You are on page 1of 7

PERTIMBANGAN PENGGUNAAN LINE SURGE ARRESTER (LSA) DI LINE

150 KV PANGKEP – PARE SISTEM SULAWESI SELATAN

Ricky Cahya Andrian

Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B)


PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Sulsel dan Sultra
Jl. Jend. Hertasning Blok B No. 1, Makassar, Sulawesi Selatan
Email : arrester97@yahoo.com

Abstrak : Dari data gangguan transmisi di Sulsel, Berikut adalah frekuensi gangguan transmisi di
petir adalah penyebab terbesar gangguan line Sistem Sulsel tahun 2003 yang berhasil
transmisi antara Pangkep dan Pare-Pare. Transmisi direkapitulasi :
Pangkep – Pare adalah Critical Line di sistem
Sulsel untuk saat ini, maksudnya adalah jika terjadi
gangguan pada salah satu line terutama pada saat
Bakaru dibebankan maksimum atau arus yang
melewati kedua line lebih besar dari 300 A, maka
akan terjadi pemadaman meluas di Sulsel karena
kondisi sistem di Sulsel sudah tidak memenuhi
syarat keandalan N-1 lagi. Gangguan petir sering
terjadi di daerah ini dan menyebabkan pemadaman
meluas di Sulsel. Beberapa kejadian penting yang
melatarbelakangi penulisan makalah ini di
antaranya adalah tanggal 5 April 2004 terjadi black
out di Sulsel pada saat terjadi penghitungan suara
PEMILU pada malam hari dan tanggal 19
November 2004 lalu jam 17.30 WITA. Dari data, Gambar 1. Gangguan Transmisi Sistem Sulsel Tahun
didapat indikasi gangguan yang terjadi adalah 2 2003
fasa-tanah dan 1 fasa-tanah, terjadi di kedua line
transmisi antara Pangkep-Pare terutama di tower
263 dan 264. Kedua tower ini berada di gunung dan Persoalan
tepat di atas sungai. Dengan demikian, Line Surge
Arrester (LSA) yang akan digunakan dipasang pada Transmisi Pangkep – Pare adalah Critical Line di
3 tower pertama di sebalah kiri dan kanan sungai sistem Sulsel untuk saat ini karena sistemnya masih
yaitu tower no 261, 262, 263, 264, 265 dan 266 berupa radial. Sehingga jika line 1 atau line 2 trip
dengan asumsi, LSA ini diharapkan dapat terutama pada saat Bakaru dibebankan maksimum,
meminimalisasi gangguan petir akibat shielding maka akan terjadi pemadaman meluas di Sulsel.
failure atau Back Flash Over (BFO). Hal ini disebabkan kapasitas satu penghantar
maksimum sebesar 600 A, sedangkan pada saat
Keywords : Shielding Failure, Back Flash Over Bakaru dibebankan maksimum, satu penghantar
(BFO), resistansi pentanahan, Lightning Surge mengalirkan arus lebih dari 300 A. Gangguan petir
Arrester (LSA). sering terjadi di daerah ini dan sering menyebabkan
pemadaman meluas di Sulsel. Jika terjadi
pemadaman meluas, kadang-kadang recovery atau
Masalah pemulihan sistem memakan waktu lama akibat
kondisi beberapa pembangkit di Sulsel yang tidak
Dari data gangguan transmisi, petir adalah siap untuk masuk kembali ke dalam sistem. Dari
penyebab terbesar gangguan antara line transmisi beberapa kejadian, sistem kembali normal
antara Pangkep dan Pare-Pare terutama untuk tower minimum setelah 2 jam. Artinya, ENS yang tidak
no 263 dan 264. tersalurkan sekitar 1.4 miliar rupiah.
Pra-Anggapan arrester untuk proteksi line transmisi menjadi
populer sekarang ini.
1. Sambaran petir yang terjadi di transmisi Aplikasi pertama penggunaan LSA ini diterapkan di
Pangkep-Pare disebabkan karena 2 hal yaitu tower 138 kV milik American Electric Company.
shielding failure dan Back Flash Over (BFO). Sebelumnya, flashover banyak terjadi di daerah
2. Shielding Failure yang terjadi karena gunung dan di daerah di mana tanahnya berupa batu
bentuk sudut elektrogeometri yang ada saat ini karang yang sudah dilengkapi dengan grounding
(eksisting) sudah tidak memenuhi syarat sudut tambahan. Untuk mengurangi gangguan flashover
perlindungan karena karakteristik petir di ini, maka di tower ini digunakan LSA. Dengan
Makassar yang tidak diperhitungkan saat suksesnya penggunaan LSA ini, maka desain baru
membangun tower Pangkep – Pare. LSA banyak diproduksi. Sehingga, dalam hal
3. Nilai impedansi pentanahan yang relatif retrofit tower, LSA ini dipasang pada tower yang
tinggi menyebabkan terjadinya BFO pada tidak memungkinkan untuk digunakan grounding
transmisi sehingga indikasi gangguan yang tambahan dan juga di atas sungai.
terjadi adalah gangguan 1 fasa – tanah. Hal ini
juga terlihat dari indikasi relay jarak (GRZ) Pada dewasa ini, LSA banyak digunakan pada line
yang terbaca adalah fasa R-T-N dan fasa T-N. transmisi yang tidak menggunakan ground wire.
Bagaimana pun juga, tidak ada hasil yang definitive
Fakta Yang Mempengaruhi yang menyatakan LSA ini berhasil 100%, tetapi
dari pengalaman bberapa company yang
menggunakan LSA ini, kurang dari 1% pernah
1. Tanggal 5 April 2004 terjadi black out di terjadi kegagalan LSA ini.
Sulsel pada saat terjadi penghitungan suara
PEMILU pada malam hari. Dari bukti-bukti Sambaran ke Ground Wire di Tower
yang didapat, gangguan yang terjadi
disebabkan oleh petir yang menyambar line Pada gambar 2 di bawah ini, ground wire dan fasa
transmisi antara tower 263 dan 264 di kedua konduktor diasumsikan mempunyai panjang
line. Line 1, indikasi fasa R-T-N dan line 2, infinite, sehingga refleksi impuls tegangan dan arus
indikasi fasa T-N. di tower sebelahnya diabaikan. Arrester discharge
2. Tanggal 6 Juli 2004 sekitar jam 11.00 voltage dimodelkan sebagai :
siang terjadi black out di Sulsel akibat
sambaran petir. Dari data, didapat indikasi E A = E 0 + i A R A ……………………………..….
gangguan yang terjadi adalah 1 fasa-tanah,
terjadi di kedua line transmisi. (1)
3. Tanggal 19 November 2004 sekitar jam Arus yang melewati arrester dan arus yang
17.30 WITA terjadi black out di Sulsel akibat melewati footing resistance adalah
sambaran petir di tempat yang sama dan
indikasi fasa yang sama juga seperti kejadian iA =
2
D
[ ]
R i ( Z g − Z m ) I - ( Z g + 2R i ) E 0 ………
tanggal 5 April 2004 yang lalu.
…….(2)
Dasar Teori
iR =
1
D
[ ]
Z m ( Z g − Z m ) + Z g ( Z C − Z m + 2R A ) I + ( Z g − Z m ) E 0
2
D
Penggunaan LSA ini digunakan untuk ...(3)
menghilangkan gangguan flashover di line
transmisi. Metode ini diadopsi dari studi yang di mana,
dilakukan di sistem 115 kV single circuit, baik
D = ( Z g − Z m ) ( Z m + 2R i ) + ( Z g + 2R i ) ( Z c − Z m + 2R A )
menggunakan ground wire maupun tidak.
……..(4)
Penggunaan LSA ini sebenarnya bukan hal yang
baru. Di masa lalu, tipe LSA ini dulunya disebut
protector tube. Oleh karena kehandalannya yang
rendah, maka protetor tube ini tidak digunakan lagi.
Seiiring dengan penemuan metal oxide arrester
dengan bertambahnya kapabilitas energi dan
penemuan non ceramic housing, penggunaan
dibutuhkan. Time constant ini diperoleh dari
footing resistance dan ground wire. Time constant
ini diperoleh dari persamaan

Zg
τ= Ts ……………………………….……..
Ri
(12)
Ts adalah time travel dari span (jarak gawang).

Sambaran ke Kawat Fasa di Tower

[ ]
Gambar 2. Sambaran ke ground wire di tower
Z c ( Z g − Z m ) + Z m ( Z c − Z m + 2R A ) I - ( Z g − Z m ) E 0
1 2
iA =
Persamaan kompleks di atas dapat disederhanakan D D
jika Z = Zg = Zc dan arrester dianggap sebagai ….(13)
constant-voltage arrester, dimana EA = E0 dan RA =
0, sehingga
iR =
1
D
[ ]
Z c ( Z g + 2R i ) − Z m ( Z m + 2 R i ) I - ( Z g + 2 R i ) E 0
2
D
2  Z + 2R i  …(14)
iA = R i I - E A  ………
Z + Z m + 4R i  Z - Zm  Untuk menyederhanakan persamaan di atas, maka
…….…..(5) set Z = Zg = Zc dan RA = 0 dengan E0 = EA dan Zm =
( Z + Z m ) I + 2E A 0, sehingga
iR = …………………………
Z + Z m + 4R i Re
….(6) iR = i A …………………………………..…
Ri
Untuk mempermudah penyelesaian persamaan, (15)
maka Zm = 0, sehingga persamaan di atas menjadi IZc − 2E 0
iA = …………………………
Z c + 2( R e + R A )
2( R c I - E 0 )
iA = ………………………… ……(16)
Z C + 2( R A + R e )
….(7) Crest voltage di ground wire dan fasa konduktor
adalah
Re
iR = ( I - iA ) …………………………………... e g =i R R i …………………………………..…
Ri (17)
(8) e c = e g + ( E 0 + i A R A ) …………………………..
di mana, ..(18)
R i Zg
Re = ………………………..
Z g + 2R i
………….(9)

Impuls tegangan petir yang mengalir ke kawat


konduktor adalah sebagai berikut :

e g = i R R i ……………………………………….
(10)
e c = e g − ( E 0 + i A R A ) …………………………
…(11) Gambar 3. Sambaran ke kawat fasa di tower

Untuk menghitung energy yang dihasilkan oleh Sambaran ke Kawat Fasa di Midspan Transmisi
arrester, maka time constant untuk arus arrester
S' c = K 1S g + K 2 S c …………………………….
(19)
S' g = K 1S c + K 2 S g ……………………………
.(20)

di mana,
2R 1
K1 = ……………………………
Z + Z m + 4R 1 Gambar 5. Simulasi ATP, sambaran ke konduktor
dengan ground wire
….(21)
Z + Z m + 2R 1
K2 = …………………………… Stepness voltage Sg” dan Sc” dan dengan asumsi
Z + Z m + 4R 1 menggunakan koefisien refleksi di atas, maka
….(22)
Sg " =
Z m
…………..(28)
Sc " =
Z(
Z
…….…….(29)

E c =E A +2S c T1 +S c "
…………..(30)

S c " (t f
Gambar 4. Sambaran ke kawat fasa di midspan transmisi
Eg =2S g T1 +
R1 adalah footing resistance di TWR1. Untuk
koefisien αc dan αg menjadi …………….…(31)
Z
αc = −
Z ( Z + Z m ) + 2R 1 ( Z - Z m ) E 1 =E A +2(1 −C )S c T1 +
Z( Z + Z m + 4R 1 )
…………… Z
….…(23) …..…(32)
Z ( Z + Z m ) - 2R1 ( Z - Z m ) E 1 −

αg = − m ……………
T1 =

Z m ( Z + Z m + 4R 1 )
2

………………(33)
……..(24)
Arus crest di arrester dan ground adalah
Initial tegangan di ground wire Eg1 dan initial
tegangan di konduktor Ec1 dan across di tower yang 2( Z + 2R 1 )( e c − E A ) − 2( Z m + 2R 1 ) e g
iA =
tidak diproteksi E11 adalah ( Z - Z m )( Z + Z m + 4R 1 )
……..(34)
E c1 = E A + 2S c T1 ……………………………..
2( e c − E A + e g )
….(25) iR = ……………………….
E g1 = 2S g T1 ……………………………….. Z + Z m + 4R 1
……(26) …….(35)
E 11 = E A + 2(S - S g )T1 = E A + 2(1 − C )S c T1
Sambaran ke Ground Wire di Midspan
………...(27)
Gambar 8. Derivation of equation

2R
Sg " =
Z +2R
…………………………………..(42)
Sc " =
Gambar 6. Sambaran ke ground wire di midspan Sc −
Z
……………………………..(43)
2R 1
Sg " = 2R 2  S
Z + E A 
e g2
R
=  2 1+
ST ………………..
1 - C 
1
………………………….………(36) Z + 2R 2 
2R…….(44)
Sc " = 1 C S
Z + R 2R 2 1
2 C 
ec =  2CST2 + E A  ……………
…………………………….…(37) Z + 2R 2  1- C 
−Z ..…..(45)
Sg ' = S …………………………….
Z + 2R 1
……(38) Tegangan yang melewati isolator adalah
−Z
Sc ' = CS ……………………………. 2R 2
Z + 2R 1 e1 = e g − e c = [ E A + 2ST1 (1 − C) ]
……(39) Z + 2R 2
……….(46)

dan T1 adalah
 Z + 2R 2 
 e1 − E A
2R ………………………
T1 =  2 
2S(1 - C)
…..(47)

Bahasan
Gambar 7. Simulasi ATP, sambaran ke ground wire
Mengurangi gangguan akibat petir dapat dilakukan
dengan memperkecil penyebab terjadinya gangguan
C adalah kopling faktor. Oleh karena itu, stepness
petir tersebut, yaitu akibat shielding failure dan
tegangan di arrester, SA dan waktu travel untuk
BFO (Back Flash Over). Ada beberapa cara atau
discharge tegangan tA adalah
metode untuk memperbaiki sistem proteksi
terhadap petir di transmisi line, yaitu :
2R 1
SA = (1 − C )S ……………………… 1. Memperkecil resistansi pentanahan tower
Z + 2R 1 2. Memperbesar BIL (Basic Insulation Level)
…(40) dari isolator
EA 3. Menambah ground wire untuk membesar
tA = ……………………………..………(41) sudut lindung elektrogeometri
SA 4. Menggunakan Line Surge Arrester
(LSA)
5. dan lain sebagainya

Beberapa dari cara di atas mempunyai dampak


yang kecil dalam hal proteksi terhadap sambaran
petir, sedangkan yang lainnya membutuhkan cost
yang sangat mahal dalam pelaksanaannya. Cara
yang lebih baik adalah dengan menggunakan
polymer line arrester. Teknik penggunaan line
arrester ini dapat memperbaiki sistem proteksi petir.
Selain itu, line arrester ini juga dapat mengurangi Gambar 10. Line transmisi tower no 263 dan 264
outages dan juga untuk keamanan terhadap orang-
orang di sekitar tower transmisi jika terjadi
sambaran petir.

Line 150 kV Pangkep – Pare

Kondisi Geografis Line 150 kV Pangkep – Pare

Transmisi line Pangkep – Pare berada di daerah


perbukitan sehingga jenis tanahnya banyak
bebatuan. Berikut posisi line Pare – Pangkep di
sistem Sulsel : Line Pangkep - Pare

1 1 1 PWALI
2 2 2
TLAMA TELLO BSOWA PNKEP BARRU PPARE PRANG BKARU
A A A A A
2 x5
MVA B
B B B B
20
1 2 1 2
1x16 MVA
1 2 30 31,5 31,5 MVA
3 5 5 16 20
2x MVA MVA MVA 2 MVA MVA MVA
1
IBT 31,5 1 2 3 1 2
2x 2 x30 30 MVA
31,5 MVA MVA IBTI
MVA 20 MVA
1 2
G G G G G G A
1
PLTGGE
2 1
MITS
2 1
SWD
2
B MJENE
4 x10 2 x35 MW 2 x12.5 MW 2 x12,4 MW
MVAr
20 2 x10 2 x45
MVA MVAr MVA G G
30 kV 70 kV SDRAP 20 PLTABAKARU
A 1 2 A MVA unit#1 54 MW
34,5 kV G G unit#2 63 MW
B B
1 2 PLTDSUPPA
20 MVA 6 x10MW
1 2

IBTIV 1x10 20
20 MVA MVAr MVA
TNSA3
G G G G G
1 2 1 2 PLTG 1 2
WESTCANALSTOM1 PLTU ALSTOM2
14,47 MW21,35 MW 2 x12,5 MW
BNTLA MKALE
MNDAI 1

1 2 3 2 1
PKANG
1x
30 2x
20 SKANG 2 SPENG 20
MVA MVA
MVA 30
2 x20
MVA
MVA BWAJA BRLOE A A
B B

Gambar 11. Tower 263 dengan konfigurasi


10 MVA
10 MVA
DAYA 1 2
30 2X 20
MVA MVA
1 2 20 2 x10
MVA MVAr

G G G G

GT11 GT12 ST18

vertikal
PLTGUSKNGFUTURE
200 MW 1 2
PLOPO

30
MVA
1

A A A
B B B
TBNGA SGMSA TLLSA TIP 57-58 JNPTO BLKBA SNJAI BONE
30 30 10 16 20 20 20 2 x20
MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA MVA

KETERANGAN:
SINGLE LINE SISTEM SULAWESI SELATAN
150kV PMT MASUK
SUTT
EXISTING 70 kV
34,5kV PMT KELUAR
RENCANA PENGEMBANGAN
SKTTEXISTING 30 kV
PMS MASUK
20 kV PT.PLN(PERSERO) WIL. SULSEL&SULTR A Dibuat oleh : Tanggal Revisi :
SUTTRENCANA 12/11/6,3
kV
PMS KELUAR
A P2B SISTEM SULSEL
BOP AP2B 22 JUNI 2004

Gambar 9. Sistem Sulsel


Tabel 1. Pengukuran Setelah Sambaran Petir Data Gangguan

No. Tower Resistansi tanah Lokasi


261 4.40 Ohm Gunung
262 3.00 Ohm Gunung
263 18.00 Ohm Gunung
264 20.5 Ohm Gunung

Gambar 12. Data Relai GRZ line 1 Pangkep-Pare

Pada gambar 12., gangguan yang terjadi di line 1 di


fasa R dan T atau fasa a dan b, sedangkan gangguan
yang terjadi di line 2 di fasa T atau fasa c.

Lokasi Pemasangan Arrester

Di lihat dari data gangguan yang ada, terjadi Back


Flash Over (BFO) baik di line 1 maupun line 2
antara Pangkep-Pare. Di line 1, BFO terjadi di fasa
R dan T, sedangkan pada line 2, BFO terjadi di fasa
T. BFO ini terjadi karena resistansi pentanahan di
tower 263 dan 264 sangat tinggi yaitu sebesar 18 [1] C.H. Shih, T.L. Jones, A.P. Litsky and L.
dan 20.5 (di atas 10 Ohm) apalagi tower 263 dan Panek, ”Application of Spcial Arresters on 138 kV
264 berada di atas sungai yang mempunyai Lines of Application Power Company, IEEE Trans.
resistansi pentanahan tinggi. Oleh karena itu On PA&S, Oct. 1985, pp. 2857-2863.
mengatasi terjadinya BFO ini, maka sebaiknya [2] S. Furukawa, O. Usuda, T. Isozaki and Y. Trie,
dipasang Line Surge Arrester (LSA) di 3 tower “Development and Application of Lightning
pertama baik di sisi kiri dari sungai maupun di Arresters for Transmission Lines,” IEE Trans. On
sisi kanan dari sungai, yaitu tower no PWRD, Oct. 1989, pp. 2121-2129.
261,262,263,264,265 dan 266. [3] M. Sato, A. Horide, H. Shibata, Y. Mishima, T.
Ichioka and K. Horrii, “Installation Experience of
Karakteristik LSA Yang Akan Dipasang Lightning Arresters for Transmission Lines,”
CIGRE SC33 Colloquium, 1989.
Line arrester yang akan digunakan adalah sebagai [4] E.J. Tarasiewvicz, “Lightning Performance of
berikut : Transmission Surge Arresters on 115 kV
Transmission Lines,” CIGRE SC-3-95 (WD11)11,
Type : PEXLIM Q IWD.
Class : 10 kA,3 (IEC 60099-4) [5] C. Tirado and F. de la Rosa,”Lightning
Energy Cap. : 7.8 kJ/kV Protection of Transmission Lines with Surge
Um (kV rms) : 52-420 Arresters,” CIGRE SC-33 Colloquium, Toronto,
Ur (kV rms) : 42-360 Sept. 1997.
Mechanical Strength : 4000 Nm [6] P.C.V. Esmeraldo, “Consideration About the
Manufacture : ABB Use of Line Surge Arresters,” CIGRE SC-33
Jenis : Gapless Silicone Zinc Oxide Colloquium, Toronto, Sept. 1997.
Active Elements
Profil Penulis

Ricky Cahya Andrian dilahirkan di Jakarta, 3 Mei


1979. Menyelesaikan S1 di Institut Teknologi
Bandung (ITB) pada tahun 2002 dan S2 di
Universitas Jayabaya pada tahun 2004. Saat ini
bertugas sebagai Supervisor Operasi UPB Kendari,
Sulawesi Tenggara

Gambar 13. LSA Polymer jenis MOA

Kesimpulan

1. Gangguan petir yang terjadi antara line


Pangkep – Pare disebabkan 2 hal yaitu
shielding failure dan BFO (Back Flashover).
2. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
digunakan Line Surge Arrester (LSA) yang
dipasang di 3 tower pertama di sebelah kiri dan
kanan sungai yaitu tower no. 261, 262, 263,
264, 265 dan 266.

Referensi

You might also like