You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan Indonesia sudah pernah mempunyai industri penerbangan yang ukurannya cukup besar. Aerodinamika sebagai ilmu yang mempelajari pengaruh aliran udara terhadap benda kerja yang bergerak menembus udara tersebut, merupakan ilmu pendukung yang sangat menentukan keberhasilan industri diatas.

Kegiatan-kegiatan penelitian yang berhubungan dengan rancang bangun pesawat terbang dan alat-alat Bantu serta mesin penggeraknya, menjadi bahan studi banyak perguruan tinggi di Indonesia. Tetapi, begitu krisis moneter yang berkepanjangan terjadi, industri penerbangan yang tadinya begitu semarak, secara cepat menyurut untuk kemudian stagnan pada batas terendahnya. Ilmu aerodinamika-pun mulai jarang dibicarakan diperguruan tinggi, karena dianggap kurang menjamin lapangan kerja bagi para lulusan yang mengambil spesialisasi ilmu tersebut.

Sementara itu, penggunaan aerodinamika sebagai ilmu terapan, sebenarnya masih banyak yang belum termanfaatkan penuh. Sebagai Negara kepulauan yang sangat besar, Indonesia masih harus mengandalakan sistem transportasi udara untuk menghubungkan pulau-pulau yang tersebar diarea yang sangat luas. Dunia transportasi udara, masih akan membutuhkan para lulusan perguruan tinggi yang memahami segi terapan (aplikasi) dari ilmu aerodinamika diatas. Selain itu pengembangan sistem transportasi darat dan laut semakin membutuhkan penjabaran aerodinamika sebagai ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan secara nyata. Berikut ini akan disampaikan aplikasi aerodinamika dalam berbagai bidang penelitian yang sampai saat ini blm termanfaatkan dengan optimal.

BAB II ISI
A. Pengertian
Aerodinamika diambil dari kata Aero dan Dinamika yang bisa diartikan udara dan perubahan gerak dan bisa juga ditarik sebuah pengertian yaitu suatu perubahangerak dari suatu benda akibat dari hambatan udara ketika benda tersebut melaju dengan kencang. Benda yang dimaksud diatas dapat berupa kendaran bermotor (mobil,truk,bis maupun motor) yang sangat terkait hubungannya dengan perkembangan aerodinamika sekarang ini. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan aerodinamika adalah kecepatan kendaraan dan hambatan udara ketika kendaraan itu melaju.

Aerodinamika berasal dari dua buah kata yaitu aero yang berarti bagian dari udara atau ilmu keudaraan dan dinamika yang berarti cabang ilmu alam yang menyelidiki benda-benda bergerak serta gaya yang menyebabkan gerakan gerakan tersebut. Aero berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara, dan Dinamika yang diartikan kekuatan atau tenaga. Jadi Aerodinamika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan udara atau gas-gas lain yang bergerak.

Pada tahun 1810 Sir George Canley berpendapat bahwa udara dipaksa meniup berlawanan dengan arah gerak dari sayap dalam udara atau fluida tersebut. Kemudian pada tahun 1871 Pranoim Wenham merencanakan airfoil yang melengkung seperti bentuk dari sayap burung. Juga pada tahun ini Wenham yang pertama-tama membuat terowongan angina yang digerakkan dengan tenaga uap. Penyelidikan airfoil ini dilanjutkan oleh Wreight bersaudara dengan mengadakan percobaan-percobaan kurang lebih 150 buah air foil disamping melengkapi alat-alat kemudi untuk mengemudikan pesawat yang sedang terbang.dalam penyelidikan Iaanc Newton telah menemukan gayagaya udara yang melalui benda yang bergerak yaitu gaya angkat (lift dan hambatan/drag). Pada tahun 1902-1907 N Wilhelm Kutti (jerman), N.E. Janhowaki (rusia), Frederiek W. Launohoster (Inggris) menemukan teori bagaimana terjadinya gaya angkat (lift) pada airfoil.

Dalam Aerodinamika dikenal beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda dan lebih spesifik lagi pada mobil seperti dikemukakan oleh Djoeli Satrijo(1999;53).

Tahanan Aerodinamika, gaya angkat aerodinamik , dan momen angguk aerodinamik memiliki pengaruh yang bermakna pada unjuk kendaraan pada kecepatan sedang dan tinggi.

Peningkatan penekanan pada penghematan bahan bakar dan pada penghematan energi telah memacu keterkaitan baru dalam memperbaiki unjuk kerja aero dinamika pada jalan raya. Aerodinamika hanya berlaku pada kendaraan-kendaraan yang mencapai kecepatan diatas 80 km/ jam saja, seperti yang diterapkan pada mobil sedan, formula 1, moto gp. Untuk kendaraan-kendaraan yang kecepatannya dibawah 80 km/ jam aerodinamis tidak begitu diperhatikan, seperti pada mobil-mobil keluarga, mobil land rover dan sejenisnya. Pada kendaraan yang mempunyai kecepatan diatas 80 km/jam faktor aerodinamis digunakan untuk mengoptimalkan kecepatannya disamping unjuk performa mesin juga berpengaruh.

Dengan penemuan-penemuan pada tahun-tahun di atas jelaslah bahwa aerodinamika merupakan ilmu yang masih baru, dan bukanlah suatu pengetahuan yang abstrak seperti ilmu pasti dan mekanik karena hingga kini penyelidikan-penyelidikan masih terus dilakukan.

Aerodinamika sebenarnya tidak lain dari pada suatu yang mempelajari atau menyelidiki sifat-sifat udara,reaksi-reaksi dan akibat-akibat yang timbul dari gerakan udara terhadap benda yang dilalui oleh udara atau gerakan benda-benda di dalam udara tersebut. Jadi aerodinamika berarti pula pengetahuan atau penyelidikan mengenai gerakan-gerakan benda di dalam udara dimana pengertian ini sangat erat hubungannya denganilmu penerbangan. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi Aerodinamika:

Temperature (suhu udara) Tekanan udara Kecepatan udara Kerapatan / kepadatan udara

B. Ilmu Yang Mempelajari Tentang Aerodinamika 1. Hukum Newton I Mengatakan bahwa benda yang diam akan tetap diam sedangkan benda yang bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus dan kecepatan yang tetapkecuali suatu sebab dari luar yaitu gaya yang memaksanya merubah keadaan tersebut Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut konstan. Dirumuskan secara matematis menjadi:

Artinya :

Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya. Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari hukum inersia yang

sudah pernah dideskripsikan oleh Galileo. Dalam bukunya Newton memberikan penghargaan pada Galileo untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat bahwa setiap benda memilik tempat asal di alam semesta: benda berat seperti batu akan berada di atas tanah dan benda ringan seperti asap berada di langit. Bintang-bintang akan tetap berada di surga. Ia mengira bahwa sebuah benda sedang berada pada kondisi alamiahnya jika tidak bergerak, dan untuk satu benda bergerak pada garis lurus dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut yang terus mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti

bergerak. Tetapi Galileo menyadari bahwa gaya diperlukan untuk mengubah kecepatan benda tersebut (percepatan), tapi untuk mempertahankan kecepatan tidak diperlukan gaya. Sama dengan hukum pertama Newton : Tanpa gaya berarti tidak ada percepatan, maka benda berada pada kecepatan konstan. 2. Hukum Newton II Mengatakan bahwa perubahan banyaknya gerakan berbanding langsung dengan gaya yang bekerja dan menurut garis kerja gaya tersebut. Selanjutnya Hukum Newton II mengatakan bahwa benda yang bergerak akan mendapat perlambatan. Hukum kedua menyatakan bahwa total gaya pada sebuah partikel sama dengan banyaknya perubahan momentum linier p terhadap waktu :

Karena hukumnya hanya berlaku untuk sistem dengan massa konstan, variabel massa (sebuah konstan) dapat dikeluarkan dari operator diferensial dengan menggunakan aturan diferensiasi. Maka,

Dengan F adalah total gaya yang bekerja, m adalah massa benda, dan a adalah percepatan benda. Maka total gaya yang bekerja pada suatu benda menghasilkan percepatan yang berbanding lurus. Massa yang bertambah atau berkurang dari suatu sistem akan mengakibatkan perubahan dalam momentum. Perubahan momentum ini bukanlah akibat dari gaya. Untuk menghitung sistem dengan massa yang bisa berubah-ubah, diperlukan persamaan yang berbeda. Sesuai dengan hukum pertama, turunan momentum terhadap waktu tidak nol ketika terjadi perubahan arah, walaupun tidak terjadi perubahan besaran. Contohnya adalah gerak melingkar beraturan. Hubungan ini juga secara tidak langsung menyatakan kekekalan momentum: Ketika resultan gaya yang bekerja pada benda

nol, momentum benda tersebut konstan. Setiap perubahan gaya berbanding lurus dengan perubahan momentum tiap satuan waktu. Hukum kedua ini perlu perubahan jika relativitas khusus diperhitungkan, karena dalam kecepatan sangat tinggi hasil kali massa dengan kecepatan tidak mendekati momentum sebenarnya. 3. Hukum Newton III Mengatakan bahwa aksi sama besar dan berlawanan arah dengan reaksi. Artinya gaya yang dilaksanakan oleh dua benda terhadap sesamanya sama besar dan berlawanan arahnya. Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain mengalami tekanan atau tarikan yang sama dari benda yang ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan sebuah batu dengan jari anda, jari anda juga ditekan oleh batu. Jika seekor kuda menarik sebuah batu dengan menggunakan tali, maka kuda tersebut juga "tertarik" ke arah batu: untuk tali yang digunakan, juga akan menarik sang kuda ke arah batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda. Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu benda. Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, benda B secara bersamaan akan mengerjakan gaya dengan besar yang sama pada benda A dan kedua gaya segaris. Seperti yang ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater) memberikan gaya satu sama lain dengan besar yang sama, tapi arah yang berlawanan. Walaupun gaya yang diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak sama. Peluncur yang massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja pada hukum ketiga ini adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama memberikan gaya gesek. Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda, dan tidak pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki dua ujung. Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan. Atau sebuah ujung gaya adalah cerminan dari ujung lainnya.

Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu dimensi, yang bisa dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B memberikan gaya terhadap satu sama lain.

Dengan Fa,b adalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan Fb,a adalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A. Newton menggunakan hukum ketiga untuk menurunkan hukum kekekalan momentum, namun dengan pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum adalah ide yang lebih mendasar (diturunkan melalui teorema Noether dari relativitas Galileo dibandingkan hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang membuat hukum ketiga newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya ketika medan gaya memiliki momentum, dan dalam mekanika kuantum.

C. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Mobil Yang Bergerak (Kecepatan 80km/Jam)

Dari gambar diatas dapat dilihat gaya gaya hambat yang bekerja pada mobil seperti: a. Gaya lift up. Yaitu gaya angkat keatas pada mobil sebagai akibat pengaruh dari: 1. Speed. 2. Bentuk sirip. 3. Stream line. 4. Aerodinamika desain.

b. Down Force. Yaitu gaya tekan kebawah pada mobil akibat pengaruh dari: 1. Konstruksi chasis 2. Desain konstruksi mobil 3. Penempatan beban pada mobil 4. Penambahan aksesories pada mobil 5. Bentuk telapak(kembangan ban) 6. Penempatan titik berat 7. Bobot berat dan bobot penumpang 8. Penempatan spoiler (front spoiler dan rear spoiler)

c. Gaya Turbulen. Gaya yang terjadi dibagian belakang mobil yang berupa hembusan angin dari depan membentuk pusaran angin dibagian belakang mobil.

d. Gaya gesek kulit. Disebabkan oleh gaya geser yang timbul pada permukaan permukaan luar kendaraan melalui aliran udara.

e. Ground Clearance. Yaitu gaya yang bekerja dibagian bawah mobil yang berpengaruh juga pada lift up.

D. Aerodinamika Dalam Dunia Otomotif. Dalam dunia otomotif, aerodinamika merupakan ilmu terapan dalam: 1. Analisa Hambatan Gerak Target untuk membuat produk-produk otomotif lebih hemat bahan baker adalah dengan mengurangi hambatan aerodinamika yang terjadi, baik karena factor bentuknya, maupun memperlancar aliran udara disekitar roda, sehingga tidak menjadi beban baru. Rancangan berbagai bentuk alat-alat Bantu seperti spoiler; wind cheater dan pengarah aliran dibawah bodi merupakan objek-objek penelitian, mengingat bahwa produkproduk kendaraan bermotor yang ada sekarang sebagaian besar adalah rancangan pabrik-pabrik pembuatnya di luar negeri.

2. Stabilitas Gerakan. Kenyamanan dan keamanan gerak produk otomotif serta kemudahan dalam pengendaliannya, membutuhkan stabilitas yang tinggi. Untuk itu pengaruh daya lekat kendaraan dijalan maupun tingkat kestabilan yang mantab, merupakan factor penentunya. Selain itu kendaraan-kendaraan besar seperti pengangkut container yang berlalu lalang di jalan-jalan raya dengan kecepatan tinggi, harus mulai difikirkan dilengkapi dengan berbagai luasan tambahan untuk mengurangi besarnya gelombang yang ditinggalkan kendaraan tersebut, agar tidak membahayakan kendaraan lain yang disalip maupun yang berjalan dibelakangnya. 3. Sistem Pendingin Mesin Posisi radiator dan rancangannya yang memudahkan aliran udara pendingin menembus melaluinya, akan menjamin umur kendaraan yang lebih tinggi. Rancangan kisi-kisi dibagian depan kendaraan bermotor yang memungkinkan aliran udara lebih bebas mencapai luasan-luasan radiator yang memerlukan terjadinya pemindahan panas dari luasan-luasan tersebut, sekarang menjadi penting, terutama dengan terjadinya global warming. Rancangan grill dibagian depan kendaraan bermotor yang tadinya hanyalah sabagai sarana penarik (unsur keindahan), sekarang mulai difikirkan sebagai penyempurna system pendinginan mesin. 4. Gas Buang

Arah pembuangan dari gas buang yang cepat menjauh dari kendaraan yang memproduksinya, akan mengamankan penumpang dari keracunan gas tersebut. Posisi dari fan untuk pendingin udara dalam kabin, harus cukup terpisah dari daerah pipapipa buang, sehingga apabila terjadi kebocoran ada pipa-pipa tersebut kabin penumpang tidak terkontaminasi.

5. Proses Pembakaran (Combustion) Pembakaran yang sempurna mungkin terjadi apabila piston dan kepala silinder dapat menimbulkan turbulensi tinggi, sehingga pembakaran sempurna dapat terjadi, walaupun pada kecepatan rendah. Ini menyangkit emisi gas buang yang semakin lama semakin menjadi syarat keramahan produk otomotif terhadap lingkungan hidup.

E. Aerodinamika Lingkungan Hidup (Environmental Aerodynamics) Sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa dengan keterikan sinar matahari yang optimal, gerakan udara dalam bentuk angin sangat berpengaruh terhadap.

1. Semua system transportasi, baik darat laut maupun udara, sehingga mempengaruhi rancang bangun jalur-jalur pacu bandara udara; dermaga-dermaga pelabuhan laut serta jalan-jalan raya kecepatan tinggi (high way). Sifat-sifat angin lokal yang terjadi karena adanya perubahan tekanan udara setempat sebagai akibat dari pemanasan oleh matahari, menyebabkan terjadinya angin-angin rebut setempat (gust) yang dapat mengacaukan lalu lintas udara maupun laut. Memodelkan terjadinya turbulensi local adalah kegiatan penelitian yang saat ini banyak dilaksanakan dengan memanfaatkan CFD. Model komputasi ini perlu ratifikasi lewat ujicoba di terowongan angin, guna menentukan tingkat turbulensi yang dapat timbul setempat.

2. Sistem fentilasi kota, agar penduduk yang menghuni kota tersebut tidak mudah sesak nafas, dan gas-gas buang kendaraan yang melalui jalan-jalan dikota tidak terakumulasi di luasan-luasan tertentu. Selain itu, rancangan kompleks industri dan konstruksi cerobong asapnya-pun harus diperhitungkan terhadap propagasi gas buangnya, agar dengan cepat dapat menyebar dengan aman tanpa memberikan efek negative kepada penghuni perumahan di sekitar kompleks tersebut. Penempatan papan reklame maupun bangunan pencakar langit, tidak boleh mengakibatkan sistem fentilasi udara kota tidak terganggu. Untuk memperoleh bukti factual secara eksperimentasi di laboratorium, model bangunan dan tata letaknya yang merupakan duplikasi kondisi fisik nyata, dianalisa di terowongan angin, guna mengetahui kemungkinan terjadinya aliran-aliran udara yang tidak langsung terurai, tetapi terkumulasi di daerah-daerah yang terkungkung (terbatasi bangunan-bangunan maupun luasan yang dapat menjadi blockade aliran yang lewat). Harus pula diingat bahwa perubahan arah angin yang terjadi di Indonesia setiap bulannya dapat merubah kondisi aliran udara setempat, dari lancer menjadi tidak lancer dan sebaliknya.

Visualisasi aliran di terowongan angin dengan menggunakan asap akan dapat memberikan gambaran fisik nyata perubahan yang terjadi untuk tempat-tempat terisolasi setiap enam bulannya. Walaupun fungsi pepohonan sebagai penyedia oksigen bebas disiang hari sangat dibutuhkan, tetapi apabila penyebaran dari oksigennya yang terjadi disiang hari tidak optimal, maka fungsi jalur-jalur hijaupun kurang efektif. Dengan uji coba di terowongan angin, penyempurnaan tata letak jalur hijau serta pengaruh penyebaran oksigennya dapat lebih dioptimalkan.

3. Pengaruh pasang surut air laut dan gerak aliran udara akan menjadi factor penentu pada perancangan kota dekat pantai. Kemungkinan terjadinya pasang air laut yang dapat mengganggu kenyamanan kota pantai, juga merupakan akibat dari fluktuasi tekanan udara akibat radiasi matahari yang cukup trik itu.

Imbas dari global warming akan berpengaruh terhadap aliran udara yang melalui daerah-daerah tertentu, serta kemungkinan menimbulkan angin-angin rebut setempat sudah harus diperhitungkan lebih rinci.

F. Kegiatan Penelitian Aerodinamika Pada industri penerbangan, terowongan angina (wind tunnel) selalu dimanfaatkan untuk menganalisa rancangan-rancangan bentuk benda-benda terbang, seperti pesawat terbang; peluru kendali serta roket. Pada industri otomotif, penelitian tentang hambatan gerak; stabilitas kendaraan; system pendinginan mesin serta keamanan gerak kendaraan pada roda-rodanya merupakan obyek penelitian yang perlu memanfaatkan terowongan angin secara detail. Penggunaan terowongan angina dalam bidang lingkungan hidup adalah untuk: 1. Rancang bangun kompleks industri yang tidak membahayakan lingkungan hidup di sekitarnya. 2. Rancangan konstruksi jalan raya kecepatan tinggi yang tidak menyebabkan terjadinya angina-angin silang yang memotong arus lalu lintas, dan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bagi para pengguna jalan. 3. Rancangan penempatan lampu-lampu lalu lintas yang tidak berakibat terjadinya akumulasi gas buang kendaraan-kendaraan yang melaluinya di tempat-tempat tertentu. 4. Analisa lokasi dari luasan-luasan penghalang aliran udara, seperti papan reklame; bangunan yang saling rapat satu dengan lainnya serta pencakar langit yang saling menghalangi, perlu dievaluasi dengan model diterowongan angina, agar fentilasi udara yang terjadi kemudian tidak membahayakan ataupun mengurangi kenyamanan penghuni yang tinggal di areal tersebut. 5. Rancang bangun wind turbin dan efektifitasnya untuk menyerap energi aliran udara yang melaluinya perlu dilaksanakan dengan bantuan terowongan angin, agar kecepatan kerja optimal untuk rancangan kerja tertentu dapat tercapai.

Ini membuktikan bahwa terowongan angin yang sampai saat ini masih terbatas penggunaannya untuk industri penerbangan saja, sesungguhnya masih belum

termanfaatkan penuh. Tuntutan dunia otomotif yang hemat bahan bakar; lingkungan hidup yang ramah dan bebas polusi serta sumber energi terbarukan adalah penggunapengguna jasa terowongan angin yang jauh lebih besar jumlahnya.

G. Penerapan Aerodinamika Pada Kehidupan Sehari-Hari 1. Aerodinamika Pesawat Terbang Pada prinsipnya, pada saat pesawat mengudara, terdapat 4 gaya utama yang bekerja pada pesawat, yakni gaya dorong (thrust T), hambat (drag D), angkat (lift L), dan berat pesawat (weight W). Pada saat pesawat sedang menjelajah (cruise) pada kecepatan dan ketinggian konstan, ke-4 gaya tersebut berada dalam kesetimbangan: T = D dan L = W. Sedangkan pada saat pesawat take off dan landing, terjadi akselerasi dan deselerasi yang dapat dijelaskan menggunakan Hukum II Newton (total gaya adalah sama dengan massa dikalikan dengan percepatan). Pada saat take off, pesawat mengalami akselerasi dalam arah horizontal dan vertikal. Pada saat ini, L harus lebih besar dari W, demikian juga T lebih besar dari D. Dengan demikian diperlukan daya mesin yang besar pada saat take off. Gagal take off bisa disebabkan karena kurangnya daya mesin (karena berbagai hal: kerusakan mekanik, human error, gangguan eksternal, dsb), ataupun gangguan sistem pada pesawat. Dibalik Terbangnya Sebuah Pesawat Sebagian besar pesawat komersial saat ini menggunakan mesin turbofan. Turbofan berasal dari dua kata, yakni turbin dan fan. Komponan fan merupakan pembeda antara mesin ini dengan turbojet. Pada mesin turbojet, udara luar dikompresi oleh kompresor hingga mencapai tekanan tinggi. Selanjutnya udara bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam ruang bakar untuk dicampurkan dengan bahan bakar (avtur). Pembakaran udara bahan bakar tersebut akan meningkatkan temperatur dan tekanan fluida kerja. Fluida bertekanan tinggi ini selanjutnya dilewatkan melalui turbin dan keluar pada nosel dengan kecepatan sangat tinggi. Perbedaan kecepatan udara masuk dan fluida keluar dari mesin mencitpakan gaya dorong T (Hukum III Newton: Aksi dan Reaksi). Gaya dorong T ini dimanfaatkan untuk bergerak dalam arah horizontal dan sebagian diubah oleh sayap pesawat menjadi gaya angkat L. Fan pada mesin turbofan berfungsi memberikan tambahan laju udara yang memasuki mesin melalui bypass air. Udara segar ini akan bertemu dengan campuran udara bahan bakar yang telah terbakar di ujung luar mesin. Salah satu keuntungan penggunaan turbofan adalah dia mampu meredam kebisingan suara pada turbojet. Namun karena turbofan memiliki susunan komponen yang relative kompleks, maka mesin jenis ini sangat rentan terhadap gangguan FOD (Foreign Object Damage)

dan pembentukan es di dalam mesin. Masuknya FOD (seperti burung) ke dalam mesin bisa menyebabkan kejadian fatal pada pesawat.

Sayap: Mengubah T menjadi L Hingga saat ini, setidaknya ada 3 penjelasan yang diterima untuk fenomena munculnya gaya angkat pada sayap: prinsip Bernoulli, Hukum III Newton, dan efek Coanda. Sayap pesawat memiliki kontur potongan melintang yang unik: airfoil. Pada airfoil, permukaan atas sedikit melengkung membentuk kurva cembung, sedangkan permukaan bawah relatif datar. Bila sekelompok udara mengenai kontur airfoil ini, maka ada kemungkinan bahwa udara bagian atas akan memiliki kecepatan lebih tinggi dari bagian bawah: hal ini disebabkan karena udara bagian atas harus melewati jarak yang lebih panjang (permukaan atas airfoil adalah cembung) dibandingkan udara bagian bawah. Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan fluida (untuk ketinggian yang relatif sama), maka tekanannya akan mengecil. Dengan demikian akan terjadi perbedaan tekanan antara udara bagian bawah dan atas sayap: hal inilah yang mencipakan gaya angkat L. Penjelasan dengan prinsip Bernoulli ini masih menuai pro kontra; namun penjelasan ini pulalah yang digunakan Boeing untuk menjelaskan prinsip gaya angkat. Penjelasan menggunakan Hukum III Newton menekankan pada prinsip perubahan momentum manakala udara dibelokkan oleh bagian bawah sayap pesawat. Dari prinsip aksi reaksi, muncul gaya pada bagian bawah sayap yang besarnya sama dengan gaya yang diberikan sayap untuk membelokkan udara. Sedangkan penjelasan menggunakan efek Coanda menekankan pada beloknya kontur udara yang mengalir di bagian atas sayap. Bagian atas sayap pesawat yang cembung memaksa udara untuk mengikuti kontur tersebut. Pembelokan kontur udara tersebut dimungkinkan karena adanya daerah tekanan rendah pada bagian atas sayap pesawat (atau dengan penjelasan lain: pembelokan kontur udara tersebut menciptakan daerah tekanan rendah). Perbedaan tekanan tersebut menciptakan perbedaan gaya yang menimbulkan gaya angkat L. Meski belum ada konsensus resmi mengenai mekanisme yang paling akurat untuk menjelaskan munculnya fenomena gaya angkat, yang jelas sayap pesawat berhasil mengubah sebagian gaya dorong T mesin menjadi gaya angkat L.

Kontrol Gerak Pesawat Pesawat terbang memiliki kemampuan bergerak dalam tiga sumbu, yakni pitch, roll, dan yaw. Gerak naik turunnya hidung pesawat dikontrol oleh elevator, gerak naik turunnya sayap pesawat dikontrol oleh aileron, sedangkan gerak berbelok dalam bidang horizontal dikontrol oleh rudder yang berada di sirip (fin) pesawat. Selain itu, dibagian belakang sayap juga terdapat flap yang berfungsi membantu meningkatkan gaya angkat pada saat take off maupun mengurangi gaya angkat pada saat landing (air brake). Pada saat menjelajah (cruise) flap ini akan masuk ke dalam sayap untuk mengurangi gaya hambat D pesawat.

Kecelakaan pesawat pada saat take off Sebagian besar kecelakaan pesawat pada saat take off terjadi karena kegagalan fungsi mesin yang muncul karena berbagai sebab. Kegagalan fungsi mesin tersebut bisa disebabkan karena kerusakan pada komponen mesin itu sendiri, kerusakan pada daerah di dekat mesin yang berimbas pada mesin, kebocoran dan terbakarnya tanki bahan bakar, ataupun kerusakan sistem kontrol pesawat, ataupun human error. Di bawah ini akan diberikan gambaran kasus kecelakaan pesawat pada saat take off.

2. Roket Roket merupakan wahana dirgantara yang dapat digunakan pada berbagai misi yang dikehendaki, diantaranya adalah untuk kepentingan ilmiah dan pertahanan wilayah. Roket terdiri dari berbagai sistem yang menyertainya antara lain nose cone, sistem muatan, sirip dan motor roket.

Geometri roket atmosfer secara umum dibagi dalam 4 bagian : Hidung (Nose) Bagian paling depan yang biasanya diisi hulu ledak muatan ilmiah atau peralatan indera/kendali Tabung silindris (cylinder) Badan utama roket yang biasanya diisi bahan bakar dan peralatan bakarnya Ekor (tail) Bagian paling belakang berisi saluran sumber pembakaran (nozzle) mekanisme pengendalian Sirip (fin/stabilizer) Alat kendali aerodinamik, yang berfungsi sebagai pemberi kemudi maupun kestabilan

Bentuk Nose Cone Roket a. Ogival Tangent Ogive HAACK Series Von Carman Ogive Secant Ogive

b. Parabolik c. Kerucut Conic Biconic

d. Eliptical

Ada tiga jenis bentuk ekor roket a. Kerucut konvergen b. Kerucut divergen (flares) c. Parabolik konvergen

3. MOBIL

Aerodinamika berkaitan dengan motorsport. Meski aerodinamika di mobil reli tidak terlalu signifikan, pemasangan perangkat seperti ini tidak sembarangan. Semua ada hitungan dan fungsinya. Apalagi hal ini juga diatur oleh Badan Otomotif Internasional FIA lewat peraturannya yang ketat. Memang diakui aerodinamika pada mobil reli tidak sepenting seperti di mobil-mobil balap Grand Prix. Apalagi bentuk mobil reli yang sekarang mengikuti bentuk mobil aslinya yang diproduksi secara masal. Tidak seperti mobil F1 atau yang lainnya. Tapi bukan berarti mobil reli mangabaikan masalah aerodinamika.

Body shell dan aerodinamika mobil-mobil WRC (WRCar) yang digunakan saat ini sangat berbeda dengan WRCar era 1908-an dan 1990-an. Hal itu disebabkan

peraturan FIA yang mengatur segi bobot kendaraan dan dimensi spoiler yang boleh dipakai telah berubah. Selain juga disebabkan pemahaman orang akan fungsi aerodinamika pada WRCar telah meningkat seiring kemajuan teknologi. Artinya, semakin kencang laju mobil, maka mobil membutuhkan dukungan aerodinamika yang baik dan tepat.

Bentuk bumper yang baik dengan tingkat aerodinamika yang tepat bisa membantu mendinginkan radiator dan intercooler. Selain itu membantu memotong

(bypass) angina yang melewati ruang mesin. Volume udara dan kecepatan udara yang masuk dari depan dapat berfungsi mendinginkan intercooler. Wakhasil, intercooler yang dipasang bias berukuran lebih besar. Ada lagi perangkat yang terdapat di dekat bumper, yaitu air conduct, yang letaknya di bagian bawah bumper. Perangkat ini membantu mendinginkan system rem sehingga suhunya tetap terjaga. Meski rem berkali-kali digunakan dalam keadaan kecepatan tinggi, sistemnya dapat bekerja dengan baik.

Untuk mendapatkan area pendinginan yang lebih luas untuk mesin, fog lamp yang dipasang di bumper harus berukuran kecil. Bentuk rumah fog lamp pun hemispherical jarena terbukti membantu tingkat aerodinamika mobil. Bahan dasar pembuatan bumper terbuat dari flexible soft carbon. Bahkan ini anti pecah dan tidak gampang mengalami perubahan bentuk jika mobil bertabrakan.

Dalam dunia balap mobil seperti formula 1 aerodinamika memegang peranan penting karena mobil ini melaju dengan sangat kencang melawan angin. Oleh karena itu semua eleman pakar ahli selalu menganggap ilmu mekanika fluida sangat penting untuk dikaji dan terus dikembangkan untuk kepentingan pengetahuan, bisnis, dan estetika. Bumper yang digunakan pada WRCar lebar-lebar. Fungsinya untuk menyesuaikan lebar kendaraan sehingga hambatan udara yang ditimbulkan oleh bagian depan dapat diminimalisasi. Biasanya untuk mengetahui baik tidaknya cara kerja bumper, mobil harus melalui pangujian di wind tunnel (terowongan angina) sehingga diketahui kecepatan aerodinamika yang dibutuhkan. Bahan dasar pembuatan bumper terbuat dari flexible soft carbon. Bahkan ini anti pecah dan tidak gampang mengalami perubahan bentuk jika mobil bertabrakan. Dulu sebelum bahan ini digunakan, bumper WRCar terbuat dari karet. Setelah bagian depan, modifikasi batu dilakukan untuk bagian belakang.

Biasanya

modifikasi

belakang

dilakukan

untuk

menyeimbangkan

aerodinamika didepan. Umumnya yang paling diperhatikan di bagian belakang adalah rear deck spoiler. Bentuk bagian ini selalu berubah-ubah sesuai regulasi FIA. Regulasi

yang berlaku saat ini mengharuskan pamakaian rear deck spoiler yang lebih kecil. Agar bias menyesuaikan dengan regulasi baru tersebut, sejumlah mobil WRC mengandalkan jumlah wing. Dari hasil penambahan itu, down force bagian belakang mobil semakin mencengkram. Tapi ada juga yang menambhakan vertical rectifying plate (plat vertical pada wing belakang). Ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas kendaraan pada kecepatan menengah di tikungan saat kendaraan melakukan sliding. Dengan alat ini, mobil tidak akan out saat menmikung dengan kecepat tinggi Aerodinamika mobil formula1 pada mobil balap dengan sebutan jet darat ini aerodinamika memegang peranan penting, maka tidak mengherankan bila desain bodi mobil F1 ini memiliki hidung lancip dan badannya dipenuhi lekukan sedemikian rupa serta memiliki semacam sayap di ujung belakang bodi mobil hal itu dimaksudkan agar udara bisa mengalir dengan lancar saat mobil ini melaju dan juga aliran udara ini dimanfaatkan untuk menambah daya tekan mobil ke jalan atau istilahnya downforce yang cukup sehingga tidak mudah terlempar keluar lintasan saat melalui tikungan dengan kecepatan tinggi. Untuk aerodinamika mobil umum, ilmu aerodinamika dimanfaatkan untuk mendesain mobil agar menghasilkan bentuk yang memiliki hambatan udara seminimal mungkin sehingga berujung pada pemakaian bahan bakar yang lebih irit. Memang pengaruhnya sih tidak begitu besar untuk mobil yang digunakan harian tapi dengan desain bodi mobil yang aerodinamis maka bila dilihat dari kacamata seni maka desain mobil yang aerodinamis ini akan lebih futuristik dan bernilai artistik tinggi dibanding mobil dengan desain bodi yang kaku.

Sehingga akan lebih menarik jika dipandang mata hal inilah yang menarik konsumen untuk memilikinya akibatnya bisa mendongkrak penjualan maka ujungujungnya mendatangkan keuntungan bagi perusahaan juga. Dan desain bodi mobilmobil sekarang mayoritas sudah aerodinamis terutama mobil keluaran terbaru yang bergenre sport dan memiliki segmen pasar yang dituju kaum muda. Sebab kaum muda

akan bangga pada mobil miliknya yang keren dan dengan unsur bodi yang aerodinamislah keinginan itu bisa dipenuhi.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN 1. Pengertian Aerodinamika Aerodinamika merupakan ilmu alam yang menyelidiki benda-benda bergerak serta gaya yang menyebabkan gerakan-gerakan tersebut. 2. Hukum-Hukum yang Mendasari Aerodinamika:

Hukum Newton I Mengatakan bahwa benda yang diam akan tetap diam sedangkan benda yang bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus dan kecepatan yang tetapkecuali suatu sebab dari luar yaitu gaya yang memaksanya merubah keadaan tersebut

Hukum Newton II Mengatakan bahwa perubahan banyaknya gerakan berbanding langsung dengan gaya yang bekerja dan menurut garis kerja gaya tersebut. Selanjutnya Hukum Newton II mengatakan bahwa benda yang bergerak akan mendapat perlambatan.

Hukum Newton III

Mengatakan bahwa aksi sama besar dan berlawanan arah dengan reaksi. Artinya gaya yang dilaksanakan oleh dua benda terhadap sesamanya sama besar dan berlawanan arahnya 3. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Mobil Yang Bergerak (Kecepatan 80km/Jam) a. Gaya lift up. b. Down Force. c. Gaya Turbulen. d. Gaya gesek kulit. e. Ground Clearance.

REFERENSI
Arismunandar Wiranto. 2000. Pengantar Turbin Gas dan Propulsi. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. OBrien Robert. 1986. Mesin. Jakarta : Tira Pustaka. Peterson Roger Tory. 1983. Burung. Jakarta : Tira Pustaka. Stever H. Guyford & Haggaerty James J. 1986. Penerbangan. Jakarta : Tira Pustaka. http://www.blog-nuzil.com/2012/10/gaya-aerodinamika-pada-mobil.html

You might also like