You are on page 1of 9

MODIFIKASI GIGI PARUT DAN ANALISA BIAYA DARI DESAIN ALAT PEMARUT SAGU TIPE SILINDER

Ratnaningsih, Hadi Setiyanto dan Djajeng Sumangat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar no.12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114 Telp. 0251-8321762, Fax. 0251-8350920, E-mail: nadhesiko_09@yahoo.com

ABSTRAK Tahapan penghancuran empulur sagu mengkonsumsi waktu dan tenaga paling banyak pada proses pengolahan sagu. Alat pemarut sagu tipe silinder yang ada di industri/UKM pengolah sagu dinilai kurang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi terhadap rancangan gigi parut dari alat pemarut sagu tipe silinder dan mengetahui analisis biaya dari desain alat ini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, pada tahun 2009, dengan memperbaiki rancangan gigi parut dari alat pemarut sagu tipe silinder yang telah ada dan menghitung BC ratio dengan perhitungan biaya pokok produksi, BP = [A/X + B]C. Prototipe alat pemarut sagu tipe silinder terdiri atas beberapa komponen, antara lain: silinder parut, hopper, unloading, rangka, pendorong, motor penggerak dan sistem transmisi. Modifikasi gigi parut akan menambah efisiensi dan efektivitas kerja alat pemarut sagu. Dari perhitungan analisis biaya diperoleh B/C ratio sebesar 1,604. Hal ini berarti alat pemarut sagu tipe silinder layak diterapkan pada UKM pengolahan sagu. Kata kunci: modifikasi gigi parut, analisa biaya, alat pemarut tipe silinder, sagu. ABSTRACT Stages of sago pith extraction spent more time and effort on the sago processing. Sago sieving machine with cylinder type that have already used by small scale industries of sago processing consider less effective and efficient. The objectives of this research were to modify the design of the teeth grated of sago sieving machine and to know the cost analysis of the design of this machine. Research conducted at the Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research & Development in 2009, by improving the design of the teeth grated of sago sieving machine, and count the BC ratio by calculating the cost of production, BP = [A / X + B] C. The prototype cylinder type of sago sieving machine consists of several components, such as: cylinder grated, hopper, unloading, order, driving, engine and transmission systems. Teeth grated modification will increase the efficiency and effectiveness of sago sieving machine. From the calculation of cost analysis obtained 1,604 as the B/C ratio value, its means that the sago sieving machine applicable for small scale industries of sago prossesing. Keywords: teeth grated modification, cost analysis, cylinder type of sieving machine, sago.

PENDAHULUAN Sagu (Metroxylon sp.), salah satu jenis tanaman hutan hujan tropis yang merupakan sumber karbohidrat. Tanaman ini tersebar di Thailand, Philipina, Malaysia, kepulauan Pasifik, sebagian Amerika Selatan dan Indonesia (McClatchey et al., 2006). Tanaman sagu tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia, mulai dari Riau, kepulauan Mentawai (Zainudin & Rasyad, 1996), Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku dan Papua (Flach, 1997; McClatchey et al., 2006). Diperkirakan areal lahan sagu di Indonesia mencapai 1,4 juta ha dari 2,5 juta ha lahan sagu dunia (Flanch, 1997). Areal lahan sagu terluas terdapat di Papua, yakni berkisar 600 ribu ha 1,2 juta ha (Flach, 1997; Ditjen Bina Produksi Pertanian, 2003), dengan produksi mencapai 5,4 juta ton dan produktivitas mencapai 9,0 ton/ha (Ditjen Bina Produksi Pertanian, 2003). Selama ini, sagu dimanfaatkan sebagai makanan pokok (staple food), terutama di daerah Maluku, Papua, kepulauan Mentawai dan sebagian Sulawesi (Zainudin & Rasyad, 1996). Selain sebagai makanan pokok, sagu juga dimanfaatkan sebagai makanan tambahan (complementary food); pangan

tradisional yang diproduksi skala kecil/rumah tangga, seperti sagu lempeng, bagea, sinoli, buburnee dan lain-lain (Kanro et al., 2003); makanan ternak; bahan baku industri pangan, pestisida, farmasi, dan lainlain (Haryanto & Pangloli, 1992). Penelitian terbaru menyebutkan bahwa pati sagu dapat diolah menjadi bio-etanol, salah satu sumber energi nabati yang lebih ramah lingkungan (McClatchey et al., 2006). Sebelum dapat dimanfaatkan/diolah menjadi berbagai macam produk olahan, pati sagu atau yang biasa disebut sagu, terlebih dulu harus diekstrak dari batang sagu. Ekstraksi pati sagu dapat dilakukan secara tradisional, semi-mekanis dan mekanis. Tahapan ekstraksi pati sagu secara tradisional, meliputi proses penebangan pohon, pemotongan, pembelahan batang, penokokan, pemerasan, penyaringan, pengendapan, pengeringan dan pengemasan (Flach, 1997; Istalaksana & Maturbongs, 2007). Ekstraksi pati sagu secara semi-mekanis prinsip kerjanya sama dengan ekstraksi secara tradisional, hanya pada bagian tertentu menggunakan mesin, seperti pada tahap pemarutan empulur, pemerasan dan penyaringan. Cara ini banyak dijumpai di Jawa Barat dan Riau. Sedang ekstraksi secara mekanis, semua komponen dan peralatan digerakkan secara mekanis dalam suatu sistem terintegrasi yang berkesinambungan/kontinu. Ekstraksi ini biasanya dilakukan oleh pabrik-pabrik pengolah sagu berkapasitas besar. Tahapan yang paling banyak mengkonsumsi waktu dan tenaga dalam proses pengolahan sagu adalah proses penghancuran empulur sagu. Secara tradisional, penghancuran empulur sagu dilakukan dengan menggunakan tokok (adze), yaitu sejenis alat yang prinsip kerjanya mengkombinasikan gerakan menumbuk dan menggaru yang mengakibatkan jaringan batang sagu terpotong-potong menjadi ukuran lebih kecil sehingga partikel pati terlepas (Ruddle et al., 1978). Dengan cara ini, satu batang sagu memerlukan waktu 1 minggu pengerjaan, dengan 2 orang pekerja, jam kerja efektif 8 jam/hari, atau equivalen dengan 2,5 m batang sagu/hari untuk dua orang pekerja (Sadikin, 1980; Haryanto dan Pangloli, 1992). Pada unit pengolahan sagu yang telah ada, pemarutan sagu biasanya dilakukan secara semimekanis. Industri-industri pengolah sagu biasanya menggunakan pemarut sagu tipe silinder yang digerakkan oleh motor diesel. UKM pengolahan sagu yang terdapat di Tanah Baru, Bogor dan di Kabupaten Sukabumi (Suhardyanto, 1981) menggunakan alat parut sagu tipe silinder yang terbuat dari kayu, dengan mata parut terbuat dari jarum jahit yang ditancapkan pada silinder kayu, yang digerakkan oleh motor diesel berdaya 12 HP. Alat pemarut tipe silinder yang telah digunakan oleh beberapa UKM pengolah sagu ini dinilai masih kurang efisien. Salah satunya karena tidak semua permukaan alat pemarut dapat memarut empulur/batang sagu secara sempurna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan modifikasi terhadap rancangan gigi parut dari alat pemarut sagu tipe silinder dan mengetahui analisa biaya dari penggunaan alat pemarut ini, apabila diterapkan untuk industri pengolah sagu skala UKM. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian & Pengembangan Pascapanen Pertanian pada bulan April Agustus 2009. Bahan yang digunakan untuk pengujian adalah batang sagu dewasa yang berasal dari Banten, yang dipotong-potong dengan panjang 50 cm dan diambil empulurnya. Peralatan yang digunakan: prototipe alat pemarut sagu tipe silinder, meteran, stop watch, timbangan, ember, saringan dan niru. Untuk mengetahui analisa ekonomi dari alat hasil desain, maka digunakan analisa biaya alat. Berdasarkan biaya tetap, biaya tidak tetap, jumlah jam kerja per tahun, serta kapasitas kerja alat, maka dapat dirumuskan perhitungan biaya pokok produksi sebagai berikut:

. 1) dimana : BP = biaya pokok per unit hasil (Rp/kg), A = biaya tetap (Rp/tahun), X = jumlah jam kerja (jam/tahun), B = biaya tidak tetap (Rp/tahun), C = kapasitas kerja (jam/kg).

HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi gigi parut pada silinder pemarut Alat pemarut sagu biasanya terdiri atas 2 jenis, yaitu tipe piringan (disc rasper) dan tipe silinder (cylindrical rasper) (Colon & Annoke, 1984). Alat parut tipe piringan telah digunakan oleh para petani sagu di daerah Serawak dan Riau. Gigi parut untuk alat parut tipe piringan adalah terbuat dari paku yang ditancapkan berjajar (Ruddle et al., 1978). Alat parut sagu yang banyak digunakan oleh industri pengolah sagu skala kecil/UKM adalah tipe silinder. Pada alat parut ini, silinder parut merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai pisau pemotong atau pemarut empulur sagu. Alat parut tipe silinder ini telah banyak digunakan oleh industriindustri pengolah sagu di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Modifikasi mata parut telah dilakukan, seperti terlihat pada Gambar 1. Susunan mata parut dirancang agar semua permukaan mata parut akan memarut empulur sagu dengan tanpa adanya celah kosong, sehingga pemarutan bisa seefektif mungkin. Mata parut berukuran alas 2,5 mm dan tinggi 1 mm, dengan jarak antar baris 5 mm dan jarak dalam baris 2,5 mm. Susunan mata parut miring terhadap arah gerak silinder yang bertujuan untuk menurunkan gaya pemarutan. Mata parut ini dipahat pada silinder pemarut yang terbuat dari stainless steel.

Gambar 1. Susunan mata parut hasil modifikasi. Mata parut hasil modifikasi ini bekerja lebih efisien dibanding susunan mata parut yang dilaporkan Ermawati (1997), Sadikin (1980), Suhardyanto (1981) dan Darma (2000). Ermawati (1997) dilaporkan menggunakan alat pemarut kelapa, dan pemarutan dikerjakan secara manual untuk memarut empulur sagu. Sadikin (1980) mendesain gigi parut dengan menyusun jarum jahit berdiameter 0,1 cm, tinggi 0,15 cm secara tidak beraturan pada silinder pemarut. Suhardyanto (1981) mendesain alat parut tipe silinder dengan karakteristik gigi parut berdiameter 0,2 cm dan tinggi 0,9 mm. Sedangkan Darma (2000) mendesain alat pemarut sagu dengan silinder parut yang dibuat dari kayu nangka, dengan mata parut dibuat dari jarum jahit berdiameter 1 mm dan tinggi 2 mm yang ditancapkan ke silinder parut. Mata parut hasil modifikasi ini bekerja lebih efisien dari mata parut alat pemarut sagu yang digunakan industri pengolah sagu di Kabupaten Sukabumi dan Kedunghalang, Bogor. UKM di daerah Sukabumi menggunakan gigi parut berdiameter 0,1 cm tinggi 0,1 cm dengan susunan kerapatan 1 cm x 0,1 cm, jarak pemasangan gigi parut melintang tegak lurus poros silinder. Sedang UKM di Kedunghalang, Bogor menggunakan gigi parut berdiameter 0,1 cm tinggi 0,1 cm kerapatan 0,8 cm x 0,4 cm dengan susunan membentuk sudut 23 terhadap poros parut.

Prototipe Alat pemarut sagu tipe silinder

hopper pendorong empulur pulley rangka saklar sabuk motor listrik

Gambar 2a. Alat pemarut sagu tipe silinder. Pada penelitian ini telah dirancang alat pemarut sagu tipe silinder yang memiliki 8 bagian, yaitu: silinder parut, rangka utama, motor penggerak, sistem transmisi, hopper, unloading, pendorong/pengumpan, dan peredam getaran, seperti terlihat pada Gambar 2a dan 2b. Sumber tenaga yang digunakan alat ini adalah motor listrik 3-phase dengan daya 5,5 HP, 380 V. Sistem transmisi/penyaluran tenaga dari motor listrik ke poros silinder parut menggunakan sabuk dan pulley. Pulley yang digunakan berdiameter 5 inchi pada bagian motor dan 6 inchi pada bagian silinder parut. Sabuk yang digunakan adalah sabuk V-belt B-61. Silinder parut berdiameter 26 cm, panjang 40 cm dan tebal 1 cm; dengan mata parut berbentuk segitiga yang berukuran alas 2,5 mm dan tinggi 1 mm.

Silinder parut

Pendorong

Hopper Rangka atas Pengeluaran Penutup sabuk

Motor listrik

Rangka bawah

Gambar 2b. Alat pemarut sagu tipe silinder.

Mekanisme pemarutan empulur sagu Mekanisme pemarutan diawali dengan memasukan empulur sagu dari atas melalui hopper, sehingga empulur jatuh secara gravitasi ke silinder pemarut. Empulur sagu yang dimasukan ke dalam hopper dapat ditekan dari atas untuk mempercepat dan mengontrol proses pemarutan. Pada bagian depan hopper dibuat sistem pendorong empulur sagu. Pendorong ini memungkinkan empulur sagu berukuran kecil ikut terparut. Pemberian tekanan pada empulur sagu dengan menggunakan pendorong pada bagian depan hopper, akan mendorong empulur sagu yang ada di dalam hopper ke arah silinder parut. Hal ini akan mempercepat proses pemarutan dan meningkatkan efisiensi alat. Selain itu, berfungsi pula untuk meningkatkan keamanan dan ergonomika alat pemarut. Potongan empulur sagu hasil parutan akan ditampung oleh sistem pengeluaran yang terdapat di bawah silinder parut. Dengan adanya gaya berat dari bahan dan bentuk dari pengeluaran yang miring, hasil parutan akan jatuh ke bawah tempat pengeluaran kemudian tertampung ember atau wadah lainnya yang digunakan.

Gambar 3. Mekanisme pemarutan empulur sagu. Perhitungan B/C ratio alat pemarut sagu Untuk mengetahui kelayakan usaha alat pemarut sagu tipe silinder ini, maka diasumsikan umur ekonomis alat adalah 5 tahun. Asumsi ini diambil berdasarkan umur motor listrik yang digunakan. Biaya Investasi No. Nama Komponen 1 Motor listrik 5,5 HP 3 phase 2 Stainless steel ketebalan 10 mm (silinder parut) 26 cm 3 Stainless steel ketebalan 1 mm 4 (hopper) 5 Besi pahat mata parut 6 Baut dan mur 7 Besi U dan siku 8 Bearing 9 Besi poros 35,5 mm 10 Sabuk B61 11 Pulley 6 inchi dan 5 inchi Upah tukang Total

Banyak 1 2 3 10 20 10 2 1 2 2

Satuan motor buah lembar buah buah batang buah batang buah buah

Jumlah 2.100.000 2.300.000 975.000 50.000 20.000 200.000 100.000 350.000 200.000 200.000 1.505.000 8.000.000

Biaya Tetap Biaya Penyusutan

= Rp. 120.000, /bulan

Bunga Modal ; dimana

Pajak (per tahun)

Biaya tetap = biaya penyusutan + bunga modal + pajak = Rp. 120.000, + Rp. 80.000, + Rp 13.333, = Rp. 213.333, /bulan = Rp. 2.559.999, Rp. 2.560.000, /tahun

Biaya Tidak Tetap Upah Operator (1 orang) Jika upah operator adalah Rp. 25.000/hari, maka untuk 1 bulan adalah: 25.000 /hari) = Rp. 750.000, /bulan Perawatan Perawatan adalah 15% dari Biaya awal. Perawatan = 15% Rp. 8.000.000, = Rp. 1.200.000, /tahun = Rp. 100.000, /bulan (30 hari/bulan Rp.

Perbaikan Silinder Parut Perbaikan silinder parut berdasarkan tingkat keausan silinder parut sehingga harus di pahat ulang. Jika umur mata parut harus di pahat ulang dalam waktu 1 tahun dan biaya perbaikan adalah Rp. 300.000,; maka: Biaya perbaikan = Rp. 300.000/12 = Rp. 25.000, /bulan Biaya Listrik Harga listrik adalah Rp. 600, /kW.

Pemakaian listrik = daya waktu pemakaian = 4.125 kW 8 jam/hari 30 hari/bulan = 990 kW /bulan Biaya listrik = 990 kW/bulan Rp. 600, = Rp. 594.000, /bulan Sehingga total biaya tidak tetap untuk pengoperasian alat adalah sebesar Rp. 1.469.000, /bulan atau Rp. 17.628.000, /tahun. Pengeluaran Asumsi bahwa dalam 1 bulan = 30 hari kerja; 1 hari kerja = 8 jam kerja. Sehingga dalam 1 bulan terdapat 240 jam kerja. Jika kapasitas alat 268,43 kg/jam, sehingga dalam satu bulan akan menghasilkan 64.423,2 kg parutan sagu. Hasil ini sama dengan membutuhkan 67.813,89 kg gelondongan empulur sagu. Berdasarkan pengamatan di sentra pengolahan sagu, satu truk memuat rata-rata 6 ton gelondongan sagu. Maka dibutuhkan 11,3 truk gelondongan batang sagu tiap bulannya. Jika harga gelondongan sagu tersebut Rp. 2.500.000, /truk, maka biaya pembelian bahan baku adalah sebesar Rp. 28.225.789, /bulan; atau Rp. 338.709.473, /tahun. Jadi total biaya per tahunnya sebesar Rp. 356.337.473,. Penerimaan Jika rendemen pati rata-rata adalah 18%, maka akan menghasilkan tepung sagu sebanyak 12.206,5 kg. Harga jual tepung adalah Rp. 5000, /kg, maka penjualan tepung sagu rata-rata per bulannya adalah Rp. 61.032.501,. Hal ini sama dengan Rp. 732.390.012, /tahun.

Tahun 0 1 2 3 4 5

Penerimaan 732.390.012 732.390.012 732.390.012 732.390.012 732.390.012

Pengeluaran 356.337.473,60 356.337.473,60 356.337.473,60 356.337.473,60 356.337.473,60 356.337.473,60

D F (V) 1 0.888 0.790 0.702 0.624 0.555 Total

Penerimaan 650.362.330,66 578.588.109,48 514.137.788,42 457.011.367,49 406.476.456,66 2.606.576.052,71

Pengeluaran 356.337.473,6 316.427.676,6 281.506.604,1 250.148.906,5 222.354.583,5 197.767.297,8 1.624.542.542,14

B/C rasio dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan dan pengeluaran, yaitu sebesar:

Dari nilai B/C ratio (1,604), berarti alat pemarut sagu tipe silinder ini layak untuk diterapkan pada UKM pengolahan sagu.

KESIMPULAN Prototipe alat pemarut sagu tipe silinder terdiri atas beberapa komponen, antara lain: silinder parut, hopper, unloading, rangka, pendorong, motor penggerak dan sistem transmisi. Modifikasi mata parut dimaksudkan untuk menambah efisiensi alat pemarut sagu tipe silinder. Dari perhitungan analisis biaya diperoleh B/C ratio alat pemarut sagu tipe silinder sebesar 1,604. Hal ini berarti alat ini layak diterapkan pada UKM pengolahan sagu. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kementerian Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui Program Riset Insentif DIKTI 2009. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Sdr. Pengki Irawan, STP yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Colon, F J and G J Annoke. 1984. Survey of some process route of sago in: The expert consultation of sago palm and palm product. BPP Teknologi dan FAO. Jakarta. Darma. 2000. Analisis mekanisme pemarutan dan torsi alat pemarut sagu (Metroxylon sp.) tipe silinder. Tesis FATETA. IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Ditjen Bina Produksi Pertanian. 2003. Arah kebijakan pengembangan agribisnis sagu di Indonesia. Dalam: Sagu untuk ketahanan pangan. Prosiding Seminar Sagu. Manado, 6 Oktober 2003. Puslitbangbun 2003. Ermawati, W J. 1997. Pengujian karakteristik mutu dan perbaikan proses pengolahan pati sagu. FATETA IPB. Bogor. Flach, M. 1997. Sago Palm. International plant genetic resource institute (IPGRI). Promoting the conservation and use underutilized and neglectic crops 13. Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research, International Plant Genetic Resources Institute, Rome. Haryanto, B dan P Pangloli. 1992. Potensi dan pemanfaatan sagu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Istalaksana dan Maturbongs. 2007. Studi teknik dan social budaya terhentinya operasi PT. Sasari di Distrik Arandari. Kab. Bintuni. Papua. Laporan Akhir Penelitian Rusnas Diversifikasi Pangan Pokok. KMNRT. Seafast Center IPB. Kanro, M Z, A Rouw, A Widjono, Syamsuddin, Amisnaipa, dan Atekan. 2003. Tanaman sagu dan pemanfaatannya di Propinsi Papua. J. Litbang Pertanian 22 (3): 116 124.

McClatchey W, H I Manner, and C R Elevitch. 2006. Metroxylon amicarum, M. paulcoxii, M. sagu, M. salomonense, M. vitience, and M. warburqii (Sago Palm Species Profile for Pacific Island Agroforestry). www.traditionaltree.org [diunduh 30 Maret 2009]. Ruddle, K, D Johnson, P K Townsend, and J D Rees. 1978. Palm sago a tropical starch from marginal lands. An East-West Centre Book. Honolulu. Sadikin, L M. 1980. Mempelajari pengambilan pati sagu (Metroxylon sp.) dengan alat pemarut sagu dan penyaringan sederhana di Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhardyanto, H. 1981. Desain dan uji teknis alat pemarut sagu dan penyaring sagu dengan tenaga penggerak motor diesel. Skripsi S1. FATETA IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Zainudin dan Rasyad. 1996. Prospek industri pengolahan sagu (Metroxylon sp.) di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat. Dalam: Potensi sagu dalam usaha pengembangan agribisnis di wilayah lahan basah. Prosiding symposium nasional sagu III. Universitas Riau. Pekanbaru.

You might also like