You are on page 1of 5

Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap

masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah
SAW itu pada umumnya merupakan sebuah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, social, ekonomi dan politik yang
bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. a. Dalam membina masyarakat Islam di Madinah strategi
dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW antara lain : 1) Mendirikan Masjid. Beliau dahulukan
mendirikan masjid sebelum bangunan-bangunan lainnya selain kediaman beliau sendiri, karena
masjid mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan
mereka lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daulah Islamiyah berlandaskan
semangat tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat jihat di jalan Allah SWT,
sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu banyak tetapi rela mengorbankan harta dan jiwa
untuk kepentingan Islam. Di masjid pula beliau senantiasa mengajarkan doktrin tauhid dan
mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin dan ansor. Dan di dalam masjid pula
kaum muslimin mengadakan sholat berjamaah, mengadakan musyawarah untuk merundingkan
masalah-masalah yang di hadapi. 2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin
yang jauh dari sanak saudara dan kampung halaman mereka, di pererat oleh beliau dengan
mempersaudarakan mereka dengan kaum Ansor karena kaum Ansor telah menolong mereka
dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya
karena mencari keridhaan Allah SWT semata. Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan
Harits bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dengan Muadz bin Jabal, Umar bin Khattab dengan Itbah bin
Malik, begitu seterusnya tiap-tiap kaum Ansor dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan
demikian kaum muhajirin yang bertahun-tahun berpisah dengan keluarganya merasa tentram dan
aman melaksanakan syariat agamanya. Di tempat yang baru tersebut sebagian ada yang hidup
berniaga ada yang bertani seperti (Abu Bakar, Utsman dan Ali) mengerjakan tanah kaum Ansor.
Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad SAW dapat menyatukan dengan ikatan persaudaraan
Islam yang kuat yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam satu ikatan masyaraka
Islam yang kuat dengan semangat bergotong royong, senasib sepenanggunan. Segolongan orang
arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan miskin disediakan tempat tinggal dibagian
masjid yang kemudian dikenal dengan nama Ashab Shuffa. Keperluan hidup mereka dipikul bersama
diantara Muhajirin dan Ansor. 3) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi. Guna menciptaka
suasana tentram di kota baru bagi Islam (Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian
persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di sekeliling kota
Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang
ahli politikus yang ulung yang belum pernah dilakukan oleh para nabi-nabi terdahulu. Diantara isi
perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan kaum Yahudi antara lain : a) Bahwa kaum Yahudi
hidup damai bersama-sama kaum muslimin; kedua belah fihak bebas memeluk dan menjalankan
agamanya masing-masing. b) Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk
melawan siapa saja yamg memerangi mereka. Orang Yahudi memikul belanja mereka sendiri begitu
pula kaum muslimin juga memikul belanja mereka sendiri. c) Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib
nasehat menasehati, tolong menolong, melaksanakan kebajikan dan keutamaan. d) Bahwa kota
Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu.
Kalau terjadi perselisihan antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka urusannya hendaklah
diserahkan kepada Allah dan Rasullullah SAW. e) Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar
kota Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang yang zalim dan bersalah,
sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-orang yang baik dan berbakti. Perjanjian politik yang
dibuat oleh Nabi Muhammada SAW tersebut telah menjamin kemerdekaan beragama dan
menjamin kehormatan jiwa dan harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah merupakan
peristiwa yang baru dalam dunia politik dan peradaban manusia. Sebab waktu itu diberbagai pelosok
dunia masih terjadi perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia. 4) Meletakkkan dasar-dasar
Politik, Ekonomi dan Sosial untuk masyarakat Islam. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka
Rasulullah SAW menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam yang baru terwujud itu,
baik dalam bidang politik, ekonomi, social maupun yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam
periode perkembangan agama Islam di Madinah inilah telah turun wahyu Allah SWT yang
mengandung perintah berzakat, berpuasa, dan hukum-hukum yang bertalian dengan pelanggaran
atau larangan, jinayat (pidana) dan lain-lain. Dengan ditetapkannya dasar-dasar politik, ekonomi,
social dan lainnya, maka semakin teguhlah bentuk-bentuk masyarakat Islam, sehingga semakin hari
pengaruh agama Islam di kota Madinah semakin bertambah besar. 5) Memelihara dan
mempertahankan masyarakat Islam. Jumlah orang-orang yang mengakui kerasulan Muhammad
SAW bertambah dengan amat cepat, sehingga dalam waktu yang sangat singkat kekuatan Islam
sudah mulai diperhitungkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Ada tiga kekuatan yang
secara nyata memusuhi agama baru ini yaitu : orang-orang Yahudi, orang-orang munafik, dan orang-
orang Quraiys dengan sekutunya. a) Rongrongan Kaum Yahudi. Orang Yahudi sejak sebelum masehi
sudah hidup di Madinah, mereka terdiri dari 3 suku yaitu Bani Qainuqa, Bani Quraidhah dan Bani
Nadzir. Mereka semua mempercayai akan kedatangan nabi akhir zaman sebagaimana dijelaskan
dalam kitab suci mereka. Akan tetapi ketika nabi yang ditunggu-tunggu itu datang, mereka
mengingkarinya karena mereka menduga dan menghendaki bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu
berasal dari golongan mereka yaitu keturunan Israel. Apalagi setelah bangsa Arab memeluk agama
Islam mendahului mereka. Kekecewaan mereka sudah tak bias disembunyikan lagi. Lihat Q.S. Al-
Baqoroh : 89. Mereka memang pernah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, akan tetapi
tidak dilandasi dengan ketulusan hati yang jujur dan mereka mengira bahwa kaum muslimin adalah
kelompok yang lemah yang tidak akan mampu menghadapi kekuatan kafir Quraiys. Mereka terkejut
ketika Rasulullah SAW dan para pengikutnya berhasil memporak-porandakan tentara Quraiys dalam
perang Badar 17 Ramadhan 2 H. b) Rongrongan orang-orang Munafik. Keberadaan orang-orang
munafik tidak bisa di abaikan begitu saja sebagai ancaman yang sangat membahayakan. Pengaruh
mereka memang tidak begitu besar, namun apabila dibiarkan bisa menimbulkan malapetaka yang
merugikan perjuangan umat Islam. Sekalipun mereka mengaku beriman kepada Rasulullah SAW,
namun acap kali mereka menghalang-halangi orang lain masuk Islam. Ketika Rasulullah SAW bersiap
menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar dari barisan yang dipersiapkan atas hasutan
Abdullah bin Ubai, pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum
Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada Bani Quraidhah sewaktu yang disebut terakhir ini
menghianati kaum muslimin. c) Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya. Sikap permusuhan kafir
Quraiys terhadap Islam tidak berhenti dengan kepindahan Rasulullah SAW dan para sahabatnya ke
Madinah. Atas sikap mereka itu Allah SWT menurunkan ayat yang mengizinkan umat Islam
mengangkat senjata untuk membela diri, karena mereka sungguh dianiaya (biannahum dzulimu),
lihat Q.S. Al-Ahzab : 39-40. Ini adalah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT mengenai
perang. Ayat ini menjadi alasan bagi Rasulullah SAW untuk membentuk pasukan yang dipersiapkan
untuk terjun ke medan pertempuan. Pasukan yang pertama dibentuk adalah untuk berjaga-jaga
menghadapi serangan dari suku-suku Badui dan kafir Quraiys serta sekutunya. Orang yang boleh
diperangi adalah orang yang telah merampas hak, baik harta maupun jiwa dan menghalangi untuk
beriman kepada Allah SWT dan melaksanakan ajarannya (lihat Q.S. Al-Baqoroh : 190-191). Perang
sebagai jawaban atas permusuhan kafir Qurisy terjadi pertama kali dilembah Badar pada tanggal 17
Ramadhan 2 H. Dalam Al-Quran peristiwa ini disebut dengan yaumul furqon, yakni hari pemisah
antara yang hak dan yang bathil. Kendatipun pasukan Islam jauh lebih kecil (sekitar 300 orang)
namun berhasil meraih kemenangan dari pasukan kafir Quraiys yang jumlahnya sekitar 1000 orang.
Hal ini membuat orang-orang Yahudi geram dan kecewa. Mereka mulai menunjukkan sikap tidak
bersahabat dengan orang muslim dan berusaha menusuk dari belakang. Sementara itu kafir Quraiys
berusaha membalas kekalahan dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan dan
persenjataan yang lengkap berangkatlah menuju kota Madinah. Turut ambil bagian dalam pasukan
kafir ini adalah suku Arab Tihamah, Kinanah, Bani Harist, Bani Haun dan Bani Musthaliq. Pada bulan
Syaban 3 H terjadilah perang Uhud, dalam peperangan ini kaum muslimin menderita kekalahan
akibat keluarnya sebagian pasukan muslimin yang diprovokasi oleh orang munafik bernama Abdullah
bin Ubay sehingga kaum muslimin yang berjumlah 1000 orang tinggal kurang lebih dua pertiganya.
Dalam peperangan ini dari kaum muslimin yang gugur sebagai syuhada 70 orang, termasuk paman
Nabi SAW yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Kesempatan ini membuat kesempatan orang
Yahudi bani Nadzir untuk menghancurkan kaum muslimin. Mereka berusah membunuh Rasulullah
SAW, namun gagal sehingga mereka di usir dari Madinah. Pada bula syawal 5 H kurang lebih 14.000
tentara kafir termasuk 4000 kafir Quraiys di bawah pimpinan Abu Sofyan menyerbu Madinah.
Menghadapi serbuan ini Rasulullah SAW memilih bertahan di kota. Atas saran Salman Al-Farisi kaum
muslimin membuat parit-parit di setiap lorong untuk masuk ke kota Madinah. Tidak ada pilihan lain
bagi kafir untuk mengepung kota Madinah. Akan tetapi setelah 25 hari pengepungan, perasaan
jenuh mulai muncul terutama pada kelompok-kelompok yang tidak mempunyai kepentingan karena
yang jelas punya kepentingan adalah kaum kafir dan orang Yahudi. Pada saat yang sama seorang
pemimpin Arab Nuaim bin Masud menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam. Tepat
pada saat yang menyulitkan kaum muslimin, datanglah badai padang pasir yang mematikan disertai
hujan lebat yang menyapu bersih kemah dan perbekalan mereka (lihat Al-Ahzab : 9). Akhirnya
terpaksa mereka kembali dan menyelamatkan diri tanpa membawa apa-apa (lihat Al-Ahzab : 25).
Perang ini dikenal dengan nama perang Khandaq, karena kaum muslimin menggunakan parit
(khandaq) untuk pertahanan mereka. Dikenal pula dengan sebutan perang Ahzab karena musuh
yang menyerang madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu (Al-Ahzab). Dalam perang
ini gugur 6 sahabat Rasululllah SAW termasuk Saad bin Muadz, mereka gugur sebagai syuhada.
Demikian kaum muslimin mempertahankan diri dan serangan yang dilakukan tetap tidak keluar dari
kerangka mempertahankan diri. Fase perjuangan setelah Perang Ahzab. Pada bulan Dzulqodah 6 H
Rasulullah SAW beserta 10.000 orang sahabatnya berangkat ke Makkah untuk menunaikan umroh
dan haji. Mereka sudah mengenakan pakaian ihrom sejak berangkat dan membawa hewan-hewan
yang akan disembelih di Mina agar tidak dicurigai oleh kaum Quraisy. Akan tetapi kafir Quraisy tidak
menghendaki kaum muslimin memasuki kota Makkah, karena apapun alasannya berarti itu
kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu kafir Quraiys mengirim pasukan di bawah
pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang kaum muslimin. Kaum muslimin dapat menghidari
pertemuan dengan pasukan Khalid bin Walid dengan menempuh jalan lain, sehingga ketika masuk
bulan haram mereka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa mil dari kota Makkah. Rasulullah SAW
bermusyawrah dengan para sahabatnya kemudian mengutus Usman bin Affan untuk menemui kaum
kafir Quraisy guna menyampaikan maksud kedatangan mereka ke Makkah. Akan tetapi Usman bin
Affan malah di tahan oleh mereka dan muncul desas desus bahwa Usman mau di bunuh. Rasulullah
SAW dengan para sahabatnya mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai tercapai
kemenangan. Sumpah setia ini terkenal dengan nama Baiah Ar-Ridwan (sumpah yang diridhai Allah
SWT). Sumpah ini menggetarkan nyali kaum musyrikin Quraiys sehingga Usman bin Affan
dibebaskan dan mereka mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perjanjian dengan kaum
muslimin. Perjanjian inilah yang kemudian terkenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang pokok-
pokok isinya antara lain : a) Segala permusuhan kedua belah fihak dihentikan selama 10 tahun. b)
Setiap orang Quraiys yang datang kepada kaum muslimin tanpa seijin walinya harus di tolak dan
dikembalikan. c) Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada fihak Quraiys tidak akan
dikembalikan. d) Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraiys maupun dengan kaum
muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu fihak. e) Kaum muslimin tidak boleh memasuki
kota Makkah pada tahun itu, namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak
membawa senjata kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak boleh tinggal di Makkah lebih dari 3
hari. Dalam peristiwa ini Rasulullah SAW menunjukkan kemampuannya sebagai seorang politikus
yang pandai berdeplomasi. Perjanjian ini menunjukkan pengakuan Quraiys terhadap eksistensi kaum
muslimin dan ini berarti kemenangan bagi umat Islam. Sepintas lalu perjanjian tersebut memang
berat sebelah dan merugikan kaum muslimin. Akan tetapi selama gencatan senjata banyak tokoh
Qurays yang masuk Islam seperi Kholid bin Walid, Amr bin Ash dan Usman bin Thalhah. Selama
genjatan senjata berlangsung, Rasulullah SAW mulai mendakwahkan Islam kepada kabilah-kabilah
Arab lainnya, dan mengirimkan surat kepada Kaisan Romawi, Kisra Persia, Gubernur Yaman, Kaisan
Habsyi, Gubernur Ghassaniah (Basro di bawah kekuasaan Romawi) dan gubernur Mesir. Kisra dari
Persia dengan keangkuhannya merobek-robek surat dari Rasulullah SAW dan menghina serta
mengusir pembawanya. Dalam pada itu Harits bin Umar yang di utus Rasulullah SAW kepada
Gubernur Ghassaniyah di tolak dengan kasar dan kemudian di bunuh. Penghinaan yang dilakukan
Gubernur Ghassaniyah dan pembunuhan atas Harits bin Umar memicu berkorbannya perang
Mutah. Dalam perang ini panglima muslim Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid.
Kepemimpinannya dilanjutkan oleh Abdullah bin Ruwahah namun iapun gugur. Demikian pula Jafar
bin Abi Thalib yang menggantikan Abdullah gugur di tangan tentara Romawi. Khalid bin Walid yang
tampil menggantikan Jafar, dengan naluri seorang panglima berpengalaman memberi komando
kepada pasukannya supaya mundur dan kembali ke Madinah. Ini terjadi pada tahun 8 H. Peristiwa ini
menyadarkan kepada kaum muslimin bahwa di utara ada musuh yang tidak bisa di remehkan. Pada
tahun ketika terjadi perang Mutah orang-orang Quraiys membantu sekutu mereka Bani Bakar yang
berselisih dengan Bani Khuzaah (sekutu kaum muslimin). Tindakan ini berarti melanggar perjanjian
Hudaibiyah. Menanggapi sikap kaum Quraiys ini pada 10 Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW memimpin
10.000 pasukan berangkat berangkat menuju Makkah. Ketika pasukan besar itu berkemah di dekat
kota Makkah, Abbas bin Abdul Muthalib datang menyatakan keIslamannya, disusul Abu Sofyan
pemimpin besar Quraiys yang sudah kandas dengan ambisinya. Setelah Abu Sofyan menyerah,
Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk memasuki kota Makkah lewat 4 penjuru. Dengan
demikian Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan
berhala di sekeliling Kabah mereka hancurkan kemudian mereka thawaf mengelilingi Kabah dan
kemudian turunlah QS. Al-Isro : 81. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Ramadhan 8 H. Inilah yng
disebut dengan Fathul Makkah. Dengan pembebasan kota Makkah bukan berarti musuh Islam sudah
lenyap, kabilah-kabilah di sekitar Makkah seperti Badui, kaum Masehi di Najran, dan beberapa
kabilah yang terdiri dari Hawazin, Tsaqif, Jusyam, Nasr, Saad bin Bakar dan Bani Hilal membentuk
persekutuan baru untuk menyerang kaum muslimin. 10.000 pasukan dari Madinah + 2.000 dari
Makkah segera disiapkan untuk menyerang para komplotan sebelum mereka menyerang. Ketika
pasukan kaum muslimin melewati jalan-jalan sempit di sela-sela bukit Hunain pegunungan Tihamah
tiba-tiba diserang dengan membabi buta hingga membuat pasukan kaum muslimin sempat kocar
kacir. Kemudian Rasullullah SAW berdiri ditemani tidak kurang dari 100 sahabat termasuk Abu Bakar,
Umar, Ali dan Abbas memberikan komando untuk melakukan serangan balik dan akhirnya musuh
dapat taklukkan. Sisa-sisa musuh yang kalah melarikan diri ke Thaif termasuk pemimpin mereka
Malik bin Auf dan bertahan di benteng kota yang terkenal sangat kuat. Kaum muslimin mengepung
benteng itu beberapa waktu lamanya namun tidak berhasil. Akhirnya Rasulullah SAW kembali ke
Jaronah dan tetap memblokir daerah sekitarnya. Pada saat itulah kabilah Hawazin menyerah dan
menyatakan masuk Islam, begitu juga penduduk Thaif yang menderita akibat blokade kaum
muslimin juga menyatakan masuk Islam. Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan bulan oktober 630
M. Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan untuk menghadapi tentara Romawi di utara. Karena
medan yang dituju amat jauh dan musuh yang dihadapi sangat kuat dan terlatih maka Rasulullah
SAW membentuk pasukan khusus yang dinamakan Jaisyul Usroh, (Laskar Saat Kesulitan) karena
pada waktu sedang terjadi musim panas dan di Madinah sedang musim panen. Seluruh biaya perang
di tanggung oleh beberapa sahabat yang kaya seperti Abu Bakar mendermakanseluruh hartanya,
Utsman mendermakan 300 unta dan uang 1000 dinar. Pasukan Romawi yang semula akan
menyerang tentara Islam, mundur kembali ke negerinya setelah melihat betapa besar jumlah
pasukan lawan yang dipimpin Rasulullah SAW dan pahlawan-pahlawan padang pasir yang tak kenal
mundur. Kaum muslimin tidak mengejar mereka tetapi berkemah di Tabuk. Oleh karena itu peristiwa
itu dikenal dengan nama perang Tabuk. Sesudah Islam mencapai kemenangan hampir diseluruh
jazirah Arab hanya kabilah-kabilah yang terpencar-pencar yang belum menganut Islam. Ketika
pemuka-pemuka kabilah itu mengetahui bahwa Makkah sudah di kuasai oleh kaum muslimin,
mereka menyadari tidak mungkin lagi ada kekuatan yang mampu memerangi kaum muslimin. Oleh
Karen itu, sejak tahu 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-
bondong menghadap Rasulullah SAW menyatakan masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif
dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani Tamim disusul kemudian oleh utusan dari Yaman dan
sekitarnya pada tahu 10 H. Oleh Karena itu tahun ini disebut tahun perutusan atau Am Al-Wufud.
Demikianlah Islam telah merata diseluruh jazirah Arab setelah Rasulullah SAW berjuang lebih dari 20
tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya berpecah belah dan selalu bermusuhan, kini bersatu di bawah
seorang pemimpin dan bernaung di bawah satu panji yaitu panji Islam.

You might also like