You are on page 1of 6

alasan pacaran haram

assalamu'alaikum,wr,wb..

mengutip dari sahabat saya...


moga bermanfaat...

Pacaran itu diidentifikasi sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas
dasar saling menyukai antara lawan jenis.
Sebelum menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran, perlu dijelaskan bahwa ada
tiga kemungkinan pacaran yang dimaksudkan, yaitu:

1. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam
hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani berupa ciuman
atau semacamnya.
2. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam
hubungan itu mereka sering berduaan, namun tetap menjaga agar tidak terjadi kontak
badan, seperti ciuman dan semacamnya.
3. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, tetapi
selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam
bentuk apapun.

Pacaran dalam bentuk 1 dan 2 dilaksanakan sebagai perbuatan yang mendekati


perbuatan zina. Dalam pandangan Islam bentuk ketiga dikenal dengan istilah
Ta�aruf. Dalam Islam proses yang benar untuk mencapai pernikahan adalah :
Ta�aruf ? Khitbah ? Nikah

Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran ?

Islam menghalalkan pernikahan, bahkan dinyatakan sebagai sunnah. Akan tetapi Islam
melarang keras perzinahan. Bukan hanya perzinahan, akan tetapi yang mendekati
perzinahan pun dilarang oleh Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat
al-Isra:32. �Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.�

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan
mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan
dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak
boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik
sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara
sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk
di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan.
Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang
tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Aturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-
duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan
adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya
untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan
yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya),
semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah
adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian
jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung
mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling
dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan
yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya
dalam pernikahan.
Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-
duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab,
tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada
pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram.

�Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: �Hendaklah mereka itu menundukkan


sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya �.� Dan katakanlah kepada orang-
orang mukmin perempuan: �Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya
dan menjaga kemaluannya ��. (An-Nur: 30�31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa
kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan
jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak
sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat
mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, �Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, �Palingkanlah pandanganmu itu!� (HR
Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, �Kedua
mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki
itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh
alat kelamin.� (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari
Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

�Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua
mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan
zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan
hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin
atau digagalkannya.� (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, �Hai Ali, Jangan sampai
pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan
pertama, adapun berikutnya tidak boleh.� (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, �Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab


tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya
melainkan ingin berzina padanya.�

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang
dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh
terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan,
berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, �Allah


berfirman yang artinya, �Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang
sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku,
maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.�

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, �Awaslah kamu dari
bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang
lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh
setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran
lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang
tidak halal baginya.�

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa�ifdz
bahwa dia berkata, �Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa�idz wafat di kota
Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan
tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda
hitam itu pun bertanya kepadanya, �Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah
hitam berada di wajah Anda?� Dia menjawab, �Pernah pada suatu ketika aku melewati
kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku
memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, �Wahai
Habib?� Aku menjawab, �Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.� Allah berfirman,
�Lewatlah Kamu di atas neraka.� Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali
sehingga aku berkata, �Aduh (karena sakitnya).� Maka. Dia memanggilku, �Satu kali
tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang,
pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).�

Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang
kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat
kelak.

�Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua
mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya
membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya,
menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga
hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata,
�Apa ini?� Kedua orang itu berkata, �Mereka adalah orang-orang yang telah
melakukan zina.� (hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan
Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, �Barang siapa yang
memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia
melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia
ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal)
baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk
masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita
(yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan
dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam
neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan
ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan
setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga
lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh
dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki
tersebut.�

�Atha� al-Khurasaniy berkata, �Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah


pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu
yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah
mengetahui hukumnya.�

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi
Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka,
�Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya�nuhu?�
Mereka berkata, �Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji
di sisi Allah.� Ali r.a. berkata, �Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada
kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa
Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan
demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.�
Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, �Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah
aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang
buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap
manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada
semua manusia, �Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman
kalian?� Mereka menjawab, �Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang
paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.�
Lantas suara itu kembali terdengar, �Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin
para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat
bertobat dari dosa tersebut.�

Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan


orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan
dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti
yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan
melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan
nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan
melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.

�Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka
hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih
memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.� (HR Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).

Jika kita ingin mengetahui sifat calon pasangan tidaklah harus dengan pacaran hal
itu bias tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram.
Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri
ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah
pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak
dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk
melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di
kemudian hari.

�Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat


sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.� (HR
Abu Daud).

Perbedaan Taaruf dengan Pacaran adalah Sebagai Berikut :

Tujuan ?

* Taaruf (T) : Mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan
antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan
* Pacaran (P) : Mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara
kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur syukur bisa nikah.....

Kapan dimulai ?

* T : Saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu
kebutuhan dan sudah siap secara fisik, mental dan insya Allah materi
* P : Saat sudah diledek sama teman " Koq masih jomblo ?" atau saat butuh temen
curhat.

Waktu

* T : Sesuai dengan adab bertamu


* P : Pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa , dini hari kalau ngga ada yang
komplain juga ngga apa2
Tempat Pertemuan

* T : Dirumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid


* P : dirumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan
umum & pribadi, pabrik, taman.

Frekuensi pertemuan

* T : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati


* P : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu kalo bisa tiap hari.
alhamdulillah......

Lama pertemuan

* T : sesuai dengan adab bertamu


* P : Selama belum ada yang komplain, lanjut mang !

Materi pertemuan

* T : Kondisi pribadi, keluarga, harapan serta keinginan dimasa depan


* P : Cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur ngidul ketawa ketiwi....

Jumlah yang hadir

* T : Minimal calon lelaki, calon perempuan


* P : Calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua), kalo rame rame bukan pacaran
tapi rombongan

Biaya

* T : Secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu)


* P : kalau ada biaya : ngapel, kalau ngga ada absen dulu atau cari pinjeman,
terus tempat pertemuannya dirumah aja kali ya ? tapi gengsi dong pacaran dirumah
doang ?? Apa kata doi coba ??

Lamanya

* T : Ketika sudah tidak ada lagi keraguan dikedua belah pihak, lebih cepat lebih
baik dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan) apalagi
yang ditunggu tunggu ?
* P : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun bahkan mungkin 10 tahun

Saat tidak ada kecocokan saat proses

* T : Salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan dan proses stop dengan
menyebut alasannya
* Salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan dan proses stop
dengan/tanpa menyebut alasannya

Etika pergaulan dalam Islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis
besarnya adalah sebagai berikut :

* Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat
aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis
melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur : 30-31)
* Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syariat, yaitu pakaian yang
menutupi aurat (An-Nur : 31)
* Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika
bermuamalah dengan lelaki, seperti:
* Di waktu mengobrol hendaknya ia menjauhi perkataan yang merayu dan menggoda
* Di waktu berjalan hendaknya wanita jangan menggoda orang yang melihat
* Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan
muhrim.
* Termasuk di sini suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga
adalah setan. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita
berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab setan menemaninya, janganlah salah
seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya."
(HR. Bukhari & Muslim).

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari
akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-
sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan
Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-
Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.

Harus di sadari oleh kita semua semua bahwa Memiliki Rasa Cinta Adalah Fitrah dari
Allah SWT, namun jangan sampai kita mengumbar rasa cinta kita dengan seenaknya
saja.

Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So.... kesimpulannya
Pacaran itu haram hukumnya, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu
atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram. Sedangkan yang dibolehkan adalah
Ta�aruf. Wallahu a�lam bisshawab.

sumber:http://wisatahati.com/modules.php?name=Forums&file=viewtopic&t=1895

You might also like