You are on page 1of 2

Nama : Aida Nadia Nim Prodi : 1112016200068 : Pendidikan Kimia 2B

Saya menolak adanya kurikulum 2013, karena adanya kurikulum 2013 ini terkesan terburu-buru untuk merubah kurikulum yang sudah ada saat ini. Jadi, banyak pihak (salahsatunya pihak yang paling merasakan perubahannya yaitu guru dan peserta didik) yang merasa tidak siap dengan adanya perubahan kurikulum yang terkesan mendadak ini. Mengapa saya menolak kurikulum baru ini? Sebab, kurikulum baru itu tidak menjawab permasalahan pendidikan yang ada di bumi Indonesia ini. Baik dari sisi ilmiah maupun alamiahnya, kurikulum ini seharusnya disempurnakan terlebih dulu. Kalaupun dipaksakan kurikulum ini baru akan siap dilaksanakan di tahun 2014, dan bukan di tahun 2013. Kurikulum itu memang penting, tapi kesiapan guru jauh lebih penting. Pemerintah berkewajiban melatih guru-guru terlebih dahulu. Dimana dalam melatih guru-guru tersebut tidak hanya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, melainkan butuh waktu yang cukup lama untuk melakukan pelatihan yang secara maksimal, setelah itu baru bisa menciptakan guru yang berkompeten. Salahsatu pemicu lainnya adalah dari segi perencanaanya, dimana didalam pembuatan kurikulum 2013 ini sepertinya terlihat kurang begitu baik didalam segi tatanan perencanaan untuk penerapannya, sehingga apabila perencanaannya kurang di pikirkan dengan baik maka hasil dari penerapannyapun akan mendapatkan respon yang kurang baik pula. Kurikulum apabila mengalami perubahan itu sebenarnya sudah sewajarnya, namun apabila perubahan tersebut tidak didasari dengan suatu kajian yang mendalam dan terbukti melalui satu percobaan, maka kemungkinan besar merupakan hal yang wajar apabila banyak yang meragukan (secara ilmiah), apalagi tanpa persiapan yang matang dan sosialisasi yang merata. Suatu kurikulum produk manapun itu akan dapat diterapkan apabila memang sudah terbukti dan teruji kemantapannya. Sistem pendidikan Indonesia yang dimotori Kementrian Pendidikan,

nampaknya tertutup untuk menerima saran dan kritikan dari para ahli dalam praktisi pendidikan yang mumpuni seperti Bapak Arief Rachman, dari dulu semenjak kurikulum KBK dan KTSP, beliau kurang sreg karena sesungguhnya Kurikulum itu hanya bersifat rambu-rambu sedangkan ujung tombaknya adalah guru. Paradigma yang keliru tentang pendidikan akan menghasilkan sistem yang salah, begitu pula dengan kurikulum yang kurang pas. Maka dari itu, benahi dulu paradigma Pendidikan Indonesia agar pendidikan Indonesia ini makin maju, bukan sebaliknya makin terpuruk. Konon Indonesia pernah menjadi model bagi Malaysia kini berbalik 180 derajat. Apalagi Indeks Pendidikan Indonesia sekarang berada dalam urutan terbawah. Jadi, perubahan itu tidak harus merubah kurikulum. Perubahan itu seharusnya memperbaiki cara mengajar guru agar mampu menjadi guru yang berkualitas. Guru yang mampu melakukan pembelajaran yang mengundang, sehingga siswa dapat merasa asyik dan menyenangkan ketika berada di forum pembelajaran tersebut. Guru yang mampu menjadi mata air bagi peserta didiknya dari kehausan akan ilmu pengetahuan. Guru yang mampu memberikan keteladanan sehingga ikut meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didiknya. Ingatlah selalu, Guru yang berkualitas akan melahirkan peserta didik yang berkualitas pula. Jadi, pemerintah tak perlu susah-susah mengeluarkan dana sampai triliunan hanya untuk merubah kurikulum yang belum tentu akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik. Lebih baik pemerintah terfokuskan untuk melakukan pelatihan guru yang sebaikbaiknya agar menciptakan guru yang berkompeten dan pserta didik yang berkualitas.

You might also like