You are on page 1of 4

www.rajaebookgratis.

com


KEN AROK KEN AROK KEN AROK KEN AROK
www.rajaebookgratis.com

Dalam kitab PARARATON karangan yang berbentuk gancaran, disusun
dalam akhir abad ke-15. Di dalamnya dirangkum cerita-cerita dan kronik
kejadian-kejadian sejarah yang penting. "Pararaton" sama seperti Bustan
as-Salatin, artinya kitab tentang para raja. Tokoh utama dalam kitab
Pararaton ialah Ken Angrok, yang juga pendiri dinasti raja-raja Singasari
dan Majapahit, kisah tentang kehidupannya dituturkan sejak lembar
pertama kitab tsb. Hampir separoh isinya bercerita tentang Ken Angrok,
yang merupakan campuran antara khayal dan kenyataan. Dari sudut
sejarah semua sejarawan menyebut, bahwa mutu kesejarahan
Negarakertagama (syair Prapanca, 1365) lebih andal ketimbang kidung
Pararaton.


Ken Angrok. adalah anak Ken Endok, petani desa ditepi Brantas di
kawasan Tumapel, di utara kota Malang sekarang. Karena kemiskinan,
tapi sangat mungkin juga karena lahir tak berbapa, sejak selagi masih
bayi ia dibuang ibunya.Dengan harapan agar bayi itu ditemu seseorang,
dan akan diasuh serta dibesarkannya. Harapan itu memang terjadi. Ia
ditemu oleh seseorang pencuri. Sehingga "Bocah Tiban" ini pun tumbuh
dan menjadi besar dalam lingkungan sebagai pencuri dan penyamun.
Tapi, sekalipun pencuri, Bocah ini memang cerdik dan panjang akal.

Diceritakan Kerajaan Tumapel yang ketika itu di bawah kekuasaan
seorang adipati,Tunggul Ametung, yang tunduk di bawah kekuasaan Raja
Kertajayadi Kediri (1191-1222). mendapat berita tentang kejahatan
pencurian yang tersebar di wilayah Kediri. Maka segera diperintahnya
Tunggul Ametung agar menangkap pencuri itu.Suatu ketika KenArok
sebagai pencuri terlihat dan dikejar orang Tumapel beramai-ramai
hendak ditangkap,namun tiba di pinggir kali perbatasan ia terpaksa
berhenti,kemudian ia mendapat akal: Di pinggir kali itu ada sebatang
pohon siwalan. Ia segera memanjat pohon itu sampai ke ujung. Duduk di
salah satu pelepah daun.

www.rajaebookgratis.com
Ketika orang-orang tiba di situ, segera mereka mengepung pohon ,sambil
berseru-seru menyuruh si Brandal turun. Salah seorang dari mereka
segera memanjat pohon itu dengan tangkas. Sementara itu si Brandal
tampak mengepit dua pelepah daun siwalan di kedua belah tangannya.
Selagi orang masih sibuk bertanya-tanya di hati masing-masing tentang
apa yang akan terjadi, si Brandal dengan bersayap daun tal telah
melayang terbang ke daratan seberang sana sungai.Orang-orang itu gagal
menangkap si Pencuri. Dengan hati kesal tapi juga rasa kagum mereka
kembali ke desa. Tanah seberang sungai itu wilayah kerajaan lain, yang
tak mungkin mereka masuki beramai-ramai. Lagi pula arus kali itu pun
tidak bersahabat. Lolos dari pengejaran, si Brandal bersembunyi beberapa
lama.

Sementara itu dewa-dewa di Suralaya berunding, mencari jalan
bagaimana bisa menyelamatkan si Brandal. Di persidangan para dewa ini
ternyata Brandal ini justru menjadi rebutan ketiga-tiga dewa Trimurti.
Semuanya mengaku sebagai yang berhak atas pemuda brandal yang
berani dan panjang akal itu.Dewa Brahma dan Dewa Syiwa saling
mengaku sebagai ayahnya.Sedangkan Dewa Wisnu mengaku, bahwa pada
tubuh Brandal itulah ia menemukan tempat awatara atau titisannya yang
terbaru.Namun begitu kelak, jika si Brandal sudah tampil sebagai raja
Ken Angrok pembangun dinasti raja-raja Singasari, ternyata ia sendiri
lebih cenderung pada Syiwa. Sehingga oleh karena itu untuk nama dinasti
atau wangsa yang dibangunnya pun, Angrok memilih nama
Girindrawangsaja - "keluarga yang lahir dari Girindra". Girindra ialah
nama lain dari Syiwa.Entah sejak kapan sebutan Angrok diberikan pada
tokoh ini. Barangkali sejak para dewa selesai bersidang untuk
menyelamatkan Angrok dari pengejaran itu.

Keputusannya, bahwa Wisnu ditugasi agar mengirim seorang Brahmana
bernama Lohgawe untuk pergi ke Tanah Jawa. Adapun tugas Lohgawe
agar memerintahkan Angrok berhenti menyamun, dan mengantarnya
menghamba pada Tunggul Ametung. Ketika Angrok sudah dibawanya
menghadap, Sang Adipati tidak mengenal, bahwa dia inilah tokoh
penyamun dan pemerkosa yang menjadi pergunjingan Tumapel dan
Kediri itu.

Singkat cerita Ken Angrok diterima sebagai hamba prajurit kawal.
Tugasnya sehari-hari menjadi penjaga pintu gerbang istana kadipaten.
Setiap kali, jika Tunggul Ametung bersama permaisurinya, Ken Dedes,
liwat keluar-masuk gerbang istana, Ken Angrok mencuri pandang pada
wajah sang putri. Ia mengagumi kecantikannya, dan diam-diam jatuh
cinta kepadanya.Suatu hari, seperti hari-hari sediakala, ia sedang duduk
berjaga di pintu gerbang.

www.rajaebookgratis.com
Ketika Ken Dedes turun dari kereta, kaki sebelah sudah di atas injakan
kereta dan kaki yang lain masih di lantai kereta, tersingkaplah sedikit
kain yang dipakainya. Barang satu jurus saja. Tapi cukup bagi mata si
Angrok, mata Pencuri, untuk menangkap suatu pemandangan yang aneh.
Di balik kain itu, dan bersumber pada pangkal selangkang, mata Angrok
menangkap nyala yang sangat menyilaukan! Malam itu ia kembali ke
Lohgawe. Menceritakan apa yang dilihatnya, dan menanyakan apa takbir
maknanya. Didengarnya keterangan sang Brahmana, bapak angkatnya
yang arif itu, dan dicernanya di dalam pikirannya. Katanya, nyala itu ialah
sinarnya sakti.

Dan yang dinamakan sakti, yaitu kekuatan atau kekuasaan di atas kodrat,
yang merupakan sumber pancaran kejayaan dan keagungan ... (Kajian
ilmiah tentang daya adikodrati yang memancar dari aurat perempuan itu,
antara lain, pernah dibuat oleh Prof.Dr. Prijono).Angrok kembali ke istana
dengan tekad bulat: Merebut Ken Dedes dari Tunggul Ametung, dan
menyingkirkan Adipati ini dari tahtanya.

Pergilah Angrok pada salah seorang pandai besi terkenal,yang tinggal di
desa Gandring. Pandai besi ini disuruhnya membikin sebilah keris, dan
harus selesai secepat-cepatnya.Akhirnya waktu lima bulan disepakati
kedua belah pihak.(Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru - Van Hoeve
1981,menyebut Gandring berasal dari desa Lulumbang Jawa
Timur.Walaupun begitu belum berarti bahwa Gandring adalah nama
pandai besi itu. Bisa juga baik Gandring maupun Lulumbang kedua-
duanya nama desa).Sesudah lima bulan, sesuai dengan kesepakatan
bersama, Angrok datang untuk mengambil keris pesanannya itu. Tapi
ketika ia datang, keris ternyata belum selesai benar dan belum berhulu.
Angrok menjadi marah, dan ditikamnya Empu Gandring dengan keris
bikinannya sendiri. Sebelum nafas terakhir putus diembuskan, Empu itu
masih sempat mengucapkan kutuk ramalannya: Bahwa tujuh orang raja
berturut-turut akan mati di ujung kerisnya bikinannya itu! Angrok, si
mantan pencuri besar, sungguh seorang ahli siasat yang licin tapi juga
licik. Untuk meraih cita-citanya menyingkirkan Tunggul Ametung, keris
Gandring dipinjamkannya kepada sesama kawan prajurit kawal. Kebo Ijo,
namanya. Beberapa lamanya keris bagus itu sengaja dibiarkannya
menjadi hiasan pinggang Kebo Ijo. Sehingga setiap prajurit Tumapel
tahu, dan menganggap keris Gandring itu milik Kebo Ijo.Sesudah
pendapat umum terbentuk demikian, pada suatu malam Angrok mencuri
keris itu, dan segera dipakainya untuk membunuh Tunggul Ametung.
Keris tetap ditinggalkan tertancap di jantung Sang Adipati yang malang.

Tapi lebih malang lagi Kebo Ijo. Ia segera ditangkap dan dijatuhi
hukuman kisas.(Pada akhir jaman Hindia Belanda dulu, di dinding
Sekolah Rakyat di desaku, aku melihat lukisan yang menggambarkan
www.rajaebookgratis.com
peristiwa hukuman kisas Kebo Ijo. Anehnya di salah satu pinggir alun-
alun tempat hukuman di lakukan ada seperangkat kecil gamelan dengan
penabuhnya, sementara itu si algojo dengan keris telanjang siap di depan
Kebo Ijo).Kebo Ijo ditangkap dan dihukum mati. Sedangkan sang aktor
intelektualis perbuatan makar ini, bukan saja bebas dari getah kejadian!
Ia bahkan satu-satunya yang berhasil merebut segala nikmat
daripadanya. (Aneh, bukan? Kata pepatah Perancis sejarah tidak akan
pernah berulang. Tapi mengapa Letkol Untung (Kebo Ijo) dan PKI
(Gandring) ditumpas, sementara itu Jendral Suharto (Arok) yang panen
raya?) Bahwa Angrok adalah sang aktor intelektualis.

Tapi Ken Dedes sendiri pun - permaisurinya - baru pada tahun 1207 tahu
dengan tepat, siapa sebenarnya dalang di balik drama berdarah itu.Ken
Angrok berhasil merebut nikmat. Kekuasaan Tumapel jatuh di tangannya,
dan Ken Dedes jatuh dalam pelukannya.Ketika itu permaisuri Tumapel
ini sudah sembilan bulan. Bayi buah harapan Tunggul Ametung, sebagai
penerus pemegang tahta Tumapel.Ken Angrok segera bekerja cepat.
Daerah kerajaan Janggala, di timur Gunung Kawi, diserbu dan direbutnya.
Janggala ialah separoh bagian dari wilayah kerajaan Airlangga dahulu, di
samping Panjalu, yang meliputi kawasan sepanjang pesisir utara dari
Surabaya ke Pasuruan. Juga daerah-daerah di sebelah timur kawasan
Janggala menjadi sasaran ekspansi Angrok ke timur. Ketika itu
ketidakpuasan terhadap Kediri memang sedang merajalela di Janggala.
Para brahmana sedang bertentangan tajam dengan raja Kediri, Kertajaya.

Angrok yang tahu keadaan ini, dengan cerdik memanfaatkannya. Maka
banyak para brahmana yang melarikan diri dari Kediri, mencari suaka ke
Tumapel. Pertentangan Ken Angrok dengan Kertajaya semakin
meruncing, sehingga perang Tumapel - Kediri tak terhindarkan.

Pada pertempuran di Ganter (1222) Kertajaya dikalahkan. Ken Angrok
lalu menggantikan Kertajaya, raja terakhir dari keturunan Airlangga, dan
menobatkan diri sebagai raja Sri Rangga(h) Rajasa. Ia lalu membangun
kratonnya di Kutaraja, yang kemudian terkenal sebagai Singasari.

You might also like