You are on page 1of 13

Pola Pertanaman Berkelanjutan

Dalam menerapkan dan menyusun pola pertanaman secara


berkesinambungan, maka terdapat hal-hal yang dapat dijadikan kerangka berfikir
(site map) dalam merancang suatu model. Karena dalam mekanisme selanjutnya akan
menggambarkan suatu siklus yang saling berhubungan dan memiliki keterikatan
antara satu dan yang lainnya. Keterikan tersebut akan berlangsung secara
berkesinambungan apabila masing-masing komponen bergerak sesuai fungsinya
masing-masing. Dari sekian banyak komponen yang berakulturasi antara lain unsur
biotik, abiotik, maupun non biotik dan non abiotik, secara siklus akan mengarah pada
pendayagunaan hasil secara maksimal agar dapat dimanfaatkan secara
berkesinambungan, akan tetapi tidak menimbulkan penurunan drastis terhadap
produktifitas hasil tanaman maupun ternak serta lahan yang digunakan sebagai media
tanam.
Gagasan di atas merupakan suatu gagasan yang sangat dramatik dan
terkadang menimbulkan suatu polemik yang besar dan berkepanjangan serta tidak
menimbulkan solusi dan langkah konkrit. Namun dalam hal ini kami akan
mengajukan sebuah model yang sekiranya dapat dijadikan sebagai suatu basic dalam
hal pengembangan pola pertanaman secara berkesinambungan dimana melibatkan
semua komponen dalam mekanismenya. Dalam hal ini pula akan kami paparkan
mekanisme yang efisien untuk dikembangkan dalam pelaksanaan pola pertanaman
secara berkesinambungan.

A.Mekanisme Teknis
Dalam model yang kami paparkan, kami akan membagi dalam 3 step kegiatan
antara lain sebagai berikut:
INPUT :
Bibit
Pupuk SYSTEM :
Pestisida -Bebek -Petani OUTPUT :
Irigasi -Ayam -Pedagang Hasil pertanian +
-Ikan -Pemilik kendaraan Hasil peternakan+
-Pasar Produktifitas tanah +
-Lahan

Dalam merancang desain/model di atas, maka sangat perlu diperhatikan hal-


hal yang berkaitan dengan metode dan faktor-faktor penunjang lainnya baik sifatnya
berpengaruh langsung terhadap sistem maupun yang berpengaruh secara tidak
langsung sehingga akan dapat dilakukan penanganan terhadap semua hal yang
berkenaan dengan sinergis atau tidaknya sistem ini. Karena bisa jadi hal-hal yang
tidak termasuk dalam kerangka kerja kita akan menjadi tools penunjang dalam
penyusunan mekanisme teknis yang lebih tersistematis lagi.
Mekanisme teknis yang akan kami tawarkan dalam pola pertanian
berkesinambungan ini seluas 1 ha adalah dengan mengakulturasikan pertanian,
peternakan, dan perikanan. Berdasarkan luas lahan secara keseluruhan, maka kami
membagi menjadi 75% (3/4 ha) sebagai areal pertanian yang ditanami komoditi padi.
Dimana komoditi padi tersebut didapatkan dari hasil pembelian bibit, yang kemudian
nantinya akan ditanam pada lahan persawahan yang telah disediakan seluas 75%.
Sedangkan luas areal sebesar 25% (1/4 ha) akan kami usahakan sebagai areal
peternakan dan perikanan dengan cara menyusun letaknya. Pada bagian bawah akan
kami membudidayakan ikan dengan memaksimalkan irigasi dari areal persawahan,
lalu pada bagian atas akan kami usahakan kagiatan peternakan ayam dan bebek.
Sehingga ayam dan bebek akan memanfaatkan padi sebagai bahan makanan
kemudian ikan akan memanfaatkan kotoran hewan tersebut sebagai bahan
makanannya. Maka jelaslah indikasi, bahwa pola pertanaman yang
berkesinambungan akan tercapai.
B. Input
Input (Inggris) merupakan segala sesuatu yang dimasukkan sebagai faktor
pembantu dalam menunjang suatu mekanisme kerja di dalam sistem, akan tetapi input
ini hanya bersifat tambahan karena keberadaannya diatur dengan takaran maupun
satuan tertentu. Di samping itu pula input disini tidak dikatakan sebagai secondary
factor, akan tetapi hanya pengaturan letak dan posisi saja yang menyebabkannya
menjadi input. Karena bisa jadi dalam model yang lainnya input yang berada pada
model ini akan termasuk dalam bagian dari sistem. Jadi model yang kami buat di sini
sifatnya tetap fleksibel.
Input pertama yang kami masukkan adalah bibit. Hal ini karena bibit
merupakan faktor pembantu dalam merealisasikan seberapa mungkin sistem yang
kami tawarkan akan dapat berjalan secara berkesinambungan. Sehingga untuk
mewujudkan pola pertanaman yang intensif dan berkesinambungan maka pemilihan
bibit secara kualitatif dan kuantitatif sangat diperlukan dalam melakukan pola
pertanaman.
Input kedua yang kami sertakan dalam input ini adalah pupuk. Unsur ini kami
masukkan karena pupuk merupakan faktor yang berperan dalam menambah
produktifitas pertumbuhan tanaman. Sehingga bahan organik tanah akan bertambah
seiring dengan bertambahnya dosis maupun kualitas pupuk yang digunakan. Akan
tetapi penggunaan pupuk yang kami sarankan disini haruslah sesuai dosis yang
dibutuhkan karena bila tidak sesuai dengan dosis yang tepat maka akan menyebabkan
over nutrient pada tanaman. Apabila terjadi hal demikian, maka akan mempengaruhi
produktifitas karena akan menyebabkan tanaman banyak yang mati karena akarnya
perlahan-lahan akan membusuk. Kebutuhan pupuk antara tanaman yang ditanam
dengan pola monokultur dan tumpang sari berbeda. Perbedaan ini terjadi karena
adanya persaingan unsur-unsur yang sama atau terjadi atau terjadi suatu mekanisme
stimulasi. Bila terjadi persaingan unsur-unsur yang sama, maka persaingan itu dapat
diatasi dengan pemberian unsur yang diperebutkan itu asal faktor lainnya berada
dalam jumlah yang terbatas. Tetapi adakalanya pemberian pupuk yang kecil dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi dua jenis tanaman yang berbeda. Konsumsi
pupuk yang kecil itu, akibat ada suatu mekanisme stimulasi, dimana produktivitas
suatu spesies tanaman ditingkatkan karena pengaruh aktivitas spesies lain dalam
metabolism suatu unsur. Ekskresi nitrogen oleh suatu tanaman legum akan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman lain dalam pola tanam tumpang sari, misalnya tumpang
jagung dan kedelai. Proses seperti ini akan meningkatkan efisiensi pupuk nitrogen,
karena sebagian besar nitrogen yang berasal dari pupuk tidak diabsorbsi tanaman
legum dan hanya sebagian dimanfaatkan untuk pertumbuhan awal menjelang
terbentuknya bintil akar yang dapat mengikatkan nitrogen bebas di udara. Kelebihan
pupuk nitrogen itu dapat diserap tanaman jagung. Dipihak lain ekskresi nitrogen yang
bersumber dari proses simbiosis dari tanaman legum merupakan sumber nitrogen
yang potensial pula bagi tanaman jagung.
Pestisida kami masukkan dalam input ketiga. Hal ini karena pada tanaman,
sangat rentan terkena serangan hama dan penyakit tanaman oleh bangsa predator
maupun musuh alami. Sehingga pestisida kami masukkan sebagai input. Pestisida
berfungsi menekan laju perkembangbiakan hama tanaman. Bahkan dalam tahap
selanjutnya, maka kami akan mengupayakan memutus siklus hidup hama dengan cara
pemberian pestisida ini. Agar perputaran penghambat maupun pelancar pola
pertanian berkelanjutan ini, maka pestisida yang akan kami tawarkan bahan baku
utamanya merupakan non bahan kimia. Kami akan memaksimalkan pestisida yang
berasal dari sisa-sisa tanaman (serasah) dan jerami yang akan kami fermentasikan
secara sederhana dengan cara mengendapkan bahan tersebut dengan mencampurkan
sisa-sisa makanan yang berfungsi langsung sebagai bioaktifator sampai menghasilkan
cairan. Selanjutnya cairan yang dihasilkan telah dapat berfungsi sebagai pestisida
sederhana untuk tanaman.
Irigasi juga kami masukkan sebagai bagian dari input. Bagian yang satu ini
sangat menentukan berhasil atau tidaknya pola pertanaman yang akan kami
modifikasi, karena tanaman yang akan kami budidayakan merupakan tanaman yang
sangat mambutuhkan air. Tanaman padi bila dibudidayakan pada suatu lahan tertentu,
maka hal yang sangat mendasar yang harus dimasukkan dalam bagian manajemen
teknik irigasinya adalah seberapa mampu saluran irigasi menyalurkan air untuk
dimanfaatkan langsung oleh lahan yang dibudidayakan tanaman padi (water
Reliability) serta seberapa intensif air yang dapat dimanfaatkan dalam proses irigasi
(water Quality). Maka kami akan mengusahakan suatu model pola pertanian dengan
sisitem yang mengandalkan irigasi dari bendungan utama yang dialirkan melalui sub-
DAS sampai dapat teraliri ke lahan pertanian.
Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan tanaman. Kekurangan
air mengakibatkan terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi
tanaman. Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di alam tidak merata.
Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran untuk memenuhi kekurangan air yang sering
terjadi. Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air
bagi pertumbuhannya. Kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air per satuan
luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman ditambah dengan hilangnya air melalui
peguapan permukaan tanah pada luasan tertentu. Dengan demikian kebutuhan air
tanaman ditentukan dengan menghitung besarnya penguapan (evaporasi) permukaan
tanah dan penguapan melalui tajuk tanaman (transpirasi). Kegiatan-kegiatan irigasi
menyangkut penampungan air, penyaluran air ke lahan, dan pembuangan kelebihan
air serta usaha menjaga kontinuitas air. Pada prinsipnya air irigasi yang ditambahkan
adalah untuk menutupi kekurangan air tanah yang telah ada pada saat yang
diperlukan dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu untuk merancang irigasi selain
diperlukan data hidrologi, meteorologi, juga diperlukan pengelolaan air yang mantap.
Selain itu kegunaan air irigasi adalah, mempermudah pengolahan tanah, mengatur
suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan tanah dari kotoran, kadar unsur-unsur
racun, dan garam serta asam yang berlebihan, serta menaikan pertumbuhan hama,
gulma dan penyakit tanaman.

C. System
System (Inggris) merupakan kesatuan komponen yang berinteraksi dan bekerja
sama satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan. Dari definisi yang ada maka telah
nampak bahwa dalam system yang ada menunjukkan adanya keragaman dalam suatu
system, baik keragaman itu sifatnya kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga dari
keragaman yang ada akan menimbulkan suatu akulturasi yang sangat baik sehingga
akan mencapai output yang maksimal. Dari pola penanaman yang kami ajukan, maka
komponen system yang kami tawarkan akan kami paparkan selanjutnya.
Petani memegang peranan yang sangat vital dan urgen pada sistem yang akan
dibangun dalam pola pertanaman berkelanjutan. Karena disamping petani bertindak
sebagai seorang pengelola lahan pertanian akan tetapi petani juga bertindak sebagai
peternak dalam mengurus bebek dan ikan sebagai ternaknya. Selain itu seorang petani
haruslah cakap dalam mengelola lahan pertaniannya. Karena dalam mengelolanya
haruslah seefisien mungkin dalam mengatur sistem-sistem apa saja yang akan
dijalankan dalam lahan pertaniannya. Dalam proses pengelolaan selanjutnya maka
seorang petani haruslah pandai dalam hal memikirkan langkah konkret dalam
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga kesinambungan sistem
tetap dapat terjadi. Karena dalam siklusnya, maka hasil pertanian yang telah
dihasilkan akan segera dijual untuk memperoleh keuntungan. Dimana biaya awal
telah dikeluarkan dalam pembelian bibit, pupuk, pestisida, dan pembuatam jalur
irigasi. Sehingga diperlukan kalkulasi yang matang dalam penentuan harga jual
kepada pedagang pembeli hasil pertanian para petani. Biaya utama adalah kegiatan
jerih payah dan keterampilan petani beserta keluarganya. Dan hasil utama adalah nilai
dari hasil-hasil yang digunakan untuk kehidupan keluarga petani itu sendiri.
Pertimbangan mengenai biaya selalu mencakup jerih payah yang harus dilakukan. Ia
memperhitungkan pula dana-dana untuk menghadapi resiko kegagalan panen,
kemungkinan jatuhnya harga pasar pada waktu panen, dan ketidakpastian tentang
efektifnya metode-metode baru yang sedang ia pertimbangkan. Dalam bahasa
ekonomi, produksi pertanian mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran.
Masukan adalah salah satu yang diikut sertakan di dalam proses produksi, seperti
penggunaan tanah, tenaga kerja petani beserta keluarganya dan pekerja utama,
kegiatan mental petani dalam perencanaan dan pengelolaan, bibit, makan ternak,
pupuk, dan sarana produksi lainnya, alat-alat perkakas, dan ternak kerja atau traktor.
Kebanyakan usaha tani menghasilkan bermacam-macam hasil bumi (produksi). Di
beberapa daerah memang margin (selisih) antara hasil dan biaya bagi suatu jenis
tanaman tertentu jauh lebih besar daripada untuk tanaman-tanaman lainnya, sehingga
kebanyakan usaha tani di daerah hampir seluruhnya dengan tanaman yang sama.
Tetapi di kebanyakan tempat, keadaan tanah dan iklim, penggunaan tenaga kerja
secara efisien, kebutuhan keluarga dan kondisi pasar, membuat lebih menguntungkan
bagi petani, apabila ia menanam bermacam-macam tanaman, dan seringkali juga,
memelihara satu atau beberapa macam ternak atau ikan.
Seorang petani tidak dapat begitu saja memilih cabang-cabang usaha bagi
usaha taninya tanpa mempertimbangkan hubungan satu sama lain. Tanaman yang
berbeda, berbeda pula musim tumbuhnya, membutuhkan zat-zat hara yang berlainan
dari tanah dan memerlukan perhatian yang berbeda banyaknya pada saat-saat yang
berbeda pula sepanjang tahun. Karena itu,berbagai cabang usaha yang tercakup di
dalam suatu usahatani tertentu jarang sekali dapat dipisah-pisahkan perhitungan laba-
ruginya. Tiap petani mencoba mencari kombinasi tanaman dengan ternak yang
terbaik bagi usahataninya, dengan mempertimbangkan keadaan tanah, tenaga kerja
dan sumber-sumber lain yang tersedia padanya. Dari uraian di atas, kiranya jelaslah,
mengapa usaha tani demikian banyak ragamnya, bahkan juga di dalam suatu daerah.
Setiap petani mendasarkan tindakannya atas perhitungan biaya (cost) dan hasil
(return). Ada diantaranya biaya dan hasil itu dinyatakan dalam bentuk uang atau
nilai, adapula yang bersangkut paut dengan kedudukan dan tanggung jawab petani itu
dalam masyarakat.
Kebanyakan usaha tani menghasilkan bermacam-macam hasil bumi
(produksi). Di beberapa daerah memang margin (selisih) antara hasil dan biaya bagi
suatu jenis tanaman tertentu jauh lebih besar daripada untuk tanaman-tanaman
lainnya, sehingga kebanyakan usaha tani di daerah hampir seluruhnya dengan
tanaman yang sama. Tetapi di kebanyakan tempat, keadaan tanah dan iklim,
penggunaan tenaga kerja secara efisien, kebutuhan keluarga dan kondisi pasar,
membuat lebih menguntungkan bagi petani, apabila ia menanam bermacam-macam
tanaman, dan seringkali juga, memelihara satu atau beberapa macam ternak atau ikan.
Seorang petani tidak dapat begitu saja memilih cabang-cabang usaha bagi
usaha taninya tanpa mempertimbangkan hubungan satu sama lain. Tanaman yang
berbeda, berbeda pula musim tumbuhnya, membutuhkan zat-zat hara yang berlainan
dari tanah dan memerlukan perhatian yang berbeda banyaknya pada saat-saat yang
berbeda pula sepanjang tahun. Karena itu,berbagai cabang usaha yang tercakup di
dalam suatu usahatani tertentu jarang sekali dapat dipisah-pisahkan perhitungan laba-
ruginya. Tiap petani mencoba mencari kombinasi tanaman dengan ternak yang
terbaik bagi usahataninya, dengan mempertimbangkan keadaan tanah, tenaga kerja
dan sumber-sumber lain yang tersedia padanya.
Dari uraian di atas, kiranya jelaslah, mengapa usaha tani demikian banyak
ragamnya, bahkan juga di dalam suatu daerah. Setiap petani mendasarkan
tindakannya atas perhitungan biaya (cost) dan hasil (return). Ada diantaranya biaya
dan hasil itu dinyatakan dalam bentuk uang atau nilai, adapula yang bersangkut paut
dengan kedudukan dan tanggung jawab petani itu dalam masyarakat.
Pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi hasil usaha tani.
Untuk hasil-hasil ini perlu ada pasar serta harga yang cukup tinggi guna mengganti
biaya yang dipakai selama melakukan proses pengolahan sampai pada biaya yang
digunakan untuk proses pemanenan. Dengan adanya penawaran harga yang tinggi
maka biaya yang digunakan akan kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang
telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksinya. Pasar selain sebagai tempat untuk
menjual hasil pertanian, juga berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan informasi
mengenai harga pemasaran hasil pertanian.
Didalam memasarkan hasil pertanian, ada tiga hal yang diperlukan, yaitu:
1. Seseorang, disuatu tempat, yang membeli hasil usaha tani: perlu ada
permintaan (demand) terhadap hasil tani yang ditawarkan oleh para petani
2. Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani: sistem
tataniaga
3. Kepercayaan petani dalam kelancaran sistem tataniaga itu
Tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil buminya ke pasar di kota besar
atau ke luar negeri. Pasar-pasar tersebut terlalu jauh baginya. Petani perorangan,
kecuali apabila ia memimpin perkebunan yang sangat besar tidak dapat menghubungi
pembeli di pasar-pasar itu. Ia tidak mempunyai alat untuk mengangkut hasil-hasilnya
itu ke sana. Ia tidak memiliki pengetahuan atau fasilitas yang diperlukan untuk
berbagai tindakan lain yang berhubungan dengan pemasaran itu. Lagipula, jumlah
produksinya tidak cukup besar untuk menjalankan tindakan-tindakan tersebut;
baginya tidak efisien untuk berbuat demikian. Kebanyakan petani harus menjual
hasil-hasil mereka di usaha taninya sendiri atau di pasar setempat. Karena itu,
perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar
untuk dimakan sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk
sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang menghubungkan pasar
setempat dengan pasar di kota-kota.
Pentingnya pengangkutan merupakan kelanjutan dari kegiatan pertanian
dalam hal memproduksi hasil pertanian. Sehubungan dengan itu diperlukan jaringan
pengangkutan yang menyebar luas untuk membawa sarana dan alat produksi ke tiap
usahatani, dan membawa hasil usahatani ke konsumen di kota besar dan kecil.
Selanjutnya, agar menjadi perangsang yang menarik bagi petani,
pengangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi petani, harga suatu input
seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya pengangkutan ke usaha taninya.
Uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian adalah harga di pasar pusat
dikurangi dengan biaya pengangkutan hasil-hasil itu dari usahataninya ke pasar. Jika
biaya pengangkutan terlalu tinggi maka akan menimbulkan kerugian yang sangat
signifikan kepada petani karena keuntungan yang diperoleh oleh petani akan lebih
banyak dikeluarkan melalui pengengkutan hasil produksinya.

A. Output
Output merupakan hasil yang dicapai dalam mekanisme system yang terjadi,
juga merupakan hasil tanaman dan hasil ternak yang diperoleh oleh usaha tani,
dimana terdapat masukan dan keluaran yang mencakup biaya dan hasil. Atau secara
singkat output merupakan produk akhir dalam siklus kerja sistem sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Dalam model yang kami ajukan maka output yang akan
dihasilkan adalah meningkatnya produktifitas panen, meningkatnya hasil ternak, dan
meningkatnya produktifitas tanah. Penjelasan mengenai bagian-bagian ini terdaat
pada bagian selanjutnya.
Hasil penen dapat meningkat, hal ini akan seiring dengan
berkesinambungannya system yang berlangsung didalamnya, dimana akulturasi
antara 3 bidang yakni pertanian, peternakan, dan perikanan tidak akan menghasilkan
pemborosan hasil akhir dalam proses pemanenan karena sistemx akan berlanjut pada
tingkatan bawah. Sehingga produktifitas panen akan meningkat pula seiring dengan
dilakukannya pola pertanaman padi – kacang tanah – padi.
Hasil tenak juga akan memberikan pengaruh yang drastis terhadap kuantitas
hasil karena hasil panen yang dihasilkan disamping sebagai bahan makanan dan yang
akan dijual, maka selebihnya digunakan pula sebagai bahan baku makanan ternak
sehingga bila kecukupan nutrisi terpenuhi, maka akan memperlancar pula proses
perkembangbiakan terjadi sehingga produktifitas ternak pun akan meningkat.
Produktifitas tanah akan meningkat. Seiring dengan penggunaan bahan baku
secara organik dalam semua hal yang dijalankan dalam model system ini akan
menciptakan produktifitas tanah dan akan mencegah terjadinya degradasi lahan,
karena unsur-unsur hara dalam tanah tidak akan terusaki karena bahan penyusunnya
juga dari tanah. Beda halnya dengan penggunaan pupuk serta pestisida bahan kimia
akan menyebabkan kerusakan struktur tanah karena dilakukan rekayasa kimia untuk
satu sisi, contohnya: pupuk dan pestisida hanya untuk menyehatkan tanaman, tetapi
sangat membahayakan tanah dalam hal akumulasi unsur-unsur penyusunnya karena
terbuat dari rekayasa kimia sehingga belum tentu cocok untuk penunjang kesuburan
serta kualitas tanah.
MAKALAH
SISTEM-SISTEM PERTANIAN

POLA PERTANIAN BERKELANJUTAN


RATNA DWI ARIYANTI : G 211 06 004
KURNIATI : G 211 06 022
MANSYUR LOLO TEMBU : G 211 06 026
AGUSTAN : G 211 06 033
RIKA FITRIANI : G 211 06 002

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008

SYSTEM

INPUT INPUT

You might also like