Professional Documents
Culture Documents
Diriwayatkan dalam suatu atsar bahwa kunci surga adalah “( ”لإلةإلالّلهLa ilaha
illallah), tetapi apakah setiap orang yang mengatakannya berhak dibukakan pintu
surge untuknya?
Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabih rahimahullah: Bukankah (La ilaha
illallah) adalah kunci surge? Beliau menjawab: “Ya, tetapi setiap kunci mempunyai
gerigi, jika Anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surge dibukakan
untukmu, tetapi jika kunci surga Anda tak bergerigi, tidak akan dibukakan.”
1. Ilmu (pengetahuan)
Karena setiap kalimat mempunyai makna, maka Anda wajib mengetahui makna
“( ”لإلةإلالّلهLa ilaha illallah) dengan pengetahuan yang bertentangan dengan
sifat ketidak-tahuan, yaitu: menafikan sifat ketuhanan dari selain Allah, lalu
menetapkan untuk Allah semata, artinya: tidak ada yang berhak disembah atau
diberikan ibadah kecuali Allah.
2. Yakin
Yaitu benar-benar meyakini akan maksudnya, karena kalimat ini sama sekali
tidak menerima keraguan, prasangka, dan kebimbangan. Akan tetapi wajib
bertopang kepada keyakinan yang pasti dan kuat. Allah telah berfirman
menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman,
”Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku adalah utusan Allah,
tidak seorang hamba pun bertemu dengan Allah dengan membawa dua kalimat
syahadat ini tanpa ada keraguan di dalamnya, kecuali dia masuk surga.” (HR.
Muslim)
3. Menerima
Apabila Anda telah mengetahui dan meyakini, maka sepatutnya pengetahuan
yang berkeyakinan ini memiliki pengaruh, yaitu: menerima setiap apa yang
dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lidah. Jadi siapa saja yang menolak
panggilan tauhid, dan tidak menerimanya, maka dia itu kafir, baik penolakan itu
disebabkan oleh kesombongannya, keras kepala, atau kedengkian. Allah
berfirman tentang orang kafir yang menolak kalimat ini dengan sombong,
” Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.”
(Luqman: 22)
5. Kejujuran
Kejujuran dalam mengucapkannya, dengan kejujuran yang menghapus
kedustaan; Karena siapa saja mengatakannya dengan lidahnya saja, sedangkan
hatinya mendustakannya kalimat itu maka dia itu munafik. Dasarnya adalah
firman Allah yang mencaci orang munafikin,
6. Kecintaan
Seorang mukmin mencintai kalimat ini, dan senang mengamalkan sesuai
dengan tuntunannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkannya. Bukti
kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya yaitu mendahulukan kecintaan
Allah, meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya, loyal terhadap orang
yang cinta Allah dan rasul-Nya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, dan
mengikuti rasul-Nya, serta menuruti jejak langkahnya dan menerima
petunjuknya.
7. Ikhlas
Bahwasanya mengucapkan kalimat itu, tiada yang ia inginkan kecuali Allah
semata, Allah berfirman,
”Maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada api neraka orang yang
mengucapkan “( ”لإلةإلالّلهLa ilaha illallah) karena mengharapkan dengan itu
Allah semata.”
Meskipun syarat-syarat ini sudah terpenuhi semua, namun demikian harus tetap
teguh dan konsisten di atas kalimat ini sampai ajal tiba.
Sumber:
Tafsir Seper Sepuluh Dari Al Qur’an Al Karim, Berikut Hukum-Hukum Penting
Bagi Muslim. www.tafseer.info