I mmunodifusion AGI D (Agar Gel I mmunodifusion Test)
Interaksi Antigen-antibody imunodifusiSalah satu uji serologi adalah imunodifusi precipitasi
test . Dalam metodeini menggunakan prinsip antigen-antibody. Antibody dalam metode ini disebutprecipitins. Raksi yang terjadi jika antigen yang terlarut dan akan menimbulkansuatu precipitasi. Jika partikel-partilek dari antigen berbentuk dalam larutan makareaksi yang terjadi adalah terbentuknya cincin precipitasi.Reaksi precipitasi terjadi adanya kombinasi antara antibody yang terlarutdengan substansi yang terdapat antigen. Hal yang perlu diperhatikan dalamdeteksi ini adalah menggunakan gel agarose. Gel agarose ini digunakan sebagaimatrix combining
diffusion precipitasi.Imunodifusi Antibodi dicampurkan di dalam agar. Antigen yangdimasukkan di dalam lubang akan berdifusi dan bereaksi dengan antibodimembentuk lingkaran presipitasi putih. Diameter lingkaran dapat dipakai sebagaiukuran konsentrasi antigen, bila dibandingkan dengan larutan antigen yangdiketahui konsentrasinya. Assay kompleks Ag-Ab bertujuan mendeteksi antigen atau antibodi; cara inipaling banyak digunakan di bidang diagnostik atau biomedis. Secara teknis relatif sederhana dan murah. Prosedur seperti reaksi aglutinasi, imunodifusi ganda danpresipitasi berazaskan model ini. Biasanya dalam model ini tidak menggunakanlabel dan kepekaannya terbatas, meskipun demikian reaksi imunodifusi dapatmendeteksi 0,005 g protein/ml suspense.Alat dan bahan yang dgunakan dalam uji serologis immunodifusion adalahsebagai berikut:1.
Agarose2.
Distilled water3.
Slide mikroskop4.
60 0 C5.
PBS ( Phospate Buffer Saline) pH 7,2
1. UJI PRESIPITASI
Presipitasi adalah hasil kombinasi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut menghasilkan suatu komplek yang terlihat(tidak larut) Proses presipitasi pertama kali ditemukan oleh Kraus tahun 1897 saat kultur bakteri enterik membentuk presipitat bila dicampur dengan antibodi spesifik. Media : cair(zona ekuivalen) atau semisolid /gel(prozone effect) Pembentukkan presipitat terjadi apabila konsentrasi Ag dan Ab seimbang (zona ekivalen = ZE) ZE sempit Ag bersifat mudah larut ZE lebar Ag bersifat tdk mudah larut, BM besar, & multikomponen Ag Konsentrasi Ag berlebih Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut kembali disebut postzone effect Konsentrasi Ab berlebih Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap larut disebut prozone effect Faktor yg mempengaruhi : Aviditas Ab stabilitas komplek Ag-Ab Suhu (optimal 0-37 o C) pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 mudah disosiasi Molaritas (molaritas < 0,15 M) ; >0,15 M men-cegah presipitasi . Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni:
A. Uji tabung Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional. Contoh :uji CRP B. Presipitasi Cincin Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin. C. Difusi Gel Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan: - bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji) - bercabang, antigen berhubungan sebagian - bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan
Metode difusi tunggal Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer. Imunodifusi ganda Agar dituang pada plat. Dibuat sumur yang terletak ditengah dan sumur-sumur lain disekitarnya.kemudian ke dalam sumur-sumur dimasukkan antigen dan ke dalam sumur yang terletak ditengah dimasukkan antibodi.Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan obyek gelas Immunoelektroforesis Digunakan untuk mendeteksi Ag dan emisahkan fraksi protein(Ab) dalam serum. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel . Adapun tahapnya :Dibuat sumur sejajar dengan garis migrasi Ab,lalu ke dalam sumur yang berisi Ab, dimasukkan antiserum,kemudian dibiarkan berdifusi dan membentuk presipitas berbentuk busur,sehingga masing-masing fraksi dapat diidentifikasi secara terpisah . Elektroforesis "roket" Metodepengukuran Ag secara kuantitatif,Tahapnya: dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi. Terjadi reaksi Ag-Ab yang kemudian akan mengendap pada titik optimum,sehingga apabila reaksi selesai ,presipitas tadi tampak sebagai kerucut(roket).Panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen. Immunodifusi radial tunggal James Odin adalah orang pertama menggunakan gel untuk reaksi presipitasi, dan tehknik pertama yang diperkenalkannya adalah single diffusion Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan dengan cincin presipitasi kontrol.
2. UJI AGLUTINASI Teknik ini merupakan metoda klasik dalam penetapan antibody atau antigen Ag bentuk partikel direaksikan dengan Ab spesifik membentuk Aglutinasi Reaksi 2 tahap : o Ab dgn salah satu antigen binding site (Fab) bereaksi dgn Ag o Fab yg lainnya berikatan dgn Ag lain yg sudah berikatan dgn Ab gumpalan (lattice) Faktor yang mempengaruhi: Muatan listrik protein,molaritas medium,vaksositas media,dan fenomena prozone Jumlah antigen & antibodi hrs seimbang Contoh pemeriksaan: o Widal, o gol darah o tes kehamilan Macam-macam Aglutinasi a. Aglutinasi Direk Untuk menetapkan Ab terhadap Ag yang berupa partikel atau sel contoh pemerksaan: reaksi Widal(deteksi antibodi terhadap S.tiphy),penyakit hemolitik, tes rheumatoid faktor (IgM dan IgG), tes syphilis dan tes kehamilan. Interpretasi: Gumpalan Positif Tidak ada gumpalan Negatif b. Aglutinasi Indirek Untuk menetapkan antibodi terhadap Ag yang larut dengan melekatkan dengan antigen ini terlebih dahulu pada suatu partikel yang di sebut carrier. Partikel yang digunakan dalam teknik ini adalah lateks, eritrosit, karbon dan lain-lain Faktor yang mempengaruh: afinitas konjugat antigen terhadap carrier, waktu inkubasi dengan serum penderita dan interaksi yang terjadi pada lingkungan mikro (pH dan konsentrasi protein). Contoh pemeriksaan: tes streptococcus grup A,Treponema pallidum,hormon tiroid,dan deteksi anti-Hbs Interpretasi: Tidak ada gumpalan positif Ada Gumpalan Negatif
c. Hambatan aglutinasi (Aglutination Inhibition) Modifikasi teknik aglutinasi untuk mendeteksi antigen yang larut Cara kerja: 1. serum atau cairan yang akan diperiksa direaksikan terlebih dahulu dengan antibodi spesifik. 2. direaksikan dengan Ag yang dilekatkan pada suatu partikel. 3. Dilihat ada tidaknya aglutinasi Interpretasi: 1. Ag yang ada pada serum atau cairan yang diperiksa, mengikat Ab spesifik sehingga Ab tidak mampu lagi bereaksi dengan Ag pada permukaan partikel Uji positif(+)/tidak terjadi aglutinasi 2. Apabila dalam serum atau cairan yang diperiksa tidak tedapat Ag, maka antibodi yang bebas dapat bereaksi dengan Ag melekat pada permukaan partikel Uji negatif(-)/terjadi aglutinasi Contoh Pemeriksaan: uji kehamilan,penetapan FDP,mendeteks berbagai virus seperti rubella, influenza ,parainfluenza, dan mumps d. Aglutinasi Pasif Terbalik Untuk menyatakan Ag yang larut dalam serum atau partikel lain. Ab spesifik terhadap Ag bersangkutan dilekatkan pada permukaan carrier,baik eritrosit maupun partikel lain. Reaksi Aglutinasi e. fiksasi komplemen
Reaksi fiksasi komplemen dapat menentukan kadar antibodi yang rendah yang tidak dapat dideteksi dengan cara uji presipitasi ataupun aglutinasi. Melekat pada permukaan sel pathogen dan berperan dalam penghancuran dengan aktifitas lisis sistem komplemen Tahap : 1. Pengikatan sejumlah komplemen oleh kompleks Ag Ab 2. Penghancuran Eritrosit yg telah dilapisi hemolisin(sebagai indicator) oleh komplemen yang tersisa Interpretasi o sel darah merah ditambahkan dengan anti-red-cell-antibody, sel darah merah akan lisis ketika ditambahkan komplemen tes negative(-) o Serum mengandung antibodi maka complemen akan menfiksasi ikatan antigen dan antibodi sehingga ketika ditambahkan anti-red-cell antibodi tidak menghasilkan hemolisis Tes positif(+) Contoh pemeriksaan : - Sifilis - Jamur (Blastomyces, Coccicioides, & Histoplasma) - Virus Herpes - Virus Rubella - Tripanosoma - Schistisoma
Reaksi pada teknik fiksasi komplemen 3. UJI MUNOFLOURESCENT Merupakan kombinasi antara zat warna fluoresein dengan antibodi sehingga menimbulkan warna pendaran ketika dilihat pada mikroskop dengan sinar ultra violet Mereaksikan antibody dan antigen spesifik dan anti-antibodi yang dilabel dengan Fluoresence Isothiocyanat (FITC) sehingga terpancar sinar warna hijau atau label dengan Rodhamin menghasilkan warna merah Fluorescent Antibody Technique (FAT) untuk penggunaan didalam mikrobiologi telah diperlihatkan pertama kali oleh Coons, at all pada tahun 1942 dan mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dalam bidang pemeriksaan parasitologi dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test Jenis sampel: serum, cairan ludah, cairan otak, cairan mata ,urine,mukosa usus, mukosa mulut, dan dalam jaringan. Jenis pemeriksaan : 1. Echerchia antibody, 2. Fluorescent Treponemal antibody (FTA) 3. Legionnella antibody 4. Mumps IgM antibody 5. Q Fever antibody 6. Rocky Mountain Spotted Fever antibody 7. Toxoplasma IgG antibody 8. Typhus antibody Jenis-jenis Imunoflourecent:
1. Direct immunoflourescent : Untuk pemeriksaan antigen Ab dilabel dengan marker fluorescent Ab secara langsung diberikan pada jaringan yg diinginkan Cara Pemeriksaan. 1. Sel pada deck cover glass yang diinfeksi dengan virus difiksasi dengan aceton- 20 o C selama 15 menit. 2. Cuci dengan PBS dan keringkan pada temperature ruangan sampai kering. 3. Masukan deck cover glass pada PBS yang mengandung 1%FCS dan biarkan 15 menit. 4. Siapkan serum sampel dan encerkan dengan PBS sesuai keperluan. 5. Teteskan 20l serum sampel di atas glass obyek. 6. Taruh deck cover glass di atas sampel dengan bagian sel di bawah dan letakkan dalam kotak dan kertas yang telah dibasahi dengan air. 7. Inkubasi pada incubator denagan temperatur 37 o C selama 45 menit. 8. Cuci dengan PBS 1%FCS selama 15 Menit. 9. Siapkan Konjugat fragmen Imunoglobulin dengan pengenceran 1:100l. 10. Teteskan Konjugat 20l di atas glas obyek dan letakkan deck cover glass di atasnya. 11. Inkubasi pada incubator dengan temperatur 37 o C selama 15 menit 12. Cuci dengan PBS 1%FCS selama 15 menit dan selanjutnya angkat deck cover glass dan sentuhkan deck cpver glasspada kertas tissue agar airnya berkurang, sehingga kering tapi basa. 13. Teteskan Glycerin 50% 20l di atas glass obyek dan selanjutnya deck cover glass di taruh diatasnya dan langsung dilihat hasilnya dengan mikroskop fluorescent pada pembesaran 40x. catatan preparat ini dapat disimpan pada 4 o C sampai 2-3 minggu.
2. In-direct immunoflourescent Untuk mendeteksi antibody terhadap jaringan atau komponen sel tertentu Menggunakan Ab yg tdk berlabel thd Ag yg diuji dengan Ab sekunder yang berlabel (yang berikatan spesifik dg Ab pertama). Semakin banyak ikatan Ab sekunder sinyal floresen semakin meningkat Cara pemeriksaan: 1. Antigen mikroba diletakkan dalam kaca objek dan diberi bahan fiksatif 2. Serum pasien yang telah diencerkan diinkubasi bersama antigen pada kaca objek, kemudian dicuci 3. Ditambahkan Antibodi berlabel flouresen (konjugat) 4. Kaca objek dicuci hemudian dikeringkan, kemudian dibaca dibawah mikroskop flouresen Preparat diamati adanya area terang berfloresensi warna hijau dan dibandingkan dengan control positif dan negatif. Adanya floresensi hijau menandakan adanya antibodi terhadap antigen.
RADIOIMMUNOASSAY Radioimmunoassay pertama kali dikembangkan oleh Rosalyn Yalow dan Solomon A. Berson dari amerika serikat, pertama kali mereka bekerja untuk mempelajari tentang hormon khususnya insulin yaitu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah . Teknik RIA merupakan cara diagnostik yang mampu mengukur konsentrasi antigen maupun antibodi yang berkadar rendah, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi adanya kelainan tubuh secara dini. Prinsip dasarnya dalah reaksi antara antigen dan antibodi di dalam reaksinya adalah sifat kekhususannya, sebuah antigent yang bereaksi dengan antibody yang spesifik untuknya dan tidak mengadakan reaksi silang (cross reaction) dengan tipe antigent yang sama. Bahan pereaksi dalam radioimmunoassay ialah antigen radioaktif dan antibody spesifik. Terdapat dua cara pemeriksaan RIA: A. Reaksi antigen antibodi dalam larutan (liquid phase )/Kompetitif 1. Antibodi diimobilisasi (ditempelkan) pada suatu fase padat misalnya dinding tabung plastic 2. Sampel pasien Ag ditambahkan bersama dengan sejumlah tertentu Ag berlabel radioaktif yang akan berinteraksi dengan antibodi yang timbul. 3. Ag-Ag berlabel-Ab bereaksi kompetitf dan membentuk kompleks Ag-Ab-Ag berlabel 4. Pemisahan kompleks Ag-Ab-Ag berlabel dengan mengendapkannya secara kimiawi menggunakan ammonium sulfat,asam trichlorasetat/polietilen glikol,maupun mereaksikannya dengan antibody kedua atau filtrasi dengan gel B. Reaksi pada zat padat atau partikel (solid phase)/Non Kompetitif/Sandwich 1. Melekatkan Ag atau Ab pada suatu partikel 2. Mereaksikannya dengan specimen(Ag) yang akan di uji. 3. Ditambahkan Ab berlabel 4. Terbentuk kompleks Ab-Ag-Ab berlabel,lalu dipisahkan dan diukur radioaktivitasnya 5. Banyaknya Ab berlabel yang terikat pada kompleks merupakan kadar Ag dalam spesimen Keuntungan : Sensitivitas dan presisi yang tinggi ,Mudah dikerjakan, Pekerjaannya lebih cepat dan tidak memerlukan sampel yang besar. Kerugian : Reagen kurang stabil, Memerlukan proteksi terhadap bahan radioaktif (radioactive hazardous) Contoh pemriksaan : HBsAg,anti HBs,macam-macam hormone,macam-macam pertanda ganas,dan IgE spesifik ELISA ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor. Untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim Syarat Enzim:tidak boleh mengurangi sifat imunologi Ag/Ab,didapat dalam keadaan murni,bersifat stabil. Contoh Enzyme : horseradish peroxidase, phosphatase,,glukosa oksidase,dan beta galaktosidase Prinsip ELISA: mereaksikan (Ag) dalam sampel dengan Ab yang dilabelkan dengan enzim.Kompleks Ag-Ab enzim yang terbentuk kemudian dipisahkan ,lalu diinkubasi dengan substrak kromeogenik yang berwarna ketika dihidrolisis dengan enzim.Intensitas warna yang terbentuk diukur dengan alat Colorimetri dan merupakan parameter Ag yang diuji Contoh pemeriksaan : utk deteksi fungsi hati, fungsi trombositopenia, gangguan fungsi hormonal Jenis-jenis ELISA: A. Metode Kompetitif Untuk menguji antigen Tahapnya: 1. Ab spesifik dilekatkan pada partikel(benda padat) seperti bagian dalam dinding tabung atau sumur 2. Sampel(serum) bersama Ag berlabel enzim direaksikan dengan Ab tersebut.Ag dalam specimen apabila ada akan bersaing dengan Ag enzim untuk mengikat Ab 3. Setelah reakan yang tidak bereaksi dibuang dengan pencucian,dimasukkan substract,lalu diinkubasi.Hidrolisis substrat oleh enzim yang terikat pada kompleks akan menyebabkan perubahan warna,dan intensitas perubahan warna merupakan kadar Ag enzim yang terikat dan merupakan parameter Ag dalam sampel.
A. Metode Non Kompetitif Untuk menguji Ab Tahapnya: 1. Ag dilekatkan pada permukaan benda padat 2. Spesimen yang mengandung Ab direaksikan dengan Ag tersebut,setelah itu kelebihan specimen dicuci 3. Antiimunoglobulin yang dilabel enzim dimasukkan kemudian diinkubasi dan kelebihannya dicuci 4. Setelah itu dimasukkan substract kromogenik yang selanjutnya dihidrolisis oleh enzim yang terdapat pada kompleks Ag-Ab-Ag enzim.Banyaknya substrat yang dihidrolisis sesuai dengan banyaknya enzim pada kompleks,sehingga hal itu dipakai sebagai parameter kadar Ab dalam specimen.
C. Metode Sandwich 1. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi penangkap 2. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir 3. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate 4. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat 5. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan antigen 6. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan dengan antibodi primer 7. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat dibuang 8. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia 9. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen