You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya

kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Analisa Gas Darah. Dalam makalah ini berisi tentang apa sebenarnya tujuan dan manfaat pemeriksaan analisa gas darah,dan bagaiman prosedur pelaksanaan dalam pemeriksaan analisa gas darah serta hasil dari dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Kami bisa menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dosen mata kuliah Sistem Respiratori II dan juga teman-teman yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan terhadap makalah ini. Atas selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu pembimbing dan teman-teman semua. Kami yang menyusun makalah ini menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kelengkapan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa.

Medan, Maret 2012 Penulis

Kelompok IX

DAFTAR ISI

KATA PEGATAR............................................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2

A. B. C. D. E. F.

Pengertian AGD......................................................................................................... 2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD.................................................................... 2 Pengambilan Sampel dan Analisa Pemeriksaan AGD............................................... 4 Pengukuran karbondioksida Darah.......................................................................... 12 Persiapan Alat dan Pasien........................................................................................ 13 Prosedur Kerja.......................................................................................................... 14 BAB III PENUTUP........................................................................................................... 21

A.

Kesimpulan............................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah. Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penelitian analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Hematokrit (HT) sangat diperlukan untuk menilai atau memberikan gambran tentang kekentalan darah. Dimana semakin rendah nilai HT yang normalnya 45% maka akan terjadi semakin haemodilusi (pengenceran), dan jika HT semakin tinggi maka darah semakin meningkat visikositasnya (mengental) Pemantauan pertukaran gas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. 2. Pemantauan invasive (kateter arteri,punksi arteri,punksi vena,dan punksi kapiler) Pemantauan non invasive (pulse oximetry,monitor transkutaneus,monitor karbondioksida end-tidal)

Gas

darah

memberikan

informasi

tentang

oksigenasi,homeostasis

CO2,dan

keseimbangan asam basa,dank arena itu merupakan alat terpenting yang digunakan dalam mengevaluasi adekuasi fungsi paru. Meskipun tekanan parsial O2 arteri (PaO2) merupakan pengukuran standar oksigenasi darah,saturasi O2 dengan pulse oxmetry (SapO2) merupakan penilaian non invasive oksigen darah yang dapat mendeteksi hipoksemia.Pemantauan pulse oximetri yang kontinyu dapat membantu mengobservasi keadaan kritis ataupun stabilitas penderita setiap saat.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian AGD Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA ) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa). Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai : Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah.

B.

Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan

oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu : 1. 2. 3. 4. Menilai fungsi respirasi (ventilasi) Menilai kapasitas oksigenasi Menilai keseimbangan asam-basa Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel

5. 6. 7.

Efisiensi pertukaran O2 dan CO2. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain. Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,sertamengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh.

1.

Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :

Penyakit pernafasan Pemberian oksigen Kadar oksigenasi dalam darah Kadar CO2 Keseimbangan asam-basa Ventilasi 2. a. b. Pemilihan bagian analisa gas darah : Kriteria tergantung pada : Ada tidaknya sirkulasi koleteral Seberapa besar arteri Jenis jaringan yang mengelilingnya Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih : Adanya peradangan Adanya iritasi Adanya edema Dekat dengan luka Percabangan arteri dengan fistula AGD tidak perlu dilakukan apabila: 1. 2. 3. 4. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan

C.

Pengambilan Sample dan Analisa Pemeriksaan AGD Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada arteri

radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli. Korelasi nilai sampel darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk PaO2. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah:

Gelembung udara Tekanan Oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia

cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat. Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture. Pengumpulan Sampel Darah Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

Pengambilan Darah Vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.

Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah : Lengan pada sisi mastectomy Daerah edema Hematoma Daerah dimana darah sedang ditransfusikan Daerah bekas luka Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah : Pemasangan turniket (tali pembendung) Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total) Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

Penusukan Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma. Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan. Pengambilan Darah Kapiler Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah : Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).

Pengambilan Darah Arteri Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah. Arteri radialis Yaitu arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari. a. Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri).

b.

Bila terjadi kerusakan RA pada saat pengambilan, ulnar arteri akan mensuplai darah ke tangan. Padahal ulnar arteri tidak boleh digunakan untuk ABG.

c. d.

Bila tidak ditemukan sirkulasi korateral, RA tidak boleh digunakan. Hematoma pada RA jarang terjadi karena adanya tekanan diatas ligamen dan tulang pada pergelangan.

e.

Kesulitan : Ukuran arteri kecil Sulit diperoleh kondisi pasien dengan curah jantung yang rendah. Arteri branchialis Yaitu arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa, terselipdiantara otot bisep.

a. b. c.

Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA. Kesulitan : Letak arteri lebih dalam Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median Hematom mungkin terjadi Arteri femoralis Yaitu arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada permukaan paha bagian dalam, disebelah lateral tulang pubis.

a. b. c. 5. a. b.

Dapat dilakukan ABG sekalipun pasien dengan curah jantung yang rendah. FA hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri lain. Kesulitan : Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan Sulit untuk aseptis Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam Letaknya dekat dengan vena paha. Bagian arteri lainnya Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:

PH normal 7,35-7,45 Pa CO2 normal 35-45 mmHg Pa O2 normal 80-100 mmHg Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l HCO3 normal 21-30 mEq/l Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3 Saturasi O2 lebih dari 90%. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisa gas darah meliputi : a. Suhu, pada suhu 370 c selama 10 menit PH akan berubah, 0,10 ; PaCO21 mmhg dan PO2 0,7 mmhg, sedangkan pada suhu 40 dalam 10 menit PH berubah 0,01 ; PaCO2 0,01 mmhg dan PaO2,07 mmhg. Sebaiknya darah dimasukkan kedalam es untuk menghindari / mengurangi metabolisme dan mencegah konsumsi oksigen dan karbondioksida yang dapat mempengaruhi nilai b. Darah yang diambil, darah arteri merupakan contoh baku untuk pemeriksaaan analisa gas darah. c. Pemakaian heparin, jangan lebih dari 0,05 cc untuk 1 cc darah (cukup membilas spuit dengan heparin). d. Gelembung udara dalam spuit, yang akan mempengaruhi CO2 dan O2. Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi : PH (normal : 7,35 7,45) PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat. PaCO2 (normal : 35 45 mmhg) PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi

alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah PaO2 (normal : 80 100 mmhg) PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri Base Ekses (E . E) (normal 2 / 2,5 mEQ / 1) Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam.Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan asam TCO2 (normal : 24 -31 mmhg) Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan asm bikarbonat 20 : 1 Sat. O2 (normal : 96 -100 %) Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung kandungan oksigen dalam darah Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD : Gelembung udara Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

Antikoagulan Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. Metabolisme Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa

dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam. Suhu Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

D.

Pengukuran Karbondioksida Darah Analisa gas darah dilakukan pada darah dari arteri. Ini meruapakan pengukuran

tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta kandungan oksigen, saturasi oksigen, konten bikarbonat, dan pH darah.Oksigen di paru-paru dilakukan pada jaringan melalui aliran darah, tetapi hanya sejumlah kecil oksigen ini benar-benar dapat larut dalam darah arteri. Berapa banyak melarutkan tergantung pada tekanan parsial oksigen (tekanan bahwa gas diberikannya pada dinding arteri). Oleh karena itu, pengujian tekanan parsial oksigen sebenarnya adalah mengukur berapa banyak oksigen yang memberikan paru-paru ke dalam darah. Karbon dioksida dilepaskan ke dalam darah sebagai produk sampingan dari metabolisme sel. Tekanan parsial karbon dioksida menunjukkan seberapa baik paru-paru menghilangkan karbon dioksida. Sisa oksigen yang tidak terlarut dalam darah tergabung dengan hemoglobin, suatu senyawa protein-besi yang ditemukan dalam sel-sel darah merah. Pengukuran dalam kandungan oksigen dalam analisis ABG menunjukkan berapa banyak oksigen

dikombinasikan dengan hemoglobin. Karbon dioksida lebih mudah larut dalam darah dibanding oksigen , terutama membentuk jumlah bikarbonat dan lebih kecil dari asam karbonat. Ketika hadir dalam jumlah normal, rasio asam karbonat untuk bikarbonat menciptakan keseimbangan asam-basa dalam darah, membantu menjaga pH pada tingkat di mana fungsi sel tubuh yang paling efisien. Paru-paru dan ginjal baik berpartisipasi dalam mempertahankan keseimbangan asamkarbonat bikarbonat. Paru-paru mengontrol tingkat asam karbonat dan bikarbonat di atur oleh ginjal.

E. A.

Persiapan Alat dan Pasien

Persiapan Alat

Persiapan Alat Pengambilan Darah Vena Pengambilan Darah Vena dengan Syring Syring Kapas Alkohol 70% Torniquet Plester Tabung Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum Jarum Kapas alkohol 70% Tali pembendung (turniket) Plester Tabung vakum. Persiapan Alat Pengambilan Darah Kapiler Lanset Kapas Alkohol 70% Povidone iodium 10% Tabung Persiapan Alat Pengambilan Darah Arteri Torniquet Kapas Alkohol 70% Spuit Tabung Handscoon

B.

Persiapan Pasien :

Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul

Jelaskan tentang allens test Mengatur posisi pasien

F. 1)

Prosedur Kerja Prosedur Pengambilan Darah Vena

Pengambilan Darah Vena dengan Syring Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil). Prosedur : Persiapkan alat-alat yang diperlukan : Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. Minta pasien mengepalkan tangan. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.

Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Prosedur :

Persiapkan alat-alat yang diperlukan Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. Minta pasien mengepalkan tangan. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Menampung Darah Dalam Tabung Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut : Tabung tutup merah : Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengsan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test) Tabung tutup kuning : Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di

bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi Tabung tutup hijau terang : Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah. Tabung tutup ungu atau lavender : Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch) Tabung tutup biru : Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT) Tabung tutup hijau : Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah. Tabung tutup biru gelap : Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi. Tabung tutup abu-abu terang : Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa. Tabung tutup hitam : berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR). Tabung tutup pink : berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan

imunohematologi. Tabung tutup putih : potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah : Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis. Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru),

ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

2)

Prosedur Pengambilan Darah Kapiler

Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%. Sterilkan lanset dalam alkohol 95% Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.

3)

Prosedur Pengambialn Darah Arteri

Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling. Pilih bagian arteri radialis. Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas. Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama 2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama 15 menit.

books.google.co.id/books?isbn=9793027533 buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddart edisi 8 vol 1 penerbit buku kedokteran.

Langkah-langkah untuk menilai gas darah: 1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran). 2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran). 3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan). 4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran).

Komplikasi pada analisa gas darah a. b. c. d. Rasa takut Infeksi dan pembentukan trombus Hematoma Arteriospasm (respon refleks kontriksi dari otot arteri) Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini meliputi : - Gunakan tehnik steril - Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah aneurism - Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm - Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada saraf

Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan - Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan memasang arteri line BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menilai fungsi respirasi (ventilasi) Menilai kapasitas oksigenasi Menilai keseimbangan asam-basa Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel Efisiensi pertukaran O2 dan CO2. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain. Pengambilan Sample Pengambilan Darah Vena Pengambialn Darah Kapiler Pengambilan Darah Arteri

You might also like