You are on page 1of 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Deskripsi Pekerjaan (Job Description) A.

Pengertian Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Deskripsi pekerjaan (job description) adalah sebuah kumpulan informasi jabatan dan disusun secara sistematis yang diperoleh melalui analisis pekerjaan (job analysis), yang dapat mengidentifikasikan dan menguraikan suatu jabatan atau posisi tertentu dengan membuat status setiap jabatan menjadi jelas akan fungsi dan perannya, hasilnya, tanggung jawabnya. Hasibuan (2003:32) menyatakan bahwa analisis jabatan adalah

menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan mengapa pekerjaan itu harus dilakukan. Kegunaan analisis jabatan yaitu mendapatkan kualitas dan kuantitas pegawai yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, pelatihan, evaluasi jabatan, penilaian pelaksanaan pekerjaan, promosi dan pemindahan, organisasi,

perkenalan, penyuluhan, hubungan ketenagakerjaan serta perencanaan kembali jabatan. Dengan adanya perancangan pekerjaan yang jelas, maka akan semakin produktif dan berprestasi sehingga keuntungan ekonomis dari deskripsi pekerjaan akan diperoleh. Pophal (2008:8) menyatakan bahwa pembagian kerja adalah rekaman tertulis mengenai tanggung jawab dari pekerjaan tertentu. Dokumen ini menunjukkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut dan

Universitas Sumatera Utara

menguraikan bagaimana pekerjaan tersebut berhubungan dengan bagian lain dalam perusahaan. Mathis dan Jackson (2001:261) menyatakan bahwa deskripsi kerja adalah penjelasan karakteristik pekerjaan (tugas dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan) yang harus dilakukan oleh karyawan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Tugas-tugas perlu diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggungjawab apa yang harus dipegang oleh seorang yang melakukan tugas tersebut, sehingga karyawan tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelasankejelasan pekerjaan yang harus mereka lakukan. B. Faktor-faktor Deskripsi Pekerjaan Untuk melihat apakah deskripsi kerja sudah sesuai dengan harapan karyawan digunakan model analisis pekerjaan fungsional, yang digunakan Miwaukee dan Sidney dalam Mathis dan Jackson (2001:262) yang terdiri dari sasaran organisasi, apa yang dapat dilakukan karyawan untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka, tingkat dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja, standar kinerja dan isi pelatihan. Penjelasan dari hal diatas adalah sebagai berikut: 1. Sasaran organisasi Sasaran organisasi merupakan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi, baik sasaran jangka pendek, menengah, maupun sasaran jangka panjang. 2. Apa yang dapat dilakukan karyawan untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka.

Universitas Sumatera Utara

Sasaran yang menjadi tujuan organisasi dicapai melalui aktivitas karyawan dalam bentuk pelaksanaan kerja untuk mewujudkan sasaran-sasaran tersebut. 3. Tingkat dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja. Karyawan-karyawan dalam organisasi perlu memiliki orientasi dalam bekerja, dalam bentuk pemahaman-pemahaman maksud dari pekerjaan yang dilakukan masing-masing karyawan. 4. Standar Kinerja Organisasi umumnya memiliki standar kerja yang menjadi titik tolak karyawan dalam melakukan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang termuat dalam standar yang ada. 5. Isi Pelatihan Pelatihan mempengaruhi pelaksanaan kerja, pelatihan diadakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan bekerja dalam mencapai kinerja. Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun suatu pernyataan yang teratur dari berbagai tugas dan kewajiban suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, diantaranya identifikasi jabatan, tugas yang dilaksanakan, pengawasan yang diberikan dan yang diterima, hubungan dengan jabatan-jabatan lain, bahanbahan dan alat-alat yang dipergunakan, kondisi kerja, penjelasan istilah-istilah yang tidak lazim, komentar tambahan untuk melengkapi penjelasan di atas. Seluruh faktor-faktor diatas merupakan unsur-unsur yang diperlukan untuk menyusun suatu deskripsi kerja yang baik pada suatu organisasi, terutama organisasi yang memiliki kapasitas besar serta memiliki banyak tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

C. Manfaat Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Manfaat deskripsi pekerjaan (job description) antara lain untuk: 1. Membantu atasan dan bawahan mengerti : Mengapa suatu jabatan diadakan dan apa tujuan utamanya. 2. Sebagai alat manajemen untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi : Performance Management, Staffing & Selection, Organization Design, Reward System, Career Development & Training. 3. Sebagai bahan untuk mengadakan perbandingan antar tugas dan pekerjaan dalam suatu perusahaan dengan tugas dan pekerjaan pada perusahaan yang lainnya (termasuk sistem kompensasi yang berlaku). 4. Sebagai dasar berpijak untuk penentuan sistem kompensasi di dalam perusahaan melalui proses evaluasi jabatan. 5. Sebagai dasar untuk pembentukan performance appraisal system penyusunan program-program pengembangan sumber daya manusia, promosi jabatan, rekrutmen, dan sebagainya. 6. Membantu seseorang untuk bisa lebih mengerti mengenai tugas, wewenang maupun tanggungjawab dari jabatannya. Dalam hal ini juga akan membantu dalam hal memberi bahan orientasi jabatan untuk penjabatan baru. 7. Menjelasan dan menjernihkan mengenai ruang lingkup jabatan dalam sebuah organisasi sehingga dapat dihindari kemungkinan salah interpretasi, overlapping, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

8. Membantu

dalam

program-progam

perencanaan

dan

pengembangan

organisasi termasuk di antaranya program program pelatihan, pengaturan kembali sistem dan prosedur kerja dan lain-lain. Pembuatan deskripsi pekerjaan (job description) yang wajar dilakukan melalui suatu analisis jabatan. Dari analisis jabatan yang dilaksanakan tersebut, maka akan dilakukan penelitian terhadap aspek-aspek jabatan melalui pengamatan dan atau pengisisan kuesioner baik secara tertutup maupun terbuka (wawancara) oleh mereka yang menduduki suatu jabatan tertentu. Berdasarkan hasil pengumpulan data ini, kemudian akan dilakukan analisis jabatan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk deskripsi jabatan. Sering juga terjadi, deskripsi jabatan dibuat terlebih dahulu tanpa melalui analisis jabatan terutama pada perusahaan (struktur organisasi yang baru) dibentuk. Dalam hal ini lebih tepat untuk dikatakan sebagai disesuaikan menurut kondisi ataupun kenyataan yang terjadi pada saat diimplementasikan. Proses penyusunan deskripsi pekerjaan akan diawali dengan kegiatan pengumpulan data baik melalui pengamatan lapangan, kuesioner, wawancara dengan para pemegang jabatan yang ada maupun lewat data skunder (referensi, studi literatur). Bahan-bahan yang terkumpul tersebut kemudian harus diolah dan disusun kembali serta diseragamkan untuk setiap jabatan yang sama (dalam halhal yang berkaitan dengan pengawasan maupun persyaratan yang bersifat umum). Hasil penyusunan awal yang berupa draft deskripsi jabatan kemudian harus dievaluasi dan didiskusikan kembali dengan individu yang memegang jabatan untuk kemudian diteliti kebenarannya. Berdasarkan evaluasi dan koreksi

Universitas Sumatera Utara

yang dilaksanakan kemudian disusun final job description dan akhirnya bisa diimplementasikan. Deskripsi jabatan bukanlah sesuatu hal yang bersifat konstan (permanen) oleh karena itu tindak lanjut (follow up) berupa evaluasi secara kontinyu tetap diperlukan agar deskripsi jabatan selalu up to date. Selanjutnya deskripsi jabatan seringkali pula akan dilengkapi dengan spesifikasi dan kondisi kerja dimana jabatan/kegiatan tersebut akan

diselenggarakan secara rutin. Dengan spesifikasi dan kondisi kerja, maka disini akan diberikan gambaran umum mengenai spesifikasi dan kondisi kerja seperti posisi kerja, pengetahuan dan kecakapan teknis yang diperlukan, kondisi kerja (temperatur, suara, penerangan, dan kondisi lingkungan fisik kerja lainnya) dan resiko-resiko kerja yang mungkin dihadapi.

2.1.2 Koordinasi A. Pengertian Koordinasi Prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam organisasi adalah prinsip koordinasi. Sebuah organisasi memiliki anggota-anggota sebagai tenaga kerja yang penting dalam kegiatan perusahaan. Koordinasi berhubungan dengan tugas untuk menyatukan usaha agar berhasil dalam mencapai tujuan perusahaan, untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain. Anggota organisasi diberikan tugas dengan pendelegasian wewenang dan pembagian kerja yang jelas. Melaksanakan azas-azas departementalisasi dan pembagian kerja tanpa melaksanakan azas koordinasi akan menumbuhkan peristiwa dimana tiap-tiap

Universitas Sumatera Utara

satuan organisasi atau tiap-tiap bagian berjalan sendiri-sendiri tanpa kesatuan arah. Agar aktivitas-aktivitas unit dapat dihimpun menjadi satuan-satuan kerja yang padu, maka diperlukan suatu kekuatan, dimana kekuatan tersebut dinyatakan sebagai koordinasi (Winardi, 2000:389). Menurut Manulang (2001:72) koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan, dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Winardi (2000:389) ciri-ciri koordinasi yaitu: 1. Seorang pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap koordinasi. Untuk dapat menjalankan koordinasi dengan baik, dibutuhkan suatu kerjasama dari setiap komponen organisasi. 2. Adanya proses yang berkesinambungan, sebab koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. 3. Koordinasi adalah konsep yang ditetapkan dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, sejumlah individu yang bekerja sama menghasilkan suatu usaha kelompok yang benar-benar dikerjakan dengan baik akan menghasilkan pekerjaan organisasi secara keseluruhan dengan baik pula. 4. Konsep kesatuan tindakan. Pimpinan harus dapat mengatur usaha dari tiap kegiatan individu sehingga adanya keserasian dalam mencapai hasil.

Universitas Sumatera Utara

5. Seorang pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap koordinasi. Untuk dapat menjalankan koordinasi dengan baik, dibutuhkan suatu kerjasama dari setiap komponen organisasi. Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah sebagai berikut: 1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan diadakan pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu tujuan. 2. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan. 3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing-masing unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing. 4. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan pengarahan (Manulang, 2001:72). Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti tersebut diatas adalah amat perlu sebab dengan adanya kegiatan koordinasi dapat menghindarkan konflik, mengurangi duplikasi tugas, meniadakan pengangguran, melenyapkan kepentingan unit sendiri dan memperkukuh kerja sama. Dengan

Universitas Sumatera Utara

koordinasi diharapkan akan tercipta suasana kerja sama, kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan akhir. B. Tujuan Koordinasi Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara efektif maka ada beberapa manfaat yang didapatkan. Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan asas departemen dan pembagian kerja akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah. Koordinasi penting dalam suatu organisasi, yakni: 1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan. 2. Agar orang-orang dan pekerjannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan. 3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. 4. Supaya semua unsur manajemen (6M) pekerjaan masing-masing individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi. 5. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan. (Hasibuan, 2001:86) Koordinasi sangat penting dalam mengarahkan para bawahan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

C. Masalah-Masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Menurut Lawrence dan Lorch dalam Handoko (2003:198) ada empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas

pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu: 1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor penting sukses organisasi, bagian pemasaran mengemukakan desain produk sebagai yang paling esensial. 2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih

memperhatikan masalah-masalah jangka panjang. 3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara

4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan. Dalam departemen produksi dimana kuantitas dan kualitas diawasi secara ketat, proses evaluasi dan balas jasa dilakukan formal. Dalam departemen personalia standar pelaksanaan dapat lebih longgar, dimana karyawan dievaluasi kualitas kerjanya selama periode waktu tertentu.

2.1.3 Efektivitas Kerja A. Pengertian Efektivitas Kerja Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Etzioni dalam Tangkilisan (2005:139) Efektivitas adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara anggotaanggotanya. Menurut Argris dalam Tangkilisan (2005:139), Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi konsep efektivitas menunjukkan sejauh mana organisasi

melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan

Universitas Sumatera Utara

dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal melalui alat-alat dan sumbersumber daya yang ada. B. Indikator Efektivitas Kerja Menurut Agraris dalam Tangkilisan (2005:131), menyebutkan tolok ukur efektivitas kerja sebagai berikut: 1. Kuantitas Kerja Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan pada saat kondisi normal. Hal ini didapat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. 2. Kualitas Kerja Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukan oleh karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan pekerjaan. 3. Tepat Waktu Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta mencapai sasaran yang telah dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang timbul. Setiap karyawan harus dapat menggunakan waktu seefesien mungkin dengan cara datang tepat waktu dan berusaha menyelesaikan tugas sebaik-baiknya seperti yang telah ditetapkan melalui kebijakan perusahaan. 4. Pencapaian Tujuan Kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi baik berupa peningkatan profit, kualitas dan kuantitas pelayanan, setiap individu harus

Universitas Sumatera Utara

dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang diberikan sehingga tercapai efektivitas kerja secara optimal. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja Menurut Steers dalam Tangkilisan (2005:151) ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja yaitu: 1. Karakteristik Organisasi Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan orang-orang didalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi didalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. 2. Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar perusahaan misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya karyawan atau pegawai di perusahaan tersebut. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan b. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan c. Tingkat rasionalitas organisasi Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan makin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi. 3. Karakteristik Pekerja Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. 4. Kebijakan dan Praktek Manajemen Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan Deskripsi Pekerjaan dilakukan oleh Dewi (2005) dengan judul Pengaruh Pembagian Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi PT. Dupantex Kabupaten Pekalongan, yang menyatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara keahlian dengan pekerjaan yang diemban oleh karyawan, penempatan karyawan juga kurang terfokus pada kebutuhan di masing-masing sub bagian, selain itu terdapat perbedaan beban kerja antara beberapa karyawan yang satu dengan lainnya sehingga terkadang menimbulkan perasaan tidak puas di pihak karyawan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik berupa analisis regresi sederhana, uji-t dan koefisien determinasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel pembagian kerja berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan sebesar 6,4% dan sisanya 93,6 dijelaskan oleh variabel lain seperti disiplin, unity of commond (kesatuan perintah), authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab), stability of tenure of personnel (kestabilan masa kerja pegawai/karyawan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pembagian kerja terhadap efektivitas kerja. Penelitian yang berkaitan dengan Koordinasi dilakukan oleh Prianatama (2009) dengan judul Pengaruh Koordinasi Terhadap Peningkatan Efektivitas Kerja Pada PTPN IV (Persero) Medan, yang menyatakan bahwa penerapan koordinasi horizontal di PTPN IV belum sepenuhnya baik karena masih terjadi berbagai masalah seperti kesalahan data atau keterlambatan data yang masuk dari

Universitas Sumatera Utara

unit kebun ke kantor pusat yang menyebabkan pekerjaan tidak selesai tepat waktu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, metode regresi linier sederhana, dan uji hipotesis yang menggunakan koefisien determinan (R2) dan uji signifikan parsial (uji-t). Hasil yang diperoleh menunjukkan ada pengaruh signifikan antara koordinasi dengan efektivitas kerja sebesar 51,9% dan sisanya 48,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian.

2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang akan disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006:47). Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dianggap paling mempengaruhi efektivitas kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Cabang Medan. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan tergantung kepada kualitas kegiatan dan upaya bersama dari karyawan-karyawan yang terlibat di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam perusahaan tercermin pada pembagian kerja dari setiap jabatan yang ada dalam perusahaan serta koordinasi yang baik di antara setiap bagian. Deskripsi kerja dan koordinasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai efektivitas kerja. Karena tanpa adanya deskripsi kerja akan menyebabkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan antara karyawan yang satu

Universitas Sumatera Utara

dengan karyawan lainnya sehingga dapat mengganggu kelancaran sistem usaha yang menghambat tercapainya efektivitas kerja. Begitu pula dengan koordinasi, tanpa adanya koordinasi akan terjadi kekacauan, pertentangan atau kekosongan pekerjaan yang menyebabkan tidak tercapainya efektivitas kerja. Seandainya tidak ada deskrispsi kerja dan koordinasi yang jelas, maka akan timbul masalah dalam proses peningkatan efektivitas perusahaan, karena karyawan tidak dapat bekerja dengan baik sehingga efektivitas kerja mereka menurun. Oleh karena itu diperlukan deskripsi kerja dan koordinasi yang lebih baik sehingga dapat menjadi penentu dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini: Deskripsi Pekerjaan (X1) Efektivitas (Y) Koordinasi (X2)

Sumber: L. Daft (2003), Rivai (2009) dan Tangkilisan (2005), (data diolah) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Deskripsi Pekerjaan dan Koordinasi Berpengaruh Secara Positif dan Signifikan Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan PT PLN (Persero) Cabang Medan.

Universitas Sumatera Utara

You might also like