Professional Documents
Culture Documents
PREVENTING FRAUD
DOSEN : MASRUL HUDA, SE. M.Si
DISUSUN OLEH :
Kelompok IV
1. Nurliyah
2. Yahya Nuryanto
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAGAN ALUR PEMBAHASAN .................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Tujuan Pembahasan.............................................................. 1
B. Manfaat Pembahasan............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Gejala Gunung Es.................................................................
2
B. Pengendalian Intern ............................................................
4
C. Fraud Specific Internal Control...........................................
9
D. Pengendalian Intern Aktif....................................................
9
E. Pengendalian Intern
Pasif....................................................11
F. 14 Pedoman Pencegahan Penipuan Dasar..........................
16
G. Hubungan Antara Komite Audit dan Internal Auditor......18
H. Implementasi dari sasaran Program
Pencegahan Kecurangan.................................................... 20
BAB IV KESIMPULAN..................................................................... 23
A. Kesimpulan........................................................................ 23
B. Saran.................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25
PREVENTING
FRAUD
TUJUAN MANFAAT
PEMBAHASAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PENGENDALIAN PENGENDALIAN
INTERN AKTIF INTERN PASIF
IMPLEMENTASI
CONTOH RIIL
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya Fraud.
2. Memberikan pemahaman akan pentingnya mencegah Fraud sebagai
bagian dari Good Corporate Governance.
3. Agar memiliki dimensi pemikiran yang lebih luas melalui studi kasus
dan pengembangan teknik.
4. Memahami hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pencegahan
Fraud
B. Manfaat Pembahasan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya Fraud
2. Memahami akan pentingnya mencegah Fraud sebagai bagian dari Good
Corporate Governance.
3. Memiliki dimensi pemikiran yang lebih luas melalui studi kasus dan
pengembangan teknik.
4. Memahami hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pencegahan
Fraud
BAB II
PEMBAHASAN
A. GEJALA GUNUNG ES
Kecurangan bermula dari yang kecil, kemudian membesar dan pada
akhirnya akan mencelakakan. Untuk itu perlu ada semacam program yang
terstruktur serta tertata baik menekan praktik kecurangan. Tujuan utamanya
mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah penyelamatan
dari kerugian yang tidak diinginkan.
The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan kecurangan sbb;
“An array of irregulation and illegal acts characterized by intentional deception. It
can be perpetrated for the benefit of or to the detriment of thr organization and by
persons outside as well as inside organizatioan” (Suatu kesatuan penyimpangan
dan tindalan illegal yang ditandai dengan penipuan yang disengaja, yang dapat
dilakukan oleh dan untuk keuntungan bagi organisasi dan atau individu baik di
dalam maupun di luar organisasi)
Dari definisi ini memperlihatkan bahwa dalam kecurangan ada
penyimpangan dan atau tindakan illegal, penipuan yang disengaja yang
menguntungkan individu maupun organisasi, artinya dibalik itu ada pihak yang
dirugikan, sedangkan pelakunya bisa organisasi atau individu. Artinya ini dapat
dilakukan untuk manfaat dan/atau kerugian organisasi oleh orang di luar atau
orang lain dalam organisasi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kecurangan
ini adalah suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta yang material
yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu secara tidak sah.
Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver
(Kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat
keuntungan pada si penipu) G.Jack Bologna J.Lindquist & Joseph T.Wells dalam
bukunya The Accounting’s Handbook of Fraud and Commercial Crime.
Dia mengartikan kriminal adalah setiap tindakan kesalahan yang serius
yang dilakukan dengan maksud jahat. Namum pengartiannya tidak dilakukan
secara ketat seperti dalam arti hukum. Dengan demikian, meskipun pelaku
kecurangan dapat menghindari tuntuan kriminal pidana, tindakan ini
dipertimbangkan tetap sebagai kriminal.
Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk
korupsi) di Indonesia sukar untuk menyebutkan suatu angka yang handal. Tetapi
penelitian yang dilakukan diluar negeri (dengan sampling) mengindikaskan bahwa
fraud yang terungkap, sekalipun secara absolute besar, namun dibandingkan
dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi, relative kecil.Inilah gejala gunung
es.
Davia et al mengelompokan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. fraud yang sudah ada tuntutan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan
bagaimana keputusan pengadilan.
2. fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.
3. fraud yang belum ditemukan.
Yang bisa diketahui khalayak ramai adalah fraud dalam kelompok I.
Dengan dibukanya kepada umum laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK,
kelimpok II juga bisa diketahui. Namun khusus untuk fraud yang berupa tindak
pidana (korupsi misalnya), hasil pemeriksaan tersebut masih berupa indikasi.
Kalau sudah lebih konkrit sekalipun, itu adalah khusus kasus-kasus yang
berkenaan dengan keuangan Negara.
Fraud dalam kelompok II lebih sulit lagi diketahui karena adanya lembaga
perlindungan hukum yang sering dimanfaatkan tertuduh, yakni pencemaran nama
baik apalagi fraud dalam kelompok III, tertutup rapat, hanya diketahui Tuhan dan
pelakunya. Kelompok I hanyalah 20%,sedangkan kelompok II dan III masing-
masing 40%, kesimpulannya lebih banyak yang tidak kita ketahui daripada yang
kita ketahui tentang fraud. Yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan secara
kebetulan.
B. PENGENDALIAN INTERN
Davia et al mencatat 4 definisi pengendalian intern, yaitu:
• Definisi 1 (sebelum September 1992)
The condition sought by, and/or resulting from, processes undertaken by
an entity to prevent and deter fraud, terjemahan: kondisi yang diinginkan, atau
merupakan hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk
mencegah dan menimbulkan efek jera terhadap fraud (sebelum definisi
COSO).
• Definisi 2 (sesudah tahun 1992)
A process, effected by an entity’s board of directors, management, and
other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the
achievement of effectiveness and afficiency of operations, reliability of
financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations,
terjemahan : suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan oleh Dewan,
manajemen dan pegawai untuk memberikan kepastian yang memadai dalam
mencapai kegiatan usaha yang efektif dan efisien, kehandalan laporan
keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang
relevan. Definisi ini dikenal sebagai definisi COSO (the Committee of
Sponsoring Organizations of the Treaddway Commission) yang merambah ke
spektrum fungsi manajemen yang luas, dan bukan pada fraud semata-mata.
Pertama, definisi COSO langsung menyinggung tujuan bisns yang paling
mendasar yakni pencapaian sasaran-sasaran kinerja dan profitabilitas, dan
pengamanan sumber daya. Kedua, berkenaan dengan pembuatan laporan
keuangan yang handal, termasuk laporan-laporan interim dan pengumuman
kepada khalayak ramai seperti terbitan mengenai laba. Ketiga, definisi ini
menekankan ketaatan kepada ketentuan perundang-undangan. Definisi COSO
sangat luas, ingin mengatur segala-galanya sehingga kehilangan kekhasan,
dalam laporan COSO: Perspektif yang berbeda-beda mengenai pengendalian
intern bukanlah tidak perlu. Pengendalian intern berurusan dengan tujuan
entitas dan kelompok yang berbeda-beda tertarik dengan tujuan-tujuan yang
berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Selanjutnya, laporan COSO
menulis: definisi yang mempunyai tujuan khusus. Meskipun suatu entitas
mempertimbangkan efektivitas dari ketiga kelompok tujuan bisnis,ia mungkin
juga ingin memusatkan perhatian pada kegiatan atau tujuan tertentu. Dengan
menentukan dan menjelaskan tujuan-tujuan khusus, definisi pengendalian
intern dengan tujuan yang khas..
• Definisi 3 (AICPA 1988)
For the purposes of an audit of financial statement balances, an entity’s
internal control structure consists of the following three elements:the control
environment,the accounting system,and control procedures.—Statement on
Auditing Standards No.53, April 1988. Terjemahan: untuk tujuan audit saldo
laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga
unsur: lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur
pengendalian. Definisi ini sederhana tetapi menimbulkan kesulitan dalam
pelaksanaannya, terutama bagi anggota AICPA yang mengharapkan adanya
petunjuk.
SAS 53 agaknya memagari penerapan pengendalian intern untuk
mencegah dan mengungkapkan fraud pada fraud yang dilakukan karyawan,
yang nilainya tidak besar: kecurangan oleh karyawan biasanya tidak besar
jumlahnya dan disembunyikan dengan cara yang tidak membuat aktiva bersih
dan laba bersih salah saji. Ketidak beresan semacam ini lebih efisien dan
efektif ditangani dengan struktur pengendalian intern yang berfungsi dan
dengan penutupan asuransi kerugian terhadap karyawan. Selanjutnya SAS
menegaskan bahwa pengendalian intern jangan diharapkan mencegah atau
membuat jera terhadap fraud yang dilakukan manajemen: penyimpangan yang
besar-besar oleh manajemen di eselon atas jarang terjadi dan tidak dapat
dicegah oleh prosedur pengendalian tertentu karena manajemen tingkat tinggi
itu berada diatas pengendalian yang membuat jera pegawai (kecil) atau
manajemen senior dengan mudah mematikan atau mengabaikan pengendalian
tersebut.
Tandatangan
Tanda tangan merupakan sarana Pengendalian Intern Aktif karena dokumen
yang seharusnya ditandatangani tetapi belum ditandatangani adalah tidak sah.
Asumsinya tanpa tandatangan apa musti dilaksanakan tidak dapat terlaksana
(pembayaran,transfer,dll). Masalahnya adalah bahwa mereka yang perlu
mengetahui benar tidaknya tandatangan (1) bukan ahli membaca tandatangan
atau tulisan tangan; (2) tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk
mempelajari tandatangan yang ada pada dokumen yang bersangkutan; (3)
tidak mempunyai sample tandatangan untuk mengetahui otentik/tidaknya
tandatangan; (4) tandatangannya sendiri tidak mempunyai “titik-titik” yang
memungkinkan analisis tandatangan yang memadai dan (5) tidak mempunyai
pengetahuan mengenai siapa yang berhak menandatangani.
Tandatangan kaunter (countersigning)
Pembubuhan lebih dari satu tandatangan dianggap lebih aman, khususnya bagi
pihak ketiga atau pihak diluar perusahaan atau lembaga yang berangkutan.
Anggapannya adalah penandatanganan lainnya mengawasi rekannya. Dalam
fraud, memalsu lebih dari satu tandatangan tidak lebih sukar dari memalsukan
satu tandatangan.
Password dan PIN (Personnel Identification Numbers )
Sarana ini menjadi popular ketika manusia berinteraksi dengan komputer.
Tanpa password atau PIN, seseorang tidak bisa mengakses apa yang
diinginkannya.karena itu password atau PIN dianggap sarana dalam
Pengendalian Intern Aktif. Kuncinya adalah kerahasiaan. Masalahnya, orang
mencatat password atau PIN-nya. Catatan ini “bisa ditemukan” oleh pelaku
fraud. Lebih dari itu ada kecenderungan orang “meminjamkan” password atau
PIN kepada rekannya.
Pemisahan tugas
Pemisahan tugas menghndari seseorang dapat melaksanakan sendiri seluruh
transaksi. Merupakan bagian dari Pengendalian Intern Aktif karena secara
teoritis pelaku fraud yang bertindak seorang diri tidak dapat melaksanakan
fraudnya. Latar belakang pemikirannya orang-orang yang tugasnya
dipisahkan, tidak bersekongkol.
Pengendalian asset secara fisik
Pengendalian asset secara fisik pada dasarnya mengatur gerak-gerik barang
(masuk, keluar, dan penyimpanannya) memerlukan otorisasi. Di sini justru
titik lemahnya. Dokumen dan tandatangan mudah dipalsukan.
Pengendalian persediaan secara real time (Real-time inventory control)
Ini adalah perpetual inventory yang mengikuti pergerakan persediaan secara
on time. Persediaan diberi bar code atau bahkan ditanam dengan radio chip
yang merekam keberadaannya. Keuntungan nyatanya adalah pencatatan
menjadi akurat. Kelemahannya sistem automatisasi juga mudah dimanipulasi.
Pagar, gembok, dan semua bangunan dan penghalang fisik
Perlindungan melalui pembatasan akses terhadap harta berharga sangat
popular. Harga peralatan canggih yang mahal seringkali memberi rasa aman
yang palsu.
Pencocokkan dokumen
Pencocokkan antara order pembelian, dokumen penerimaan barang, dan nota
tagihan mencoba menghindari selisih-selisih dan kerugian bagi perusahaan.
Formulir yang sudah dicetak nomornya (Pre-numbered accountable forms)
Mencegah penggunaan formulis berganda, bahwa formulir digunakan sesuai
urutan dan gagasannya sangat sederhana.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kecurangan bermula dari yang kecil, kemudian membesar dan pada
akhirnya akan mencelakakan. Untuk itu perlu ada semacam program yang
terstruktur serta tertata baik menekan praktik kecurangan. Tujuan utamanya
mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah
penyelamatan dari kerugian yang tidak diinginkan.
Pengendalian Intern adalah suatu sistem dengan proses dan prosedur
yang bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau
bukan satu-satunya tujuan untuk mencegah dan menghalangi (dengan
membuat jera) terjadinya fraud.
Pengendalian Intern dibagi 2 yakni :
a. Pengendalian intern aktif
b. Pengendalian intern pasif
Perbedaan antara Pengendalian Intern Aktif dan Pengendalian Intern Pasif :
• Dalam hal biaya, Pengendalian Intern Aktif jauh lebih mahal dari
Pengendalian Intern Pasif.
• Pengendalian Intern Aktif kasat mata atau dapat diduga dan dapat
ditembus. Pengendalian Intern Pasif dilain pihak tidak kasat mata dan
tidak dapat diduga (orang yang tertangkap tangan seolah-olah mendapat
lotere atau terkutuk) dan karenanya tidak terelakkan.
Hubungan antara Komite Audit dan Internal Auditor :
• Landasan hukum komite audit, yaitu Kep MenBUMN No. Kep-
103/MBU/2002, dimana tugasnya adalah membantu Dewan Komisaris
dalam fungsi pengawasan terhadap kegiatan direksi mengelola perusahaan.
Sedangkan auditor internal memiliki landasan hukum PP No. 12 dan PP
No. 13 tahun 1998 dan bertugas untuk membantu direktur utama dalam
fungsi pengawasan pelaksanaan pemeriksaan keuangan, operasional dan
menilai pengendalian intern.
• Hubungan antara komite audit dan internal auditor harus diatur
secara eksplisit dalam charter komite audit yang disepakati bersama oleh
Dewan Komisaris dan Direksi. isi dari charter setidaknya terdiri dari
maksud dan tujuan, fungsi dan tugas, tanggung jawab, kewenangan, kode
etik dan frekuensi rapat
Saran
• Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud
adalah melalui peningkatan sistem pengendalian intern (internal control
system) selain melalui struktur / mekanisme pengendalian intern. Dalam
hal ini, yang paling bertanggung jawab atas pengendalian intern adalah
pihak manajemen suatu organisasi. Dalam rangka pencegahan fraud, maka
berbagai upaya harus dikerahkan untuk membuat para pelaku fraud tidak
berani melakukan fraud. Apabila fraud terjadi, maka dampak (effect) yang
timbul diharapkan dapat diminimalisir. Auditor internal bertanggungjawab
untuk membantu pencegahan fraud dengan jalan melakukan pengujian
(test) atas kecukupan dan kefektivan sistem pengendalian intern, dengan
mengevaluasi seberapa jauh risiko yang potensial (potential risk) telah
diidentifikasi.
• Dalam pelaksanaan audit, auditor harus mengidentifikasi adanya gejala
kecurangan. Hal ini menjadi penting, agar apabila terjadi fraud, maka
auditor lebih mudah melakukan investigasi atas fraud tersebut.
• Auditor internal bertanggung jawab membantu manajemen dalam
pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di
suatu organisasi. Agar dapat menjalankan tugas yang diemban tersebut
auditor internal perlu meningkatkan pengetahuan (knowledge) & keahlian
(skill) melalui pendidikan profesi berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mukhsonrofi.wordpress.com/
http://www.mail-archive.com/estika@yahoogroups.com/msg01704.html
http://komiteaudit.org/informasi_displayartikel.asp?idi=62
http://informasi-seminar.com/
http://muhariefeffendi.wordpress.com/
Theodorus M., Tuanakotta. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.
2006.Jakarta : Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia