You are on page 1of 5

Tujuan penulisan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami

sebagai mahasiswa pada mata kuliah MPK Agama Islam kelas D dengan harapan semoga bermanfaat bagi kita semua. Sistem Implementasi dalam Syariah Islam Pengertian syariah secara etimologi (asal kata) berarti sumber air atau jalan yang lurus. Sedangkan secara terminologi, syariah adalah kumpulan norma Illahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, juga hubungan manusia dengan alam, dan norma-norma ini sudah pasti benar dan lurus. Secara umum syariah terbagi menjadi dua hal yaitu ibadah khusus atau ibadah mahdlah, dan ibadah dalam arti umum atau muamalah yang akan dibahas pada subbab ini A) Ibadah 1) Pengertian Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: [1]. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. [2]. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. [3]. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman: Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat : 56-58] [3] 2) Pembagian Ibadah Ada begitu banyak buku, artikel, dan karya yang membahas tentang pembagian ibadah. Yaitu: Ibadah Hati

Ibadah ini ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati) berupa rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut). Ibadah Lisan dan Hati Ibadah ini adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati) berupa tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur. Ibadah Badan (Fisik) dan Hati Ibadah ini adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati) berupa shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).

3) Syarat Ibadah Dalam Islam Dalam melakukan ibadah tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: Ikhlas karena Allah semata Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Melakukan ibadah dengan ikhlas dan menjalankannya dengan sepenuh hati, bukan karena / untuk dilihat orang atau dipuji orang Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syariatnya dan meninggal-kan bidah atau ibadahibadah yang diada-adakan. Rasulullah merupakan utusan-Nya yang menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. 4) Rukun Ibadah Dalam Islam Rukun-rukun ibadah menurut manhaj (jalan) Ahlus Sunnah wal Jamaah terdiri dari tiga hal. Yaitu: Cinta ( Al-Hubb ) Cinta adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Arti cinta disini tidak hanya terbatas hanya pada hubungan kasih antara dua insan semata, akan tetapi lebih luas dan dalam. Kecintaan yang paling tinggi dan mulia di dalam kehidupan kita ini adalah rasa kecintaan kita kepada Allah Swt. Dimana jika seorang umat mencintai Allah (tuhannya), maka dia akan melakukan dan menjalankan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya. Takut ( Al-Khouf ) Rukun ibadah berikutnya adalah Rasa Takut. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba (umat) akan termotivasi untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah Swt agar bebas dari murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah keinginan seseorang untuk berbuat maksiat dan perbuatan buruk lainnya.

Yang dimaksud Rasa Takut seorang muslim disini memang terdiri dari banyak hal. Namun yang utama ada dalam hati seorang muslim adalah rasa takut akan pedihnya sakaratul maut, rasa takut akan adzab kubur, rasa takut terhadap siksa neraka, rasa takut akan mati dalam keadaan yang buruk, rasa takut akan hilangnya iman dan lain sebagainya. Harap ( Ar-Roja ) Rukun Ibadah yang berikutnya adalah Harap. Yang dimaksud dari harap disini adalah (rasa) Harapan yang kuat atas rahmat dan balasan berupa pahala dari Allah Swt. 5) Sifat dan Ciri Ibadah dalam Islam Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat yang menjadi ciri-ciri ibadah yang benar adalah: Bebas dari perantara. Dalam beribadah kepada Allah Swt, seorang muslim tidak memerlukan perantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah. Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus. Secara umum ajaran Islam tidak mengharuskan penganutnya untuk melakukan ibadah pada tempat-tempat khusus, kecuali ibadah haji. Islam memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat ibadah. Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan, sebab Allah Subhanahu wa taala senantiasa menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya dan tidak menghendaki kesulitan.

B) Muamalah 1) Pengertian Muamalah Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya. Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian muamlah; Menurut Louis Maluf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka. Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar maupun dalam hal utang piutang.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Dan Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk berinterksi dan bermuamalah dengan cara bertebaran di muka bumi untuk mencari rezki Allah. Sebagaiman Allah SWT berfirman dalam surat Al Jumah ayat : 10 yang berbunyi : Artinya : Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 2) Pembagian Muamalah Ada beberapa pembagian muamalah, diantaranya: 1. Muamalah Madiyah : muamalah yang mengkaji obyeknya ; benda yang halal, haram dan syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang memadaratkan dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi yang lainnya. 2. Muamalah adabiyah : muamalah yang mengkaji subyeknya; ditinjau dari segi tukar menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban misalnya keridhaan kedua belah pihak, ijab qabul, dusta, menipu dll. 3) Prinsip Muamalah Ada beberapa prinsip Muamalah, diantaranya: 1. Bolehnya segala bentuk usaha. 2. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara bathil, seperti : riba, ghasab, korupsi, monopoli, penimbunan , dll. 3. Jujur dan saling menasehati. 4. Asas manfaat yang diakui syara dalam setiap akad. 5. Tidak ada penipuan & manipulasi, MAGHRIB ( Maysir, Ghoror, dan Riba ). 6. Tidak melalaikan dan meninggalkan kewajiban atau bertentangan dengan manhaj Allah. 7. Asas akuntabilitas. C) Perbedaan Ibadah dan Muamalah Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Quran dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan kepada mamnu (dilarang atau haram). Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah muamalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip boleh (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.[5]

Berkaitan dengan hal di atas (muamalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan: Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan dunia Anda, (teknis muamalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.

You might also like