi. Seharusnya, Prabowo perlu menjelaskannya sendiri," kata B
urhanuddin.
Kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta juga mulai terjadi. Prabowo selama ini mem
ang lebih memilih sikap diam atas serangan-serangan itu. Di dalam pemantapan tim
pemenangan Prabowo-Hatta beberapa waktu lalu, Prabowo hanya meminta agar tim su
ksesnya tidak membalas fitnah dengan fitnah.
JAKARTA, KOMPAS.com Ketua Umum Partai Hanura Wiranto tampak jengkel saat di teng
ah pidatonya ada yang meneriaki "Win-HT". Pidato dan kejengkelan tersebut terjad
i di depan forum Rapat Kerja Nasional Partai Nasional Demokrat, di Ancol, Jakart
a, Selasa (27/5/2014). Maka dari itu, rekam jejaknya sebagai tentara pun terliha
t.
Kejadian bermula saat Wiranto menyampaikan pidato politik, bergiliran dengan sem
ua ketua umum partai politik pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presi
den 2014. Saat dia berbicara, seorang hadirin yang duduk di bagian tengah tiba-t
iba mengeluarkan celetukan "Win-HT".
"Win-HT" adalah kependekan dari Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, pasangan yang sampai
pemilu legislatif digadang-gadang partainya sebagai calon presiden dan calon w
akil presiden. "Jangan bergurau," kata Wiranto tegas.
"(Saya) mantan tentara, masih bisa galak," lanjut Wiranto. "(Tapi) galak sama la
wan, sama kawan welas asih," kata dia kemudian, kali ini sembari tertawa yang be
rbalas tawa dan tepuk tangan hadirin.
Rapat ini digelar untuk menyolidkan internal Partai Nasional Demokrat untuk meng
hadapi masa kampanye pilpres. Namun, dalam acara ini, semua ketua umum partai pe
ngusung dan partai pendukung Jokowi-Kalla hadir pula. Mereka bergantian menyampa
ikan pidato politik sebelum bersama-sama mendeklarasikan dukungan untuk pemenang
an pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Dalam acara ini, Jokowi-JK hadir pula. Mereka datang bersamaan. Mereka adalah pa
sangan yang diusung poros Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bersama Partai N
asional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat, serta Pa
rtai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
KOMPAS.com - Perangkat yang bisa dipakai di tubuh manusia atau populer disebut w
earable device, diyakini akan menjadi tren dalam industri komputer. Mengantisipa
si hal tersebut, perusahaan teknologi Lenovo turut mengembangkan produk wearable
device.
Presiden Divisi Produk Ponsel Lenovo, Lui Jun, mengatakan bahwa perusahaan itu b
akal membuat wearable device di bawah merek dagang Lenovo pada akhir tahun 2014.
Sayangnya, ia tidak menjelaskan secara detail wearable device macam apakah yang
akan dibuat.
Dalam sebuah wawanca dengan situs teknologi MobileGeeks asal Jerman, Jun juga se
mpat menyinggung soal jam tangan pintar Motorola Mobility yang diberi nama Moto
360. Jika nanti Lenovo direstui regulator Amerika Serikat dan Tiongkok untuk men
gakuisisi Motorola, maka Moto 360 akan masuk dalam portofolio produk Lenovo.
Keputusan Lenovo membeli Motorola Mobility dari Google, akan memberi kekuatan le
bih bagi perusahaan asal Tiongkok itu untuk bersaing dalam industri perangkat mo
bile dan wearable device di negara maju.
Berdasarkan kesepakatan pada Januari 2014, Lenovo harus mengeluarkan dana 2,91 m
iliar dollar AS (sekitar Rp 35 triliun) untuk mendapatkan Motorola.
Lenovo juga mendapatkan 2.000 aset paten Motorola dan akan menerima lisensi pate
n dari Google di masa depan. Yang jelas, hal utama yang diincar Lenovo adalah "m
erek dagang Motorola." Merek ini dinilai masih memiliki daya tarik di negara maj
u, terutama di Amerika Serikat, tempat Motorola "dilahirkan."
JAKARTA, KOMPAS.com Politisi partai Gerindra Basuki Tjahaja Purnama mengaku belu
m mengetahui persis mengenai jabatan menteri utama yang dijanjikan calon preside
n partainya, Prabowo Subianto, kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Meski mengatakan bahwa jabatan tersebut tidak lazim, Basuki tidak menilainya mel
anggar undang-undang. Basuki lalu membandingkannya dengan jabatan Wakil Menteri
yang diterapkan dalam sistem kabinet saat ini. Ketika menjabat sebagai anggota K
omisi II, ia mengaku sempat mengkritisinya.
"Kami di Komisi II pernah mengkritisinya jabatan Wamen. Tapi akhirnya tetap jala
n saja tuh. Apa sih yang tidak bisa dilakukan presiden?" katanya di Balaikota Ja
karta, Jumat (23/5/2014).
"Sama dengan UKP4 (Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pemban
gunan). Tidak ada dalam undang-undang. Tapi ada kan (jabatannya)," ujar pria yan
g akrab disapa Ahok itu.
Seperti banyak diberitakan, Prabowo menjanjikan posisi menteri utama kepada Abur
izal apabila ia nantinya terpilih sebagai presiden Indoesia. Menurut pengakuan A
burizal sendiri, jabatan tersebut mirip dengan jabatan perdana menteri di negara
-negara yang menerapkan sistem parlementer.
Berdasarkan pengakuan tersebut, jabatan menteri utama sebenarnya jabatan yang ti
dak lazim diterapkan di Indonesia yang sistem pemerintahannya menerapkan sistem
presidensial.
JAKARTA, KOMPAS.com Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golongan Karya Bambang Soesa
tyo mengungkapkan, pembentukan koalisi antara Partai Gerakan Indonesia Raya dan
Partai Golkar gagal terwujud karena masalah dana. Dana tersebut digunakan untuk
memenangkan pasangan Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden
dan calon wakil presiden.
"Kenapa kita gagal dengan Prabowo? Ini karena masalah pendanaan, karena ini meny
angkut fund raising pemenangan presiden. Ini yang membuat 'perkawinan' Ical sama
Prabowo enggak jadi," kata Bambang, Jumat (16/5/2014) di Jakarta.
Anggota Komisi III DPR itu mengatakan, pembentukan koalisi memang tidak terlepas
dari segi kecocokan, termasuk kecocokan dana kampanye. Dia tidak menampik bahwa
perlu banyak uang untuk dana kampanye pilpres. Namun, Bambang tidak menyebutkan
secara rinci tentang permasalahan pendanaan yang dimaksudkan tersebut.
"Siapa yang paling cocok dengan Prabowo? Yang cocok sekarang, ya Hatta Rajasa,"
ujar Bambang.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengunjungi ked
iaman Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie di Menteng, Jakarta Pusat, Se
lasa (29/4/2014). Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan kunjungan Aburizal ke ke
diaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Senin (5/5/2014).
Seusai pertemuan kedua itu, Aburizal menyatakan tidak keberatan jika kelak dirin
ya maju sebagai bakal calon wakil presiden, mendampingi bakal calon presiden dar
i Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Koalisi keduanya hampir dipastikan gagal se
telah Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa disebut sebagai kandida
t terkuat sebagai cawapres untuk berpasangan dengan Prabowo.
Suami-Istri Berkelahi di Kabin, Pesawat Scoot Terpaksa Mendarat di Bali
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
Lukisan Malala Laku Rp 1,2 M
304 Orang Tewas dan Hilang, Kapten Kapal Tenggelam di Korsel Terancam Hukuma
n Mati
Nigeria Tolak Barter Tahanan Boko Haram dengan Siswi yang Diculik
Pangeran William dan Kate Middleton, Ratusan Kali Kena Sadap
13
Pelayanan umum di sebuah negara seperti gas, listrik dan air sering kali dilihat
sebagai salah satu indikator keberhasilan perekonomian. Adeltus Lolok yang pern
ah mengenyam pendidikan S2 di Adelaide (Australia Selatan) menceritakan salah sa
tu pengalaman pribadi berkenaan dengan hal ini. Adeltus yang kini jadi pegawai n
egeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan di Jakarta, menuliskan pengalamannya t
entang pelayanan umum itu di Radio Australia.
PAGI itu, seperti biasa saya sedang membantu istri mempersiapkan anak saya yang
akan berangkat ke sekolah. Jemputan gratis dari sekolah yang berjarak hanya 1,7
km dari rumah kami akan datang beberapa menit lagi. Tiba-tiba terdengar ketukan
yang cukup tegas di pintu depan.

Saat membuka pintu, di depan saya berdiri seorang pria setengah baya yang dengan
hormat menyapa, Selamat pagi pak. Kami mohon maaf sekali. Ada sedikit masalah de
ngan saluran air ke kompleks ini.

Rumah kami memang terletak di sebuah kompleks kecil dengan 7 rumah lainnya denga
n hanya satu gerbang sebagai pintu keluar masuk. Okaylalu bagaimana.., saya masih
bingung untuk menanggapinya. Kalau ada masalah dengan air, lha kan tinggal diker
jain. Kenapa mesti memberitahu saya, pikirku.

Iya pak, mohon maaf karena kami akan memutus air kira-kira setengah hari. Kami ju
ga akan menggali lubang cukup besar di gerbang sehingga Anda mungkin akan kesuli
tan mengeluarkan mobil. Bapak silahkan parkir mobilnya di luar saja supaya lebih
mudah jika ingin bepergian, jelas si petugas PAM.

Saya mulai kagum dan sedikit terpana. Kok sampai seperti itu dipikirkan ya.

Belum sempat saya menjawab, ia menyambung lagi, Sepertinya Anda sedang repot. Say
a bisa bantu memarkirkan mobil jika Anda mau.

Oh, terima kasih. Saya akan parkir sendiri. Saya pun bergegas ke garasi yang digun
akan bersama oleh ke-delapan rumah di kompleks tersebut. Si petugas PAM tadi lal
u mengetuk pintu rumah berikutnya. Sayup-sayup saya mendengar percakapan yang sa
ma.

Saat saya mengeluarkan mobil ke jalan raya, sejumlah petugas PAM beserta kendara
an dan peralatan khusus sudah siap bekerja. Mereka menyapa dengan ramah dan mem
bantu menghalangi kendaraan lain supaya saya bisa memarkir mobil saya di sisi ja
lan raya yang mulai ramai.

Karena sudah diberitahu akan ada pemutusan aliran air, kami segera mengisi wadah
-wadah yang ada sebanyak mungkin. Hebat ya, Pak. Mau mutusin air setengah hari aj
a pakai lapor dulu ke warga. Biasanya mah, main putus aja berhari-hari tanpa inf
ormasi, kata istri saya yang rupanya juga terkesan dengan apa yang terjadi.

Lha, yang biasanya itu, dimana, candaku sambil mengantar anak ke mobil jemputan yan
g sudah menunggu.

Setengah harian itu, air memang mati. Sebelum jam sebelas, air sudah jalan kemba
li. Iseng-iseng saya cek keluar, para petugas PAM sudah tidak ada. Bekas galian
mereka pun sudah kembali rapi. Mereka sepertinya berusaha juga menanam kembali r
umput-rumput yang tadinya tercabut. Ketika saya menceritakan kisah itu ke teman-
teman yang lain, mereka tersenyum mahfum.

Ya, maklum mas baru datang sih jadi masih heran. Kalau di sini mah, urusan pelaya
nan umum kayak air, listrik, kendaraan umum, pendidikan...itu gak boleh ada caca
t. Pemerintah Australia selalu merasa malu jika tidak bisa melayani warganya den
gan baik, kata Joko, si ahli akuntansi dari Kementerian Keuangan yang sedang kuli
ah di University of Adelaide.

Lha, kemarin saja bis terlambat 15 menit dari biasanya, semua penumpang digratisk
an, timpal Amelia, si kutu buku asal Bandung yang kuliah di kampus yang sama. Tuh,
lihat si oma naik kursi roda, santai aja menyeberang karena memang jalan disiap
kan juga untuk orang cacat sekalipun.

Menomorsatukan Warga

Sejumlah kisah pun bermunculan, bagaimana pemerintah Australia selalu menomorsat
ukan warga dalam segala hal.

Pokoknya kalo di sini mas, jangan sampai ada makhluk yang namanya manusia yang ga
k sekolah atau gak bisa ke rumah sakit. Semua difasilitasi. Kalau anak sudah 5 t
ahun, harus segera didaftar ke sekolah. Kalo gak, orang tuanya bakal kena sanksi
, timpal Sari, ibu dosen asal Aceh sedang kuliah doktoral di Flinders University.

He-eh, biayanya pun murah ya. Bayangin, anak saya sekolah SD hanya bayar Rp1,5 ju
ta setahun! Gak beli apa-apa lagi. Cuma beli tas doang. Buku-buku semua dari sek
olah, kataku takjub.

Nah, itulah mas contoh pemerintah yang mengelola negaranya dengan baik. Pajak dit
inggikan, tapi hasilnya memang dirasakan oleh rakyat. Infrastruktur dibuat, laya
nan dibagusin untuk rakyat juga. Jadi pemerintah itu ya benar-benar melayani, me
nyediakan, bukan sekedar ngatur, jelas Aji yang berprofesi sebagai dosen di Surab
aya.

Rasanya pembicaraan siang itu berisi sekali dan banyak memperkaya pandangan say
a tentang pemerintahan yang baik (good governance) yang selama ini banyak menjad
i bualan di seminar-seminar. Pikiran saya pun terbang ke tengah lautan dimana se
jumlah besar orang rela mempertaruhkan nyawa, menempuh lautan ribuan kilo dengan
perahu reyot demi mencapai Australia. Tak heran bila negeri ini selalu berada d
alam daftar 10 besar negara paling nyaman di dunia.

Bulan lalu saya kembali terngiang dengan peristiwa di atas. Pasalnya, salah seor
ang teman yang mungkin juga tak kalah kaget (atau kagum) mengunggah gambar cek s
enilai $90 (sekitar Rp900 ribuan) di facebook.
Rupanya cek tersebut pembelian dari perusahaan operator listrik (PLN) Australia.
Ia pun berkisah tentang sebuah pohon yang tumbang di depan rumah mereka sehingg
a aliran listrik di kawasan tersebut terganggu. Perusahaan listrik segera datang
dan membereskan masalah tersebut. Listrik hanya mati sekitar setengah harian, l
alu kembali normal.
Beberapa hari kemudian, semua rumah yang terkena pemadaman karena pohon tumbang
tersebut mendapat kompensasi alias ganti rugi atas kejadian tersebut. Cek senila
i $90 kurang lebih sama dengan pembayaran listrik selama sebulan untuk rumah uku
ran sedang di Australia. Jadi, gara-gara listrik mati setengah hari, rakyat dibe
baskan bayar listrik sebulan! Gimana kalau listriknya byar-pet atau mati berhari
-hari ya?
Kisah ini tentu saja bukan soal listrik dan air. Tetapi tentang bagaimana menjad
i pemerintah yang berwibawa tanpa melupakan kewajiban sebagai penyedia layanan b
erkualitas bagi masyarakat.
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
NEW YORK, KOMPAS.COM Survei terbaru menunjukkan, seperempat penduduk dunia atau
lebih dari satu miliar orang berpandangan anti-Yahudi.
Lembaga Anti-Defamation League yang berkantor di New York, Selasa (13/5/2014), m
engatakan bahwa organisasinya telah menyurvei lebih dari 53.000 orang dari 102 n
egara dan wilayah sepanjang tahun lalu. Lembaga itu menanyakan kepada respondenn
ya apakah mereka merasa bahwa 11 stereotip (prasangka) negatif tentang Yahudi ya
ng dinyatakan dalam survei itu benar, salah, atau tidak tahu.
Survei itu mendefinisikan bahwa seseorang berpandangan anti-Yahudi jika orang te
rsebut setuju dengan enam atau lebih dari pernyataan tersebut.

Stereotip yang disebut dalam survei itu antara lain warga Yahudi lebih loyal pada
Israel daripada negara mereka, Yahudi terlalu kuat dalam dunia bisnis, dan Yahudi b
ertanggung jawab pada sebagian besar perang di dunia.

Survei itu mendapati bahwa konsentrasi anti-Yahudi terbesar terdapat di Timur Te
ngah dan Afrika Utara, dengan 74 persen yang disurvei setuju dengan sebagian bes
ar stereotip anti-Yahudi. Sebaliknya, angka anti-Yahudi mencapai 34 persen di Er
opa Timur, 24 persen di Eropa Barat, 23 persen di sub-Sahara Afrika, 22 persen d
i Asia, 19 persen di Amerika, dan 14 persen di Oceania.

Survei itu mendapati bahwa hanya 54 persen orang yang disurvei pernah mendengar
tentang Holocaust, insiden pembunuhan enam juta warga Yahudi oleh Nazi semasa Pe
rang Dunia II.
Mereka yang disurvei sering kali secara signifikan melebih-lebihkan jumlah warga
Yahudi di dunia, padahal jumlah sesungguhnya mencapai kurang dari seperlima dar
i 1 persen.

Direktur Anti-Defamation League Abraham Foxman mengatakan, prevalensi anti-Yahud
i mungkin tidak mengejutkan, tetapi merupakan hal yang serius.
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
JAKARTA, KOMPAS.com Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempersila
kan pengacara mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono, Hasan Basri, ya
ng berencana menggugatnya.
Basuki mengaku tak takut karena merasa tak bersalah dengan ucapannya selama ini.
Menurut Basuki, semua yang ia ucapkan bersumber dari berita yang ada di media m
assa.
"Ini laporan Tempo. Tempo kan melakukan investigasi kalau ada pelanggaran, ada y
ang kurang ajar. Kalau keberatan, ya gugat juga dong Tempo," kata Basuki di Bala
ikota Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Apalagi, kata Basuki, ia memiliki data dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pemban
gunan (BPKP) yang menyebutkan, proyek pengadaan bus dari Tiongkok pada 2013 mema
ng bermasalah.
Lebih lanjut, Basuki mengaku bahwa dia bisa saja menuntut balik Pristono atas ba
nyaknya bus-bus proyek pengadaan 2012 yang sudah rusak dan tak dapat beroperasi.
"Jadi gila itu pengacara kalau mau main begitu. Jadi kasih tahu si Udar, kasih t
ahu pengacaranya. Makin ngajak gue ribut, makin sama-sama kita ribut. Sekarang s
aya sudah diam-diam saja nih. Tapi kalau lu ngajak gue ribut, gue makin demen,"
tukas pria yang akrab disapa Ahok itu.
Sebelumnya, Hasan Basri menilai, Basuki patut diperiksa terkait kasus korupsi ya
ng menjerat kliennya. Menurutnya, ditetapkannya Pristono sebagai tersangka tidak
terlepas dari celotehan Basuki di media massa.
Hasan menambahkan, opini yang dilontarkan Basuki itu berdampak pada kliennya, ya
ng dituduhkan tanpa mengetahui duduk persoalan yang ada. Padahal tuduhan itu seh
arusnya sudah melalui sebuah proses pemeriksaan internal terlebih dahulu agar di
ketahui siapa yang salah dalam pengadaan bus transjakarta ini.
KOMPAS.com - Memilih menjadi tim yang tak diunggulkan alias underdog, Australia
bakal menjadi ancaman bagi tiga negara anggota Grup B pada perhelatan Piala Duni
a 2014. Di atas kertas, Spanyol, Belanda, dan Chile, jauh di atas peringkat Aust
ralia. Menurut warta Reuters pada Jumat (23/5/2014), pada peringkat FIFA, Austra
lia ada di posisi 16. Sedangkan, Spanyol berada di posisi nomor 1, Belanda di po
sisi 13, serta Chile di posisi 15.
Adalah pelatih tim nasional (timnas) berjulukan The Socceroos Ange Postecoglou y
ang tampil membesarkan hati. Menurutnya, tim Australia dalam perhelatan akbar se
pak bola dunia itu tengah menguji generasi emasnya.
Kepercayaan diri yang sama juga muncul dari pernyataan striker Mathew Leckie. Pe
main sayap yang bermain di Klub Divisi 2 Bundesliga Inglostadt ini bahkan mengat
akan ketiga calon lawan Australia sudah berkelas dunia. "Tapi, mereka juga manus
ia," kata pria kelahiran Melbourne, Australia, pada 4 Februari 1991 ini.
Bagi Leckie, selanjutnya, timnas Australia adalah sekumpulan pria yang kuat. "Ka
mi datang ke Brasil untuk bermain sepak bola dan menang," katanya mengisyaratkan
agar tim-tim lawan jangan main-main dengan Australia.
Leckie yang bernomor punggung 20 itu sudah mencatatkan namanya enam kali dalam p
ertandingan internasional timnas Australia. Sementara timnas Australia akan berl
aga kali pertama melawan Chile pada 13 Juni 2013 di stadion Cuiaba.

You might also like

  • Text 1
    Text 1
    Document1 page
    Text 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • TEXT1
    TEXT1
    Document1 page
    TEXT1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 2
    Text 2
    Document7 pages
    Text 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 16
    Kompas 16
    Document7 pages
    Kompas 16
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 3
    Text 3
    Document1 page
    Text 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 6
    Text 6
    Document1 page
    Text 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 5
    Text 5
    Document1 page
    Text 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 2
    Text 2
    Document7 pages
    Text 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document7 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 3
    Kompas 3
    Document7 pages
    Kompas 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 1
    Kompas 1
    Document10 pages
    Kompas 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 14
    Kompas 14
    Document4 pages
    Kompas 14
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 2
    Kompas 2
    Document11 pages
    Kompas 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 4
    Kompas 4
    Document7 pages
    Kompas 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 12
    Kompas 12
    Document4 pages
    Kompas 12
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 6
    Kompas 6
    Document6 pages
    Kompas 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 8
    Kompas 8
    Document5 pages
    Kompas 8
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 5
    Kompas 5
    Document7 pages
    Kompas 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 9
    Kompas 9
    Document5 pages
    Kompas 9
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 10
    Kompas 10
    Document4 pages
    Kompas 10
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 11
    Kompas 11
    Document5 pages
    Kompas 11
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 16
    Kompas 16
    Document6 pages
    Kompas 16
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document6 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet