PENCELUPAN KAIN POLIESTER-KAPAS (T/C) DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-
DIREK METODA CARRIER
I. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari praktikum pencelupan ini yaitu untuk mencelup kain polyester-kapas (T/C) menggunakan zat warna dispersi direk dengan metoda Carrier. Tujuan dari praktikum pencelupan ini yaitu untuk membandingkan hasil celup cara carrier 1 bath 1 stage dengan hasil celup cara carrier, 2 bath 2 stage serta mengetahui penyebab perbedaannya.
II. Teori Dasar Serat Poliester Serat polyester dibuat dari ethylene glycol dan asam tereptalat, adapun struktur serat polyester adalah sebagai berikut
HOC 2 H 4 OOC COO C 2 H 4 OOC COO n
C2H4OH
Karakteristik serat polyester - Memiliki kekuatan tarik yang sangat baik - Tahan panas yang sangat baik dan tahan sinar - Tahan terhadap zat kimia - Memiliki stabilitas dimensi yang sangat baik dan anti crease mark - Serat polyester memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan serat kapas dan rayon viskosa yaitu 1,38. - Moisture regain serat polyester adalah 0,4% - bisa dicelup atau dicap dengan zat warna disperse [1]. Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai dapat saling berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan basa lemah ,tetapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidasi, alcohol keton ,sabun dan zat zat untuk pencucian kering polyester larut dalam meta-kresol panas, asam triflouro asetat-orto-khlorofenol ,campuran 7 bagian berat trikhlorofenol dan 10 bagian fenol dan campuran 2 bagian berat tetrakloro etana dan 3 bagian fenol. Untuk dapat mendekatkan air terhadap serat yang hidrofob, maka kekuatan ikatan hidrogen dalam serat perlu dikurangi. Kenaikan suhu dapat memperbesar fibrasi molekul,akibatnya ikatan hidrogen dalam serat akan lemah dan air dapat mendekati serat. Disamping sifat hidrofob, faktor lain yang menyulitkan ialah kerapatan serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh molekul zat warna. Derajat kerapatan ini akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu karena fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar pula.Molekul zat warna akan masuk dalam ruang antar molekul . Kekuatan polyester pada keadaan kering sama besar dengan kekuatan pada keadaan basah. Polyester memiliki mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar sekali ditembus oleh molekul- molekul yang berukuran besar ataupun tidak bereaksi dengan zat warna anion atau kation. Untuk memperoleh hasil celup yang baik maka proses pendahuluan (pretreatment) untuk polyester sangat perlu. Penggunaan alkali panas waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari, karena akan menyebabkan terkelupasnya permukaan serat tersebut. Polyester juga memiliki titik leleh yang tinggi yaitu 280 0 C, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan elastisitas yang tinggi. Polyester kebanyakan hanya dapat dicelup oleh zat warna disperse. Serat Kapas Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman jenis Gossypium.Dimensi serat yang terpenting adalah panjangnya. Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus, lembut dan mempunyai konvolusinya lebih banyak.
Penampang Membujur Penampang Melintang Sumber : W. Kauser and W. V. Bergen., Textile Fiber Atlas, 1994. Serat kapas mempunyai komposisi : Selulosa 80-90 % Protein dan zat yang mengandung nitrogen 5% Lemak, minyak dan malam 0,5-1% Pektat 0,5-1% Mineral dan warna alam 1% Air 8%
Gambar 2.1.1 Struktur molekul serat selulosa. (P. Soeprijono S.Teks, dkk, Serat Serat Tekstil, ITT, Bandung, 1974) Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa. Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari - anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil (OH) - yang memberikan sifat kelarutan di dalam air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut di dalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa di dalam air. Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah dicelup. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian atom oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.
Sifat fisika Serat Kapas 1. Warna Warna kapas tidak betul betul putih, biasanya sedikit cream. Warna kapas akan makin tua setelah penyimpaan selama 2 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna keabu abuan. 2. Kekuatan Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata rata adalah 96.000 pound per inchi 2 dengan minimum 70000 dan maksimum 116000 pound per inchi 2 . kekuatan serat kapas dalam basah makin tinggi dibanding dengan kekuatan kapas kering. Pada kapas kering distribusi tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang terpuntir dan tidak teratur. Dalam keadaan basah serat menggelembung berbentuk silinder, diikuti dengan kenaikan derajat orientasi sehingga distribusi tegangan lebih merata dan kekuatan seratnya naik. 3. Mulur Mulur serat kapas erkisar antara 4 13 % bergantung pada jenisnya, dengan mulur rata rata 7 %. 4. Moisture regain Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. MR kapas bervariasi dengan perubahan kelembaban atmosfer sekelilingnya. MR serat kapas pad kondisi standar berkisar 7 8.5 %. 5. Berat jenis Berat jenis kapas adalah 1.5 sampai 1.58.
Sifat kimia Serat Kapas Serat kapas tidak tahan terhadap asam yang akan menghidrolisa rantai selulosa mmembentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi cepat dan asam encer mengakibatkan menurunnya kekuatan. Alkali mempunyai sedikit pengaruh terhadap kapasm, kecuali alkali kuat dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan serat besar seperti pada meserisasi. Pelarut yang digunakan untuk kapas adalah kupramonium hidroksida dan kuprietilen diamina.
Sifat biologi Serat Kapas Serat kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
Morfologi Bentuk memanjang serat kapas pipih seperti pita terpuntir. Bentuk melintang serat kapas seperti ginjal. Secara umum serat kapas berwarna purtih sedikit cream, memiliki kekuatan tarik sekitar 3 5 g/l dengan mulur 7 %. Moisture regain serat kapas pada kondisi standar (27 0 C, RH 65 %) adalah 7-8,5 %. Sifat Kimia Serat Kapas, antara lain : Tidak tahan terhadap asam, terutama asam an-organik misal, H 2 SO 4 , HCl Tahan terhadap alkali dengan syarat tidak ada udara, karena adanya udara (oksigen pada udara) akan menyebabkan oksiselulosa. Dalam keadaan kering,tahan terhadap jamur, bakteri dan serangga. Mempunyai daya adsorpsi yang tinggi terhadap air,asam, gram,alkali dan zat lain. Tahan dalam penyimpanan
Zat Warna Dispersi Zat warna dispersi adalah zat warna organic yang dibuat secara sintetik. Kelarutannya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau partikel-partikel zat warna yang hanya melayang dalam air. Zat warna ini dipakai untuk mewarnai srat-serat tekstil sintetik, yang bersifat termoplastik atau hidrofob. Absorbsinya ke dalam serat sering disebut Solid Solution, yaitu zat padat larut dalam zat padat. Dalam hal ini zat warna merupakan zat terlarut dan serat berkisar antara 30 200 mg per garam serat. Molekul zat warna dispersi relatif kacil, sederhana dan tidak mempunyai gugus pelarut,Karena itu mempunyai katahanan yang tinggi dan warna yang cemerlang. Salain itu zat warna dispersi hampir semua mengandung gugus-gugus hidroksil dan amina (-OH, - NH2, NHR) yang berfungsi sebagai donor atom hydrogen untuk mengadakan interaksi dua kutub atau membentuk ikatan hydrogen dengan gugus-gugus karbonil atau gugus asetil dari serat. karena molekulnya kecil zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi, maka berdasarkan pada sifat ketahanan sublimasinya dapat dikelompokan dalam 4 (empat) golongan , yaitu : a) Golongan I : zat warna dispersi sublimasi rendah, dengan titik leleh 150 180 0 C, mempunyai berat molekul yang sangat kecil dan sangat mudah digunakan terutama untuk serat asetat. b) Golongan II : zat warna dispersi sublimasi cukup, dengan titk leleh 180 210 0 C, mempunyai berat molekul relatif rendah dengan sifat pewarnaan yang baik. c) Golongan III : zat warna dispersi sublimasi baik, dengan titk leleh 210 230 0 C, mempunyai berat molekul yang sedang dengan sifat pewarnaan yang cukup. d) Golongan IV : zat warna dispersi sublimasi tinggi, dengan titk leleh di atas 230 0 C, mempunyai berat molekul yang besar akan tetapi sifat pewarnaan yang kurang [2]. Pada metoda thermosol zat warna dispersi mencelup serat tidak dalam fasa larutan, tetapi fasa dispersi. Zat warna dispersi mempunyai afinitas yang besar terhadap serat poliester dibandingkan terhadap larutan celup, dengan demikian zat warna dapat bermigrasi kedalam serat dan dapat membentuk larutan padat. Proses Pencelupan ini merupakan pencelupan secara kontinu, dimana fiksasi zat warna di dalam serat dilakukan dengan menggunakan panas dari aliran udara panas. Proses ini dikembangkan oleh Du Pont pada tahun 1949, dimana zat warna ternyata dapat bermigrasi ke dalam serat dengan adanya panas, sehingga zat warna tersebut akan teradsorpsi oleh serat. Untuk pencelupan cara ini diperlukan peralatan khusus yang memungkinkan pengerjaannya dapat dilakukan secara kontinu. Dalam proses pencelupan ini terdiri dari empat tahap pengerjaan yaitu: 1. Padding bahan dalam larutan zat warna 2. Pengeringan antara pada suhu 110 o C, selama 60 detik 3. Fiksasi zat warna kedalam serat dengan pemanasan pada suhu 210 o C, selama 60 detik. 4. Pengerjaan akhir, misalnya pembangkitan kalau bahannya serat campuran , Penyabunan, pencucian,dan lain sebagainya. Pada pencelupan cara termofikasi pertama-tama zat warna berpindah dari larutan celup kepermukaan bahan melalui proses padding dan kemudian dilakukan pengeringan pendahuluan Menurut Mauric R.fox, masuknya zat warna disperse dari permukaan serat kedalam serat kemungkinan peristiwa berikut: 1. Perpindahan karena persinggungan (contact transfer) Pada system perpindahan ini umumnya dikenal sebagai system adanya larutan dari zat warna yang larut ke bagian rongga molekul serat polyester yang padat pula atau lebih dikenal dengan istilah solid solution. 2. Perpindahan melalui medium (Medium transfer) Perpindahan melalui medium ini adalah dalam bentuk lelehan zat warna. Hal ini disebabkan oleh adanya uap panas yang terabsorpsi kemudian menggelembungkan zat warna sampai meleleh dan lelehan zat warna ini akan larut kedalam serat polyester yang stuktur polimernya telah dibuka oleh pengaruh panas tersebut.
3. Perpindahan zat warna melalui Fasa uap (vapour phase transfer) Prinsipnya adalah zat warna pada suhu tinggi oleh media fiksasi udara kering akan berubah dari bentuk molekul padat menjadi bentuk uap zat warna. Uap ini akan terabsorpsi ke permukaan dan kemudian terdifusi ke dalam serat polyester.
Zat Warna Direk Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan suatu senyawa mordan. Tapi, ada beberapa jenis zat warna direk yang dapat mencelup serat-serat protein. Congo red merupakan zat warna direk yang pertama kali dikenal orang yang ditemukan oleh Brottiger pada tahun 1884. Sebelum tahun 1884 serat selulosa dicelup dengan zat warna Mordana atau Indigo dan zat warna lainnya yang sejenis. Cara pemakaian kedua zat warna tersebut diatas, rumit dan mahal, sedangkan zat warna Direk murah dan mudah pemakaiannya, meskipun ketahanan terhadap cucian, sinar,alkali dan lain-lainnya bernilai kurang. Struktur kimia zat warna direk merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan sulfanot sebagai gugusan pelarut. Zat warna direk, dapat merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetrakis-azo. Salah satu contoh struktur kimia zat warna direk
Diazamine Scarlet B ( C.I. Direct Red 118 ) Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada pencelupan dengan zat warna direk. Apabila atom hidrogen dari gugusan hidrolsil tersebut diganti dengan gugusan asetil maka serat tidak dapat mencelup zat warna direk. Hal ini dikarenakan gugusan hodroksil dalam molekul selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugusan-gugusan hidroksil, amina dan azo dalam molekul zat warna. Pada Umumnya zat warna direk mempunyai ketahanan luntur yang kurang baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada beberapa yang mempunyai nilai cukup atau baik. Tahan luntur zat warna direk yang kurang baik antara lain disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas juga zat warna direk merupakan zat warna yang larut. Sifat-sifat umum zat warna direk 1. Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan akan merusak oleh reduksi. 2. Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut dalam air. 3. Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals. 4. Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan pencucian yang rendah. Pengolongan zat warna direk N=N NaO 3 S OH NH.CO
NH 2 The Society of Dyers and colourist mengklasifikasikan zat warna direk sebagai berikut: 1. Golongan A Merupakan zat warna yang mudah berimigrasi, mempunyai daya perata yang tinggi dan kelarutan yang tinggi. 2. Golongan B Merupakan zat warna yang mempunyai kerataan rendah, sehingga penyerapannya harus diatur dengan penambahan elektrolit. 3. Golongan C Merupakan zat warna dengan daya perata yang rendah tetapi memiliki daya tembus yang baik meskipun tidak dengan penambahan suatu elektrolit. Untuk menghasilkan hasil celup yang baik perlu dilakukan pengontrolan suhu. Berdasarkan ketahanan terhadap suhu tinggi, Butterworth menggolongkan zat warna direk menjadi: 1. Golongan 1 Golongan ini merupakan zat warna direk yang memiliki ketahanan terhadap suatu suhu tinggi antara 120oC sampai 130oC dalam suasana netral dan tahan terhadap suasana asam maupun alkali, misalnya Durazol Blue 8G. 2. Golongan 2 Golongan ini merupakan zat warna direk yang memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi dalam suasana netral, tetapi rusak dalam suasana alkali, misalnya Chlorazol Green G. 3. Golongan 3 Golongan ini merupakan zat warna direk yang rusak oleh suhu tinggi dalam suasana netral ataupun alkali, misalnya Durazol Brilliant Red B. Faktor yang berpengaruh pada pencelupan zat warna direk 1. Pengaruh suhu Penyerapan zat warna direk pada suhu tinggi dalam keadaan setimbang akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu rendah. Kesetimbangan dalam proses pencelupan dicapai dengan cara pemanasan sehingga dapat mempercepat terjadinya reaksi. Apabila suhu dinaikan maka jumlah zat warna yang terserap pada waktu singkat menjadi lebih banyak sehingga mencapai jumlah tertentu kemudian berkurang kembali. Peristiwa tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahab ketuaan warna apabila pencelupan dilakukan pada temperature mendidih kemudian larutan didiankan menjadi dingin kembali.
2. Pengaruh pH ZAt warna direk pada umumnya digunakan pada pH netral. Penambahan alkali lemah pada soda ash berpengaruh untuk menghambat penyerapan sehingga diperoleh hasil pencelupan yang rata, selain itu untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai. 3. Pengaruh elektrolit Pada prinsipnya penambahan garam dapur kedalam larutan celup zat warna direk dapat memperbesar jumlah penyerapan zat warna meskipun beraneka zat warna mempunyai kepekaan yang berbeda. Selulosa dalam larutan alkali mempunyai muatan negative pada permukaannya sehingga anion zat warna direk akan tertolak. Elektrolit yang ditambahkan berfungsi untuk menghilangkan muatan negative tersebut sehingga pada jarak yang cukup dekat molekul-molekul zat warna akan tertarik karena gaya-gaya Van der Waals atau ikatan hydrogen telah dapat bekerja dengan baik 4. Pengaruh liquor ratio ( volt ) Tua mudanya warna hasil pencelupan dengan zat warna direk dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah liquor ratio ( volt ). Banyaknya zat warna terserap akan semakin tinggi dengan tingginya konsentrasi zat warna dalam larutan. Warna tua dihasilkan dari volt yang kecil sedangkan warna muda dihasilkan dari volt yang besar. Oleh karena itu pencelupan pada liquor ratio yang rendah dapat menghemat pemakaian zat warna.
III. Percobaan A. Alat dan Bahan Alat alat: - Termometer. - Piala gelas - Pengaduk kaca - Gelas ukur - Pipet volum - Kasa - Bejana porselen - Timbangan - Api Bunsen - Mesin celup HT
Bahan : - Zw. Dispersi - Zw. Direk - Asam asetat 30% - Zat pendispersi - Carrier - NaCl - Detergent - Na 2 CO 3 - Pembasah - NaOH - Na 2 S 2 O 4
B. Diagram Alir Proses
Persiapan Bahan dan larutan celup Proses pencelupan Proses Pengeringan Evaluasi C. Skema Proses 1 Bath 1 Stage
Zw. Dispersi Zw. Direk Pencucian tanpa R/C Zat pendispersi 100 0 C CH 3 COOH Carrier Detergent Kain T/C Na 2 CO 3
NaCl
10 20 30 10
2 Bath 2 Stage Pencelupan Zat Warna Dispersi
100 0 C Pencucian R/C CH 3 COOH Detergent Carrier NaOH Zw. Dispersi Na 2 S 2 O 4 Zat Pendispersi
10 30 45 20
Pencelupan Zat Warna Direk
Zw. Direk 90 0 C Pencucian Pembasah Detergen Na 2 CO 3 Na 2 CO 3
NaCl
10 20 30 20
D. Resep Pencelupan dan Pencucian 1 Bath 1 Stage Resep Variasi 1 Variasi 2 Variasi Perhitungan Variasi Perhitungan Berat Bahan (g) - 6,30 - 6,10 Zw. dispersi tipe SE/E (%owf) 1 6,30 1 6,10 Zw Direk (% owf) 1 6,30 1 6,10 Asam Asetat 30% - - 3 0,336 Carrier (mL/L) 1 0,126 3 0,122 Pendispersi Nonionik 1 0,126 1 0,122 NaCl (g/L) 30 3,78 30 3,66 Vlot (mL) 1:20 126 1:20 122 Suhu ( 0 C) 100 0 C - 100 0 C -
2 Bath 2 Stage Resep Variasi 3 Variasi 4 Variasi Perhitungan Variasi Perhitungan Pencelupan Zw. Dispersi Berat Bahan (g) - 6,53 - 6,32 Zw. dispersi tipe SE/E (%owf) 1 6,53 1 6,32 Asam Asetat 30% 1 0,131 1 0,126 Carrier (mL/L) 1 0,131 1 0,126 Vlot (mL) 1:20 130,6 1:20 122 Suhu ( 0 C) 100 0 C - 100 0 C - Pencelupan Zw. Direk Berat Bahan (g) - 6,53 - 6,32 Zw. Direk (%owf) 1 6,53 1 6,32 Pembasah (mL/L) 1 0,131 1 0,126 Na 2 CO 3 (g/L) 3 0,392 3 0,379 NaCl (g) 30 3,918 50 6,32 Vlot (mL) 1:20 130,6 1:20 126,4 Suhu ( 0 C) 100 0 C - 100 0 C -
E. Fungsi Zat - Zw dispersi : Untuk mewarnai serat polyester. - Asam asetat : Memberikan suasana asam, membantu penyerapan zat warna. - Pendispersi : Menambah kelarutan zat warna dispersi - Carrier : Sebagai zat pengemban, untuk mengembangkan serat polyester (membantu penyerapan zat warna dispersi) - Zw direk : Untuk mewarnai serat kapas - NaOH : - Na 2 S 2 O 4 : Mereduksi zat warna dispersi yang tidak tercelup - Na 2 CO 3 : - NaCl : Untuk memperbesar penyerapan zat warna direk - Zat pembasah : Menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu terserapnya zat warna ke dalam bahan.