Memperingati Hari Buruh Internasional hari ini; tampaknya kisah Filemon dan Onesimus dapat dijadikan sebagai alternatif pencerahan. Relasi mereka telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Sebuah indikasi bahwa kasih dapat mereformasi hubungan majikan-pegawai, kasih memungkinkan terciptanya hubungan harmonis, saling menguntungkan, serta mampu mendorong etos kerja untuk meraih pahala di dunia dan akhirat.
Pada awalnya Onesimus adalah seorang budak yang dibeli oleh Filemon. Filemon adalah tuan, sang pemilik dan Onesimus adalah milik tuannya. Tidak heran bila salah satu alat ukur kekayaan dan ketenaran seseorang pada era itu adalah jumlah budak yang dimiliki. Semakin banyak budak yang dimiliki, semakin kaya pula seseorang. Sumber daya manusia adalah aset.
Belakangan, hubungan tuan-budak itu mengalami keretakan yang serius ketika Onesimus melarikan diri dan menyebabkan kerugian bagi tuannya. Pada masa itu, tidak ada hukum yang melindungi seorang budak tidak heran bila para budak dapat diperjual-belikan. Dengan kata lain, hidup dan matinya seorang budak bergantung sepenuhnya pada sang tuan. Sekali budak, tetap saja budak, tidak ada perbaikan nasib meski melarikan diri. Keretakan hubungan ini telah menempatkan posisi Onesimus dalam ancaman serius yang dapat menyebabkan ia kehilangan nyawanya.
Kehadiran Paulus memegang peran kunci dalam pemulihan relasi Filemon-Onesimus. Ia bersurat supaya Filemon, dapat menerimanya untuk selama-lamanya --bukan lagi sebagai hamba, melainkan sebagai saudara yang kekasih baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.(Flm.1:11-17) Berkat campur tangannya, Filemon menerima dan memaafkan Onesimus. Hubungan tuan-budak kini mengalami pembaharuan menjadi hubungan persaudaraan, di dalam Tuhan. Tepat seperti nama Onesimus yang berarti menguntungkan; kembali bekerja dan memberi keuntungan bagi tuannya. Nama Filemon yang berarti kasih sayang persaudaran menerima Onesimus; bukan lagi sebagai budak melainkan saudara di dalam Tuhan. Karena kasih, kini relasi Filemon-Onesimus memiliki nilai tambah, sebuah hubungan yang manusiawi karena seorang budak telah dibebaskan. Onesimus bukan sekedar aset, dia adalah sesama manusia.
Para majikan dan pegawai dapat menaruh kasih sebagai landasan dalam membina hubungan industrial. Segala perselisihan dapat diselesaikan dengan tali kasih sebagai perekat. Sang majikan dapat mengikat hati dan meraih loyalitas para pegawainya. Para pekerja dapat merasa percaya pada majikannya bila diperlakukan dengan kasih; tidak ada buruh yang akan tega melakukan demo anarkhis, mudah terprovokasi dan mogok, tidak ada yang sudi dipolitisir demi kepentingan pihak tertentu. Dengan bingkai cinta kasih hubungan industrial akan saling menguntungkan. Hubungan pengusaha-pekerja bila dikelola dengan bijak -- tidak menempatkan SDM sebagai aset belaka -- akan membuka pintu amal dan meraih pahala abadi di dunia maupun di Sorga. Firman Tuhan berkata, Kamu tahu, setiap orang, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.(Efesus 6:8) Selamat Hari Buruh. Tuhan memberkati.