You are on page 1of 15

mulyadiveterinary

Just another WordPress.com site


Home About

RSS JAMINAN KEAMANAN PANGAN PADA PEMOTONGAN AYAM Penyakit Mastitis pada Kambing

Salmonella sp dan Streptomyces sp


04 Jul

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan laporan KoAsistensi Mikrobiologi kami dengan judul Salmonella sp dan Streptomyces sp yang merupakan salah satu tugas dalam menyelsaikan Ko-Asistensi kami pada laboratorium Mikro Biologi, Fakultas kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Salawat beriring salam kami sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada penulisan paper ini, kami menerima segala masukan yang di berikan untuk perbaikan paper ini, agar dapat menjadi lebih baik. Kami sangat berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber informasi atau sebagai bahan bacaan. PENDAHULUAN Dalam mikrobiologi dipelajari berbagai mikroorganisme, hubungan antara seksamanya dan juga kelompok organismelainya, guna pengendalian peranan dan kesehatan serta kesejahteraan manusia dan hewan. Pada dasarnya mikrooranisme sangat berhubungan dengan kesehatan yaitu penyebab penyakit. Berbagai penyakit yang disbabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, dan jamur.

Samonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan manusia dengan tanda-tanda septikemia gastro enteritis dan diare. Hewan sehat dapat bertindak sebagai pembawa bakteri. Salmonella Sp. yang menjadi sumber penularan bagi hewan lain terutama pada saat kondisi badannya lemah. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada hewan dan manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia dan hewan disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku dan rambut terutama. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus dan vagina (Aanonimus,2009). Mycetoma adalah penyakit yang disebabkan oleh Streptomyces sp dengan gejala klinik Lesi bengkak dan lokal di lokasi trauma. Ada beberapa abses, sinus pengeringan, dan nanah dengan butiran . Jamur Streptomyces juga berperan penting dalam kesehatan dan industri karena Streptomyces mensintesis antibiotik. Lebih dari 50 antibiotik diisolasi dari spesies Streptomyces (Anonimus, 2010). KASUS I . ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI

Sampel : Swab Tenggorokan Ayam 1. A. Anamnesa : Andi : Ayam broiler : 28 hari : Betina : Pasar Lamnyong : 5 hari : Kurang baik Diagnosa Laboratorium

Nama pemilik Jenis hewan Umur Kelamin Alamat Pasien Lamanya menderita sakit Status Gizi 1. B.

Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan swab pada tenggorokan ayam dengan menggunakan lidi kapas steril, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Nutrient Broth (NB), lidi kapas steril sedikit dipatahkan untuk menghindari kontaminasi dan dihomogenkan. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam termos yang berisi es lalu dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Setelah sampai di Laboratorium Mikrobiologi, dari sampel tersebut dilakukan pewarnaan sederhana untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang terdapat pada sampel tersebut. Setelah dilakukan pewarnaan sederhana, kemudian sampel diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 370 C selama 18-24 jam. 1. C. 1) METODE / UJI/ TEST YANG DILAKUKAN

Pewarnaan Sederhana

Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya bakteri. Prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan juga untuk melihat bentuk, ukuran dan pemetaan mikroorganisme. Pada uji ini hanya digunakan 1 macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Pada umumnya pewarnaan ini menggunakan zat warna seperti Crystal Violet, Methylen Blue, Safranin (Fuchsin) dan Malachit Green. Cara Kerja: Buat sediaan a) b) Bersihkan kaca object dengan sepotong kapas yang dibasahi dengan alkohol 70 %. Diambil satu tetes NaCl fisiologis, teteskan di atas object glass.

c) Homogenkan tabung yang berisi suspensi bakteri, kemudian dengan menggunakan ose steril diambil supensi bakteri dan diteteskan ke atas object glass yang telah ditetesi NaCl fisiologis. d) e) Ratakan suspensi bakteri dengan NaCl fisiologis. Fiksasi di atas api bunsen. 1. Pewarnaan sederhana a) Genangi dengan salah satu zat warna (methilen blue, air fuchsin, safranin) selama 1-2 menit. b) c) Buang sisa zat warna, cuci dengan air mengalir,sampai zat warna hilang. Keringkan di udaraAmati di bawah mikroskop dengan, pembesaran 1000x.

2)

Penanaman Bakteri Pada Media NA (Nutrient Agar)

Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan bakteri dan untuk melihat morfologi kolon dari bakteri. Cara Kerja: 1. Ose dipanaskan di api bunsen lalu didinginkan sejenak. 2. Dengan menggunakan ose diambil suspensi kuman dari biakan NB, kemudian digoreskan pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan di dekat nyala api bunsen). 3. Diinkubasikan pada suhu 370 C dalam inkubator selama 18-24 jam. 4. Diamati morfologi koloni yang terbentuk. 3) Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna dan merupakan tahap penting dalam mengidentifikasi bakteri. Pewarnaan ini memisahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah. Cara Kerja: 1) Buat Sediaan 1. Bersihkan kaca object dengan sepotong kapas yang dibasahi dengan Alkohol 70 %. 2. Diambil satu tetes NaCl fisiologis, teteskan di atas object glass 3. Diambil sebahagian koloni bakteri yang terpisah dari media NA dengan menggunakan ose yang steril yang telah didinginkan terlebih dahulu, dan letakkan di atas object glass. 4. Ratakan koloni dengan NaCl fisiologis. 5. Fiksasi diatas. 2) Pewarnaan Gram 1. Genangi sedian dengan Gentian Violet pada object glass dan biarkan selam 3-5 menit. 2. Cuci dengan air mengalir. 3. Genangi sedian dengan larutan lugol selama 1 menit. 4. Cuci dengan air mengalir. 5. Lunturkan dengan Alkohol 96 % selama 10 detik sampai zat warna hilang. 6. Cuci dengan air mengalir. 7. Genangi sediaan dengan larutan safranin selama satu menit. 8. Cuci dengan air mengalir. 9. Keringkan sediaan di udara atau tekan perlahan-lahan dengan kertas saring. 10. Tetesi sediaan dengan minyak emersi lalu amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x

4)

Penanaman Pada Media Mc. Conkey

Cara kerja : 1. Sediakan plate agar Mc. Conkey 2. Ambil ose, lalu disterilkan di atas nyala api bunsen sampai berpijar dengan sudut 450C. 3. Dengan menggunakan ose yang sudah steril, diambil sebagian bakteri dari NA, kemudian digoreskan pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan di dekat nyala api bunsen). 4. Diinkubasikan media Mc. Concey ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam. 5) Penanaman Pada NA Miring

Subkultur untuk mendapatkan biakan murni dapat dilakukan pada agar miring. Cara Kerja: 1. Dengan menggunakan ose steril sentuhkan mata ose yang steril tersebut pada sebagian dari koloni yang terpisah dari koloni yang sama yang terdapat pada media agar. 2. Penanaman pada agar miring dilakukan dengan membuat goresan yang berkelok-kelok pada permukaan agar miring. 3. Kemudian inkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam. 6) Penanaman pada media BGA (Brilian green Agar)

Cara kerja : 1. Sediakan plate agar BGA 2. Ambil ose, sterilkan dengan cara panaskan mata ose di atas nyala api bunsen sampai berpijar dengan sudut 450C. 3. Dengan menggunakan mata ose yang terlebih dahulu didinginkan, diambil biakan bakteri dari NA miring yang telah diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam. 4. Amati tumbuh tidaknya koloni bakteri. 7) Uji Biokimia 1. a. Simmons Citrat Agar

a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, lalu ditanam pada media Simmons citrat dengan cara digores secara zig zag pada permukaannya. b) Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. 1. b. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, lalu ditanam pada media TSIA dengan cara menusuk ose sampai sepertiga dasar tabung. Kemudian diangkat dan digores secara zig zag pada permukaannya. b) Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. 1. c. Indol

a) Dengan menggunakan ose steril, diambil sebagian koloni dari NA miring lalu diinokulasikan pada media indol dengan cara diaduk, kemudian diinkubasikan pada suhu suhu 370C selama 24 jam. b) Pada media indol ditambahkan 1-2 tetes reagen kovacs. 1. d. SIM (Sulfid Indol Mortility) a) Dengan menggunakan ose steril, diambil koloni dari biakan Mc. Conkey agar, kemudian ditanam pada media SIM dengan cara menusuk ose tegak lurus. b) Inkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. 1. e. Gula-gula (Glukosa, Sukrosa, Laktosa dan Mannitol)

a) Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, kemudian ditanam pada media Glukosa, Sukrosa, Laktosa dan Manitol dengan cara mengaduk dengan ose secara perlahan-lahan dipermukaan tabung. Lalu dihomogenkan. b) Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. 1. f. a) Uji Sensitifitas Terhadap Antibiotik

Sediakan Mueller Hinton Agar (MHA).

b) Swab yang steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri pada Nutrient Broth, kemudian diswab ke seluruh permukaan media MHA dengan merata dibiarkan selama 5 menit. c) Selanjutnya diletakkan 4 jenis cakram disk antibiotik (Vancomisin, Tetrasiklin, Streptomisin dan Gentamisin). d) Kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. 1. D. 2. 1. HASIL PENGAMATAN Pewarnaan Sederhana (Simple staining)

Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri dalam sampel. Pada pewarnaan sederhana digunakan satu macam zat warna yang bersifat basa yaitu gentian

violet. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna berkaitan dengan anion protoplasma bakteri. Hasil pewarnaan sederhana dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pewarnaan sederhana dengan pembesaran 1000x. Pada pewarnaan sederhana, setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri dengan bentuk basil pendek dan ada beberapa bakteri lain yang berbentuk kokus hal ini membuktikan bahwa sampel yang diuji terdapat bakteri. 1. 2. Penanaman pada media Nutrien Agar (NA)

Hasil pengamatan pada media nutrient agar (NA) yang telah ditanam dari biakan media nutrient broth (NB) dapat dilihat pada Gambar 2

. Gambar 2. Penanaman bakteri pada media nutrient agar (NA) Pada media nutrient agar (NA), dapat diamati morfologi dari koloni bakteri yang telah tumbuh. Morfologi dari koloni tersebut dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada media nutrient agar (NA)

Bentuk Bulat

Diameter (mm) 2 mm

Tepi koloni Rata

Permukaan Konsistensi Cembung mengkilat

Warna

Medium

Putih Tidak kekuningan berubah

Nutrient Agar (NA) merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Media ini berbentuk padat yang digunakan untuk pembiakan bakteri sehingga ditemukan koloni bakteri yang berjenis sama sehingga dapat diketahui bentuk, ukuran, konsistensi, warna koloni bakteri, serta perubahan medium sebelum dilakukannya uji lanjutan. 1. 3. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram negatif. Hasil pewarnaan Gram dapat dilhat pada gambar 3. Pada pewarnaan Gram bakteri terlihat berbentuk basil pendek dan berwarna merah.

Gambar 3. Pewarnaan Gram pembesaran 1000x Bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu, maka pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium. Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan terekstrasinya lipid pada bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding sel pada langkah awal pewarnaan dapat terekstraksi. Sedangkan pada bakteri Gram positif, mempunyai lapisan dinding sel yang kaku dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium (UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan lipid Gram positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian alkohol,

sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y tidak dapat terekstraksi. 1. 4. Penanaman pada Mc Conkey Agar

Mc. Conkey merupakan media selektif untuk kuman, karena yang dapat tumbuh hanya kuman Gram negatif, sedangkan Gram positif dihambat pertumbuhannya oleh garam empedu dan neutral red.

Gambar 4. Koloni bakteri pada media Mc. Conkey Dari hasil pengamatan koloni berbentuk bulat, warna kuning, tepi beraturan, permukaan cembung. Mc. Conkey Agar adalah media selektif, mengandung zat penghambat berupa garam empedu dan neutral red. Media ini digunakan untuk pembiakan bakteri dari famili Enterobakteriacea dan semua bakteri Gram negatif yang dapat atau tidak memfermentasikan laktosa. 1. 5. Penanaman pada nutrient agar (NA) miring

Pada penanaman NA miring terlihat koloni berwarna putih. Media ini berfungsi untuk mendapatkan biakan bakteri yang murni dan juga berfungsi untuk stock bakteri. Biakan bakteri pada nutrient agar (NA) miring dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Biakan bakteri pada media nutrient agar (NA) miring

1. 6. Penanaman pada BGA (Brilian green Agar) Media ini sangat selektif untuk isolasi Salmonella sp dan Salmonella typhy yang akan terlihat berwarna merah dikelilingi zona merah. Pseudomonas dihambat, tetapi jika tumbuh menyerupai koloni Salmonella berwarna merah. Untuk menetapkan kontaminan tersebut Salmonella atau Pseudomonas diperlukan konfirmasi dengan media lain.

Gambar 6. Koloni bakteri pada media BGA 1. 7. Uji Biokimia

Hasil uji biokimia yang diamati setelah 24 jam adalah

Gambar 7. Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol) Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa, dan manitol) TSIA Simmons SIM Indol MR VP Glukosa Laktosa Manitol Sukrosa

Citrate (+) H2S (+) Motility (-) cicin (+) (-) tidak (+) (-) tidak (+) (-) tidak (merah berubah hijau berubah berubah adanya berubah berubah berubah

hitam)

warna menjadi Biru

warna warna menjadi merah

gas dan warna warna warna terjadi menjadi sedikit kuning perubahan dan ada warna gas

Uji TSIA

Pada uji TSIA positif menunjukkan media slant berubah menjadi kuning karena bakteri bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gupte (1990) yang menyatakan bahwa pada fermentasi daerah slant bakteri tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Hasil fermentasi pada daerah butt/tegak berubah berwarna kuning menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pada media TSIA, hasil positif juga dapat ditunjukkan dengan perubahan warna media TSIA menjadi warna hitam. Perubahan ini menandakan bahwa bakteri yang terdapat pada media TSIA tersebut menghasilkan gas H2S. hasil uji biokimia pada TSIA dapat dilihat pada Gambar 8.

Media TSIA

Hasil TSIA ( Positif)

Gambar 8. Hasil uji biokimia pada TSIA Uji Simmons Citrat Agar

Uji Simmons Citrat Agar digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan citrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini merupakan medium sintetik dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH. Pada uji ini menunjukkan reaksi positif. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Ini karena dasar dari medium mampu dihilangkan sehingga terjadi peningkatan pH yang nantinya akan menambah warna media dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin. Hasil uji biokimia simmons Citrat agar dapat dilihat pada Gambar 9. Media Simmons Citrat Agar Hasil uji Simmons Citrat Agar (Positif)

Gambar 9. Hasil uji biokimia Simmons Citrat Agar Uji SIM

Uji SIM dilakukan untuk pergerakan bakteri. Penanaman dilakukan dengan cara menusuk ose yang mengandung bakteri secara tegak lurus sampai ke seperempat dari dasar tabung. Pada uji ini terlihat pergerakan (motility) pada media yang ditusuk dengan ose dan warna media SIM berubah menjadi hitam. Hasil uji biokimia pada media SIM dapat dilihat pada Gamabar 10. Media SIM Hasil uji SIM (Motility)

Gambar 10. Hasil uji biokimia SIM Uji Indol

Indol adalah senyawa yang mengandung nitrogen yang terbentuk sebagai hasil pemecahan amino tryphosphat. Pentingnya uji Indol ialah karena hanya beberapa jenis bakteri yang dapat membentuk indol dan produk ini dapat di uji sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi yang digunakan sebagai trythophan adalah media trypton. Pada uji indol yang telah dilakukan diperoleh hasil yang Negatif (-), yaitu ditandai dengan terbentuknya cincin hijau. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut tidak menggunakan triptopan sebagai sumber energinya, sehingga bakteri tersebut tidak mapu menghasilkan indol (cincin merah). Hasil uji biokimia indol dapat dilihat pada Gambar 11. Larutan Indol hasil uji Indol (Negatif) cicin hijau

Gambar 11. Hasil uji biokimia Indol UJI MR-VP

Uji MR yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang positif yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan warna indikator menjadi merah. Genus bakteri seperti bakteri Escherichia, Salmonella, proteus dan Aeromonas mampu mempermentasikan glukosa dan menghasilkan banyak sekali asam laktat, asetat, suksina dan format di samping CO2, H2 dan etanol. Akumulasi asam-asam ini menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang. Bila indikator merah metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu, maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini manandakan bahwa organisme yang bersangkutan adalah peragi asam campuran (mixed acid fermenter). Hasil uji MR-VP dapat dilihat pada Gambar 12. Larutan MR-VP Hasil MR (Positif) Hasil VP ( Negatif)

Gambar 12. Uji MR-VP Uji Gula- gula

Uji gula-gula dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu mempermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula terjadi perubahan warna pada manitol yamg merubah warna ungu menjadi warna kuning dan juga terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung Durham. Pada uji glukosa tidak terjadi perubahan warna, tetapi terlihat adanya pembentukan gelembung gas. Pada uji laktosa dan sukrosa memperlihatkan hasil yang negatif yaitu tidak terjadinya perubahan warna dan tidak terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung

Durham. Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pembentukan gelembung gas yang terjadi pada tabung Durham disebabkan oleh adanya reaksi permentasi karbohidrat (Hadioetomo, 1985). Hasil uji gula- gula (laktosa, glukosa, sukrosa dan manitol) dapat dilihat pada Gambar 13.

Larutan gula- gula lakosa, glukosa, sukrosa dan manitol glukosa, sukrosa dan manitol

Hasi uji gula- gula lakosa,

Gambar 13 . Hasi uji gula- gula (lakosa, glukosa, sukrosa dan manitol) Uji Sensitifitas terhadap Antibiotik Uji sensitifitas dilakukan pada permukaan MHA (Mueller Hinton Agar). Mueller Hinton Agar merupakan media diferensial yang digunakan untuk melakukan uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari nutrient bruth (NB) dengan menggunakan lidi kapas steril. Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan media MHA. Kemudian ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan media MHA dengan jarak tertentu dan diinkubasikan ke dalam incubator selama 24 jam pada suhu 370C. Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah streptomisin, tetrasiklin, vankomisin dan gentamisisn. Hasil uji sensitivitas dapat di lihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Uji sensitivitas pada media MHA

Keterangan : A. Antibiotik Vancomisin 30 g B. Antibiotik Streptomisin 30 g C. Antibiotik Tetrasiklin 30 g D. Antibiotik Gentamisin 30 g Pada Gambar 12 terlihat bahwa antibiotik Strepoimisin dan Vancomisin tidak memperlihatkan adanya zona hambat. Antibiotik Gentamisin dan Tetrasiklin mampu menunjukkan adanya zona hambat, akan tetapi zona hambat yang tersentuk belum tergolong sensitif. Antibiotik Gentamisin mempunyai zona hambat 10 mm dan Tetrasiklin mempunyai zona hambat 3 mm. Antibiotik Streptomisin dan Vancomisin tidak memperlihatkan adanya zona hambat. Zona hambat antibiotik terhadap bakteri dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3. Zona hambat antibiotik terhadap bakteri No Jenis Antibiotik (Kode) D

You might also like