You are on page 1of 9

INTISARI

I. MAKSUD dan TUJUAN


I.I Maksud
Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain dengan menggunakan zat kimia.

I.II Tujuan
Mengetahui dan membandingkan efek kreping yang dilakukan pada bahan kapas
dan rayon. Mengetahui hasil pencelupan yang dilakukan pada kain yang telah
dilakukan proses penyempurnaan krep.

II. TEORI
Penyempurnaan Kreping
Penyempurnaan kreping adalah proses penyempurnaan yang membuat kain
menjadi tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki
kecenderungan besar untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari
penahanya, akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga
pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling didekatkan
maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil di sepanjang benang akibat
dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan kemudian terbebaskan saat
kedua ujung benang didekatkan. Kecenderungan pembukaan puntiran pada benang
atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat puntirannya, sehingga
semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula kecenderungannya
untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat dari serat hidrofil
Kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat penggelembungannya
pada pembasahan, semakin besar penggelembungan seratnya semakin besar pula
kecenderungan benang untuk terbuka dari puntirannya.
Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret
kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh
pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk
gelungan-gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka
pembentukan gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan
suatu efek gelombang atau riak pada permukaan kain yang dikenal dengan istilah
krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyempurnaan krep adalah mengkeret
benang dengan puntiran tinggi dan kecenderungan untuk terbuka dari puntirannya,
serta didasarkan pada sifat penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini maka
serat dengan penggelembungan besar di dalam air sangat baik begi pembuatan
benang ataupun krep. Selulosa yang diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini
karena penggelembungannya yang besar didalam air (dalam keadaan basah serat
rayon memiliki volume dua kali daripada volumenya dalam keadaan kering absolut).

Penyempurnaan Krep untuk Rayon
Konstruksi yang paling umum untuk kain krep adalah benang krep untuk pakan dan
normal untuk lusi, dengan pergantian arah puntiran setiap dua helai benang pakan.
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk memperoleh krep yang merata dipandang dari
efeknya maupun kerapatannya adalah dimungkinkannya pergerakan benang pada
kain selama proses.
Proses kreping sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan pemasakan. Larutan
sabun dan suhu tinggi pada proses pemasakan akan menyebabkan struktur lain
menjadi lebih terbuka sehingga tercipta ruang yang lebih besar bagi benang untuk
membentuk gelungan dan menghasilkan efek krep yang kasar dan cenderung tidak
rata. Untuk mencegah timbulnya bekas kusut (crease marks) maka kain harus
dikerjakan dalam bentuk lebar. Ada beberapa cara penanganan kain dalam proses
kreping, yaitu cara :
1. rangka bintang
2. lipatan buku
3. loop
4. kontinyu

Kerataan dan kehalusan krep pada dasarnya sangat ditentukan oleh struktur
benang, kain, konsentrasi dan suhu larutan. Benang dengan puntiran tinggi yang
terbuat dari filamen kasar dan menggunakan kanji ringan (soft size) biasanya akan
menghasilkan krep kasar bila dikerjakan dalam larutan dengan konsentrasi dan suhu
tinggi. Sedangkan krep halus dapat diperoleh dari benang puntiran rendah yang
terbuat dari filamen dengan kanji berat (hard size) dan menggunakan larutan
dengan konsentrasi dan suhu rendah.

Penyempurnaan Krep untuk Kapas
Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai
berikut :
1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan tinggi.
Pada cara ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari antihan benang.
2. Penggunaan zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat kapas.

Cara yang pertama tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Adalah mungkin untuk
membuat efek krep dari dari jenis kain-kain tertentu tanpa menggunakan benang-
benang puntiran tinggi memang tidak terjadi efek-efek kerutan yang tidak
karakteristik, tapi ada gelombang-gelombang yang khusus dan elastisitas yang bisa
dikatakan sebagai struktur kain krep.
Krep-krep yang demikian lebih cenderung dihasilkan dengan cara kimia daripada
mekanisme fisik yang murni misalnya bukaan puntiran dan penggembungan tetapi
proses tersebut bertumpu pada zat penggembungannya, yaitu larutan reagen yang
menyebabkan penggelembungan yang besar pada seratnya. Zat tersebut akan
menggelembungkan serat sehingga pada bagian kain yang terkena zat tersebut akan
mengkeret, sedangkan bagian yang lainnya tidak sehingga terjadi perbedaan
pemengkeretan yang pada bidang yang sama akan terbentuk permukaan yang tidak
rata.

Pengaruh Pencapan pasta NaOH pada serat kapas

Pengaruh NaOH pada serat kapas akan mengakibatkan penggembungan serat. Bila
konsentrasi NaOH cukup kuat maka bagian kristalin akan menggembung dan terjadi
perubahan kisi-kisi yang permanen. Penggembungan ini terjadi karena pelepasan
ikatan hidrogen internal dalam serat yang efeknya sangat besar terutama pada
keadaan alkali kuat. Sehingga terjadi penyusunan kembali orientasi molekulnya yang
lebih teratur.
Selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi tetapi daya serap dan
kereaktifannya menjadi lebih besar daripada semula. Reaksinya adalah sebagai
berikut :

Selulosa-OH + NaOH Selulosa- ONa + H
2
O

Dengan adanya proses penggembungan serat maka bentuk kristalin dari selulosa
dan molekul-molekulnya relatif berpindah tempat satu sama lain. Akibatnya banyak
banyak gugus OH yang lebih mudah untuk dapat diakses, maka absorpsi serat
terhadap air atau zat warna bertambah.

Pengaruh dari pencapan pasta soda kostik adalah :
Bahan menjadi mengkeret pada bagian motif yang dicapkan.
Kekuatan tarik bertambah.
Absorbsi bahan terhadap air dan zat warna bertambah.
Mulur sebelum putus bertambah.

Penggembungan setempat melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun
rintang) merupakan prinsip dari pembuatan krep dengan menggunakan zat kimia.
Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang mengandung soda kostik akan
menggelembung dan mengkeret, serta menyebabkan bagian kain lainnya kusut,
sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain.


III. PERCOBAAN

III.I ALAT dan BAHAN
Screen putih
Rakel
Gelas ukur 100 ml
Beaker glass
Pengaduk
Kertas HVS
Gunting
Timbangan
Kain kapas
Kain Rayon

III.II ZAT-ZAT KIMIA dan FUNGSI
NaOH : menghasilkan efek mengkeret pada kain
Pembasah Tahan Alkali (INVADINE) : menurunkan tegangan permukaan serat,
sehingga zat-zat dapat masuk kedalam bahan.

CH
3
COOH 5% : menetralkan kain yang sebelumnya telah diberi NaOH

Zat warna reaktif panas : memberikan warna secara merata pada bahan dan untuk
mengetahui hasil penyempurnaan kreping yang telah dicelup dengan zat warna
reaktif.
NaCl : menambah penyerapan zat warna reaktif pada bahan.
Na
2
CO
3
: memperbesar kelarutan zat warna dalam larutan celup dan zat anti
kesadahan dalam air celupan, serta menetralkan asam-asam hasil dari reaksi yang
terdapat pada larutan celup. Memfiksasi zat warna dan membentuk ikatan Kovalen.


III.III RESEP

Resep penyempurnaan kreping


WAKTU

BAHAN
10 menit 15 menit 20 menit
NaOH Kapas Rayon Kapas Rayon Kapas Rayon
200 1 2 3 4
300 7 8 9 10 11 12
400 13 14 15 15 5 6



Resep pencelupan dengan zat warna reaktif

Zat warna reaktif panas : 1 %
NaCl : 20 g/L
Na
2
CO
3
: 10 g/L
Zat pembasah : 1 g/L
Vlot (1 : X) : 1 : 20






III.IV CARA KERJA

Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktik.
Pembuatan motif pada kertas HVS.
Pembuatan pasta kreping
(Dibuat pengental dari tapioca dan NaOH, diatur banyaknya pengental agar
didapat pasta pengental yang baik ).
Bahan dicap dengan pasta tersebut, dan didiamkan selama 10,15, dan 20
menit
Bahan dibilas dengan air panas sampai kandungan NaOH yang ditandai
dengan pegangan menjadi tidak licin.
Dinetralkan kandungan kebasaan kain dengan dimasukan ke dalam larutan
CH
3
COOH 5%.
Kain di cuci dengan air dingin sampai bersih.
Kain di angin-angin sampai kering.
Selanjutnya ditimbang kain dan dilanjutkan pada proses pencelupan kain
hasil krepping dengan zat warna reaktif dingin.
Bahan yang sudah dicelup ditunggu sampai kering dan di evaluasi kekerutan
bahan dan pengaruhnya terhadap penyerapan zat warna.


DIAGRAM ALIR




pembuatan pasta
kreping
pencapan pasta
pada bahan
bahan didiamkan
selama 10,15, dan
20 menit
bahan dialiri air
dingin
kain dinetralkan
asam cuka 5%
Bahan dicelup
bahan di
keringkan
evaluasi
IV. HASIL dan DISKUSI

You might also like