You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

Trauma akibat sengatan listrik adalah kerusakan yang disebabkan oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan terganggunya fungsi organ dalam. Trauma listrik terjadi saat seorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian listrik dalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutis.1 Kematian akibat trauma listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat baik karena kontak langsung maupun kontak melalui media lain dimana tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Tingkatan trauma listrik sangan luas, dari trauma minimal sampai melibatkan kerusakan multiorgan sampai dapat menyebabkan kematian.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Trauma Listrik Trauma listrik adalah kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup yang disebabkan oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam danjaringan lunak, aritmia jantung, gagal nafas, bahkan kematian.1 Trauma listrik dapat menyebabkan trauma dalam 3 cara : Cardiac arrest (efek listrik terhadap jantung) Otot, saraf, kerusakan jaringan (efek listrik yang melewati tubuh) Luka bakar (dari kontak langsung pada sumber listrik)2

2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi Trauma Listrik Terjadinya luka akibat sengatan listrik dipengaruhi oleh faktor faktor antara lain:1,3,4 1. Tegangan (volt), tegangan rendah (600 volt atau kurang dari 600 volt), tegangan tinggi (lebih dari 600 volt) 2. Kuat arus (ampere), makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan hidup. 3. Jenis arus listrik, Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, sedangkan 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat selamat sebab pada tegangan yang sama arus AC empat sampai enam kali lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Hal ini terjadi karena pada arus DC menyebabkan kontraksi tunggal pada otot sehingga korban mudah melepaskan diri dari sumber listrik sedangkan AC menimbulkan kontraksi otot yang berulang-ulang dan tetani yang menyebabkan korban kesulitan melepaskan diri dari sumber listrik Hal tersebut dapat timbul pada aliran 40-110 siklus per detik. Selain itu arus AC lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding arus DC. Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung. 4. Tahanan (resistensi) listrik, merupakan kemampuan untuk menghalangi arus listrik. Tubuh mempunyai tahanan terhadap arus listrik yang melaluinya dan tahanan ini berbeda beda pada tiap bagian tubuh. Berdasarkan besarnya resistensinya terhadap listrik tubuh dibagi menjadi tiga bagian :
2

1) Tahanan rendah : saraf, darah, membran mukosa, otot 2) Tahanan menengah : kulit kering, jaringan lemak, tendon 3) Tahanan tinggi : tulang. Berdasarkan besarnya tahanan kulit mempunyai tahanan menengah tetapi kulit merupakan tahanan utama tubuh terhadap sengatan listrik karena sebelum memasuki organ yang lebih dalam arus listrik harus melalui kulit terlebih dahulu. Tahanan kulit bervariasi, tergantung dari tebalnya lapisan keratin pada epidermis, dimana pada telapak kaki dan ujung jari lebih tebal dari kulit tipis dimanapun. Tahanan rata-rata adalah antara 500-10.00 ohm selain tangan dan telapak kaki yang memiliki tahanan 1 juta ohm ketikakering. Faktor yang lebih potensial adalah kekeringan atau kelembaban kulit, yang berefek sangat besar terhadap tahanan. Ketika kulit telapak tangan kering, memiliki tahanan 1 juta ohm, ketika basah akan turun menjadi hanya 1200 ohm. Jellinek menemukan kulit tebal dari pekerja memiliki tahanan 1 sampai 2 juta ohm, Jaffe menyatakan bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan kulit dari 3000 sampai 2500 ohm 5. Arah aliran listrik, mematikan bila melintasi otak atau jantung ; misalnya arah aliran dari kepala ke kaki atau lengan ke lengan. 6. Luas permukaan kontak, luas 50 cm2 dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik. 7. Lama kontak, waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik menentukan kecepatan datangnya kematian. Sebagai contoh, bila intensitas sekitar 70-300mA, maka kematian akan terjadi dalam waktu 5 detik; sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA akan terjadi dalam waktu 1 detik. 8. Keadaan korban : Kesadaran korban saat mendapatkan trauma listrik Riwayat penyakit korban sebelumnya Pekerjaan

2.3.Etiologi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena

listrik adalah karena petir, aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.3 1. Petir Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan energi potensial atmosfir diantara awan dan awan. Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah pelepasan energi potensial antara awan dan benda bumi. Ledakan petir dihasilkan jika permukaan bawah awan petir melepaskan muatannya menuju tanah, karena permukaan bawah dari awan biasanya bermuatan negatif, maka muatan listrik yang dilepaskan umumnya negatif. Sekitar 5 % dari sambaran petir adalah muatan positif. Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan. Jika orang disambar langsung oleh petir, kematian tidak bisa dihindarkan yang disebabkan karena luka bakar atau cedera yang pada pada pusat pernafasan di otak. Kuat arus dalam hal ini mencapai bilangan kiloampere. 2,5,6 Petir dapat menimbulkan kejutan listrik dengan beberapa cara :2,3 Efek langsung: apabila korban terkena petir secara langsung maka korban tak dapat dielakkan meninggal. Efek tidak langsung : apabila korban berada ditempat dimana aliran listrik petir telah terpencar, korban dapat meninggal. Faktor-faktor yg mempengaruhi gambaran serangan petir pada korban :4 a). Efek langsung dari pelepasan energi listrik Pada korban yang terkena petir akan ditemukan tanda korban meninggal akibat listrik. Tegangan dan intensitas yang tinggi sekali dapat menimbulkan panas mengakibatkan luka bakar. Pada kulit korban didapatkan gambaran pohon gundul yang disebut arborescent marking sebagai akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer. b). Efek mekanik Terjadi oleh karena dorongan udara yang terdesak sekitar cahaya petir akibat panas. c). Efek kompresi Perpindahan udara menyebabkan terjadinya suara ledakan. Korban dapat terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor, mirip gelandangan. Luka yang terjadi akibat persentuhan dengan benda tumpul seperti abrasio, contusio, lacerasio dan avulsio, bahkan fraktur ekstremitas. Pada kepala dapat terjadi fraktur tengkorak, epidural bleeding, subdural bleeding, contusio dan lacerasio otak.

Ciri-ciri yang ditemukan yang terlihat setelah kematian: 2,3 Fern patter ( bentuk paku ). Mungkin ini akan pudar secara cepat dalam beberapa jam dan harus dicari secara hati- hati pada bagian badan yang terkena. Arborecent mark artinya menyerupai pohon, karena adanya peredaran vasodilatasi atau jejas jaringan oleh hemoglobin dari sel darah merah yang polanya ditentukan oleh aliran arus listriknya. Salah satu lesi yang dianggap sebagai tanda khas dari luka karena petir ialah luka menjalar atau seperti gambaran pakis pada kulit. Lesi ini berupa daerah yang ditandai eritema sementara yang muncul satu jam setelah tersambar petir, dan berlangsung-angsur berkurang dalam 24 jam. Ten Duiset al

berpendapat bahwa lesi ini disebabkan muatan positif yang menyebar di kulit mereka membuat hipotesa bahwa lesi terjadi jika seseorang disambar petir yang bermuatan negatif. Lalu kemudian dihantam lagi oleh petir yang bermuatan positif yang bersumber dari objek di sekitar tanah. Kemungkinan lain menunjukkan titik/tempat masuk petir bermuatan positif. kekuatan ledakan akan segera cepat meluas dalam bentuk memanasnya udara sehingga bisa merobek pakaian. Bendabenda dari baja seperti anting-anting, kalung, dan kancing mungkin bisa melebur, hal ini mengindikasikan bahwa suhu leburnya mencapai titik yang lebih yang tinggi daripada titik lebur baja. Pada kasus lain benda-benda baja seperti pisau dan lain-lain, yang berada dalam kantong bisa berubah bentuk dan hal itu bisa menjadi kunci dari kejadian tersebut, dimana kadang-kadang tidak ditemukan adanya saksi dari ditemukannya seseorang yang mati karena sengatan kilat.5

2. Listrik tegangan Tinggi AC Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi.2

3. Listrik tegangan rendah AC Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri energi listrik.2
5

4. Arus searah (DC) Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan. Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan mencegah korban lepas dari konduktor hidup.2

2.4. Patofisiologi Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.3,4 Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).6 Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki.6,10

2.5 Mekanisme Kerusakan Kulit Akibat Sengatan Listrik Pada trauma listrik umumnya menyebabkan luka bakar. Luka tumpul sekunder juga dapat terjadi jika korban terjatuh dari ketinggian setelah tersengat arus listrik. Secara umum, luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu: a. Kontak langsung (direct contact) Trauma tipe ini, jika terjadi pada tegangan yang tinggi (Voltase di atas 1000 V) dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah, nekrosis jaringan lunak dan tulang, kerusakan otot, dan gagal ginjal. Lesi yang muncul pada tubuh berupa Lesi kontak, terjadi pada kulit yang kontak atau bersentuhan dengan konduktor arus listrik. Kulit yang melepuh, biasanya pada ujung-ujung jemari atau telapak tangan. Kadang-kadang daerah yang melepuh ini dipenuhi dengan cairan atau gas dan setelah kematian, baik sebagian ataupun keseluruhan akan mengempis. Terdapat sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi dan gambarannya menyerupai lepuh post mortem. Kesemua efek ini disebabkan karena pengaruh panas oleh arus listrik terhadap keratin dengan sifat resisten tinggi. b. Kontak tidak langsung (indirect contact) Contohnya seperti karena kilasan (flash), lidah/nyala api (flame) dan bunga api listrik (arc). Trauma tipe ini hanya menyebabkan luka bakar superfisial pada kulit, wajah, dan tangan. Kontak yang sebentar atau sedikit akan menyebabkan percikan atau loncatan antara kabel dengan kulit. Menyebabkan suatu lesi berupa nodul-nodul kecil diatasnya terdapat keratin yang kaku dan berwarna kekuningan. Karena meleburnya lapisan paling luar dari stratum korneum, yang kemudian mengeras. Sekitar lesi: kulit yang mengeras karena kontraksi dari kapiler. Pada semua kasus kematian karena listrik tegangan tinggi mendapat luka bakar di tubuhnya. Pada listrik tegangan rendah, luka bakar umumnya terjadi pada titik masuk, titik keluar listrik atau pada jarak tertentu antara keduanya jika arus memasuki areal yang luas dengan hambatan minimal, mungkin tidak akan ditemukan luka bakar. Contoh terbaik dalam hal ini ialah bunuh diri di bak mandi. Jika hanya terjadi kontak yang singkat dengan kawat beratus, mungkin tidak terjadi suatu luka bakar. Orang dapat pingsan karena fibriliasi ventrikel dan terlempar dari kabel. Jika kontak tetap berlangsung, akan timbul luka bakar yang berat. Luka bakar disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh listrik. Ada empat mekanisme yang menyebabkan timbulnya luka bakar pada kulit akibat listrik yaitu:1,3,5 1) Pemanasan electrothermal (electrothermal burn) merupakan pola klasik akibat kontak langsung dengan konduktor, luka bakar terlihat pada titik masuk dan titik keluar arus listrik.
7
2,6

2) Lengkung elektrik adalah suatu percikan arus listrik yang timbul diantara dua permukaan objek yang tidak bersentuhan memiliki beda potensial yang sangat besar, biasanya pada sumber arus tegangan tinggi dengan ground. Karena besarnya perbedaan potensial ini, dapat timbul panas sampai temperatur 2500C. Panas ini dapat menimbulkan luka bakar yang sangat hebat pada titik kontak dengan kulit. 3) Nyala api karena percikan api yang dihasilkan oleh listrik mengenai pakaian 4) Arus listrk akibat Petir. Dari keempat mekanisme diatas dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan kulit adalah perubahan energi listrik menjadi panas. Energi listrik ini berubah menjadi panas karena kulit mempunyai tahanan yang cukup tinggi. Perubahan energi listrik menjadi energi panas ini menyebabkan luka bakar (electrical burn) yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang berat dan nekrosis koagulasi. Lapisan kulit yang terkena panas akan mengalami pemisahan lapisan epidermis dengan lapisan dermis yang akhirnya timbul luka lepuh. Sel kulit yang terkena panas akan mengalami kerusakan. Parahnya kerusakan tergantung pada besarnya energi panas. Jika energi panas kecil maka sel kulit hanya mengalami kerusakan sel yang reversibel. Secara potensial perubahan-perubahan sublethal ini yang dikenal sebagai perubahan degeneratif. Dua gambaran perubahan seluler sublethal yang umum terlihat ialah perubahan hidrofik dan perubahan lemak. Sedangkan bila energi panas denaturasi protein termasuk protein enzim yang akhirnya sel mengalami nekrosis koagulatif.1,6 Walaupun perubahan-perubahan lisis yang terjadi dalam jaringan nekrotik dapat melibatkan sitoplasma sel, intilah yang paling jelas menunjukkan perubahanperubahan kematian sel. Biasanya inti sel yang mati akan melisut, batasnya tidak teratur, dan berwarna gelap dengan zat warna yang biasa digunakan ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosis, dan inti sel disebut piknotik. Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Akhirnya, pada beberapa keadaan, inti sel yang mati kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja, proses ini disebut kariolisis.1,6

2.6 Gambaran Makroskopis Kerusakan Kulit Kulit merupakan resistor primer terhadap aliran arus listrik dalam tubuh. Resistensi kulit yang pertama adalah stratum korneum yang berperan sebagai isolator arus 50 volt selama 6-7 detik mengakibatkan timbulnya lepuh pada area yang resistensinya terganggu.7

Gambaran makroskopis kerusakan kulit akibat sengatan listrik tergantung pada beberapa hal antara lain :1,8 1. Kelembaban dan luas permukaan kulit yang kontak dengan konduktor. Kelembaban kulit berkaitan dengan tahanan kulit seperti dijelaskan di atas. Semakin lembab kulit maka tahanannya menjadi semakin kecil. Makin tinggi tahanan dapat menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan pada permukaan kulit sebagai panas yang menyebabkan luka bakar pada kulit tetapi kerusakan organ internal yang minimal. Tetapi kerusakan organ internal akan lebih parah jika konduktor kontak langsung dengan kulit yang lembab. Jadi gambaran luka bakar lebih jelas terlihat jika konduktor kontak langsung pada kulit dalam keadaan kering (tahanan tinggi) daripada kulit dalam keadaan lembab (tahanan rendah). Luas Permukaan berbanding lurus dengan tahanan konduktor. Sehingga semakin luas ( tahanan tinggi ) daerah kulit yang kontak langsung dengan konduktor kerusakan lebih ringan dari pada luas kontak yang sempit. 2. Ketebalan kulit. Bermacam macam histomorfologi alami kulit dengan perbedaan ketebalan lapisan tanduk (stratum korneum) pada lapisan epidermis dan kandungan fibroblas (pembentuk serabut kolagen) pada lapisan dermis mempengaruhi gambaran kerusakan kulit. Gambaran kerusakan kulit tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki karena mempunyai lapisan tanduk yang tebal dan kandungan fibroblas yang tinggi. 3. Tegangan konduktor listrik. Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Sesuai dengan hukum Ohm yang menyebutkan bahwa energi panas yang dihasilkan dari listrik sama dengan I2R. Dengan demikian maka produksi panas berbanding langsung dengan kuadrat intensitas listrik dan resistensi listrik. Sehingga efek luka bakar yang paling besar terjadi pada bagian tubuh yang paling besar resistensinya ( kulit ). Selain itu yang mempengaruhi berat ringanya luka adalah besarnya tegangan. Luka yang disebabkan dari listrik bertegangan rendah ( <1000 ) akan menyebabkan luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar ini disebut electrical mark yang biasanya ditemukan pada tempat arus listrik masuk. Hal ini terjadi karena kulit kontak erat dengan konduktor listrik, maka aliran listrik yang melaluinya memanaskan cairan jaringan dan menghasilkan uap. Uap tersebut dapat memisahkan lapisan epidermis atau demo-epidermal junction dan terbentuk lepuh yang menonjol ke permukaan kulit. Bila lepuh menjadi dingin dan kolaps maka terbentuk gambaran seperti cincin berwarna kelabu atau putih yang tepinya meninggi dan tengahnya cekung.
9

Di sekeliling lepuh dikelilingi oleh daerah hiperemis, kemudian di sebelah luar dikelilingi oleh berturut-turut daerah pucat akibat spasme arteriol dan daerah hiperemis lagi. Listrik dengan tegangan tinggi ( >1000 V ) akan menyebabkan luka bakar yang lebih berat ( derajat 3 4 ). Luka akibat tegangan listrik tinggi ini disebut exogenous burn dimana selain arus listriknya juga karena energi panas yang dikandungnya, misalnya pada listrik tegangan 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar, tak jarang disertai dengan patah tulang. Klasifikasi luka bakar menurut forensik: a) Derajat I : Eritema Luka bakar hanya mengenai lapisan epidermis, kulit hiperemik (eritema). b) Derajat II : Vesikel atau bulla Partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit (epidermis dan sebagian dermis). Terjadi reaksi eksudasi dengan terbentuknya vesikel atau bulla. c) Derajat III : Nekrosis koagulatif Full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh ketebalan kulit( epidermis dan dermis) d) Derajat IV : Karbonisasi Selain itu pada listrik tegangan tinggi terjadi loncatan listrik hingga beberapa sentimeter yang dapat menyebabkan spark lesion yang multipel sehingga terlihat seperti kulit buaya yang disebut Crocodile skin effect. Spark lesion ( lesi yang berbentuk luka api ) merupakan gambaran nodul berwarna kecoklatan yang keras. Hal ini disebabkan karena proses pendinginan luka lepuh yang permukaanya dilapisi keratin akibat loncatan listrik. 4. Lama Kontak dengan konduktor listrik Bila kontak dengan sumber listrik dalam waktu cukup lama akan terjadi Joule burn atau endogenous burn, sehingga daerah yang tadinya pucat pada electrical mark menjadi hitam hangus terbakar.

2.7 Gambaran Mikroskopis Kerusakan Kulit Gambaran pada kulit berupa rongga-rongga pada lapisan epidermis, dan kadang pada dermis. Hal ini disebabkan karena adanya ruang udara yang berasal dari pemisahan jaringan panas dari sel-sel tersebut. Bagian terluar epidermis dapat terlepas. Pada beberapa luka trauma listrik ditemukan vakola vakuola kecil pada stratum korneum.Vakuola berasal dari
10

kelenjar keringat di tempat masuk dan keluarnya arus listrik, sebagai akibat produksi uap panas berlebih yang mengakibatkan pelebaran kelenjar keringat tersebut, dikenal sebagai honeycomb atau Swiss cheese-like apparance.6,9 Bohm (1967) dan Sellier (1975) melaporkan bahwa pada bagian tengah epidermis yang kontak dengan konduktor tampak kulit tertekan, tipis, membentuk saluran terputusputus disertai pengarangan dan robekan pada pinggir luka tersebut. Selain itu terkadang timbul luka lepuh berisi cairan kaya protein dan leukosit. Pada tahun 1981 Thomsen mengamati luka sengatan listrik dengan mikroskop elektron, tampak gambaran perubahan partikel inti sel. Partikel inti sel berubah bentuk, berisi gumpalan kromatin, homogen, dan bergranuler halus. Ditemukan pula perpanjangan inti sel menjadi piknotik.6,9 Semakin besar energi panas yang dihasilkan oleh arus listrik maka semakin luas kerusakan pada epidermis yang kontak dengan konduktor. Epidermis dapat terlepas dari ikatannya dengan dermis. Sedangkan pada tepi luka, epidermis mengalami penebalan, homogen, dan tampak vakuola-vakuola di dalamnya. Gambaran ini tampak nyata jika konduktor kontak dengan telapak tangan dan telapak kaki. Pada sel-sel basal epidermis tepi luka ditemukan pemanjangan inti sel yang piknotik. Elongasi tiap-tiap sel tersebut dapat tersusun spiral, loop, whorls, palisade satu sama lain. Gambaran yang sama juga ditemukan pada organ-organ kulit asesoris misalnya pada folikel rambut.6 Seharusnya perhatian perlu ditujukan kepada distribusi nekrosis, pembengkakan dan perdarahan yang tidak merata di dermis di bawah epidermis yang kontak dengan konduktor. Gambaran nekrosis akan lebih jelas terlihat di sel basal epidermis kulit. Pemeriksaan hendaknya juga dilakukan terhadap daerah-daerah yang berada di sekitar luka.6 Gambaran mikroskopis sengatan listrik pada kulit belum pernah ada yang meneliti tetapi diduga gambaran kerusakan sel dengan paparan listrik yang cukup akan timbul karena sengatan listrik dapat menghasilkan panas. Kerusakan yang timbul diperkirakan hampir sama dengan kerusakan sel karena panas pada umumnya yaitu timbul denaturasi protein yang akhirnya menimbulkan nekrosis sel. Hal ini dibuktikan oleh Lestari (2008) yang menunjukan kerusakan sel otot pada sengatan listrik di air. Gambaran kerusakan otot yang hampir sama dengan kerusakan akibat panas.6

2.8 Penyebab Kematian Karena Listrik Penyebab kematian kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.3
11

Sebab kematian karena arus listrik yaitu : a. Fibrilasi ventrikel Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961) memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60% yang meninggal dunia.2,10 b. Paralisis respiratorik Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.2,11 c. Paralisis pusat nafas Jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek hipertermi. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur arus listrik.2,12

2.9 Pemeriksaan Korban 1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Pada pemeriksaan korban di TKP. Langkah pertama kali adalah mematikan aliran listrik atau menjauhkan kawat listrik dari dengan kayu kering. Pastikan korban apakah masih hidup atau sudah meninggal. Bila lebam mayat (-), maka mungkin mati suri dan perlu pertolongan segera sampai timbul tanda kematian pasti.1,2 2. Pemeriksaan Jenazah Terbagi 3 yaitu: a. Pemeriksaan Luar Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn.

12

Tanda-tanda listrik tersebut antara lain: 1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.Penting sekali karena justru kelainan yang menyolok adalah pada kulit korban. 2 Cara mencari current mark pada tubuh korban terutama adalah pada telapak tangan dan telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan bila perlu disikat. Dapat terjadi metalisasi pada kulit yang bersentuhan dengan kabel atau kawat yang berarus listrik. Metalisasi terjadi akibat panas yang ditimbulkan sedemikian besar sehingga ion-ion asam jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau kabel membentuk garam dan menyebar di jaringan. 2

Gambar 1 Electrik mark 2. Joule burn (endogenous burn) Dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.2

Gambar 2. joule burn


13

3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai patahnya tulang-tulang.2

Gambar 3. exogenous burn

b. Pemeriksaan Dalam Biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak dapat terjadi perdarahan kecil-kecil, terutama daerah ventrikel III dan IV. Pada pemeriksaan jantung, terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik dan berhenti pada fase diastole, sehingga terjadi dilatasi jantung kanan. Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada pemeriksaan organ viscera terjadi kongesti yang merata. Peteki / perdarahan mukosa Traktus Gastrointestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati didapat lesi yang tidak khas. Pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka bila ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang menjadi leleh dan terbentuklah butiran-butiran calcium phosphat yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies.2 c. Pemeriksaan Tambahan pemeriksaan PA pada current mark :13 Ada bagian sel yang memipih, pengecatan dengan metoxy lineosin akan berwarna lebih gelap dari yang normal. Sel-sel stratum corneum menggelembung dan vacuum Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade Ada sel yg mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari stratum Corneum

14

Gambar 4. Gambaran Histologis Luka petir

15

BAB III LAPORAN KASUS


Padang, 29 Desember Nomor Perihal Lampiran : : Pemeriksaan luar atas mayat : 2013

PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Rika Susanti,dokter spesialis forensik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.Djamil Padang,menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian , tertanggal , maka pada tanggal dua puluh

sembilan desember tahun dua ribu tiga belas pukul lima lewat empat puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di ruang otopsi bagian forensik rumah sakit umum pusat Dr. M. Djamil Padang, telah dilakukan pemeriksaaan luar atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:-----------------------------------------------------------Nama Jenis kelamin Umur Suku Agama Pekerjaan Alamat : Hengki Irawan.-----------------------------------: Laki-laki.---------------------------------------: 31 Tahun.----------------------------------------: Minang.------------------------------------------: Islam.-------------------------------------------: Wiraswasta---------------------------------------: Binuang Pauh, Padang. ----------------------------

16

HASIL PEMERIKSAAN:-------------------------------------------------1. 2. Label : tidak ada.-------------------------------------------Tutup / bungkus mayat :--------------------------------------a. satu helai kain panjang bahan katun , motif batik bunga warna coklat muda,krem, ungu-------------------------------b. satu helai kain panjang bahan katun, motif batik abstrak warna 3. 4. hijau tua,hitam,hijau muda.-------------------------Perhiasan mayat : satu buah cincin warna putih dijari tengah tangan kanan.------------------------------------------------Pakaiaan mayat : a. satu helai celana panjang bagian tengah depan bahan jeans warna hitam pada terdapat satu buah kancing warna putih

bentuk bulat dan satu buah restleting warna emas, terdapat empat buah saku pada bagian samping kanan, samping kiri, belakang kanan, belakang kiri motif kotak warna biru, putih, isi kosong, merk kudie jeansie ukuran tiga puluh empat .---b. satu buah ikat pinggang warna hitam, terdapat enam buah lubang, pada bagian ujung ikat pinggang terdapat besi, merk Lois spain tahun seribu sembilan ratus enam puluh dua.-----c. satu buah celana dalam warna hitam pada samping kiri dan kanan terdapat garis berwarna biru muda, pada bagian atas bertuliskan ocean pasific berwarna hitam dan biru muda.----5. 6. Benda di samping mayat: tidak ada.---------------------------Kaku mayat: pada jari kaki, leher dan sukar dilawan. --------Lebam 7. Mayat mayat: adalah terdapat seorang pada daerah punggung, berwarna kurang merah tiga keunguan, hilang pada penekanan.----------------------------laki-laki, berumur lebih

puluh satu tahun, ras mongoloid, kulit berwarna sawo matang, gizi baik, panjang tubuh seratus tujuh puluh dua sentimeter, berat tubuh tidak ditimbang, zakar 8. 9. 10. disunat.-----------------Identifikasi khusus : tidak ada------------------------------Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang dua koma lima sentimeter.--------------------------------------------panjang satu sentimeter, kumis berwarna Alis mata berwarna hitam, tumbuh lurus. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, hitam,tumbuh lurus ukuran nol koma lima sentimeter, jenggot berwarna hitam, tumbuh lurus ukuran nol koma lima sentimeter.17

11.

Mata kanan tidak tertutup dan mata kiri tidak tertutup ukuran nol koma tiga snetimeter. Selaput bening mata jernih, teleng kedua warna mata kedua berbentuk tirai bulat dengan ukuran bola lima mata milimeter, berwarna kecoklatan, selaput

jernih terdapat kemerahan, dan selaput kelopak mata berwarna putih pucat.-------------------------------------------------12. 13. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk oval. Mulut tertutup.----------------------------------------------Gigi geligi: patah pada gigi ke tujuh sebelah kiri rahang atas.--------------------------------------------------------1) Rahang kanan atas lengkap.----------------------------------2) Rahang kiri atas tidak lengkap.-----------------------------3) Rahang kanan bawah lengkap.---------------------------------4) Rahang kiri bawah lengkap.----------------------------------14. Dari lubang mulut, lubang hidung, lubang telinga kanan, lubang telinga 15. kiri,lubang kemaluan, dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa.----------------------------------------------Luka-luka :--------------------------------------------------ukuran 2) Tepat dua puluh sentimeter kali pada puncak bahu kanan empat belas sentimeter----terdapat memar warna biru 1) Pada seluruh wajah terdapat memar warna biru keunguan dengan

keunguan dengan ukuran

tiga sentimeter kali empat koma lima bahu

sentimeter---------------------------------------------------3) Pada dada tepat pada GPD lima sentimeter dari puncak terdapat luka memar warna biru keunguan ukuran delapan belas sentimeter kali tujuh sentimeter.----------------------------4) Tepat pada puncak bahu kiri terdapat luka memar warna biru keunguan ukuran tiga sentimeter kali dua sentimeter----------5) Pada jari manis dan kelingking tangan kiri sisi luar ruas ketiga terdapat luka lecet 16. 17. berwarna merah keunguan ukuran nol koma dua sentimeter kali nol koma dua sentimeter.--------Patah tulang : tidak ditemukan.------------------------------Lain-lain : mayat terikat kain kasa warna putih pada bagian pergelangan tangan tangan, tungkai atas, pergelangan kaki, ibu jari kaki ----------------------------------------------------

18

KESIMPULAN.--------------------------------------------------------Pada pemeriksaan visum mayat berumur seorang tiga laki-laki puluh satu yang tahun menurut tahun, surat pada

permintaan

pemeriksaan luar ditemukan luka lecet pada jari manis dan kelingking tangan kanan, memar pada seluruh wajah, puncak bahu kanan dan kiri, dada akibat trauma listrik .---------------------------------------Sebab mati mayat tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan

pemeriksaan bedah mayat.-------------------------------------------Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sesungguhnya

berdasarkan keilmuan saya, dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.-----------------------------

Padang, 29 Desember 2013

Dr.Rika Susanti, Sp.F NIP.19760731200212200

19

BAB IV DISKUSI
Telah dilaporkan kasus mayat seorang korban laki laki berumur lebih kurang 31 tahun masuk ke bagian Ilmu kedikteran Forensik RSUP dr. M. Djamil padang pada tanggal 29 Desember 2013. Pada pemeriksaan luar mayat ini ditemukan korban memakai celana tanpa baju. Selain itu ditemukan kaku mayat pada jari kaki, leher dan sukar dilawan. Lebam mayat ditemukan pada daerah punggung, berwarna merah keunguan, hilang pada penekanan. Hal ini menandakan korban meninggal kurang dari 8- 12 jam. Pada pemeriksaan ini juga ditemukan luka lecet pada jari manis dan kelingking tangan kanan, memar pada seluruh wajah, puncak bahu kanan dan kiri, dada akibat trauma listrik. Berdasarkan dari temuan tersebut kemungkinan penyebab kematian adalah trauma luka bakar listrik. Berdasarkan pemeriksaan dan lokasi luka pada korban kemungkinan cedera yang dialami korban merupakan jenis trauma listrik yang disebabkan oleh arus listrik. Akan tetapi, berdasarkan teori, pada trauma listrik akan ditemukan Electric mark , Joule burn (endogenous burn), atau Exogenous burn, jadi terdapat ketimpangan antara teori dan kasus ini. Pada kasus ini hanya ditemukan luka lecet dibeberapa bagian tubuh yang kemungkinan merupakan luka sekunder akibat trauma benda benda disekitar korban.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Idries,Abdul M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta. Binarupa Aksara. 1997. 2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997 3. 4. Tsokos, Michael. Forensic pathology reviews. Volume 5. Humana press. Rao. Dinesh. Electrical injury. Dikutip dari :

http://forensicpathologyonline.com/index.php/option=com_content&view=article&id=61 &ltemid=87 diakses pada tanggal 1 januari 2014. 5. Judith Tintinalli. Emergency medicine fifth edition. John hopskin university school of medicine 2010. 6. Hoediyanto, H. Trauma Listrik, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Airlangga, Surabaya. [online]. 2012. [cited 3 september 2012]. Available from : http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf 7. Mansjoer, Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2000. 8. Arsyadi, gunawan. Luka Bakar dan luka listrik. Bahan Kuliah Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2008. 9. Cushing, Tracy A. [online]. 2010. [cited 28 October 2010]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview 10. Rilantono, Ismudiati E, dkk. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2004. 11. Isselbacher, Braunwald, Wilson. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. ECG. 2000 12. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. ECG. 2006. 13. Robbins dan Kumar. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1995.

21

You might also like