Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan
lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah, cukup luas sampai
sekarang. Eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak
tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam
Undang-Undang tersebut tertulis bahwa bank umum melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Undang-
Undang tersebut memberi kebebasan kepada bank dalam menentukan jenis
imbalan yang akan diberikan kepada nasabah, baik berupa bunga ataupun
keuntungan bagi hasil, termasuk keleluasaan penentuan tingkat bunga sampai 0
(nol) dan merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem perbankan pada
umumnya. Pada tahun 2004, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa
No. 1 tahun 2004 tentang hukum bunga bank, praktek penggunaan bunga tersebut
hukumnya haram. Oleh karena itu MUI menghimbau kepada umat islam agar
beralih menggunakan bank syariah dalam mengelola keuangannya. Perbankan
syariah lahir sebagai alternatif sistem perbankan guna memenuhi harapan yang
menginginkan sistem keuangan syariah, yaitu bank yang menerapkan prinsip bagi
hasil yang bebas dari riba (bunga).
2
Perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah adalah
adanya larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang
dianut oleh bank konvensional, sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya,
bank syariah menganut sistem bagi hasil.
Pendirian perbankan syariah di Indonesia semakin pesat. Persaingan antar
perbankan dalam meningkatkan kualitas pelayanan untuk menarik nasabahnya
juga semakin tinggi. Beragam jasa pelayanan yang diberikan oleh bank juga
mengalami perkembangan. Berbagai penelitian menemukan bahwa perilaku
nasabah dalam memilih bank syariah didorong oleh faktor memperoleh
keuntungan. Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ghafur, dalam bukunya yang
berjudul Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis Perkembangan
Perbankan Syariah mengatakan penelitian Erol dan El-Bdour (1998) yang
dilakukan di Jordan menunjukkan bahwa masyarakat sebetulnya lebih berorientasi
pada profit daripada agama. Begitu juga di Indonesia, seperti yang dikutip Nasrah
(2008) penelitian yang dilakukan oleh Husnelly (2003) dan Mangkuto (2004) juga
menegaskan faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat menginvestasikan
dananya di bank syariah adalah faktor return bagi hasil. Dengan demikian menjadi
cukup penting bagi bank syariah untuk tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil
yang diberikan kepada nasabahnya. Nasabah penyimpan dana akan selalu
mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi
pada bank syariah. Jika tingkat bagi hasil bank syariah terlalu rendah maka tingkat
kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan
dananya ke bank lain. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi
3
hasil menjadi faktor penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana
pihak ketiga. Seperti pendapat Karsten (1982) yang dikutip dalam penelitian
Apriandika (2011) menyatakan besarnya bagi hasil yang diperoleh, ditentukan
berdasarkan keberhasilan pengelola dana untuk menghasilkan keuntungan. Oleh
karena itu tingkat laba bank syariah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil
yang dapat diberikan kepada nasabah yang menyimpan dana (konsep profit dan
loss sharing). Dengan demikian kemampuan manajemen untuk melaksanakan
fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik
(professional investment manager) akan sangat menentukan kualitas usahanya
sebagai lembaga intermediary(perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang membutuhkan dana)dan kemampuannya menghasilkan laba.
Dalam hal ini,salah satu penilaian kemampuan bank yang dapat dilakukan
adalah dengan menilai kinerja keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan
bank. Karena kinerja keuangan dapat menunjukkan kualitas bank melalui
penghitungan rasio keuangannya. Untuk menghitung rasio keuangan dapat
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang dipublikasikan
secara berkala. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang tepat
untuk dipelajari dalam mengevaluasi dan mengukur kinerja keuangan perusahaan
karena di dalamnya terdapat informasi yang penting meliputi informasi keuangan
tentang hasil usaha maupun posisi finansial dari perusahaan bank tersebut.
Laporan keuangan juga berisikan informasi keuangan yang mencerminkan
kesehatan dan kemampuan perusahaan yang bersangkutan.
4
Menurut teori yang dikemukakan oleh Antonio (2001), mengatakan bahwa
besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh pada kontrak mudharabah salah satunya
bergantung pada pendapatan bank. Untuk mengetahui pendapatan bank, peneliti
menggunakan rasio profitabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas adalah Return on Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO) . ROA adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. CAR adalah rasio
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko. BOPO adalah rasio yang
menunjukkan tingkat efisiensi kinerja opersional bank. Alasan dipilihnya variabel
ROA dikarenakan analisisnya bersifat komprehensif atau menyeluruh yaitu
meliputi kegiatan penjualan, investasi, dan pengeluaran-pengeluaran
(Rangkuti,1997).
Indikasi rate of return sebagai presentase tingkat bagi hasil simpanan bank
syariah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal terutama terkait dengan kinerja manajemen bank syariah
sendiri seperti efektivitas fungsi intermediasi, efisiensi operasional, dan
kemampuan profitabilitas. Di samping itu, kondisi makro ekonomi sebagai faktor
eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh manajemen juga cukup berpengaruh
terhadap hasil yang diterima dari hasil pembiayaan yang disalurkan. Sebagaimana
yang dikutip oleh Antariksa (2006), identifikasi Guru et. al. menemukan bahwa
5
faktor penentu profitabilitas bank dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu faktor
penentu internal dan faktor penentu eksternal.
Identifikasi dan kejelasan bagaimana pengaruh faktor-faktor ini sangat
penting bagi bank syariah dalam rangka menjaga kualitas bagi hasilnya kepada
nasabah. Oleh karena itu penelitian ini berusaha memastikan hasil penelitian
tersebut tidak hanya pada satu bank saja.
Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, kajian-kajian
dan penelitian-penelitian mengenai perbankan syariah umumnya dan perilaku
kinerja keuangan secara khusus terus dilakukan sebagai sarana sosialisasi dan
sarana kajian tentang perbankan syariah.
Penelitian mengenai Return on asset (ROA) menunjukkan hasil yang
berbeda, Pramilu (2012) menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh negatif
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, sedangkan penelitian
Juwariyah (2008) dan Anggrainy (2010) menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramilu (2012) menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
sedangkan penelitian Anggrainy (2010) menunjukkan bahwa CAR tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramilu (2012) menunjukkan bahwa
BOPO berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
sedangkan penelitian Anggrainy (2010) dan Juwariyah (2008) menunjukkan
6
bahwa BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah yang kelengkapan data
laporan keuangan triwulan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada penelitian
ini digunakan tahun 2009-2012, pemilihan tahun tersebut karena peneliti ingin
mengetahui keadaan keuangan bank setelah terjadinya krisis global tahun 2008,
dimana saat itu banyak perusahaan perbankan dan swasta yang terlikuidasi,
namun pada perbankan syariah tidak mengalami dampak yang signifikan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Pramilu (2012) yang berjudul
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah. Variabel independen dalam penelitian Pramilu
(2012) adalah ROA, CAR, BOPO, FDR, ROE. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Pramilu (2012) adalah variabel independen. Dimana penelitian ini
menggunakan variabel independen penelitian ini ROA, CAR, dan BOPO, alasan
pemilihan variabel ini karena tiga variabel tersebut yang berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji konsistensi dari hasil
penelitian terdahulu mengenai korelasi beberapa rasio keuangan yang
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan judul :
Pengaruh Return on Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), Terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Return On Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional(BOPO), secara simultan berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
2. Apakah Return On Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional(BOPO), secara parsial berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh Return On Asset(ROA), Capital Adequacy
Ratio(CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO), secara
simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
2. Menganalisis pengaruh Return On Asset(ROA), Capital Adequacy
Ratio(CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO), secara
parsial terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
8
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan penelitian,yaitu:
1. Dalam penelitian ini objeknya terbatas pada bank umum syariah yang
menerbitkan laporan keuangan triwulanan selama periode penelitian
berlangsung.
2. Periode penelitian terbatas selama empat tahun terakhir dengan menggunakan
data triwulan, yaitu mulai periode 2009-2012.
3. Jumlah variabel yang diteliti juga terbatas, hanya meliputi Return On
Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya
adalah:
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan lebih mendalam tentang perbankan syariah, terutama pada sistem
bagi hasil pada perbankan syariah.
2. Bagi Instansi Terkait
Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh instansi terkait sebagai
informasi tambahan dan masukan untuk meningkatkan kualitas bagi hasil dengan
mengendalikan kinerja keuangan ROA, CAR, BOPO.
3. Bagi Masyarakat
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan menambah
wawasan kepada masyarakat atau calon nasabah bank syariah agar mengamati
kinerja rasio ROA, CAR, BOPO. pada laporan keuangan publikasi bank syariah
yang akan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil yang akan diterimanya.
1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang terkandung dari
masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan skripsi ini. Skripsi ini
disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, yang menjelaskan pentingnya
masalah yang diteliti. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan
dijawab melalui penelitian. Tujuan penelitian adalah tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian. Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang
diharapkan baik dari aspek praktis maupun teoritis. Batasan penelitian berisi
batasan ruang lingkup penelitian. Pada bagian terakhir bab ini yaitu sistem
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tinjauan teori, yang berisi uraian teori yang mendasari
penelitian. Penelitian terdahulu menyajikan penelitian-penelitian sebelumnya.
Kerangka konseptual adalah sintesis dari tinjauan teori dan penelitian
10
terdahulu. Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan dari tinjauan
pustaka.
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini akan menguraikan variabel penelitian dan efisiensi operasional.
Populasi dan sampel menjelaskan populasi dan sampel penelitian. Variabel
penelitian menjelaskan klasifikasi dan definisi operasional variabel. Prosedur
pengambilan data mengemukakan jenis dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian. Metode analisis data mengungkapkan bagaimana gambaran
model analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bagian ini menjelaskan tentang deskripsi data penelitian yang berisi data
penelitian dan statistik deskriptif. Analisis dan hasil penelitian memuat hasil
penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan interpretasi untuk memaknai
implikasi penelitian.
BAB V Penutup
Merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang berisi simpulan dari hasil
penelitian dan saran dari pembahasan. Keterbatasan menyampaikan
kelemahan dari penelitian yang dilakukan. Saran merupakan anjuran yang
diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam
penelitian.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian Perbankan
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, terlihat bahwa aktivitas utama bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpananyang menjadi
sumber dana bank, kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit, yang
sebaiknya tidak hanya didorong oleh motif memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya bagi pemilik tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
12
sebagai financial intermediary. Menurut Kasmir (2008) secara spesifik fungsi
bank dapat dirinci sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Kegiatan perbankan didasarkan pada trust atau kepercayaan, baik dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan, begitu pula bank akan
menyalurkan dananya kepada masyarakat apabila ada unsur kepercayaan.
b. Agent of Development
Sektor moneter dan sektor riil mempunyai interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila
tidak didukung oleh sektor moneter. Sehingga kegiatan bank dalam menghimpun
dana dan menyalurkannya kepada masyarakat memungkinkan masyarakat untuk
melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat
kegiatantersebut berkaitan dengan penggunaan uang dan kelancaran kegiatan
tersebut mendorong adanya pembangunan perekonomian dalam masyarakat.
c. Agent of Service
Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, dimana jasa tersebut
erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, seperti
jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, dan jasa penyelesaian
tagihan.
13
2.1.3 Bank Syariah
Definisi Bank Syariah
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yangberoperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah (Sudarsono,2004). Sedangkan menurut Undang-Undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah didefinisikan
sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
danmenurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
Di dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor10 tahun 1998,
sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam
pasal 1 ayat 13 UU no 10 tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan pokok antara
perbankan islam dan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga)
14
bagi perbankan islam. Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan
nonsyariah dan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangandan atau yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005).Dengan
lahirnya Bank Islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai
alternatif pengganti bunga pada bank-bank konvensional, merupakan peluang bagi
umat islam untuk memanfaatkan jasa modal seoptimal mungkin. Merupakan
peluang, karena umat islam akan berhubungan dengan perbankan dengan tenang,
tanpa keraguan dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat di dalam
memobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan ekonomi umat
(Sumitro, 1997).
Menurut Antonio (2001), Perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional dapat dilihat pada hasil rangkuman berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi-investasi yang
halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-
beli, atau sewa.
3. Profit dan falah oriented (mencari
kemakmuran di dunia dan
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan sesama
debitor.
15
kebahagiaan di akhirat).
4. Hubungan dengan nasabah dlam
bentuk kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai denga fatwa Dewan
Pengawas Syariah.
5. Tidak terdapat dewan sejenis.
2.1.4 Prinsip Operasional Bank Syariah dalam Menghimpun Dana
1. Prinsip Wadiah
Prinsip wadiah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah
bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam.
Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut
(Muhammad, 2005) :
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada
pemilik dana sebagai suatu insentif.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup ijin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
16
Ketentuan lain berkaitan dengan giro dan tabungan tetap berlaku selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak
sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk
melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika terjadi kerugian maka
bank bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi.
2.1.5 Sumber-sumber Dana Bank Syariah
Adapun dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank
bersumber dari dana-dana sebagai berikut Muhammad(2005) :
1. Dana pihak pertama, yaitu dana modal sendiri yang berasal dari para
pemegang saham. Terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan-
cadangan dan laba ditahan.
2. Dana pihak kedua, yaitu dana pinjaman dari pihak lain. Terdiri dari dana
pinjaman harian dan pinjaman biasa antarbank, pinjaman lembaga non-bank
dan pinjaman dari Bank Indonesia.
3. Dana pihak ketiga (DPK), yaitu dana berupa simpanan dari pihak
masyarakat. Dana ini berupa :
a. Giro
Menurut UU No 21 tahun 2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad
wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
17
penarikannya dapat dilakuakn setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa Nomor
01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro yang menyatakan bahwa giro yang
dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah
dan mudharabah.
Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah, yaitu
titipan murni yang setiap saat dapat diambil oleh pemiliknya jika menghendaki.
Dalam hal ini bank menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah
bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank untuk
memanfaatkan uang titipannya, sedangkan bank bertindak sebagai pihak yang
dipercaya untuk mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan
bagi hasil dari pengelolaan dana tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yang
dijalankan dengan prinsip mudharabah. Bisa berupa mudharabah mutlaqah
maupun mudharabah muqayyadah. Bank akan mengelola dana tersebut dan
hasilnya akan dibagihasilkan sesuai nisbah yang telah disepakati. Dalam hal ini,
bank tidak bertanggung jawab atas kerugian yang bukan disebabkan oleh
kelalaiannya kecuali terjadi missmanagement (salah urus), karena pada dasarnya
kapasitas bank syariah hanyalah sebagai trustee yang senantiasa harus berhati-hati
dalam mengelola dana tersebut.
18
b. Tabungan
Menurut UU NO 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan
akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Tabungan dalam bank syariah bisa berupa wadiah maupun mudharabah.
Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus
dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai kehendak pemilik harta dan
nasabah tidak dijanjikan imbalan apapun dan juga tidak menanggung kerugian.
Tetapi pihak bank bias memberikan bonus sebagai insentif selama tidak
diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.
Tabungan mudharabah adalah tabungan yan dijalankan berdasarkan prinsip
mudharabah. Tabungan ini bisa berbentuk mudharabah mutlaqah maupun
mudharabah muqayyamah. Adapaun yang membedakan keduanya adalah ada atau
tidaknya persyaratan yang diberikan oleh pemilik dana kepada bank dalam
mengelola dananya.
c. Deposito
Menurut UU No 21 tahun 2008 deposito adalah investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
19
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad
antar nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.
Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip
syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa
bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah sebagai
shahibul mall. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
2.1.6 Teori Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara
definisi profit sharing diartikan: distribusi beberapa bagian dari laba pada para
pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat
berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang
diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan (Muhamad, 2004). Pada mekanisme lembaga keuangan
syariah atau bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk
penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis korporasi
(kerjasama).
Bagi hasil untuk nasabah adalah tingkat kembalian atas investasi nasabah
yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk pembagian keuntungan yang
20
diperoleh bank. Besarnya pendapatan yang diperoleh nasabah sangat tergantung
oleh kesepakatan bank dengan nasabah dalam pemberian bagi hasil (Octaviano,
2007).
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil di Bank Syariah
Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua
pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Antonio (2001)
faktor pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak
langsung.
1. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan
nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari
total dana. Jika bank menentukan investmentrate sebesar 80%, hal ini berarti
20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo
minimum bulanan dan rata-rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan
dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan
jumlah dana aktual yang digunakan.
21
3) Nisbah (profit sharing ratio)
a. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian.
b. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.
c. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya
deposito 1bulan, 3 bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan.
d. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai
dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil:
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) bank dan nasabahakan melakukan share baik dalam pendapatan maupun
biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang
diterima setelah dikurangi biaya-biaya.
b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.
2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang
diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
2.1.8 Deposito Mudharabah
Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian perlu adanya
sumber untuk menyediakan dana guna membiayai kegiatan usaha. Dalam hal ini
Bank Syariah mempunyai kedudukan yang penting untuk menghimpun dana
22
maka dengan demikian Deposito Mudharabah akan mempunyai kedudukan yang
sangat istimewa. Menurut Wibowo dan Widodo (2005), deposito mudharabah
atau lebih tepatnya deposito investasi mudharabah merupakan investasi nasabah
penyimpan dana (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan
bagi hasil.Menurut Antonio (2001), deposito mudharabah adalah Simpanan pihak
ketiga (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu dengan mendapatkan imbalan bagi hasil berdasarkan
kesepakatan bersama. Dari kedua definisi deposito diatas penulis menyimpulkan
bahwa deposito mudharabah adalah merupakan investasi nasabah penyimpan
dana (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu dengan mendapatkan imbalan bagi hasil berdasarkan
kesepakatan bersama.
2.1.9 Jenis-jenis Deposito Mudharabah
Adapun jenis-jenis deposito mudharabah menurut Karim (2006) adalah
sebagai berikut:
a. Mudharabah Mutlaqah
Pemilik dana(shahibul maal) tidak memberi batasan atau persyaratan
tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik berupa
tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan
23
dananya ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh
keuntungan.
b. Mudharabah Muqayyadah
Pemilik dana(shahibul maal) memberikan batasan atau persyaratan
tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik berupa
tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah
tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dananya ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan
akan memperoleh keuntungan.
2.1.10 Fungsi Deposito Mudharabah
Adapun fungsi deposito mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Bagi Pihak Bank
Deposito merupakan sumber dana bank yang cukup besar, adanya
jangka waktu tertentu menjadikan dana masyarakat dapat terpakai
untuk membiayai kegiatan bank yang lainnya.
b. Bagi Pihak Nasabah
Bagi pihak nasabah untuk mencari keuntungan atau nisbah dari bagi
hasil deposito mudharabah yang cukup tinggi
c. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah dengan adanya simpanan deposito mudharabah pada
bank tersebut adalah dapat menaikan laju inflasi dengan mengurangi
24
jumlah uang beredar di masyarakat dan sebagai pembiayaan bagi
pembangunan nasional.
2.1.11 Analisis Rasio Keuangan Bank Syariah
Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis untuk mengetahui
hubungan antara pos-pos tertantu dalam neraca maupun laporan rugi laba, baik
secara individu maupun bersama-sama (Abdullah, 2003). Umumnya rasio
keuangan ini digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Namun rasio
keuangan juga bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis lanjutan.
Angka rasio keuangan diperoleh dengan cara membagi atau membandingkan
rekening tertentu dengan rekening lain dari laporan keuangan.
Kinerja keuangan dapat dilihat dari berbagai macam rasio keuangan
diantaranya adalah Rasio Profitabilitas yang terdiri dari ROA(Return on Assets),
ROE(Return on Equity). Rasio efisiensi terdiri dari BOPO(Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional) dan Rasio solvabilitas CAR(Capital Adequacy
Ratio). Dalam penelitian ini kinerja keuangan diproksikan dengan ROA, CAR,
BOPO.
a. Return on Asset (ROA)
Menurut Bank Indonesia, Return on Asset(ROA) merupakan perbandingan
antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode (SE. BI
No 12/11/DPNP, 31 Maret 2010).
25
Dalam penelitian ini, Return on Asset(ROA) dipilih sebagai indikator
pengukur kinerja keuangan perbankan adalah karena ROA digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total asset. Pendapat Karsten (1982) yang dikutip dalam
penelitian Apriandika (2011) menyatakan besarnya bagi hasil yang diperoleh,
ditentukan berdasarkan keberhasilan pengelola dana untuk menghasilkan
keuntungan. Rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola
dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan
keuntungan adalah ROA (Juwariyah,2008). Apabila ROA meningkat, maka
pendapatan bank juga meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank
maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Nilai ROA
meningkat apabila laba yang diperoleh bank tetap dilain pihak total aktiva
berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROA maka
semakin tinggi bagi hasil yang diterima nasabah.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Anggrainy (2010) Rasio solvabilitas diwakili dengan Capital
Adequacy Ratio(CAR). Capital Adequacy Ratio(CAR) adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko. Masalah kecukupan modal
merupakan hal penting dalam bisnis perbankan. Bank yang memiliki tingkat
kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat.
26
Ketentuan perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank-bank diseluruh dunia
sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global, yaitu
rasio minimum 8% terhadap aktiva berisiko.
Rahman (2008) dalam Azmy (2008) menyatakan bahwa Rasio CAR
menunjukkan indikasi modal bank dinilai masih dalam batas aman untuk
menutupi resiko kerugian yang dihadapinya. Beberapa penelitian perbankan di
Eropa dan Timur Tengah juga memasukan variabel CAR sebagai faktor-faktor
yang ikut mempengaruhi profitabilitas atau imbal hasil bank.
c. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah satu
indikator yang dipakai adalah perbandingan antara beban operasional terhadap
pendapatan operasional(BOPO). Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban
operasional termasuk beban bunga terhadap pendapatan operasional termasuk
pendapatan bunga. Semakin besar rasio BOPO, maka semakin tidak efisien suatu
bank. Efisiensi bank dikatakan membaik ditunjukkan oleh penurunan nilai BOPO.
Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut Mawardi (2005) efisiensi operasi juga
berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.
27
BOPO diukur secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi.
Melalui rasio ini dapat diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua
faktor produksinya dengan efektif dan efisien (Sudiyatno dan Suroso, 2010).
Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam mengeluarkan biaya
dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk
mekanisme produksi bank agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi
dari suatu investasi (Juwariyah, 2008). Dengan kata lain BOPO menunjukkan
sejauh mana tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Nilai BOPO menurun
apabila biaya operasional menurun di lain pihak pendapatan operasional tetap, dan
juga apabila biaya operasional tetap di lain pihak pendapatan operasional
meningkat. Semakin rendah BOPO maka bank semakin efisien dalam
mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat
menghasilkan pendapatan yang paling tinggi. Apabila BOPO menurun maka
pendapatan bank meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka
tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat.Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi tingkat bagi
hasil yang diterima oleh para nasabah.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No .6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang
dimiliki adalah sebagai berikut:
28
Tabel 2.2
Peringkat bank berdasarkan BOPO
Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO
1 Sangat sehat 50-75%
2 Sehat 76-93%
3 Cukup sehat 94-96%
4 Kurang sehat 96-100%
5 Tidak sehat >100%
Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 maret 2004
Pada bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban bagi
hasil yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya
di bankdalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, dan deposito),
biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dsb. Sedangkan
pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh
dari pembayaran angsuran pembiayaan dari nasabah), komisi, dsb.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil
deposito mudharabah telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, namun
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian tersebut peneliti
sajikan dalam tabel 2.3 berikut ini :
29
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Objek Penelitian Hasil Penelitian
1 Hadi
Asyari
Pramilu
(2012)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah Pada
Bank Umum Syariah
ROA, BOPO dan CAR
berpengaruh negatif terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah
ROE dan FDR tidak
berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
2 Dian
Anggrainy
(2010)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah (Studi
Kasus PT Bank Muamalat
periode 2002-2009
ROA dan BOPO berpengaruh
positif terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah
ROE, FDR, dan CAR tidak
berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
3 Siti
Juwairiyah
(2008)
Analisis Pengaruh Profitabilitas
dan Efisiensi Terhadap Tingkat
Bagi Hasil Tabungan dan
Deposito Mudharabah Mutlaqah
(Studi Pada Bank Muamalat
ROA dan BOPO berpengaruh
positif signifikan terhadap
tingkat bagi hasil tabungan
dan deposito mudharabah
30
Indonesia Tbk)
4 M.
Showwam
Azmy
(2008)
Analisis Faktor Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Bagi
Hasil Simpanan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah
CAR, inflasi, dan suku bunga
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil
simpanan mudharabah
FDR, NPF, pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil
simpanan mudharabah
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal
yang spesifik pada penelitian ini adalah objeknya merupakan laporan triwulanan
Bank Umum Syariah periode 2009-2012. Variabel dependen yang digunakan
yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, dan variabel independen yang
digunakan yaitu ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas perbankan, CAR
yang merupakan proksi dari solvabilitas perbankan, BOPO yang merupakan
proksi dari efisiensi operasi. Penelitian ini replikasi dari penelitian Pramilu(2012)
yang melakukan penelitian tentang pengaruh ROA, CAR, BOPO, FDR, ROE
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum syariah.
31
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu adanya pengurangan
variabel independen yaitu tingkat ROE dan FDR. Perbedaan lainnya adalah tahun
sampel yang digunakan dalam penelitian.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan
hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam
model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Hubungan ROA, CAR, BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian serta tinjauan pustaka seperti yang telah diuraikan tersebut di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H
1
: Return On Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO, secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
ROA
Tingkat Bagi Hasil
CAR
BOPO
32
H
2
: Return On Asset(ROA), Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO, secara
parsial berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dengan metode pengamatan rasio-rasio keuangan triwulanan perbankan
syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia selama periode 2009-2012.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan kerakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah pada tahun 2009-2012.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasitersebut (Sugiyono, 2010). Apa yang dipelajari dari sampel,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Pemilihan
sampel dilakukan secara Purposive sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan
sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan
34
yang dikehendaki peneliti. Proses seleksi sampel didasarkan oleh kriteria yang
ditetapkan. Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel yaitu:
1. Bank Umum Syariah yang menerbitkan laporan keuangan triwulanan
secara lengkap (Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Distribusi Bagi Hasil)
pada tahun 2009-2012.
Berdasarkan kriteria dalam tabel diatas, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ada 3 Bank Umum Syariah yaitu:
1. Bank Syariah Mandiri
2. Bank Mega Syariah
3. Bank Rakyat Indonesia Syariah
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen, yaitu Return on
Asset(ROA), Capital Addequancy Ratio(CAR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional(BOPO), dan satu variabel dependen, yaitu Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah.
3.3.1 Definisi Operasional
1. RETURN ON ASSET (ROA)
Sebagai variabel terikat, ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset bank. Semakin besar
35
nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan, karena return yang
diperoleh perusahaan semakin besar. ROA dihitung dengan rumus yang sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 12/11/DPNP, 31 Maret 2010, yaitu:
2. CAPITAL ADDEQUANCY RATIO (CAR)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit,penyertaan,surat berharga, tagihan dalam
bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank. CAR dihitung dengan rumus yang sesuai dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/73/ DPNP, 31 Maret 2010, yaitu :
3. BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN
OPERASIONAL (BOPO)
BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional), merupakan
rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga,
biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Pendapatan
operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang
36
diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi
lainnya. BOPO dihitung dengan rumus yang sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No 12/11/DPNP, 31 Maret 2010, yaitu:
4. TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH
Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu
proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk
pendanaan/simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB,
penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk
simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya
produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan
return bagi hasil. Indikator tingkat bagi hasil adalah presentase bagi hasil
deposito mudharabah yang diterima nasabah terhadap volume deposito
mudharabah. Penggunaan tingkat bagi hasil ini dimaksudkan untuk menghindari
fluktuasi nominal bagi hasil yang dipengaruhi oleh perubahan saldo deposito
mudharabah. Menurut Wiroso (2005) perhitungan distribusi hasil usaha bank
syariah sesuai dengan masing-masing kelompok dana menggunakan tabel profit
distribution sebagai berikut:
37
Tabel 3.1
Tabel Perhitungan Distribusi Bagi Hasil
Jenis kelompok
dana
Saldo rata-
rata harian
Pendapatan
yang harus
dibagi hasil
Porsi pemilik dana
Nisbah
Jumlah
bonus dan
bagi hasil
Rate of
Return
SRRH THKD NUPD PHPD RR
A B C D E
(%) (BxC) (%)
Tabungan
mudharabah
SRRH 1 THKD 1 NUPD 1 BBH 1 RR 1
Deposito
Mudharabah
1 bulan SRRH 2 THKD 2 NUPD 2 BBH 2 RR 2
3 bulan SRRH 3 THKD 3 NUPD 3 BBH 3 RR 3
6 bulan SRRH 4 THKD 4 NUPD 4 BBH 4 RR 4
12 bulan SRRH 5 THKD 5 NUPD 5 BBH 5 RR 5
Total TSSD PHUD TBBH
Perhitungan masing-masing kolom dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Saldo rata-rata harian jenis kelompok dana (SRRH) kolom A
Kolom ini diisi dengan jumlah saldo rata-rata harian jenis kelompok sumber
dana yang ada pada laporan keuangan.
38
2. Total hasil usaha dibagikan (THKD) kolom B
Kolom ini dipergunakan untuk mencari pendapatan yang akan dibagikan
untuk masing-masing kelompok sumber dana dengan rumus
x PHUD
Notasi:
THKD : Total hasil usaha yang dibagi kelompok dana
SRRH : Saldo rata-rata harian
TSSD : Total saldo rata-rata sumber dana
PHUD : Porsi hasil usaha dibagikan
3. Nisbah umum pemilik dana (NUPD) kolom C
Diisi dengan nisbah untuk shahibul maal (nasabah) yang telah disepakati
padaawal akad dengan bank sebagai mudharib.
4. Porsi hasil usaha (pendapatan) pemilik dana (PHPD) kolom D
Hasil pada kolom ini adalah perkalian dari kolom B dengan kolom C atau
merupakan pendapatan yang akan dibagikan pada shahibul maal kelompok jenis
sumber dana sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal akad.
5. Rate of Return (RR) kolom E
Kolom ini merupakan return atau indikasi rate dalam bentuk persen dengan
rumusnya:
Notasi:
RR : Return (Indikasi rate) total hasil usaha kelompok dana
39
SRRH: Saldo rata-rata harian kelompok dana
BBH : Bonus dan bagi hasil
3.4 Data Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, misalnya lewat orang lain, dokumen, website atau media
perantara lainnya. Dalam menguji dan menganalisis pengaruh variabel ROA,
CAR, BOPO, digunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi laporan
keuangan masing-masing Bank Umum Syariah periode 2009-2012 serta
kebijakan-kebijakan lain yang mendukung dan dari survey literature serta data
Statistik Perbankan Indonesia yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia
(www.bi.go.id) maupun situs resmi masing-masing Bank Umum Syariah.
Penelitian ini menggunakan data cross section (data yang dikumpulkan dalam
satu waktu terhadap banyak individu) dan data time series (data yang terdiri dari
beberapa interval waktu). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang
dimana alat pengumpul datanya merupakan form pencatatan dokumen dan sumber
datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia yang telah diambil dari
laporan keuangan triwulanan Bank Umum Syariah di Indonesia yang telah
dipublikasikan melalui situs resmi masing-masing Bank Umum Syariah.
3.5 Model dan Teknik Analisis Data
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
40
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengiuji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki residu normal. Jika asumsi normalitas
tidaka terpenuhi, maka uji-F dan uji-t menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009).
Dasar pengambilan keputusan normalitas residual adalah sebagai berikut:
a. Bila penyebaran data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Bila penyebaran data berada jauh dari diagonal dan atau tidak mengikut arah
garis diagonal, atau histrogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel independen jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama variabel independen
adalah nol dan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
model degresi adalah sebagai berikut:
41
Nilai
)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
57
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi (
)
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,759
a
,576 ,547 ,0089372 2,266
a. Predictors: (Constant), roa, car, bopo
b. Dependent Variable: bagi
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui koefisien determinasi yang
ditunjukkan dari nilai adjusted