You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang :

1.1 Perekonomian Perdesaan. Sebelum membicarakan perekonomian perdesaan, perlu dipahami dulu tentang wilayah perdesaan menurut AE Yustika, 2006 bercirikan ; a. okasi !auh dari pusat kota,

b. "erbatasnya in#ra struktur ekonomi, c. Sedikitnya kesempatan ker!a diluar pertanian atau off farm serta d. $auh dari pasar. %iwilayah perdesaan &ndonesia pada umumnya dihuni oleh warga desa yang rata'rata berpro#esi sebagai petani berskala kecil dan berpendapatan rendah . (arga desa tersebut merupakan golongan terbesar dalam populasi penduduk &ndonesia, bahkan mereka !uga merupakan golongan terbesar dari penduduk &ndonesia yang berada dibawah garis kemiskinan serta kondisi kemiskinan diwilayah perdesaan lebih besar

dibandingkan dengan kemiskinan di perkotaan )A##endi Anwar, 200*+. ,erdasarkan pengalaman pembangunan dimasa lalu yaitu pembangunan industrialisasi yang berlokasi di perkotaan , setelah mengalami malapetaka krisis ekonomi global tahun -../, maka keseluruhan system ekonomi nasional men!adi krisis. 0e!adian krisis perekonomian nasional ini antara lain disebabkan ternyata se!ak -..0 sector pertanian dan perdesaan kurang diperhatikan dan tidak dipersiapkan sebagai penyangga ekonomi dengan baik oleh pemerinta sehingga sector pertanian dan perdesaan tidak siap men!adi penyangga

ekonomi )buffer of economy+, sehingga menambah krisis ekonomi nasional )A##endi Anwar, 200*+. %isisi lain pertumbuhan penduduk yang menurun se!ak -.10'an, ternyata diperdesaan ter!adi pertumbuhan yang cepat pada angkatan ker!a , karena tingginya tingkat kelahiran bayi masa lalu telah men!adi dewasa dan memasuki angkatan ker!a pada tahun -.1/'an. 2eningkatan angkatan ker!a di perdesaan yang ter!adi tidak diimbangi dengan 3 a. 2eningkatan ketersediaan lahan pertanian berakibat ter!adi penurunan yang ta!am keterbatasan ketersediaan lahan pertanian untuk masing'masing tenaga ker!a dan b. 4asalah institusional yang lemah dibidang kebi!akan pertanahan )sebab ciri penting dari penduduk perdesaan adalah masalah kepemilikan tanah dan tanah merupakan dasar utama dari kese!ahteraan dan kekuatan politik diwilayah perdesaan AE Yustika, 200*+ . 0esemuanya kini men!adi ancaman serius bagi pembangunan pertanian dan pembangunan perdesaan dimasa lalu sampai dengan saat ini. 2roses kemiskinan di perdesaan antara lain disebabkan oleh meningkatnya #ragmentasi kepemilikan lahan, sehingga mengarah ter!adinya peningkatan !umlah

tenaga ker!a yang tidak berlahan diwilayah perdesaan. 5al ini mengakibatkan ter!adi migrasi besar'besaran dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan tidak dapat dihindari. "enaga ker!a migrant tersebut diperkotaan ternyata hanya sedikit sa!a yang memperoleh kesempatan ker!a produkti# di sector modern. Selain dari pada itu akti6itas usaha diluar on-farm yaitu off farm diperdesaan, sedikit dilakukan oleh perusahaan'perusahaan yang

berbentuk usaha berskala kecil, termasuk usaha rumah tangga petani. 5al ini merupakan sumber'sumber penting untuk penyerapan angkatan ker!a diperdesaan dan peningkatan pendapatan . %iperkirakan peker!aan tambahan di sector off farm mengakibatkan pendapatan rumah tangga petani meningkat 207'807 diluar usaha tani ) on farm+ , )A##endi Anwar, 200*+. %ari sudut lapangan ker!a diperdesaan, para petani kecil meman#aatkan sumber daya alam )yaitu lahan dan air+ dan kehidupannya sangat tergantung pada lahan ini )terutama tanah dan 6egetasi+. 2ara petani kecil merupakan kelompok agents

penghubung terbesar pada kegiatan ekonomi yang terintegrasi kedalam system ekonomi pasar yang berpusat diperkotaan. Secara ekonomi, wilayah perdesaan mengalami ketidaksempurnaan pasar )market imperfection+. (u!ud ketidak sempurnaan ini antara lain dapat berbentuk pasar yang tersegmentasi )segmented market+, 6olume komoditas yang dipertukarkan kecil' kecil, sehingga pasar bersaing tidak mempunyai landasan untuk terwu!ud )missing market+ dan pasar tidak terwu!ud sebagian )partially missing+, karena ter!adinya pergiliran pen!atahan )rationing+ pada pembagian air dan bersi#at musiman )seasonal+. 0eadaan pasar'pasar yang ber6olume kecil )6olume yang dipertukarkan sedikit+

menyebabkan ter!adi ketidaksempurnaan pada persaingan. Sehingga keadaan ini mengarah kepada ter!adinya system pertukaran yang dicerminkan oleh ter!adinya ge!ala keterkaitan pasar )interlinked market+ , seperti keterkaitan pasar komoditas, pasar kredit dan pasar asuransi yang dilakukan secara simultan yang biasanya dalam bentuk hubungan principal'agent antara tengkulak dengan para petani. )A##endi Anwar, 200*+. %alam

keadaan ketidaksempurnaan pasar seperti ini, maka peranan harga'harga tidak lagi dapat

men!adi sumber in#ormasi yang sempurna )untuk mengalokasi sumber daya+ dan akan mengarah kepada ter!adinya isyarat'isyarat harga yang tidak benar )false price signal+ atau pasar bersaing men!adi hilang sama sekali karena tidak dapat beker!a ) missing market+. Akibatnya, harga'harga tidak lagi men!adi pembawa in#ormasi yang sempurna ) perfect carrier of information+ sehingga harga tidak lagi mampu sebagai coordinator alokasi sumberdaya yang e##isien. %engan demikian keadaan ini tidak memberikan arahan kepada perspekti# yang baik untuk masyarakat perdesaan dalam mengalokasikan sumber'sumber dayanya kearah tingkat optimum dan berakibat mengalami ketidak mengarah dan

e##isiensian )in-efficiencies+. %ampak lan!utannya akti6itas ekonomi

mendorong untuk mengeksploitasi sumberdaya alam dan tidak mendorong ter!adinya in6estasi modal dan akhirnya in6estasi yang ditanamkan di perdesaan men!adi terlalu rendah untuk usaha konser6asi guna memelihara sumber daya tersebut. 0ondisi social'ekonomi dan sumber daya perdesaan yang memprihatinkan ini , pemerintah sering salah arah )mis-leading government policy+ dalam melakukan

inter6ensi, seperti kebi!akan kredit dengan bunga khusus namun hanya dalam !angka pendek atau sesaat pada periode re:im pemerintahan yang sedang berlangsung. %emikian !uga selama ini masih !arang para pakar ekonomi yang dapat memahami secara penuh keadaan perekonomian perdesaan dalam arti yang sesungguhnya.

1.2 Peranan Usaha Mikro dan Ke il !UMK" di Indonesia ter#tama di Perdesaan. ;40 merupakan perwu!udan konkret dari kegiatan ekonomi rakyat yang bertumpu kekuatan sendiri , terdesentralisasi , beragam dan merupakan kelompok usaha yang mampu men!adi < buffer < saat perekonomian &ndonesia dilanda krisis. 0eragaman

usaha ;40 seperti petani kecil atau petani gurem, petani tanpa lahan, nelayan kecil, pedagang kecil, industri rumah tangga, dan sebagainya adalah pelaku ekonomi yang memberi andil cukup besar dalam perekonomian nasional. =ungsi dan peranan ;40 sangat penting bukan sa!a sebagai sumber mata pencaharian orang banyak tetapi !uga menyediakan secara langsung lapangan ker!a bagi masyarakat yang tingkat pengetahuan dan ketrampilannya rendah )Amran 5usen , 200*+ 2opulasi ;40 sangat besar serta !enis usahanya meliputi berbagai sektor dan sebagian besar bergerak disektor in#ormal serta banyak menyerap tenaga ker!a, ternyata keberadaannya kurang mendapatkan dukungan dari sektor perbankan. 5al ini terbukti pada in#ormasi yang diperoleh dari 3 a. %ata pada 0ementrian %epartemen 0opetrasi dan ;saha 4ikro dan 0ecil )2008+ yang menyebutkan bahwa kelompok usaha mikro nasional sebanyak 8-./00.000 unit )./,*7+ dari total unit usaha nasional sebanyak 82.8*2.000 unit, b. >oer Sutrisno )2009+ mengatakan akses usaha mikro termasuk usaha mikro agribisnis terhadap lembaga keuangan #ormal terutama bank sangat rendah yaitu hanya sekitar -2 7. c. Sri 5artati Samhadi )2006+, %idik $ ?achbini )2006+ dan %awam ?ahar!o )200*+ menyebutkan bahwa in#ormal dan d. ,iro 2usat Statistik ),2S, 200*+ menyebutkan bahwa sektor in#ormal yang diwakili oleh usaha mikro menyerap lebih dari 107 dari angkatan ker!a, sedangkan sektor #ormal hanya menyerap 907 dari agkatan ker!a, usaha mikro pada umumnya bergerak disektor

e. ,iro 2usat Statistik ),2S, 2006+ menyebutkan bahwa dari 8/,.2. !uta ;40 , hanya sekitar -.,- !uta )9.7+ yang telah mendapat pin!aman dari bank, sementara sisanya yaitu 2.,/8 !uta ;40 )6-7+ masih belum dapat dilayani oleh perbankan. #. 5asil penelitian &nstitut 2ertanian ,ogor )=ateta &2,+ beker!a sama dengan %inas 2elayanan 0operasi 2ro6insi $awa "engah )2008+ diperoleh hasil bahwa dari kredit yang dia!ukan oleh usaha mikro kepada lembaga keuangan perbankan hanya disetu!ui 27 di Sukohar!o, 9-7 di 0aranganyar, 987 di 2ati, dan 117 di 0ota Semarang. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa ;40 di &ndonesia dalam

!umlah besar dan dominan mempunyai potensi untuk dikembangkan. ;ntuk itu, perlu dukungan kebi!akan antara lain permodalan dan pendampingan agar usaha mikro dapat beralih men!adi usaha kecil dan !ika berkembang dalam !umlah besar pada gilirannya akan memperkuat #ondasi ekonomi nasional. ,eberapa bukti telah ada yaitu ; a. 2engalaman di ,angladesh menurut Sri 5artati Samhadi )200*+ menun!ukkan bahwa 9,1 !uta debitur ,angladesh merupakan rumah tangga miskin sebagai usaha mikro yang terus'menerus mendapatkan akses #asilitas kredit

mikro,ternyata mampu keluar dari garis kemiskinan setelah * )lima+ tahun, b. 5asil penelitian 4at Syukur )-./*+ menun!ukkan bahwa usaha mikro yang mendapat pelayanan kredit mikro rata'rata bisa menaikkan pendapatan -8' 2-*7 dari /1,987 responden, ;ntuk ;04 di perdesaan banyak didominasi oleh rumah tangga petani )?"2+ sebab /0 7 penduduk &ndonesia hidup diperdesaan dan lebih dari 107 masyarakat

bermata pencaharian pertanian )?220, 200*+. Sektor 2ertanian di &ndonesia menempati posisi yang strategis. 5al ini tidak sa!a dapat dilihat dari perannya sebagai penyangga pangan nasional, tetapi !uga 2%?, sektor pertanian berkontribusi sebesar 22,01 7

)200*+ walaupun lebih rendah dari sektor industri )90,967+, tetapi nilai kegiatan agro' industri mencapai 8-,917 dari keseluruhan nilai kegiatan industri. Sedangkan kegiatan' kegiatan sektor lain )perdagangan, konstruksi, transportasi dan !asa'!asa, kesemuanya merupakan dampak ganda )multiplier effect+ dari kegiatan sektor pertanian. 0ebi!akan pemerintah dalam ekonomi makro dan kebi!akan moneter cenderung tidak memihak kepada usaha mikro dan kecil ) ;40 + dan memihak kepada pengusaha menengah dan besar dalam alokasi dana, sangat merugikan bangsa karena tidak memiliki ketahanan ekonomi yang #undamental.

1.$ Kondisi UMK Perdesaan terhada% Lem&aga Ke#angan Sebesar 107 penduduk termiskin didunia berada diwilayah perdesaan mata pencaharian utamanya bersumber pada pola pertanian subsisten . 0ondisi petani dengan pola pertanian subsisten masalah pokoknya adalah bagaimana mempertahankan hidupnya yang menyita seluruh perhatian dan tenaganya .@leh karena itu bila negara menghendaki pembangunan yang berkesinambungan maka negara harus memulainya dari daerah perdesaan dan sektor pertanian )Sud!ilah, 200*+. 2embangunan perdesaan yang bertumpu pada sektor pertanian tetap dianggap sebagai sektor terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi karena alasan )5anani et all, 2009+ ; a. 2otensi sumber dayanya yang besar dan beragam beberapa

b.

2angsa terhadap pendapatan nasional cukup besar

c. ,esarnya pangsa terhadap ekspor nasional d. ,esarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya dari sektor ini e. 2eranannya dalam penyediaan pangan masyarakat #. 4en!adi basis pertumbuhan ekonomi perdesaan 2otensi pertanian yang sangat besar , sampai saat ini sebagian pelaku ekonomi yang terlibat dalam sektor ini termasuk golongan sangat miskin. 5al ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan sa!a kurang memberdayakan petani tetapi pemerintah !uga kurang memperhatikan sektor pertanian. Akibatnya usaha pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh pengusaha dengan ciri'ciri ; a. ,erskala kecil b. c. d. e. #. ,ermodal terbatas 4emiliki teknologi sederhana Sangat dipengaruhi oleh musim (ilayah pasarnya lokal ;mumnya berusaha dengan tenaga ker!a keluarga sehingga menyebabkan ter!adinya in6olusi pertanian )pengangguran tersembunyi+ g. h. Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah 2asar komoditi pertanian bersi#at monoAoligopsoni sehingga ter!adi eksploitasi harga pada petani )Abdul 5akim, 200232/1 + %emikian !uga kondisi petani sebagai ;saha 4ikro dan 0ecil );40+ agribisnis di perdesaan pada umumnya sering ter!ebak lilitan hutang dari para pelepas uang yaitu para tengkulak melalui sistem i!on. 2ara tengkulak memberikan kredit kepada

petani terutama dalam membiayai kehidupannya mulai dari masa tanam sampai menunggu masa panen berikutnya. %alam praktiknya lembaga keuangan di perdesaan

secara umum sangat merugikan petani . %idalam per!an!ian kreditnya tertulis !enis pin!aman, waktu pin!aman sangat tergantung pada 6ariasi pin!aman dan segmentasi pasar dan kondisi ketidak sempurnaan pasar ) Bonning $, 200* + . 2engelompokan pemin!am dalam lembaga keuangan perdesaan tergantung pada !enis pin!aman dan kontrak

per!an!ian yang menggambarkan karakteristik usahanya. %ari pengalaman pada masa lampau ternyata pemerintah terlibat dalam pasar keuangan perdesaan melalui kelembagaan pemerintah yang ada. 2ada tahun -.6.A-.10 2emerintah &ndonesia menyediakan kredit bagi petani dengan program intensi#ikasi ,imas untuk usaha mikro sektor pertanian yaitu bagi petani kecil guna pembelian sarana produksi dan biaya hidup selama masa menunggu waktu panen dan pemerintah melan!utkan program ,imas dengan program intensi#ikasi khusus tahun -.1.A-./0 yang dikenal sebagai 0redit ;saha "ani )0;"+ sampai masa re#ormasi. 2ada program 0;" para petani kecil !uga sulit mengkases 0;" dan kredit tersebut banyak dinikmati oleh elit'elit perdesaan. 5al ini terbukti pada hasil penelitian

4arguerite S ?obinson )2002+ tentang kredit bagi petani diperoleh hasil seperti pada tabel -.- sebagai berikut 3

'a&el. 1.1 2in!aman ?umah "angga di %esa &ndonesia 4enurut Sumber 2in!aman "erbesar "ahun -./0 C -./-. Desa (
+#m&er Pin,aman !-a.a 'im#r" $umlah rumah tangga di desa 11* ?umah tangga yang melaporkan 16,6 posisi pin!aman 0redit &nstitusional ,&4AS ,ankAlainnya 0redit &n#ormal 2edagang 0eluarga ainnya )non keluarga+ "otal -1,. 6,6 --,9 /2,-6,* 91,8 2/,2 -00

Desa )
!-a.a Barat" 160 */,. 20,-6,* 9,6 1.,. 26,. -8,/ 9/,2 -00

Desa *
!+#la.esi +elatan" 1-9*,/ -8,0 2,1 --,9 /6,0 2,80,* 89,8 -00

Sumber 3 4arguerite S. ?obinson )2002+ 2ada tabel -.- hasil penelitian 4arguerite S ?obinson )2002+ mengatakan bahwa walaupun sudah ada 0;" pada tahun -./0A-./- terdapat ge!ala kuat bahwa para petani di $awa "imur , $awa ,arat dan Sulawesi Selatan pada lokasi penelitian sudah banyak yang meman#aatkan kredit atau pin!aman dari lembaga in#ormal sebanyak /2,-7 di $awa "imur, 1.,.7 di $awa ,arat dan /67 di Sulawesi Selatan. 2adahal sector pertanian selain sebagai sector yang sangat strategis , sector pertanian !uga memiliki linkage terhadap sector'sektor non pertanian dan memeberikan e##ek ganda )multiplier e##ect+ yang besar terhadap perekonomian nasional. Setelah ter!adi tunggakan kredit 0;" yang cukup besar, program 0;" dihentikan. %ari pen!elasan tersebut salah satu persoalan yang rumit di perdesaan adalah penyediaaan dan aksesibilitas modal. 0eterbatasan modal menyebabkan sirkulasi kegiatan ekonomi tidak ber!alan. Sebaliknya, tanpa ada perputaran akti#itas ekonomi proses akumulasi kapital !uga tidak bisa ter!adi. 2ermodalan bukan merupakan #aktor

-0

utama bagi kema!uan usaha mikro termasuk usaha mikro sektor pertanian, melainkan tetap sa!a permodalan adalah persoalan yang cukup signi#ikan dan pelik yang menghambat perkembangan usaha mikro. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya pasar keuangan yang sehat bagi kelompok pengusaha mikro,sehingga setiap upaya untuk mendorong produkti6itas kelompok ini nilai tambahnya terbang dan dinikmati oleh pelepas uang. 5al ini didukung oleh pendapat >oer Sutrisno )2009+ yang mengatakan bahwa ketersediaan permodalan yang secara mudah dapat ter!angkau oleh pengusaha mikro adalah sangat vital karena kelompok ini selalu men!adi korban eksploitasi pelepas uang. @leh sebab itu, diharapkan adanya pasar keuangan yang sehat yang keberadaannya tidak lepas dari peran lembaga keuangan. ;ntuk memenuhi kebutuhan uang tunai atau likuiditas guna membeli #aktor' #aktor produksi, pemerintah telah menyediakan lembaga keuangan yang sehat, yaitu dengan dapat diaksesnya ,ank ?akyat &ndonesia ),?& ;>&" %ESA+ hingga tingkat kecamatan, !uga bank lain. >amun petani ) usaha mikro dan kecilA;40 agribisnis+ bila mengakses kredit melalui lembaga keuangan bank ) 0,+,selama ini prosedurnya

dianggap terlalu berbelit'belit, prosesnya lama dan operasionalnyaApelayanannya hanya pada !am kantor. 2adahal mereka );40+ membutuhkan pelayanan mulai siang hari sampai men!elang subuh dengan prosedur yang sederhana dan waktu singkat. 0ondisi seperti ini memberikan peluang bagi lembaga keuangan non'bank ) 0>,+ yang lain untuk meman#aatkannya. 0>, tersebut antara lain koperasi simpan pin!am )0S2+ dan lembaga keuangan mikro ) 04+ lainnya untuk melayani ;40. ,ila ditin!au dari sisi penawaran kredit oleh lembaga keuangan dibutuhkan persyaratan kredit mikro 3 bank

--

a. 4enuntut *B yang terdiri atas character, collateral, capacity, capital dan condition of economy, b. 4enuntut kelayakan teknis, ekonomis, dan yuridis, c. 4enetapkan bunga tertentu tanpa pembinaan karena pembinaan merupakan tambahan cost of money, d. 4inimisasi risiko dengan adanya !aminan atau pen!aminan. Sedangkan bila ditin!au dari sisi permintaan kredit oleh usaha mikro, terdapat kondisi'kondisi3 a. ,isnis ;40 mempunyai skala ekonomi mikro dan kecil, b. ;40 menginginkan prosedur yang mudah dan cepat agar dapat segera meman#aatkan peluang usaha yang terbatas waktunya, c. ;40 pada umumnya tidak memiliki legalitas yang memadai karena mengurus legalitas A i:in biayanya relati# besar,dan d. ;40 tidak memiliki pembukuan yang akurat sebagai alat penilaian. 2ermasalahan utama yang berkaitan dengan sulitnya ;40 mengakses kredit kepada lembaga keuangan bank disebabkan oleh apa yang disebut dengan asymetric information, yaitu lembaga keuangan #ormal terutama bank tidak sempurna mendapat in#ormasi tentang kegiatan usaha mikro dan kecil atau sebaliknya, usaha mikro dan kecil tidak bisa mencari lembaga keuangan yang tepat dengan kondisinya. Asymmetric information membuat calon pemberi pin!aman kesukaran memprediksi peluang statecontingent payoffs. ;ntuk mengkompensasi risiko tersebut, pemberi pin!aman meningkatkan tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh calon penerima kredit dan penyediaan !aminan )collateral+ yang harus disediakan oleh calon penerima kredit.

-2

%alam beberapa kasus, !aminan yang disediakan oleh calon penerima pin!aman tidak dapat ber#ungsi dengan baik karena !enis atau tipe !aminan yang tidak dapat diterima dan mahal serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan klaim atas !aminan !ika kredit yang diberikannya sehingga dinyatakan default. 2emberi pin!aman !uga pasti akan kesulitan untuk membuktikan apakah laporan tentang kegagalan panen ini asli atau tidak. 5al ini akan membuat pemberi pin!aman akan sulit sekali untuk yakin.,erdasarkan pengalaman pemberi pin!aman akan membuat

kebi!akan membatasi !umlah kredit )credit rationing+ yang akan diberikan kepada pemin!am. 0onsep ini sering kali digunakan untuk memberikan wawasan dalam menginterpretasikan kondisi pasar keuangan ke dalam kontrak yang akan dibuat. ,eberapa hasil penelitian terdahulu menun!ukkan bahwa 3 a. Agunan tanah berpengaruh positi# dan signi#ikan terhadap credit rationing ),oucher, 2002+, sedangkan hasil penelitian >unung et al. )200*+ menun!ukkan hasil yang tidak signi#ikan; b. 2ada penelitian ,oucher )2002+ menun!ukkan bahwa tingkat pendidikan memberi pengaruh positi# dan signi#ikan terhadap credit rationing, sedangkan pada penelitan >unung et al, )200*+ dan Diang 5o )2008+ menun!ukkan hasil yang berbeda, yaitu tingkat pendidikan berpengaruh negati# terhadap credit rationing; c. Eariabel modal usaha yang diteliti oleh ,oucher )2002+ berpengaruh positi# terhadap credit rationing, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Diang 5o )2008+ yang menun!ukkan bahwa modal usaha berpengaruh negati# terhadap credit rationing;

-9

d. 2ada 6ariabel !arak lokasi usaha ke pasar berpengaruh positi# terhadap credit rationing )Diang 5o, 2008+, tetapi !arak lokasi usaha ke pasar berpengaruh negati# terhadap credit rationing )>unung et al. ,200*+; e. ;ntuk 6ariabel umur, hasil penelitian ,oucher )2002+ menun!ukkan bahwa umur berpengaruh negati# dan signi#ikan terhadap credit rationing, sedangkan pada penelitian >unung et al. )200*+ umur memiliki pengaruh yang tidak signi#ikan; #. Skala usaha menurut penelitian ,oucher )2002+ berpengaruh positi# dan signi#ikan terhadap credit rationing sedangkan pada hasil penelitian >unung et al. )200*+ menun!ukkan hasil yang tidak signi#ikan; g. 2enelitian'penelitian tersebut dilakukan pada daerah pertanian beririgasi teknis )bukan tadah hu!an+; h. 2enelitian yang sudah ada dilakukan pada tanaman padi dan palawi!a, sedangkan pada penelitian ini lebih ditekankan pada tanaman hortikultura; i. ,elum ada yang meneliti tentang pengaruh #rekuensi kun!ungan, hal ini didasarkan pada pendapat $ames Scott )-.16+ yang mengatakan bahwa di masyarakat perdesaan rasionalitas sosial lebih dominan daripada rasionalitas ekonomi sehingga kebersamaan atau rasa persaudaraan lebih dominan daripada pendekatan ekonomi yang lebih sulit <beker!aF dan !. Status kepemilikan tanah terhadap credit rationing.%ari hasil penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa 6ariable'6ariable yang

dipergunakan dalam penelitian adalah semata'mata

representasi dari FFive

-8

PrincipleF yang biasanya digunakan oleh perbankan yaitu meliputi 3 collateral, character, capacity, condition dan capital. Selain #enomena'#enomena tersebut diatas, penelitian'penelitian terdahulu menemukan bahwa pembatasan kredit melalui Credit Rationing dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa #actor 3 a. ;mur petani ),oucher, 2002+, b. ama pendidikan ),oucher, 2002+,

c. $arak lokasi usaha tani ke pasar ),oucher, 2002+. d. Status kepemilikan lahan ),oucher, 2002 dan Diang 5o, 2008+, e. 4odal usaha atau likuiditas ),oucher, 2002 dan Diang 5o, 2008+, #. g. ama pengalaman pada usaha yang sama ),oucher, 2002 dan Diang 5o, 2008+, uas lahan atau skala usaha ),oucher, 2002+,

h. Agunan ),oucher, 2002 dan Diang 5o, 2008+, 5asil penelitian terdahulu dapat disa!ikan secara ringkas dalam wu!ud tabel sebagai berikut 3

'a&el 1.2 *esear h (a% /aktor ;mur Peneliti ,oucher, 2002 Diang 5o, 2008 Hasil Penelitian )'+, Signi#ikan

-*

,arslund dan "arp, 2006 @kurut, Schombee, ,erg, 2008

)G+, Signi#ikan

"idak

2endidikan

$arak 2asar

=rekuensi 0un!ungan

?iskayanto dan Sulistiowati, 2001 )'+, "idak %uong dan &:umida, 2002 Signi#ikan Bhakra6aty, 2002 ,oucher, 2002 >unung et al., 200* )G+, Signi#ikan @kurut, Schombee, ,erg, 2008 ?iskayanto dan Sulistiowati, 2001 ,arslund dan "arp, 2006 )G+, "idak Signi#ikan %uong dan &:umida, 2002 >arayan dan 2ritchett, -..1 "irole, 2008 )'+, Signi#ikan Diang 5o, 2008 )G+, "idak >unung et al., 200* Signi#ikan ,arslund dan "arp, 2006 )'+, "idak Signi#ikan >arayan dan 2ritchett, -..1 Don:ales, Eega et. al., -..6 menemukan bahwa pemin!am yang memiliki kiner!a yang baik merupakan ,elum pernah klien yang dikenal dan sering bertemu dilakukan @kurut, Schombee, ,erg, 2008 penelitian empiris menyebutkan karakter khusus pemin!am )mempunyai kekuatan +, mempunyai hubungan baik untuk ker!asama selan!utnya Diang 5o, 2008 (orld ,ank &nstitute, 200* ,oucher, 2002 Diang 5o, 2008 >unung et al., 200* ,arslund dan "arp, 2006 )G+, Signi#ikan )G+, Signi#ikan )'+, Signi#ikan an!utan "abel -.2 >arayan dan 2ritchett, -..1 Diang 5o, 2008 ?iskayanto dan Sulistiowati, 2001 ,oucher, 2002 )G+, "idak Signi#ikan )G+, Signi#ikan )G+, "idak signi#ikan )G+, Signi#ikan

Status 0epemilikan

4odal ;saha

ama ;saha uas ahan

-6

Agunan "anah

Diang 5o, 2008 ,arslund dan "arp, 2006 ,oucher, 2002

)G+, Signi#ikan

Sedangkan kondisi perkreditan sektor pertanian di $awa "engah menurut ,ank &ndonesia adalah sebagai berikut 3 pada periode %esember 2008 total kredit yang

disalurkan di $awa "engah sebanyak ?p .,1*1 triliun, dan untuk sektor pertanian sebesar ?p 2,-/ triliyun )22,9*7+ serta mayoritas kredit untuk pertanian berasal dari bank pemerintah sebesar ?p -,16 triliyun )-/,0*7+ dan dari bank swasta sebesar ?p 8-.,1/ milyar )8,997+. 2ada periode %esember 200* total kredit sebesar ?p -2,88. triliun bagi usaha kecil berbagai sektor ekonomi, ternyata kredit sektor pertanian per %esember 200* sebesar ?p 2,9-1 triliyun )-/,67+ dan mayoritas kredit tersebut sebagian besar berasal dana bank pemerintah ?p 2,// triliyun )-*,-*7+ dan dari bank swasta sebesar ?p 89-,9 milyar )9,8*7+ ),ank &ndonesia $ateng 2006+. %ari data tersebut disimpulkan bahwa untuk $awa "engah secara kuantitati# kredit untuk sektor pertanian naik, tetapi tidak sebanding dengan kenaikan total kredit. %ari 9* kabupaten di 2ro6insi $awa "engah yang berpenduduk G 92,* !uta !iwa dan !umlah tenaga ker!a total sebanyak -6,88 !uta !iwa dan yang beker!a di sektor pertanian mencapai 6,1/ !uta !iwa atau 88,67 ),2S 2008+ dan hampir semua kabupaten mengandalkan sektor pertanian sebagai komoditi utama perekonomian daerah. 2ro6insi $awa "engah dalam pembangunan perdesaan bertumpu pada pembangunan pertanian menggunakan pendekatan wilayah perdesaan berbasis pertanian. %ari ke'9* kabupaten di 2ro6insi $awa "engah, 0abupaten Semarang sebagai salah satu kabupaten oleh 2emda 2ro6insi $awa "engah dan 2emeritah 2usat ditetapkan sebagai daerah wisata dan

-1

pengembangan pertanian yang disebut Agropolitan yaitu di kecamatan ,andungan dan Sumowono. %i $awa "engah terdapat / )delapan+ wilayah agropolitan. 2emilihan

wilayah Agropolitan ,andungan C Sumowono sebagai lokasi penelitian disebabkan oleh agropiltan mensyaratkan wilayah pertanian terpadu yg mempunyai #asilitas prasarana !alan yg baik, penerapan system agribisnis secara penuh meliputi ; agro input C agro output C agro prosessing C agro marketing. ;ntuk ke 1 )tu!uh+ wilayah agropolitan persyaratan'persyaratan tersebut masih dalam proses , sedangkan wilayah agropolitan ,andungan C Sumowono memiliki #asilitas tersebut sudah se!ak lama terutama !alan,

apalagi untuk #asilitas agro marketing ,andungan'Sumowono memiliki 8 )empat+ pasar agropolitan yang men!adi pusat pemasaran hortikultura $awa "engah namun !uga hasil' hasil hortikultura $awa "imur dan sebagian $awa ,arat banyak dipasarkan di 8 )empat+ pasar agropolitan tersebut yaitu 3 -+ 2asar ,andungan dan 2+ 2asar Sumowono pada umumnya didominasi oleh pemasaran buah'buahan dan hortikultura lain, $imbaran !uga sebagai pusat pasar sayur'sayuran serta 9+ 2asar

8+ Sub "erminal Agribisnis di

desa $etis. 0ecamatan ,andungan dan Sumowono sebagai penyangga utama produk' produk pertanian terutama hortikultura di ketiga pusat pemasaran tersebut. %ari sur6ei pendahuluan para petani mempunyai kendala utama yaitu kesulitan uang tunaiAmodal yang mereka miliki untuk keperluan usaha agar berkelan!utan (sustainable , bagi usaha taninya. 5al ini disebabkan persediaan modal A uang tunai yang dimiliki petani sangat terbatas, sehingga melemahkan posisi tawar mereka berhadapan dengan pelaku ekonomi yang lain karena mereka seringkali terpaksa buru'buru

melepaskan produk pertanian untuk di!ual tanpa memperhatikan harga !ual yang layak

-/

karena mereka butuh uang tunai segera demi berlangsungnya usaha tani mereka untuk periode berikutnya. %i ,andungan dan Sumowono sebagai wilayah agropolitan, para petani !uga mengalami kesulitan dalam mengakses kredit untuk keperluan membeli kebutuhan #aktor'#aktor produksi seperti pupuk,bibit dan obat'obatan. 5al ini disebabkan oleh3 a. 0eterbatasan !umlah lembaga keuangan yang berada di ,andungan Sumowono, b. 2ara petani sangat terbatas mempunyai in#ormasi tentang lembaga keuangan dalam menga!ukan kredit bagi keperluan menambah modal usaha tani, c. 0eterbatasan agunan yang dimiliki petani, d. Sulit mencari lembaga keuangan yang menawarkan !enis kredit yang sesuai !enis kredit yang diminta. >amun sebaliknya dari hasil wawancara dengan beberapa lembaga keuangan yang berada di lokasi penelitian ternyata 3 a. embaga keuangan !uga sangat terbatas sekali mengetahui keberadaan dan kondisi usaha para petani, b. Sehingga lembaga keuangan !uga ragu'ragu atau membatasi pin!aman A kredit kepada petani terutama untuk usaha tani dan mengutamakan calon debitur dari para pedagang kelontong dibandingkan dengan petani. @leh sebab itu lembaga keuangan di ,andungan dan Sumowono mengalami asymetri informasi terhadap petani sehingga mereka !uga memberlakukan credit rationing terhadap petani. %emikian !uga kondisi petani atau ;40 Agribisnis di ,andungan dan Sumowono merasakan bahwa dalam menga!ukan kredit, mereka dan

-.

sering ditanya dan melihat

bukti atau kenyataan melalui kun!ungan petugas

kreditur kerumah calon debitur dan atau ke lokasi usaha tani maupun melalui wawancara dengan tetangganya mengenai 3 a. ;mur calon pemin!am, status calon pemin!am serta pandangannya terhadap tanggung !awab keluarga, b. 2endidikan atau lama pendidikan calon pemin!am, c. $arak pasar dari tempat usaha maupun cara petani men!ual hasil pertaniannya, d. Seringnya petugas dari kreditur mendatangi tempat tinggalnya maupun berkun!ung di sawahAladangAtegalan tempat usaha taninya. e. 4odal usaha yang dimililiki sebelum menga!ukan kredit, #. Status kepemilikan tanah yang diusahakan milik sendiri, sewa atau memin!am dari saudara lama kegiatan usaha yang dia!ukan kredit serta pandangannya terhadap usaha tani yang diusahakan, g. uas lahan yang diusahakan dan alternati#'alternati# komoditi pertanian yang lain, h. Agunan yang dimiliki sebagai !aminan untuk memin!am kredit, serta kerelaan asetnya dipergunakan sebagai !aminan pin!aman 4engingat kesamaan karakter antara 2eru dalam penelitian ,oucher )2002+ , penelitian Diang 5o )2008+ di Eietnam, dan &ndonesia !uga sebagai salah satu negara berkembang dan sering ter!adinya miss match demand dan supply kredit di perdesaan di &ndonesia, maka perlu penelitian #aktor'#aktor yang mempengaruhi credit rationing di wilayah perdesaan. %iharapkan setelah diketahui #aktor'#aktor yang mempengaruhi credit rationing dan pola pelayanan lembaga keuangan bank dan non'bank serta kondisi

20

masyarakat perdesaan akan didapatkan model pemberdayaan ;40 agribisnis melalui pembiayaan )perkreditan+ dalam pasar keuangan perdesaan.

2. Per#m#san Masalah ?umah tangga petani mempunyai permasalahan terhadap lembaga keuangan dalam menga!ukan permintaan kredit untuk menambah permodalan guna meningkatkan usaha para petani. 0esulitan yang dialami oleh para debitur tersebut adalah meliputi 3 a. $enis kredit yang diminta, b. ,esarnya dana yang disetu!ui tidak sesuai dengan dana yang dibutuhkan, c. amanya waktu proses,

d. ,erbelit'belitnya prosedur yang dihadapi terutama dari lembaga perbankan, e. 0ekurang harmonisan hubungan petani dengan lembaga keuangan perdesaan . 4asalah lain adalah kegagalan pasar kredit perdesaan dalam menyalurkan kredit ke masyarakat. 0egagalan pasar keuangan ter!adi bilamana pasar persaingan gagal melaksanakan alokasi kredit secara e#isien. 2asar kredit perdesaan, dalam prakteknya sehari'hari menyimpang dari pasar kredit yang ideal dalam pasar persaingan sempurna karena hadirnya biaya transaksi, in#ormasi asimetris dan risiko #inansial. embaga

keuangan lebih cenderung menggunakan paradigma yang sama dalam melihat pasar kredit perdesaan dan perkotaan. 2adahal struktur produksi atau sektor ekonomi perdesaan sangat berbeda dengan struktur produksi atau sektor ekonomi perkotaan. Struktur ekonomi perkotaan cenderung sudah berkembang baik khususnya dari sudut aspek legal. %engan demikian pihak lembaga keuangan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan screening terhadap calon pemin!am. @leh karena itu, membangun suatu model

2-

kelembagaan yang e#ekti# dalam proses pemberian kredit pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil terutama di sektor agribisnis merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. 5asil wawancara dengan petani dan beberapa yang dilakukan pada sur6ei pendahuluan diperoleh in#ormasi bahwa selain luas lahan yang dikelola petani dalam menentukan !umlah kredit atau pin!aman yang diterima, status telah menikah lebih mudah untuk mendapatkan kredit, disamping itu nilai dan status kepemilikan tanah yang diagunkan !uga turut menentukan !umlah kredit atau pin!aman yang diterima. 0ondisi diatas membuahkan berbagai pertanyaan bagi para pelaku program, pelaku bisnis, dan lembaga keuangan itu sendiri. 2ertanyaan berikut merupakan permasalahan yang dika!i dalam penelitian ini 3 a. ,agaimana kondisi permintaan dan penawaran kredit di perdesaan H, b. ,agaimana struktur pasar keuangan perdesaan H, c. ,agaimana praktik'praktik kredit rumah tangga petaniH, d. ,agaimana credit rationing di pasar kredit perdesaan H

$. $.1

'#,#an Penelitian '#,#an Um#m 4engetahui sebab'sebab ter!adinya credit rationing dan #aktor'#aktor yang

mempengaruhi ter!adinya credit rationing di pasar kredit perdesaan. $.2 '#,#an Kh#s#s a. ;ntuk mengetahui tentang !enis kredit yang diminta dan !enis kredit yang ditawarkan di perdesaan. b. ;ntuk mengetahui tentang struktur pasar keuangan perdesaan.

22

c. ;ntuk mengetahui tentang hubungan antara rumah tangga petani dengan embaga 0euangan ,ank ) 0,+ dan embaga 0euangan >on ,ank ) 0>,+. d. ;ntuk mengetahui perilaku pengambilan keputusan rumah tangga petani dan lembaga keuangan dalam credit rationing di pasar kredit perdesaan . e. ;ntuk menganalisis credit rationing di perdesaan.

0.

Man1aat Penelitian 2enelitian ini diharapkan memberikan man#aat secara teoritik dan praktis.

Secara praktis, hasil penelitian dapat di!adikan 3 a. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk memberikan kebi!akan baru terhadap para usaha mikro dan kecil agribisnis dalam kemudahan memperoleh akses perkreditan untuk usaha tani, b. 2emerintah perlu mengetahui #aktor'#aktor yang menyebabkan ter!adinya credit rationing sehingga upaya ;40 agribisnis untuk meningkatkan akses ke lembaga keuangan mengacu pada #aktor'#aktor tersebut. Secara teoritikA ilmu pengetahuan hasil penelitian ini dapat di!adikan3 a. Sebagai masukan se!auh mana rele6ansi teori'teori yang dikembangkan di perguruan tinggi dengan #akta empiris di lapangan, b. ;ntuk menambah atau memperkaya model permintaan kredit untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil agribisnis.

2.

3risinalitas Penelitian

29

2enelitian'penelitian yang disebutkan cenderung melihat permintaan kredit dari sudut ekonomi makro. =okus yang terlalu makro menghilangkan kemampuan melihat bagaimana sesungguhnya keseimbangan kredit di perdesaan yang sebagian besar pemin!am potensialnya adalah petani yang terkait dengan pertanian. "ingkat suku bunga senantiasa diasumsikan dan tanpa ada upaya pengu!ian secara empiris apakah keseimbangan kredit selalu mengacu kepada proses penyesuaian oleh tingkat suku bunga. %i sektor perdesaan, bunga bukan merupakan #aktor dominan penentu permintaan akan kredit. Seringkali ditemukan masyarakat yang mau membayar tingkat suku bunga yang tinggi dengan syarat proses pencairan kredit lebih cepat dan tepat waktu. Seringkali ter!adi ter!adi pembatasan akses tarhadap kredit baik yang dilakukan oleh lembaga keuangan atau calon pemin!am itu sendiri. &mplikasinya, !umlah kredit yang dapat disalurkan ke sektor riil di perdesaan sangat terbatas. @leh karena diperlukan penelitian yang menganalisis #aktor'#aktor apa yang mempengaruhi kecenderungan ter!adinya pembatasan akses kredit. Analisis credit rationing di negara'negara lain sudah banyak dilakukan )4puga, 2000+ dan ,oucher )2002+. Akan tetapi karakteristik masyarakat yang berbeda akan berdampak yang berbeda terhadap hasil penelitiannya. $umlah dan !enis credit rationing menurut ,oucher )2002+ diyakini akan berbeda !ika penelitian dilakukan di &ndonesia. @leh karena itu terdapat kesen!angan penelitian )research gap+ dalam tema penelitian credit rationing. ;ntuk melihat bagaimana persepsi atau karakteristik masyarakat mempengaruhi credit rationing maka penelitian kearah itu perlu dilakukan. 0alau hanya menggunakan hasil estimasi peneliti asing dengan lokasi penelitian di luar

28

negeri sebagai bahan ru!ukan pengambilan keputusan, dikhawatirkan akan bias dan tidak efektif, untuk mengisi research gap inilah penelitian ini dilakukan. 2enelitian di &ndonesia mengenai dinamika pasar kredit perdesaan lebih cenderung melihat #aktor'#aktor apa yang mempengaruhi permintaan kredit. 0elemahan pendekatan ini adalah pengambil keputusan hanya melihat peubah apa yang berpengaruh terhadap besarnya kredit yang diterima oleh pemin!am. 2adahal dalam masyarakat tidak semua orang memiliki akses terhadap lembaga keuangan. Analisis yang menggunakan metode analisis peluang hanya #okus kepada #aktor'#aktor yang mempengaruhi peluang memin!am ke lembaga keuangan. "idak ada penelitian atau ka!ian yang secara khusus membahas mengapa masyarakat terbatas aksesnya ke lembaga keuangan, dan #aktor apa sa!a yang mempengaruhi pembatasan alokasi kredit. @leh karena itu penelitian diharapkan dapat mengisi kekosongan hal tersebut dan memberikan gambaran yang !elas kepada lembaga keuangan dan pemerintah bagaimana meningkatkan kiner!a

)performance+ kredit perdesaan. ,erbeda dengan penelitian'penelitian terdahulu, originalitas penelitian adalah sebagai berikut 3 a. 2enelitian terdahulu didaerah irigasi tehnis sedangkan penelitian sekarang di daerah setengah irigasi tehnis dan tadah hu!an. %idaerah irigasi tehnis,ketersediaan air berlimpah dan bertani ditingkat on farm kebutuhan air sangat didominasi, terutama bagi padi dan palawi!a. Air sebagai #actor produksi utama pertanian on farm . Sedangkan didaerah setengah irigasi atau tadah hu!an ketersediaan air sangat terbatas dibanding daerah beririgasi tehnis, sehingga masalah kecukupan atau ini

2*

kebutuhan air didaerah setengah irigasi atau tidak hu!an tidak ada yg men!amin . 5al ini berakibat pada resiko besar bagi tanaman terutama untuk tanaman padi dan palawi!a. b. 2enelitian terdahulu pada umumnya berkomoditas padi dan palawi!a, sedangkan penelitian sekarang lebih banyak didominasi dengan tanaman hortikultura. 2adi dan palawi!a sangat membutuhkan banyak air sedangkan hortikultura kurang membutuhkan banyak air. 5arga padi dan palawi!a sangat dipengaruhi oleh kebi!akan pemerintah melalui kebi!akan floor price dan selling price dan kebutuhan padi dan palawi!a setiap tahun relati# tetap atau tidak bertambah. Sedangkan permintaan hortikultura setiap tahun meningkat dan harga hortikultura kebi!akan tidak diatur dan dipengaruhi oleh

pemerintah, sehingga harga hortikultura ditentukan oleh lebih baik dari pada

mekanisme pasar. 2ada umumya harga hortikultura harga padi dan palawi!a, sehingga

hortikultura dianggap oleh petani

merupakan komoditi yang men!an!ikanAprospekti#. c. 2enelitian terdahulu belum meneliti tentang pengaruh kun!ungan petugas kreditur kepada debitur, didalam penelitian ini sebagai 6ariable #rekuensi kun!ungan. %iharapkan #actor kun!ungan petugas kreditur ke debitur ini dapat mengurangi asymetri information kreditur terhadap debitur, sebab melalui #rekuensi kun!ungan akan diketahui !e!ak rekam debitur sehingga akan mempengaruhi besarnya Credit Rationing!

26

d. "empat penelitian terdahulu didaerah perdesaan biasa dan bukan merupakan wilayah perdesaan yang dibina oleh pemerintah men!adi wilayah percontohan untuk pembangunan perdesaan yang berbasis

pertanian disebut wilayah agropolitan. %aerah penelitian sebagai wilayah agropolitan diharapkan merupakan wilayah perdesaan yang representati# sebagai desa percontohan menu!u wilayah metropolitan berbasis pertanian baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial budaya masyarakatnya. e. 2ada penelitian terdahulu lembaga keuangan yang terlibat dalam penelitian adalah lembaga keuangan #ormal terutama bank sedangkan dalam penelitian ini lembaga keuangan yang diambil A terlibat dalam penelitian terdriri atas lembaga keuangan #ormal atau lembaga keuangan bank ) 0,+ dan lembaga keuangan non bank ) 0>,+. %iwilayah penelitian petani bebas memilih )free choice+ untuk mengakses lembaga keuangan bank ) 0,+ atau lembaga keuangan non bank ) 0>,+.

21

You might also like