You are on page 1of 8

BAB IV ALKALIMETRI DAN ASIDIMETRI

4.1. Alkalimetri 4.1.1. Tujuan Percobaan - Membuat larutan standard natrium hidroksida 0,2 N. - Standardisasi natrium hidroksida dengan asam oksalat. - Menentukan kemurnian asam dalam asam cuka yang diperdagangkan. 4.1.2. Dasar Teori Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap. Dalam analisis larutan asam basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan.[1] Titrasi yang melibatkan asam dan basa dipergunakan secara meluas dalam pengawasan analitis banyak produk dalam perdagangan, dan disosiasi asam basa menunjukkan pengaruh yang penting terhadap metabolik dalam sel hidup.[2] Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekuivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekuivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekuivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asambasa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.[6] Alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam.[7]

Gambar 4.1.2.1. Kurva Titrasi[9]

Analisis memanfaatkan perubahan besar dalam pH yang terjadi dalam titrasi, untuk menetapkan kapan titik kesetaraan itu tercapai. Terdapat banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak-terdisosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam itu dapat digunakan untuk menetapkan telah ditambahkan cukup titran dan disebut indikator tampak (visual indicator).[2] Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-reaksi kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut: - Reaksi harus berlangsung cepat - Tidak terdapat reaksi samping - Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol / koefisien reaksinya - Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator. Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya kita harus memulai dengan larutan standard primer. Larutan standard primer dibuat dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standard primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka perlu distandardisasi dengan standard primer. Larutan standard yang tidak temasuk larutan standard primer dikelompokkan sebagai standard sekunder, contohnya NaOH, karena NaOH tidak cukup murni (mengandung air, natrium karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan sebagai larutan standard secara langsung, maka perlu distandardisasi dengan asam yang merupakan standard primer. Persyaratan untuk larutan yang tergolong menjadi larutan standard primer adalah: - kemurnian tinggi - stabil terhadap udara - bukan kelompok hidrat - tersedia dengan mudah - cukup mudah larut - berat molekul cukup besar.[8] Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresan atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Suatu indikator asam-basa yang tampak (visual) adalah basa atau asam organik lemah yang menunjukkan warna yang berlainan bila berbentuk molekul dan bila terbentuk ion. Indikator asam basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: a. Indikator fatelin dan indikator sulfoftatelein Indikator fatelin dibuat dengan kondensi antara anhidra flatelein dengan fenol yaitu fenoflatelein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Indikator sulfoftatelein dibuat dari kondensi anhidrida ftalein dan sulfonat.

b. Indikator azo Diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium (senyawa benzene yang berikatan dengan nitrogen) seperti metal yellow atau p-dimetilaminoazobenzena. Perubahan warna terjadi pada larutan asam kuat. c. Indikator trifenilmetana Indikator ini tidak larut dalam air dan golongan dengan indikator malatichite green, metal violet, dan kristal violet.[3] 4.1.3. Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan: - batang pengaduk - beakerglass - botol aquadest - buret - corong kaca - erlenmeyer - gelas arloji - gelas ukur - karet penghisap - labu ukur - neraca digital - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem B. Bahan-bahan yang digunakan: - aquadest (H2O) - asam cuka (CH3COOH) - asam oksalat (H2C2O4.2H2O) - natrium hidroksida (NaOH) - phenolptalein (C20H14O4)

4.1.4. Prosedur Percobaan A. Preparasi Larutan - membuat larutan natrium hidroksida 0,2 N, sebanyak 500 mL - membuat larutan standard asam oksalat 0,1 N, sebanyak 100 mL. B. Standardisasi natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat - memipet 10 mL larutan asam oksalat kedalam Erlemeyer dan tambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes - menstandardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna larutan berubah dari bening tidak berwarna menjadi warna pink dan catat volume yang diperlukan - mengulangi percobaan sampai 3 kali. C. Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan - menimbang beakerglass kosong kemudian masukkan 5 mL asam cuka contoh dan timbang lagi sehingga diperoleh berat asam cuka - melarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 mL - memipet 10 mL kemudian masukkan kedalam Erlemeyer dan tambahkan 4 tetes indikator PP

- mentitrasi dengan larutan standard natrium hidroksida sampai larutan berubah warna menjadi warna merah jambu dan catat volume yang diperlukan - mengulangi percobaan diatas sampai 3 kali. 4.1.5. Data Pengamatan A. Standardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat 0,1 N Tabel 4.1.5.1. Data pengamatan standardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat 0,1 N Keterangan Berat teliti bahan baku (gram) Berat ekuivalen bahan baku (gram) Volume larutan baku (mL) Volume larutan yang dititrasi (mL) Volume larutan peniter (mL) I 4 40 500 10 4 II 4 40 500 10 3,8 III 4 40 500 10 3,9

B. Penentuan kadar asam oksalat dalam asam cuka yang diperdagangkan Tabel 4.1.5.2 Data pengamatan penentuan kadar asam cuka Keterangan Berat botol timbang kosong (gram) Berat botol timbang isi (gram) Berat asam cuka (gram) Volume asam cuka (mL) Volume larutan peniter (mL) 4.1.6. Persamaan Reaksi - Standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat C2 H 2 O4 (aq) 2NaOH(aq) Na 2 C2 O4 (aq)
(asam oksalat) (natrium hidroksida) (natrium oksalat)

I 11,659 122,660 5,1 5 3

II 11,659 122,660 5,1 5 3

III 11,659 122,660 5,1 5 3

H 2 O(l)
(air)[4]

- Penentuan kemurnian asam dalam asam cuka CH 3 COOH (aq) NaOH (aq) CH 3 COONa
(asam asetat) (natrium hidroksida)

(aq)

H 2 O (aq)
(air)[5]

(natrium asetat)

4.1.7. Pembahasan 1. Standardisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat Saat menstandardisasi natirum hidroksida dengan larutan standard asam oksalat, diperoleh normalitas dari NaOH sebesar 0,256 N, hal ini tidak sesuai dengan teori karena: - NaOH bersifat higroskopis (mudah menguap) sehingga berat NaOH yang ditimbang tidak benar-benar 4 gr karena sebagian NaOH telah menguap. - Ada kemungkinan NaOH yang digunakan telah tercemar oleh CO2 di udara (galat karbonat). 2. Penentuan kadar asam cuka Kadar asam yang terkandung dalam asam suka contoh adalah 12,047%. Kadar tersebut tidak sesuai dengan teori yang seharusnya 25 %, hal ini dapat disebabkan oleh: - NaOH yang digunakan telah tercemar oleh CO2 diudara (galat karbonat). - Sifat NaOH yang higroskopis. - NaOH yang digunakan konsentrasinya tidak sesuai dengan kadar teoritis sehingga kadar asam asetat tidak sesuai dengan kadar teoritis dari sampel. 4.1.8. Kesimpulan Pada saat standardisasi NaOH dengan asam oksalat, didapatkan konsentrasi dari NaOH sebesar 0,256 N. Kadar asam dalam larutan asam cuka yang diperdagangkan didapatkan sebesar 12,047%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Keenan.1989. Ilmu Kimia Untuk Universitas edisi keenam. Erlangga 2. Jr. R. A., Day dan Underwood, A. L., 1986. Analisa Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga 3. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-pres:Jakarta 4. Harjadi, D.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:Gramedia 5. HAM. Drs mulyono M.Pd.2006.Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.Jakarta: Bumi Aksara 6. (___http//:www.wikipedia.com/titrasi asidi-alkalimetri/25/03/2013 7. (___http://www.scribd.com/doc/53046387/Asidi-alkalimetri 8. (___http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/files/2011/9/VOLUMETRI.pdf/24/03/2013 9. (___http://catatankimia.com/catatan/titrasi-asam-basa.html/27/03/2013

IV.A.Alkalimetri 1. Larutan NaOH Diketahui : N NaOH = 0,2 N V NaOH = 500 mL Mr NaOH = 40 BE Ditanya : WNaOH ? Jawab :

Jadi, berat NaOH yang perlu ditmbang adalah 4 gr dan melarutkan dalam labu ukur 500 mL hingga tanda batas. 2. Larutan Asam Oksalat Diketahui : = 0,1 N = 100 N = 126 =2 Ditanya : gr H2C2O4.2H2O ? Jawab :

Jadi, berat H2C2O4.2H2O yang perlu ditmbang adalah 0,63 gr dan melarutkan dalam labu ukur 100 mL hingga tanda batas.

3. Standardisasi NaOH dengan asam oksalat Diketahui : V1 (NaOH) = 4 mL V2 (NaOH) = 3,8 mL V3 (NaOH) = 3,9 mL ( ) = 10 mL N1 = 0,1 N Ditanya : N2 ? Jawab :

Jadi, normalitas NaOH yang didapatkan adalah 0,256 N. 4. Berat asam cuka Berat asam cuka = Berat botol timbang isi Berat botol timbang kosong Berat asam cuka = 122,660 117,659 = 5,1 gr Jadi, berat dari asam cuka 5 mL adalah 5,1 gr. 5. Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan Diketahui : Vrata-rata NaOH = 3 mL N NaOH = 0,256 N BE NaOH = 40 Berat asam cuka = 5,1 gr = 5100 mg Ditanya :% s s ? Jawab : %
s s

% %

% % Jadi, kadar CH3COOH yang didapatkan adalah 12,047%.

You might also like