You are on page 1of 18

Simulasi Load Flow Analysis ETAP 12

1.1 DASAR TEORI


Dalam studi analisa aliran daya didapat beberapa
kegunaan antara lain :
- Untuk mengetahui setiap tegangan pada sinyal
yang ada dalam sistem
- Untuk mengetahui semua peralatan, apakah
memenuhi batas yang ditentukan untuk
menyalurkan daya yang diinginkan
- Untuk mengetahui kondisi mula pada
perencanaan sistem yang baru
- Pada hubung singkat, stabilitas pembebanan
ekonomis
Daya listrik akan selalu mengalir ke beban,
karenanya dalam hal ini aliran dayanya juga
merupakan aliran beban. Pada dasarnya beban
dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu beban
statis dan beban dinamis. Pada setiap simpul atau
bus sistem terdapat empat parameter atau besaran
yaitu :
- Daya nyata (aktif)
- Daya semu (reaktif)
- Tegangan
- Sudut fasa
Dalam menganalisa aliran daya dihitung :
- Tegangan tiap bus
- Aliran daya di tiap saluran
Aliran daya pada saluran i-j ditentukan sebagai
berikut :
S
ij
=V
i
T
ij
*


dimana Zij adalah impedansi saluran ij. Dalam
analisa sistem tenaga (aliran daya) ada 3
klasifikaasi bus yaitu:
1. Load bus (PQ bus) cirinya adalah terhubung
dengan beban PQ dari beban diketahui dan
tetap yang dihitung adalah (V) dan sudut fasa.
2. Swing/slack bus (P dan V bus). Bus terhubung
dengan generator P dan |V| tetap (diketahui,
sudut fasa besarnya nol. Daya yang dihitung
adalah daya aktif dan reaktif. Berfungsi untuk
mencatu rugi-rugi daya dari beban yang tidak
dapat dicatu dari generator lain.
3. Generator bus, adalah bus yang terhubung
dengan generator P dan |V| diketahui dan tetap
yang dihitung adalah daya aktif dan sudut fasa
dari generator.
Untuk menghitung aliran daya ada banyak metode
yang digunakan antara lain :
- Metode Gauss Seidel
- Metode Newton Raphson
A. Metode Gauss Seidel
Perhitungan analisa aliran daya memiliki
keuntungan:
- Perhitungan dan pemrograman relatif lebih
mudah.
- waktu tiap iterasi singkat.
- sesuai untuk sistem dengan jaringan sedikit,
5 bus atau kurang.
sedang kelemahannya adalah :
- Pencapaian konvergen lambat
- Makin banyak bus jumlah iterasi juga akan
semakin bertambah.
Bila bus referensi diganti bus yang lain untuk
sistem radial tidak dapat mencapai konvergen.
Penurunan persamaanya dimulai dengan suatu
rumusan simpul dari persamaan jaringan. Kita
akan menurunkan persaman untuk suatu sistem
empat bus dan persamaannya yang umum akan
dibahas kemudian. Dengan swing bus
ditetapkan sebagai nomor 1, perhitungan
dimulai dengan bus 2.Jika P2 dan Q2 adalah
daya aktif, daya reaktif yang direncanakan akan
memasuki bus 2:
V2 I12* = P2+j Q2
Dimana I2 dinyatakan sebagai
*
2
2 2
2
V
jQ P
I

=
dengan admitansi sendiri dan mutual simpul
sebagai sukunya, serta generator dan beban
diabaikan karena arus yang masuk ke setiap
simpul telah dinyatakan :
V Y V Y V Y V Y
V
jQ P
24 3 13 2 12 1 12
2
2 2
+ + + =


Dengan menyelesaikan untuk V2 didapatkan
(

+ + +

= ) (
1
4 24 3 23 1 21
*
2
2 2
22
2
V Y V Y V Y
V
jQ P
Y
V

Persamaan di atas memberikan nilai yang telah
dikoreksi untuk V2 berdasarkan P2 dan Q2
yang telah direncanakan bila nilai yang semula
diperkirakan dimasukkan sebagai ganti
pernyataan tegangan pada ruas kanan
persamaan tersebut. Nilai yang diitung untuk
V2 tidak akan sesuai dengan nilai untuk V2 .
Dengan memasukkan nilai konjugate dari V2
yang telah dihitung sebagai ganti V2*, untuk
menghitung nilai lain dari V2, penesuaian akan
(
(


=
ij
s i
i ij
Z
V V
V S

tercapai dengan tingkat ketepatan yang baik
setelah beberapa iterasi, dan akan merupakan
nilai V2 yang benar dengan tegangan yang
diperkirakan tanpa memandang daya pada bus-
bus lain. Tapi nilai ini bukan merupakan
penelesaian untuk V2 bagi keadaan aliran beban
yang ditetapkan karena tegangan V2 didasarkan
adalah nilai perkiraan pada bus-bus yang lain.
Sedang tegangan yang sesungguhnya belum
diketahui, dianjurkan untuk membuat dua buah
perhitungan V2 berturut-turut (yang kedua
sama seperti yang pertama kecuali untuk
pembentukan pada V2*). Untuk setiap bus
sebelum diteruskan ke bus yang lain. Setelah
tegangan yang dibetulkan diperoleh di tiap bus,
nilai ini dipakai lagi untuk menghitung
tegangan yang dibetulkan pada bus berikutnya.
Proses ini diulang untuk tiap bus berturut-turut
untuk seluruh jaringan (kecuali untuk swing)
untuk menyelesaikan iterasi yang pertama.
Kemudian seluruh proses dilakukan lagi
berulang-ulang, hingga besarnya pembentukan
tegangan pada tiap bus kurang dari suatu indeks
ketepatan yang sebelumnya telah ditetapkan.
- Konsep konsep dasar
Pada dasarnya daya listrik pada suatu elemen
adalah tegangan pada elemen tersebut dikalikan
dengan arus yang mengalir melalui elemen
tersebut.
V = Vm cos et
I = Im cos (et-u)
maka daya sesaat adalah :
S = V.I
= Vm cos et .Im cos (et-u)
=
2
I . V
m m
cos u (1 + cos 2et) +
2
I . V
m m
sin
u.sin2et
Atau
S = |V||I|cos u (1 + cos 2et) + |V||I|sin u.
sin 2et
dimana|V| dan |I| adalah harga efektif dari
tegangan dan arus :
-|V||I| cos u (1 + cos 2et)
selalu bertanda positif dengan harga rata rata
P = |V||I| cos u
P adalah daya aktif/nyata (watt)
cosu adalah power faktor :
a. lagging untuk rangkaian induktif
b. leading untuk rangkaian kapasitif
- |V||I| sin u. sin 2et
mempunyai harga positif dan negatif dengan
harga rata-rata nol
Q = |V||I| sin u
Q adalah daya reaktif (Var)
Positif untuk beban induktif
Negatif untuk beban kapasitif
- Besaran Persatuan (pu)
pu =
dasar Besaran
sebenarnya Besaran

Empat besaran dalam sistem tenaga listrik
antara lain :
1. Arus ( Ampere )
2. Tegangan ( Volt )
3. Daya ( Volt Ampere)
4. Impedansi ( ohm )
Rumus dasar untuk menentukan Ibase dan
Zbase :
Ibase =
N - L KV
1 KVA
B
|

Zbase =
( )
| 1 KVA
1000 x KV
B
2
N - L

=
| 1 MVA
KV
B
2
N - BL

Dengan menggunakan data 3C :
Ibase =
L - L KV 3
3 KVA
B
|

Zbase =
| 3 MVA
KV
B
2
N - BL

Mengubah base
Zn(pu) = Zo (pu)
(

o KVA
n KVA
n KV
o KV
B
B
2
B
B

Perlu diingat bahwa analisa sistem rangkaian 3
C adalah menggunakan rangkaian 1 C dengan
asumsi bahwa rangkaian seimbang.
B. Metode Newton raphson
Mempunyai keuntungan perhitungan dan
pemrogramannya relative mudah, waktu tiap
iterasi singkat, sesuai untuk system jaringan
yang besar dan tidak tergantung pada
banyaknya bus, banyak sedikit bus iterasinya
sama.





Menggambar Single Line Diagram




1.2 SI NGLE LI NE DI AGRAM
Single Line Diagram merupakan gambar
teknis yang merepresentasikan keadaan eksisting
suatu sistem tenaga listrik. Sehingga dalam
melakukan analisis aliran daya harus didapatkan
single line diagram yang lengkap dan sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya. Untuk
memudahkan proses, dalam menggambar single
line diagram diawali dengan menggambar bagian
sumber tenaga, hingga kemudian sampai ke beban.
Sebelum menggambar single line diagram
yang pertama kali harus dilakukan adalah memilih
standar yang digunakan untuk menentukan gambar
simbol peralatan. Terdapat dua standar yang
digunakan dalam menggambar maupun melakukan
analisis dalam ETAP 12, yaitu ANSI dan
IEC.Selain itu kita juga harus menentukan nilai
frekuensi sistem.



Single line diagram yang digambar secara
rapi dan sistematis dapat memudahkan kita dalam
mengisi data peralatan maupun melakukan analisis.
Dalam proses menggambar penamaan peralatan
terlebih dahulu diabaikan.


1.3MENGI SI DATA PERALATAN
Setelah single line diagram tergambar
dengan baik dan rapi proses selanjutnya adalah
mengisi rating semua peralatan yang ada dalam
single line diagram. Secara praktis terdapat dua
teknik untuk melakukan pengisian data peralatan.
a. Jika kita mendesain single line diagram yang
baru maka lebih baik kita melakukan pengisian
data peralatan mulai dari beban hingga akhirnya
menuju ke sumber. Hal ini dilakukan agar kita
dapat dengan mudah menentukan rating
transformator dan sumber (grid dan generator).
b. Jika kita menggambar single line diagram yang
telah didesain dan sudah dalam keadaan final ke
dalam ETAP maka kita dapat melakukan pengisian
data peralatan mulai dari sumber menuju ke beban.
Dalam melakukan analisis aliran daya
menggunakan ETAP 12 minimal data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut.

1.3.1 Power Grid


Mode
Dalam sistem tenaga, mode operasi sumber
dibedakan menjadi tiga (untuk ETAP 12), yaitu:
Project > Standards


a. Swing
Pada mode ini sumber dimodelkan sebagai
penyuplai beban sistem yang dinamis.Artinya besar
pembangkitan daya aktif maupun daya reaktifnya
bergantung dari berapa kekurangan daya
pembangkitan sumber yang mode operasinya selain
swing.Sehingga dalam prakteknya sumber daya
dengan mode swing memiliki respon perubahan
daya yang cepat.Syarat utama dalam melakukan
analisis aliran daya, dalam sistem harus ada
minimal satu sumber tenaga yang memiliki mode
swing.Utamanya adalah sumber yang memiliki
kapasitas terbesar.
b. Voltage Control
Sumber daya ini memiliki karakteristik yang telah
fix sesuai setting yang diinginkan operator.
Pengisian data untuk sumber tenaga dengan mode
ini adalah dengan mengeset nilai daya aktif dan
range pembangkitan daya reaktifnya.
c. MVar Control
Secara umum mode ini sama dengan mode voltage
control. Di dalam sistem tenaga listrik real mode
ini tidak ada. Mode MVar control berfungsi
sebagai pengontrol tegangan suatu bus yang
ditentukan dengan mengatur besar pembangkitan
daya reaktif sesuai dengan ratingnya.
Dalam praktek analisis aliran daya, sumber tenaga
grid selalu dioperasikan sebagai mode swing
karena memiliki kapasitas yang sangat besar
dibanding beban total sistem.

Rated KV
Tegangan sistem grid (transmisi atau distribusi)
yang diambil untuk suplai sistem kelistrikan.

MVASc
Data MVASc (Mega Volt Ampere Short Circuit)
merupakan data besar arus hubung singkat terbesar
yang dapat dikontribusikan oleh grid saat terjadi
gangguan.Besarnya MVASc merupakan
representasi nilai ekivalen Z sistem grid yang
diambil pada suatu gardu induk.Sehingga nilai
MVASc besarnyaberbeda-beda untuk tiap gardu
induk tempat penyulang sistem kelistrikan diambil.

Grounding
Sistem grounding pada grid secara analisis tidak
mempengaruhi perhitungan studi aliran daya.
Tetapi dalam single line diagram perlu ditentukan
untuk analisis yang lebih lanjut (analisis hubung
singkat, aliran daya harmonik, dan studi kestabilan
transien). Pada ETAP 12 terdapat dua tipe
grounding, yaitu Y-solid grounded dan .

Untuk sistem Y-solid grounded parameter hubung
singkat untuk tiga fasa dan satu fasa ditentukan
karena dalam perhitungan gangguan satu fasa dan
tiga fasa dalam sistem ini memiliki besaran yang
berbeda. Selain itu kita juga harus memasukkan
nilai impedansi (R dan X) pada setiap komponen
rangkaian urutan.

Untuk sistem grounding kita hanya perlu
memasukkan nilai MVASc untuk 3 fasa karena
dalam sistem hubung singkat 1 fasa besarnya
sama dengan hubung singkat 3 fasa. Selain itu tidak
terdapat komponen rangkaian urutan nol, karena
dalam sistem yang pastinya tidak memiliki titik
grounding tidak akan terdapat arus urutan nol yang
mengalir ketika terjadi gangguan ke tanah (untuk
sistem grid tiga fasa seimbang).

1.3.2 Generator



Mode
Untuk sistem dengan dua jenis sumber (Grid dan
Generator) umumnya generator diopersikan sebagai
mode voltage control atau MVar
Control.Sedangkan untuk sistem dengan sumber
dari beberapa generator, mode swing dipilih untuk
generator dengan kapasitas terbesar.

MW/KW(untuk Rating)
Kapasitas pembangkitan daya aktif maksimum
yang dapat diberikan oleh generator.

kV
Tegangan terminal generator maksimum.

%PF
Faktor daya generator saat beroperasi nominal.

%Eff
Persentase efisiensi pembangkitan generator.

Poles
Banyaknya kutub pada desain generator yang
digunakan.

MW/KW(untuk Design Setting)
Besar pembangkitan daya aktif tetap yang akan
disuplai ke sistem
Catatan: Sesuai dengan contoh single line diagram,
generator beroperasi menggunakan mode voltage
control, sehingga perlu penentuan besar
pembangkitan daya aktif.

Max. Q dan Min. Q
Besar range maksimum dan minimum
pembangkitan daya reaktif yang dapat dilakukan
oleh generator.

1.3.3 Bus
Untuk memudahkan pengisian data peralatan
maupun beban akan lebih efektif dan cepat apabila
kita melakukan pengisian data bus terlebih dahulu.
Jika kita melakukan desain sistem kelistrikan yang
baru maka perlu kita pertimbangkan terlebih
dahulu level tegangan berapa saja yang akan kita
gunakan dalam sistem.


Nominal kV

Rating tegangan bus saat sistem bekerja dalam
keadaan nominal.


1.3.4 Cable

Dalam memodelkan kelistrikan yang paling baik
dan sesuai dengan kondisi eksisteing adalah apabila
setiap saluran terdapat kabel sebagai pemodelan
rugi-rugi dalam analisis aliran daya.Sehingga
didapatkan hasil yang lebih akurat.
Data-data yang diperlukan dalam kabel untuk
pemodelan rugi-rugi tentunya adalah besar
impedansi, reaktansi, dan panjang.Dalam ETAP 12
dalam memasukkan data ini dapat menggunakan
dua pilihan. Yang pertama adalah mengisi besar
impedansi (R, X, dan Y)


Pilihan yang kedua adalah dengan menggunakan
fitur Library. Library (untuk cable) merupakan
data-data spesifikasi kabel yang ada di industri
yang telah dirangkum dalam database ETAP 12.


Pemilihan spesifikasi kabel menggunakan Library
pada ETAP 12 adalah sebagai berikut.



Unit System
Untuk menentukan standar satuan yang akan
digunakan dalam menyatakan besaran listrik.

Frequency
Standar frekuensi sistem yang digunakan.

Conductor Type
Jenis bahan konduktor kabel.

Installation
Menentukan bagaimana kabel dipasang dalam
sistem kelistrikan, apakah dipasang dengan cara
yang akan menyebabkan efek magnetik kabel atau
tidak. Karena jika efek magnetik muncul akibat
arus yang mengalir akan menyebabkan
bertambahnya nilai reaktansi kabel menjadi 5%-
15% lebih besar.

kV %Class
Menetukan besar tegangan kontinyu maksimum
yang dapat diaplikasikan pada kabel.

Source Insulation #/C
Digunakan untuk menentukan jenis insulasi kabel
serta konfigurasinya.
Catatan:
1/C artinya dalam satu kabel terdapat satu
konduktor saja
3/C artinya dalam satu kabel terdapat tiga
konduktor

Size
Menentukan ukuran diameter kabel.


1.3.5 Static Load
Static load merupakan beban yang menyerap daya
secara statis.Artinya secara praktis beban statis
adalah beban yang tidak berupa motor.

Data yang diisi dalam static load adalah sebagai
berikut.

kV
Menentukan besar tegangan beban statis.

kVA/MVA
Digunakan untuk menentukan rating daya total
yang dibutuhkan oleh beban statis.

%PF
Untuk menentukan faktor daya beban statis.


1.3.6 Lump Load
Lump load merupakan gabungan/kombinasi beban-
beban motor dan beban statis. Lump load biasanya
digunakan untuk menyederhanakan beberapa beban
dalam satu bus yang rating dayanya relatif kecil.
Hal ini digunakan agar single line diagram yang
kita rancang lebih mudah untuk dianalisis secara
grafis.


Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam
mengisi parameter lump load.

MVA/kVA
Menentukan rating daya total lump load.

kV
Menetukan besar tegangan lump load.

%PF
Menentukan besar faktor daya lump load.

Motor/Static Load
Digunakan untuk menentukan perbandingan antara
beban statis dan beban motor yang digabung
menjadi lump load.


1.3.7 I nduction Motor
Motor induksi merupakan salah satu jenis beban
motor yang paling banyak aplikasinya di industri,
sehingga karakteristik pembebanannya juga
berbeda-beda tergantung dengan fungsinya. Tetapi
untuk analisa aliran daya hanya digunakan
parameter berikut.


kW/HP
Untuk menentukan daya aktif yang diperlukan
motor induksi saat beroperasi maksimum sesuai
dengan kapasitasnya.

kV
Menentukan rating tegangan terminal motor
induksi.

%PF(100% ; 75% ; 50%)
Digunakan untuk menentukan faktor daya motor
induksi jika dioperasikan dalam keadaan 100%,
75%, dan 50% dari keadaan full load.

%Eff
Digunakan untuk menentukan efisiensi motor
induksi jika dioperasikan dalam keadaan 100%,
75%, dan 50% dari keadaan full load.

SF
Service Factor berisi angka 0 hingga 1. Angka SF
menunjukkan frekuensi (seberapa sering) motor
induksi dioperasikan.

Poles
Banyaknya kutub pada desain motor induksi yang
digunakan.


1.3.8 Synchronous Motor
Motor sinkron merupakan salah satu jenis motor
yang memiliki karakteristik khusus, sehingga
penggunaannya dalam industri juga untuk aplikasi

dan karakteristik pembebanan yang tertentu pula.
Dalam teori, motor sinkron memiliki karakteristik
kecepatan yang konstan untuk torsi beban yang
berbeda-beda. Selain itu motor sinkron juga
memiliki faktor daya yang dapat diatur, sehingga
operasinya tidak selalu dalam keadaan lagging.
Namun dalam analisa aliran daya menggunakan
ETAP 12 pemodelan motor sinkron memiliki
karakteristik pembebanan sistem yang sama dengan
motor induksi.

kW/HP
Untuk menentukan daya aktif yang diperlukan
motor sinkron saat beroperasi maksimum sesuai
dengan kapasitasnya.

kV
Menentukan rating tegangan terminal motor
sinkron.

%PF(100% ; 75% ; 50%)
Digunakan untuk menentukan faktor daya motor
sinkron jika dioperasikan dalam keadaan 100%,
75%, dan 50% dari keadaan full load.

%Eff
Digunakan untuk menentukan efisiensi motor
sinkron jika dioperasikan dalam keadaan 100%,
75%, dan 50% dari keadaan full load.

SF
Service Factor berisi angka 0 hingga 1. Angka SF
menunjukkan frekuensi (seberapa sering) motor
sinkron dioperasikan.

Poles
Banyaknya kutub pada desain motor sinkron yang
digunakan.


1.3.9 Composite Motor

Composite motor merupakan salah satu fitur dalam
menggambar single line diagram pada ETAP 12
yang digunakan untuk menyederhanakan kumpulan
motor menjadi satu simbol grafis saja. Selain


1.3.10 Composite Network

Composite network merupakan fitur dalam ETAP
12 yang digunakan untuk menyederhanakan
rangkaian dalam sistem kelistrikan.Seperti pada
sistem distribusi yang memiliki karakteristik
sambungan yang cukup rumit, untuk melakukan
analisis dalam sinle line diagram yang besar kita
dapat menggunakan composte network. Dalam
composite network kita dapat menentukan berapa
jumlah titik sambungan yang akan masuk ke dalam
sistem kecil pada composite network dengan
merubah jumlah pin.



1.3.11 2-Winding Transformer
Transformator merupakan salah satu komponen
penting dalam analisis aliran daya pada ETAP 12,
karena menentukan tahapan konversi tegangan dari
satu bus ke bus yang lain. Komponen-komponen
yang harus diisi dalam transformator adalah
sebagai berikut.


kV (Prim. & Sec.)
Digunakan untuk menentukan besar rasio
transformator dengan mngisi parameter besar
tegangan primer dan tegangan sekundernya.

MVA/kVA
Digunakan untuk menentukan besar kapasitas daya
transformator.

%Z X/R
Transformator mrupakan peralatan dalam sistem
tenaga yang terdiri dari belitan dan inti besi,
sehingga secara praktis memiliki impedansi
tertentu yang akan menyebabkan adanya rugi-rugi.
Sehingga dalam analisis aliran daya perlu
dimasukkan parameter impedansinya yang
didapatkan dari beberapa mekanisme testing
transformator.Dalam ETAP 12 terdapat estimasi
besar Z dan rasio Xdan R yang dapat kita gunakan
jika data yang kita dapatkan sangat minim.



1.4LOAD FLOW ANALYSI S
Setelah semua peralatn dalam single line diagram
terisi secara lenkap dan benar kita dapat melakukan
running program load flow analysis. Dalam
program ETAP 12 terdapat beberapa parameter
yang perlu ditentukan untuk melakukan analisis
aliran daya.


Dalam menu edit study case kita perlu untuk
menentukan perintah iterasi studi aliran daya serta
skenario aliran daya yang kita inginkan.


Method
Digunakan untuk memilih metode studi aliran daya
yang ingin digunakan serta untuk menentukan
jumlah iterasi dan tingkat presisi program iterasi.

Loading Category
Digunakan untuk memilih skenario (umumnya
didefinisikan dalam perbedaan waktu operasi plant)
dalam melakukan analisis aliran daya.Skenario ini
dapat diubah parameternya pada semua jenis
beban.

Charger Loading
Apabila dalam single line diagram terdapat
peralatan charger, maka mode pembebanannya
dapat ditenukan. Untuk Loading Category jika
pembebanan charger sesuai dengan mode Loading
Category yang dipilih untuk load flow, sedangkan
Operating Load jika charger digunakan sesuai
dengan beban yang disuplai (parameter besar
operasi charger dapat diketahui dari DC load flow).

Load Diversity Factor
Dalam load diversity factor kita dapat menentukan
operasi beban dalam suatu bus. Jika bus minimum
dipilih maka semua beban dalam bus akan
dikalikan dengan diversity factor minimum.
Apabila bus maksimum dipilih maka semua beban
dalam bus akan dikalikan dengan diversity factor
maksimum. Perbandinganantara jumlah beban
maksimum dari masing masing unit bebanyang ada
pada suatu sistem terhadap beban maksimum
sistemsecara keseluruhan.Sedangkan untuk pilihan
global digunakan untuk menentukan operasi beban
menurut modelnya (model konstan KVA dan
konstan Z).


Initial Condition
Pilihan ini digunakan untuk melakukan inisiasi
awal sebelum running program. Program load flow
akan semakin cepat konvergen apabila nilai inisiasi
yang diberikan semakin mendekati nilai
sesungguhnya.

Report
Digunakan untuk pemilihan outup report ETAP
Power Sattion, apakah parameter bus ditampilkan
dalam persen atau kV.

Update
Pilihan yang digunakan untuk melakukan update
beberapa parameter peralatan setelah kita
melakukan running load flow. Contohnya apabila
kita mencentang Transformers LTC maka setelah
kita melakukan running load flow secara otomatis
ETAP 12akan menghitung berapa penambahan tap
trafo yang diperlukan untuk perbaikan aliran daya.














Analisis Hasil Simulasi













































1.4.1 Hasil Simulasi
Dari hasil simulasi beberapa parameter dalam
analisis aliran daya dapat diketahui dengan
memilih parameter/besaran listrik menggunakan
fitur display.







Jika kita menggunakan menu display seperti di atas
maka hasil tampilannya sebagai berikut.


Jika kita ingin melihat nilai faktor daya pada
branch maka kita dapat memilih display pada
power rows



1.4.2 Penentuan Standar Operasi Abnormal
Dalam melakukan proses peringatan keadaan
abnormal suatu peralatan/sistem tentunya program
ETAP 12 membutuhkan inisiasi parameter batas
atau standar bagaimana suatu peralatan/sistem
dinyatakan dalam keadaan abnormal. Kita dapat
memberikan parameter tersebut pada tag plot yang
terdapat pada menu edit study case.

Terdapat 2 kondisi peringatan, yaitu critical dan
marginal.Critical merupakan standar atau batas
suatu peralatan/sistem dapat dinyatakan dalam
keadaan kritis yang jika terlampaui maka dapat
menyebabkan kerusakan atau kegagalan operasi.
Marginal merupakan standar atau batas suatu
peralatan/sistem hampir memasuki range batas
kritis sehingga perlu dipertimbangkan adanya
mekanisme perbaikan.Dalam ETAP 12 standar
default-nya memakai standar ANSI untuk tegangan
(+5%).


Dari simulasi contoh yang dapat diambil adalah
standar pada tegangan.Terdapat bus yang berwarna
merah karena dalam range di bawah standar
critical(94.52%<95%). Selain itu juga terdapat bus
yang berwarna merah muda karena dalam range
standar marginal (98%<95.79%<95%).



Pada branch
tersebut
mengalir daya
842 kW dan 859
kVAR

1.4.3 Perbaikan Tegangan dan Faktor Daya
Dalam sistem distribusi tenaga listrik, fenomena
yang selalu menjadi perhatian adalah adanya
undervoltage. Undervoltage umumnya terjadi
akibat jaringan yang terlalu panjang sedangkan
saluran distribusi memiliki level tegangan
menengah dan tegangan rendah, sehingga
timbulnya rugi-rugi juga semakin besar. Dalam
sistem tenaga listrik pengaturan tegangan dapat
dilakukan dari dua sisi, yaitu sisi pembangkit dan
sisi beban. Dalam praktek analisis menggunakan
ETAP 12akan diberikan contoh tentang perbaikan
tegangan di sisi beban. Terdapat dua cara yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki tegangan suatu
bus, yaitu dengan metode tap changer transformer
serta pemasangan capasitor bank.

Tap Changer Transformer
Transformator merupakan peralatan dalam sistem
tenaga listrik yang berfungsi untuk
mengkonversikan besaran tegangan dari nilai
tertentu ke nilai yang lebih tinggi ataupun yang
lebih rendah.Prinsip kerjanya adalah dengan
memanfaatkan prinsip induksi magnetik akibat
perubahan fluks yang berbanding dengan kontanta
jumlah lilitan.Rumus konversi umum pada
tranformator adalah sebagai berikut.


Tap changer merupakan metode pengaturan
tegangan dengan merubah jumlah lilitan sesuai
dengan nilai yang diinginkan.






Apabila jumlah
lilitan pada
transformator kita ubah maka secara praktis rasio
perbandingan transformator () akan berubah
nilainya. Contohnya dapat dilihat pada gambar
belitan transformator step up di atas. Untuk kondisi
normal rasio transformatornya adalah

. Sehingga untuk mendapatkan besar


tegangan primernya maka

.
Apabila tap transformator kita naikkan ke posisi +3
maka

, sehingga nilai
tegangan pada sekundernya

.
Dapat dilihat pada perhitungan jika kita menaikkan
jumlah belitan sekunder transformator maka akan
menaikkan tegangan sekundernya. Begitu pula
akan terjadi sebaliknya jika kita menurunkan
jumlah belitan sekunder transformator maka akan
menurunkan tegangan sekundernya.
Dalam praktisnya untuk menaikkan tegangan kita
juga dapat menggunakan tap pada sisi primer.
Sehingga dengan memperhatikan rumus konversi
transformator untuk menaikkan tegangan di sisi
sekunder maka kita dapat mengurangi jumlah
lilitan pada sisi primernya (tap dalam posisi
minus).
Dalam simulasi menggunakan ETAP 12 untuk
menaikkan tegangan pada bus SS-04A dari nilai
tegangan 94.38% menjadi mendekati 100% maka
dibutuhkan perubahan tap 5% pada transformator
TR-SS-03A. Karena transformator tersebut
memiliki fungsi step down, maka perubahan tap
dilakukan di sisi primer. Yaitu dengan mengurangi
tap primer transformator sebesar 5%.

Sehingga dari hasil simulasi didapatkan hasil
tegangan pada bus sebesar 99.52%.


Capacitor Bank
Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik terdapat
parameter besaran yang harus diperhatikan yaitu
faktor daya atau cos . Faktor daya merupakan
perbandingan antara besar daya aktif dan daya total
yang menunjukkan besar konsumsi daya reaktif
suatu sistem.Umumnya sistem tenaga listrik
beroperasi dalam kondisi lagging, karena beban

sistem biasnya berupa motor. Dampak yang yang
bisa dianalisis dari kondisi sistem yang semakin
lagging (cos lagging) adalah kebutuhan daya
reaktif yang semakin besar, sedangkan jika melihat
dari sisi generator proses pembangkitan daya
reaktif sangat terbatas. Selain itu juga terjadi
fenomena undervoltage, karena semakin sistem
dalam keadaan lagging maka besar arus reaktif
yang mengalir akan semakin besar. Keadaan ini
menyebabkan losses jaringan semakin besar
sehingga drop tegangan juga akan semakin besar.
Untuk menaikkan nilai cos sistem dapat
digunakan metode kompensasi.Salah satu peralatan
yang biasa digunakan adalah capacitor bank.
Capacitor memiliki karakteristik leading (cos =
90) sehingga dapat digunakan dalam melakukan
kompensasi suatu beban yang beroperasi lagging.
Pada simulasi menggunakan ETAP 12 terdapat
beban motor MTR_SS-06 yang beroperasi pada cos
0.7. Diperlukan capacitor bank untuk melakukan
kompensasi pada bus SS-04B, sehingga bus
tersebut digunakan sebagai acuan perhitungan.
Catatan: model injeksi arus kompensasi capacitor
bank adalah menuju bus yang berada di atasnya.
Dari hasil simulasi besar daya aktif yang mengalir
pada branch yang menuju MTR_SS-06 sebesar 842
kW.Sedangkan cos bus sebesar 70%.


Dengan menggunakan rumus dasar daya dan
trigonometri dasar maka dapat dihitung besar daya
reaktif kompensasi oleh CAP-SS-06 sebagai
berikut (dengan besar power faktor bus yang
diinginkan menjadi 95%).
.




Sehingga :

]
[ (

)]
[

)]
[
]
[
]



Didapatkan dari perhitungan besar kompensasi
daya reaktif yang dibutuhkan adalah sebesar 581
kVAR. Sehingga parameter rating capacitor bank
adalah sebagai berikut


kV/Max.kV
Untuk menentukan besar tegangan nominal dan
maksimum untuk kerja capacitor bank.

Kvar/Bank
Untuk menentukan berapa besar kompensasi daya
reaktif untuk setiap bank.

# of Banks
Untuk menentukan jumlah capacitor bank yang
akan diinstal pada single line diagram/sistem.

Dengan memasukkan parameter tersebut akan
didapatkan hasil simulasi pada bus SS-04B sebagai
berikut.


Bus SS-04B memiliki faktor daya 93.1%.
Sedangkan tegangan pada bus SS-04B dan SS-06
naik menjadi 95.44%.

You might also like