You are on page 1of 13

UJI PROKSIMAT PAKAN IKAN

(Laporan Praktikum Nutrisi)




Oleh :
Kelompok 3

1. Eshy Tri Wulandari (1214111026)
2. Fajrizah Haris (1214111028)
3. Puji Lestari (1214111051)
4. Renaldho (1214111054)
5. Triando Kurniawan (1214111066)
6. Wijayanti Ristianingrum (1214111068)




JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengembangan usaha budidaya adalah sarana dalam pencapaian
kesejahteraan masyarakat, baik dari kesehatan, pendapatan, penyerapan tenaga
kerja, dan sebagainya. Produksi perikanan budidaya harus ditingkatkan untuk
pencapaian gizi masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan akan protein.
Peningkatan kebutuhan masyarakat akan ikan, akan meningkatkan produksi
perikanan dan mempengaruhi faktor produksi lainnya, terutama pakan ikan.
Komposisi pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar
menghasilkan ikan yang berkualitas. Pakan ikan yang diberikan tergantung
dari bahan baku yang dibuat. Ketersediaan bahan baku harus berlimpah, baik
secara kualitas dan kuantitas.
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan
serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Pendapat itu
didukung oleh pernyataan Mulyono (2000),menyatakan bahwa Anal isis
proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk
bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang
jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan
atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya
terkandung di dalamnya. Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik.







1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji proksimat adalah :
1. Memahami berbagai metode analisis proksimat untuk mengetahui
kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada pakan ikan
2. Menyimpulkan kualitas nutrisi pada suatu pakan ikan yang telah diuji





II. TINJAUAN PUSTAKA


Adila, (2007) me nya t a k a n b a h wa a n a l i s i s p r o k s i ma t
a d a l a h a n a l i s i s terhadap suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak,
abu dan serat.
Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan
pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan
nilai energi dari bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen
bahan pakan tersebut (NRC, 1994). Analisa proksimat dibagi ke dalam enam
fraksi zat makanan yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak, serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen. analisis proksimat merupakan analisis yang
diambil dari bahan pakan yang menguap serta bahan yang
tinggal adalah bahan kering yang dapat dihitung pada penentuan kadar air.
Barry, (2004) yang menyatakan bahwa indikator dari daya cerna
dan bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti utama dari serat kasar. Buckle
(2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah
campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan
fase cair.
Chandra (2001) Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak
dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai
mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan
hemiselulosa. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering
sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil
Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan
kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh
tubuh. Jossemariee (2010), Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian
kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang
seharusnya terkandung di dalamnya. Mulyono, (2000) menyatakan analisis kadar
serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku
pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan
metode mendell.
Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa Kandungan air dalam bahan
makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu.
Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang
baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan
bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan A
w
yaitu
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Dari dua pernyataan yang disampaikan bahwa KA sangat
mempengaruhi kualitas pakan. Yunus (2008) yang mengatakan bahwa kandungan
yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan
campuran dari beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa
nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan
dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga
merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Kamal,1998).

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Uji proksimat pakan ikan yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya dilakukan
di laboratorium teknologi hasil pertanian Politeknik Negeri Lampung pada Kamis,
24 April 2014.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan diantaranya cawan porselen, mesin oven, timbangan digital,
eksikator, labu kjehldahl, Erlenmeyer, vaccum pump, kertas saring, dan lain
sebagainya. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu pakan a, pakan b, larutan
H
2
SO
4
, larutan NaOH, indikator methyl red, air destilata, dan aseton.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada analisis kimia pakan (uji proksimat) adalah sebagai
berikut:

1. Analisis Kadar Air

Pertama, cawan dipanaskan pada suhu 105
0
C selama 3 jam. Kemudian, bahan
(pakan a atau b) seberat A gram dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang (X
gram). Cawan yang sudah berisi bahan dimasukkan dalam oven pada suhu 105
0
C
selama 3 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator selama minimal 30 menit
dan ditimbang (Y gram), proses pada tahap ini diulangi hingga tidak ada
perubahan bobot pakan (pengukuran selesai). Lalu hitung persentase kadar air
dengan rumus:
Persentase (%) kadar air =



2. Analisa Kadar Abu
Mula-mula cawan porselan dipanaskan dengan muffle furnace pada suhu 600
0
C
selama 1 jam. Kemudian dibiarkan sampai suhu muffle furnace turun menjadi
110
0
C. Selanjutnya cawan porselen dikeluarkan dan didinginkan dalam eksisator
selama 30 menit atau lebih. Setelah dingin, cawan ditimbang (A gram). Kemudian
sampel dimasukkan dan ditimbang (B gram) dengan ketelitian 4 desimal. Lalu,
panaskan kembali dalam muffle furnace pada suhu 600
0
C selama semalam.
Cawan porselen dikeluarkan lalu didinginkan dalam eksikator selama 30 menit,
dan ditimbang (C gram). Kadar abu dihitung dengan rumus:
Persentase (%) kadar abu =



3. Analisa Kadar Protein (Metode Semi Mikro Kjehldahl)

Bahan ditimbang 0,5-1,0 gram dan dimasukkan ke dalam labu kjehldahl. Salah
satu labu tidak perlu dimasukkan bahan kedalamnya karena akan digunakan
sebagai blanko. Ditambahkan 3 gram katalis (L
2
SO
4
+ Cu SO
4.
5 H
2
O) dengan
rasio 9 : 1 dan 10 ml H
2
SO
4
pekat. Lalu, labu dipanaskan selama 3-4 jam hingga
cairan dalam labu berwarna hijau, setelah itu pemanasan dilanjutkan 30 menit
lagi. Kemudian larutan didinginkan dan ditambahkan air destilata sebanyak 30 ml.
Larutan dimasukkan dalam labu takar dan ditambahkan air destila hingga volume
larutan menjadi 100 ml. Lalu, labu destilasi disiapkan dan diisi 10 ml H
2
SO
4
0,05
N dan ditambahkan 2-3 tetes indikator (methyl red) yang disiapkan untuk
menampung NH
3
yang dibebaskan dari bahan pada prosedur sebelumnya selama
proses destilasi berlangsung. Pemanasan dengan uap terhadap labu destilasi
dilakukan minimal 10 menit setelah kondensasi. Larutan dalam labu Erlenmeyer
dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N. Persentase (%) kadar protein diperoleh
dengan menghitung menggunakan rumus:
Persentase (%) kadar protein =
()



Keterangan:
Vs : ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel
Vb : ml titran NaOH untuk balnko
F : Faktor koreksi dari 0,05 larutan NaOH
S : Bobot sampel (gram)
* : Setiap ml 0,05 N NaOH ekuivalen dengan 0,0007 gram nitrogen
** : Faktor nitrogen

4. Analisa Kadar Lemak

a) Metode Ether Ekstraksi Soxchlet

Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 110
0
C selama 1 jam, kemudian didinginkan
selama 30 menit dalam eksikator. Lalu dipanaskan lagi selama 30 menit,
kemudian didinginkan dan ditimbang (A gram). Proses terus diulangi sampai
tidak ada perbedaan bobot labu lebih dari 0,3 miligram. Bahan sebanyak 1-2 gram
dimasukkan dalam tabung filter, lalu dipanaskan pada suhu 90-100
0
C selama 2-3
jam. Lalu, tabung filter ditempatkan kedalam labu ekstraksi dari alat soxchlet,
kemudian sambungkan kondensor labu ekstraksi pada tahap pertama yang telah
diisi 100 ml petroleum ether. Ether pada labu ekstraksi dipanaskan menggunakan
water bath bersuhu 70
0
C selama 16 jam. Panaskan labu ekstraksi pada suhu
100
0
C, kemudian ditimbang (B gram). Persentase (%) kadar lemak dihitung
menggunakan rumus:
Persentase (%) kadar lemak =




b) Metode Folsch

Bahan ditimbang sebanyak A gram dan ditambahkan C ml (20xA) Chlorometanol
perbandingan 2:1, dihomogenkan selama 5 menit. Hasilnya disaring dengan
vaccum pump dan kertas saring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu
pemisah yang sebelumnya telah dimasukkan MgCl
2
sebanyak 0,2xC ml. Lalu
dikocok perlahan selama 1 menit dan didiamkan selama 24 jam. Kemudian
diambil lemaknya dan dievaporasi lalu ditimbang (D gram).
Kadar lemak (%) =



5. Analisa Serat Kasar

Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110
0
C, kemudian
didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang (A gram). Dengan cara yang sama,
cawan porselen dipanaskan kemudian ditimbang (X gram). Sampel sebanyak 1-2
gram ditimbang lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan H
2
SO
4
0,3 N ke dalamnya dan dipanaskan selama 30 menit. Setelah itu ditambahkan
NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml lalu dipanaskan selama 30 menit. Lalu disaring dan
dibilas berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H
2
SO
4
0,3 N, 50 ml air panas,
dan 25 ml aseton. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen,
lalu dikeringkan dalam oven selama 1 jam, setelah itu disimpan dalam eksikator
dan ditimbang (Y gram). Cawan porselen dan isinya dipanaskan dalam muffle
furnace, didinginkan kembali dalam eksikator, kemudian ditimbang (Z gram).
Persentase (%) serat kasar =



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No Nama Air Abu Protein Lemak Serat
Kasar
Karbohidrat
Sampel %
1 Pakan
Ikan U1
4,5151 6,4031 13,0168 6,7375 5,0396 64,2878
2 Pakan
Ikan U2
4,5127 6,4181 13,0786 6,7454 5,1063 64,1389

B. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, spesifikasinya untuk
kadar air dan karbohidrat oleh pakan ikan U1 berturut-turut sebesar 4,5151% dan
64,2878% lebih tinggi. Sedangkan untuk kadar abu, protein, lemak, dan serat
kasar oleh pakan ikan U2 dengan persentase fraksi berturut-turut 6,4181%,
13,0786%, 6,7454%, 5,1063% lebih tinggi. Umumnya ikan membutuhkan protein
sekitar 25%-50% dalam pakannya. Protein merupakan sumber energi utama pada
ikan, jika kebutuhan protein tidak dicukupi dalam makanannya, maka akan terjadi
penurunan drastis atau penghentian pertumbuhan (NRC, 1983).
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan kadar protein pakan tertinggi
terdapat pada pakan ikan U2 dengan persentase 13,0786% dan terendah pada
pakan ikan U1 dengan presentase 13,0168%. baik tidaknya kandungan protein
pakan tidak dilihat dari tingginya kadar protein, tetapi dari kelengkapan asam
aminonya (Watanabe, 1988 dalam Rostika, 1997).

Dari uji proksimat yang dilakukan, pada presentase kadar lemak pada pakan ikan
U1 sebesar 6,7375% dan 6,7454% pada pakan ikan U2. Pakan yang baik
umumnya mengandung 4 18% lemak. Hal ini dikarenakan jika kadar lemak
dalam pakan tinggi akan mempercepat proses ketengikan pakan buatan tersebut.
Pakan ikan A dan B memiliki kadar lemak dalam kisaran yang tidak baik untuk
dicerna oleh ikan. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga
mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu
fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).
Setelah dilakukan uji kadar abu, didapatkan Kadar mineral (abu) tertinggi
pada pakan terdapat pada pakan ikan U2 dan terendah terdapat pada pakan ikan
U1 dengan persentase dari dengan persentase U2 6,4181% dan persentase U1
6,4031%. Kadar abu pada pakan mewakili kadar mineral pakan, kadar yang sesuai
adalah 3-7 % (Winarno, 1997).
Serat kasar yang diperoleh dari hasil analisis adalah 5,0396% untuk
pakan ikan A dan 5,1063 untuk pakan ikan B. Pakan hijauan merupakan sumber
serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak
yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak
mikroba rumen (Farida, 1998).Kadar derat kasar yang baik untuk pakan ikan %
adalah 3,2313, jadi dapat diketahui jika pakan ikan A dan B tidal baik digunakan
karena akan membuat ikan sulit dalam mencernannya. Terakhir adalah hasil
analisis dari kadar karbohidrat adalah 64,2878% untuk pakan A dan 64,1389%
untuk pakan B.














V. KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Uji proksimat dilakukan untuk mengetahui kadar suatu komponen tertentu
yang terkandung di dalam bahan pakan seperti kadar (air, abu, protein,
lemak, serat kasar dan karbohidrat)
2. Pakan Ikan U1 memiliki kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak
lebih rendah di banding pakan ikan U2, sedangkan pada kadar serat kasar
dan kadar karbohidrat pakan ikan U1 lebih unggul di banding pakan ikan
U2
3. Kadar lemak pada kedua jenis pakan ikan relatif memenuhi syarat untuk
pakan yang baik.


2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu sebaiknya jurusa kita mempunyai
alat untuk menguji proksimat pakan ini sendiri, agar praktikan tau bagaimana
proses dalam melakukan uji proksimat ini secara langsung.













DAFTAR PUSTAKA

Amrullah. 2004. Analisa Bahan Pakan. Universitas Hasanudin. Makassar

Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta.

Barry. 2004. Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Buckle. 2005. Analisis kandungan pakan. Institut Pertanian Bogor

Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.

Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Winarno, 1997. Analisa Hasil Pakan . Erlangga. Jakarta.

You might also like