You are on page 1of 148

i

PRODUKSI TERNAK PERAH


Program Hibah Penulisan Buku Ajar Tahun 2011

Penyusun

Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc.

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

ii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)

Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : lkpp@unhas.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011

Judul Buku Ajar Nama Lengkap NIP Pangkat/Golongan Jurusan/Bagian/Program Studi Fakultas/Universitas Alamat e-mail Biaya

: : : : : : : :

Produksi Ternak Perah Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc 19641231 198903 1 026 Pembina Utama Muda/ IV.c Produksi Ternak Peternakan/Univesitas Hasanuddin amboako@yahoo.com Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: ......../H4.2.KU.10/ 2011 Tanggal.................

Makassar, November 2011 Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Penulis,

Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc. NIP. 19520923 197903 1 002

Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. NIP. 19641231 198903 1 026

Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin,

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc NIP. 19630501 198803 1 004

iii

KATA PENGANTAR
Setiap perguruan tinggi termasuk Universitas Hasanuddin, diperhadapkan pada tantangan untuk melakukan transformasi, baik dalam metode maupun substansi pembelajaran demi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan, yaitu memiliki sistem pendidikan yang handal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran berbasis pada pendekatan learning. Dalam upaya meningkatkan kapasitas belajar mahasiswa sangat ditentukan oleh keaktifan dan kemampuan untuk memanfaatkan literaratur dari berbagai sumber, termasuk literatur yang mudah diperoleh berupa buku ajar setiap mata ajaran. Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin masih menunjukkan proses pembelajaran (mahasiswa dituntut aktif) belum optimal karena salah satunya adalah belum maksimal terlaksananya penyusunan buku ajar sebagai salah satu bentuk proses pendekatan metode pembelajaran learning. Mata Kuliah Produksi Ternak Perah merupakan mata kuliah wajib pada Fakultas Peternakan yang menjelaskan tentang menganalisis dan mengaplikasikan proses produksi pada ternak perah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penanganan dan pemasaran hasil produksi. Dalam penyajian mata kuliah ini memerlukan penjelasan yang lebih atraktif, detail, jelas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, sistem pembelajaran matakuliah Produksi Ternak Perah dengan pendekatan SCL ini memungkinkan mahasiswa lebih aktif berdiskusi, lebih atraktif dan reflektif dalam penyajian, cepat dan jelas dalam mengakses materi dan literatur perkuliahan, sehingga proses pembelajaran dengan metode learning dapat tercapai. Penyediaan buku ajar pada mata kuliah Produksi Ternak Perah bagi mahasiswa mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran yang optimal. Perubahan dan pembaruan materi pembelajaran akan menjamin keberlanjutan minat dan motivasi mahasiswa Fakultas Peternakan untuk terus memperluas wawasannya dengan cara yang lebih aktif.

Penyusun,

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . HALAMAN PENGESAHAN .. KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR .. BAB. 1 PENDAHULUAN .. BAB. 2 PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH .. BAB.3 BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH ................................. BAB. 4 KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU ........ BAB. 5 KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK PERAH . BAB. 6 BAHAN MAKANAN (PAKAN) PADA TERNAK PERAH BAB. 7 SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK PERAH .............. BAB. 8 BANGUNAN KANDANG DAN PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH ...... BAB. 9 METODE PEMERAHAN ..................................................... BAB. 10 PENYAKIT PADA TERNAK PERAH DAN PENGENDALIANNYA ................. BAB. 11 PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU . BAB. 12 BETERNAK KERBAU PERAH ... i ii iii iv v vi Viii 1 9

31

44 51 65

71 85

92 108 115

DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 1. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak dalam Merubah Makanan Ternak Menjadi Protein Hewani dan Kalori .. Komposisi Susu Berbagai Spesies .. Halaman

3 33

Tabel 2.

Tabel 3.

Komposisi Susu Berbagai Bangsa Sapi .

37

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH) Sapi Yersey .. Sapi Guernsey . Sapi Ayrshire . Sapi Brown Swiss Sapi Red Sindhi .. Sapi Sahiwal . Kambing Nubian .. Kambing Maradi .. Halaman 10 11 11 12 13 13 14 15 16 16 17 18 18 19 20 20 21 21 22 22 23 24 24 25 26 27 28 53 55 56 56 57 58

Gambar 10. Kambing Somali Arab . Gambar 11. Kambing Damascus Gambar 12. Kambing Mamber Gambar 13. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa) Gambar 14. Kambing Beetal Gambar 15. Kambing Osmenabad . Gambar 16. Kambing Barbari . Gambar 17. Kambing Malabar . Gambar 18. Kambing Kamori .. Gambar 19. Kambing Ma Tou .. Gambar 20. Kambing Saanen .. Gambar 21. Kambing Alpen . Gambar 22. Kambing Tuggenburg .. Gambar 23. Kerbau Murrah Gambar 24. Kerbau Nili Ravi . Gambar 25. Kerbau Mehsana . Gambar 26. Kerbau Surti .. Gambar 27. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi . Gambar 28. Pasture untuk Ternak Perah .. Gambar 29. Pemotongan Rumput untuk Soilage .. Gambar 30. Poses Pembuatan Silase Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak . Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak . Gambar 33. Penyimpanan Hay .

vii

Gambar 34. Kandang yang Ideal untuk Sapi Perah .. Gambar 35. Kandang Sapi Dewasa . Gambar 36. Kandang Pedet Sapi Perah . Gambar 37. Tipe Kandang Sapi Perah Gambar 38. Peralatan Susu .. Gambar 39. Metode Pemerahan dengan Menggunakan Mesin .. Gambar 40. Bentuk Air Susu untuk Dipasarkan ........

73 77 78 79 81 86 111

viii

BAB 1 PENDAHULUAN
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI 1. Knowledgeable and skilful graduate (lulusan berpengetahuan dan trampil) 2. Manager 3. Enterpreneur KOMPETENSI LULUSAN

Profil

Utama

Pendukung

Lainnya

1. Berkarakter dan Knowledgeable 1. Menguasai dan 1. Memiliki mampu menerapkan memiliki wawasan and skillful kemampuan IPTEKS peternakan kebangsaan worker (lulusan berbahasa berpengetahuan asing dan trampil) 2. Mampu 2. Mampu menganalisis, memanfaatkan dan menginterpretasi dan menggunakan memecahkan Teknologi Informasi masalah di bidang dan komunikasi peternakan 3. Mampu mengikuti perkembangan IPTEKS 4. Mampu bekerjasama dan beradaptasi dalam lingkungan kerja

Manager

1. Mampu berkomunikasi secara efektif 2. Mampu mengelola dan memimpin usaha peternakan 3. Mampu memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam pengembangan peternakan

1. Memahami dan toleransi terhadap budaya lokal

1. Mampu mengorganis asi dan mengemban gkan kelembagaan peternakan

ix

Enterprenuer

1. Mampu memulai dan 1. Mampu mengembangkan mengevaluasi bisnis berbasis usaha bisnis teknologi 2. Mampu membangun 2. Mampu jaringan usaha/ memasarkan hasil interkoneksitas usaha

1. Memiliki moralitas, etika, akhlak.

2. Mampu mencari pendanaan usaha

RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL MATAKULIAH : PRODUKSI TERNAK PERAH


: Menguasai dan mampu menerapkan IPTEKS peternakan. : Mampu memanfaatkan dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Kompetensi Utama

Kompetensi Pendukung

Kompetensi Lainnya (Institusial) : Mampu mengorganisasi dan mengembangkan kelembagaan peternakan. : Mampu menganalisis dan mengaplikasikan proses produksi pada ternak perah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penanganan dan pemasaran hasil produksi.

Sasaran Belajar

xi

(1)

Minggu ke:

(2) Sasaran Pembelajaran Kontrak Pembelajaran - Kuliah - Diskusi

(3) Materi Pembelajaran

(4) Strategi Pembelajaran (5) Kriteria Penilaian (6) Bobot Nilai (%)

Menjelaskan kontak belajar dan bentuk pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran, serta kriteria penilaian Pendirian usaha ternak perah - Syarat-syarat seorang peternak sapi perah. - Kuliah - Diskusi - Faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah - Perencanaan usaha peternakan sapi perah

Menjelaskan syarat-syarat seorang peternak Sapi perah.

Menjelaskan faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah.

Menjelaskan bagaimana merencanakan suatu usaha peternakan sapi perah. B Bangsa-bangsa sapi perah Bangsa-bangsa kambing perah Bangsa-bangsa kerbau perah

Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa sapi perah

Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kambing perah

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi

Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kerbau perah.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

xii

3 s/d 4 Komponen dan nilai gizi air susu

Menjelaskan komponen-komponen dan nilai gizi yang terkandung pada air susu

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran 10

Menjelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu

Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu.

Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan Kebutuhan zat-zat makan pada ternak ternak perah. pada ternak perah Kegunaan zat-zat makanan pada ternak perah

Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi - Praktikum

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak perah.

Bahan makanan (pakan) pada ternak perah Sumber bahan pakan utama pada ternak perah Sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah

Menjelaskan sumber bahan pakan utama pada ternak perah.

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi - Praktikum

Menjelaskan sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

xiii

Menjelaskan jenis-jenis ransum pada ternak perah. Jenis-jenis ransum pada ternak perah.

Menjelaskan tentang perkembangan lambung ternak ruminansia.

Perkembangan lambung ternak ruminansia.

Menjelaskan susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat makanan dalam tubuh hewan. Proses fermentasi bahan makanan dalam rumen

Susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat makanan dalam tubuh hewan

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi

Menjelaskan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

8 s/d 9

Menjelaskan fungsi kandang pada peternakan sapi perah. Penentuan lokasi dan syaratsyarat kandang

Fungsi Kandang

Menjelaskan bagaimana menentukan lokasi dan syarat-syarat kandang pada peternakan sapi perah.

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi - Praktikum

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

10

Menjelaskan bagian-bagian kandang dan peralatannya.

Bagian-bagian kandang dan peralatannya Tipe-tipe kandang

Menjelaskan jenis dan tipe kandang pada peternakan sapi perah.

xiv

Menjelaskan kegunaan dan manfaat kamar susu dan peralatan - peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu. Kamar susu dan peralatannya.

10

Menjelaskan syarat-syarat dalam melaksanakan pemerahan. Persiapan dalam pemerahan. Teknik pemerahan

Syarat-syarat pemerahan.

Menjelaskan persiapan-persiapan dalam melaksakan pemerahan.

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi

Menjelaskan bagaimana teknik pemerahan yang baik.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

11 s/d 12 Jenis-jenis penyakit menular pada sapi perah yang diakibatkan oleh bakteri dan virus.

Menjelaskan; penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular pada ternak sapi perah.

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi

Menjelaskan; penyebab, cara penularan, Jenis-jenis penyakit pada sapi gejalah-gejalah, cara pencegahan dan perah yang diakibatkan oleh cara pengobatan terhadap beberapa parasit. penyakit kelamin pada ternak sapi perah.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

10

Menyebutkan beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa Model perawatan dan menyerang pada ternak perah serta pengendalian penyakit pada tindakan-tindakan pengendalian ternak perah. penyakit.

xv

13 Penanganan / kesehatan air susu 5

Menjelaskan cara penanganan dan cara mempertahankan kesehatan air susu.

Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan. Bentuk pemasaran air susu

- Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi - Praktikum Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

14 s/d 15 Asal usul kerbau dan komposisi air susunya - Kuliah - Tugas mandiri - Presentase - Diskusi

Menjelaskan asal usul kerbau dan komposisi susunya.

Menjelaskan sistem pemeliharaan pada Sistem pemeliharaan kerbau anak kerbau, kerbau dara, kerbau bunting, kerbau beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau jantan dan pemeliharaan kerbau secara umum.

Ketepatan waktu penyetoran tugas, Kemutahiran isi paper (tugas), Keaktifan dalam diskusi, Kehadiran

10

16

Uji Kompetensi

Semua materi pembelajaran di Ujian Test atas. (Ujian tertulis)

Ketepatan dan kejelasan uraian, deskripsi dan contoh

30

xvi

KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Pembelajar Semester 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. : Produksi Ternak Perah : 382I113 : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. : V dan VI Manfaat Mata Kuliah Deskripsi Mata Kuliah Sasaran Pembelajaran Strategi Pembelajaran Materi/Bahan Bacaan Tugas-tugas Kriteria Penilaian Norma Akademik Jadwal Pembelajaran

xvii

KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Pembelajar Semester : Produksi Ternak Perah : 382I113 : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. (Koordinator) : V dan VI

1. MANFAAT MATA KULIAH


Mata kuliah ini merupakan mata kuliah inti program studi Produksi Ternak berdasarkan kurikulum kompentensi tahun 2011 yang berlaku pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan, dan wajib bagi semua mahasiswa Fakultas Peternakan. Matakuliah ini juga merupakan kelanjutan dari beberapa kelompok mata kuliah Ilmu dan Keterampilan, yang mengintegrasikan pengetahuan tentang Anatomi Ternak, Fisiologi Ternak, Manajemen Ternak Perah. Manfaat mata kuliah ini menjadi solusi untuk menganalisis dan mengaplikasikan proses produksi pada ternak perah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penanganan dan pemasaran hasil produksi

2. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini membahas tentang pentingnya ternak perah sebagai penghasil susu, bangsa-bangsa sapi perah, kambing perah dan kerbau perah, produksi dan nilasi gizi air susu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, kebutuhan zat-zat makanan, bahan pakan, sistem pencernaan, perkandangan, metode pemerahan, penyakit, penanganan dan pemasaran air susu, serta beternak kerbau perah.

3. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan kontak belajar dan bentuk pembelajaran serta metode penilaian yang diterapkan dalam proses pembelajaran 2. 3. 4. 5. Menjelaskan syarat-syarat seorang peternak sapi perah. Menjelaskan faktor-faktor yang menguntungkan pada Peternakan sapi perah Menjelaskan bagaimana merencanakan suatu usaha Peternakan sapi perah. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa sapi perah

xviii

6. 7. 8. 9.

Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kambing perah. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kerbau perah. Menjelaskan komponen-komponen dan nilai gizi yang terkandung pada air susu. Menjelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu.

10. Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. 11. Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan pada ternak ternak perah. 12. Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan pada ternak ternak perah. 13. Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak perah. 14. Menjelaskan sumber bahan pakan utama pada ternak perah. 15. Menjelaskan sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah. 16. Menjelaskan jenis-jenis ransum pada ternak perah. 17. Menjelaskan tentang perkembangan lambung ternak ruminansia. 18. Menjelaskan susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat makanan dalam tubuh hewan. 19. Menjelaskan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen. 20. Menjelaskan fungsi kandang pada Peternakan sapi perah. 21. Menjelaskan bagaimana menentukan lokasi kandang dan syarat-syarat kandang pada Peternakan sapi perah. 22. Menjelaskan bagian-bagian kandang dan peralatannya. 23. Menjelaskan jenis dan tipe kandang pada Peternakan sapi perah. 24. Menjelaskan kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu dan peralatanperalatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu. 25. Menjelaskan; penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular pada ternak sapi perah. 26. Menjelaskan penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit kelamin pada ternak sapi perah. 27. Menyebutkan beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa menyerang pada ternak perah. 28. Menjelaskan cara penanganan dan cara mempertahankan kesehatan air susu. 29. Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan. 30. Menjelaskan asal usul kerbau dan komposisi susunya.

xix

31. Menjelaskan sistem pemeliharaan pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum. 32. Menjelaskan aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam mendirikan usaha ternak perah.

4. STRATEGI PEMBELAJARAN
Mata kuliah ini menggunakan metode Kuliah interaktif yang dipadu dengan metode Cooperative/Collaborative Learning pada topik yang menuntut keterampilan bekerja secara Tim seperti pada penyelesaian tugas kajian pustaka dan penyusunan Portfolio/laporan praktikum. Sedang, pada tugas-tugas yang bersifat kerja individu digunakan metode kombinasi kuliah interaktif, dan atau Studi Kasus. Perkembangan kemajuan peserta dipantau melalui aktivitas Tutorial dan presentasi di depan kelas.

5. ANALISIS KEBUTUHAN
PENDAHULUAN

PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH

BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH

KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU

KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK PERAH

xx

BAHAN MAKANAN (PAKAN) PADA TERNAK PERAH

SISTEM PENCERNAAN TERNAK PERAH

BANGUNAN KANDANG DAN PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH

METODE PEMERAHAN

PENYAKIT PADA TERNAK PERAH DAN PENGENDALIANNYA

PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU

ILMU PRODUKSI KERBAU PERAH

BAB 2 PENDIRIAN USAHA TERNAK PERAH


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya, maka peternak harus mengetahui sifaf-sifat yang harus dimiliki oleh seseorang peternak. Berusaha dibidang ternak perah mempunyai keunggulan-keunggulan dan keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya atau usaha dibidang pertanian lainnya. Faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang didapat untuk tiap-tiap investment. Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi yang dapat berproduksi tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan pakan serta pemasaran yang baik.

B. RUANG LINGKUP ISI Syarat-syarat seorang peternak sapi perah. Faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah. Perencanaan usaha peternakan sapi perah

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab kedua sebagai pengantar bab-bab berikutnya. Dalam bab ini akan membahas syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang peternak sapi perah, beberapa factor yang menguntungkan dalam beternak sapi perah, serta faktor-faktor yang penting diketahui dalam perencanaa usaha Peternakan sapi perah.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan syarat-syarat seorang peternak sapi perah. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah 3. Menjelaskan bagaimana merencanakan suatu usaha peternakan sapi perah.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


A. SYARAT-SYARAT SEORANG PETERNAK SAPI PERAH Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya, maka peternak harus memiliki sifaf-sifat sebagai berikut: 1. Mempunyai rasa sayang pada hewan. Hewan yang disayangi akan menjadi jinak dan mudah pemeliharaannya, demikian pula bila hewan sakit secepatnya diobati. 2. Mempunyai ketekunan bekerja dari hari ke hari dalam waktu yang lama. Ketekunan bekerja adalah syarat yang sangat perlu dalam beternak sapi perah. 3. Mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar pemuliaan sapi perah(system perkawinan dan seleksi), pemberian makanan dan tatalaksana pemeliharaan sapi perah yang baik. Seorang peternak harus mengetahui sapi mana yang baik dijadikan bibit, dan mana yang harus diafkir. Demikian pula halnya sapi mana yang harus diberi makanan secara ekonomis, dan menghasilkan susu yang maksimal. 4. Mengetahui hal-hal mengenai rumput atau hijauan pakan lainnya, cara-cara menanam rumput dan tanaman pakan lainnya. Disamping itu memperhatikan hasilhasil pertanian yang dibutuhkan oleh sapi perah, misalnya dedak, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelei dan lain-lain, sehingga dapat mengetahui bahan makanan ternak mana yang ekonomis dipakai dalam ransum sapi perah. 5. Mempunyai jiwa atau semangat kerja sama serta hubungan yang baik dengan peternak-peternak sapi perah lainnya. Dengan adanya sifat ini maka peternak akan mudah bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam beternak sapi perah. Disamping itu, kerja sama akan memudahkan dalam pemasaran susu, pembelian bahan-bahan pakan dan lainnya. 6. Dapat mengatasi kekecewaan. Suatu usaha peternakan tidak selalu berhasil dan kegagalan merupakan pelajaran pada usaha yang akan datang. Seorang peternak sapi perah yang baik akan cepat bangun dari kegagalan dan mencoba mendapatkan keuntungan dari pengalamannya dan bila perlu berusaha untuk mendapatkan kesuksesan dalam peternakannya. 7. Dapat mengambil keputusan keputusan yang baik. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGUNTUNGKAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH Dibandingkan usaha peternakan lainnya, maka keuntungan-keuntungan

peternakan sapi perah adalah: 1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap. Produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah tidak banyak bervariasi dari tahun ke tahun dibandingkan hasil

pertanian lainnya dan biasanya tidak lebih dari 2 %. Konsumsi susu tidak banyak berubah tiap harinya, tidak ada musiman dan harga susu dari tahun ke tahun tidak banyak perubahan. 2. Sapi perah tidak ada bandingannya dalam efisiensi merubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak dalam Merubah Makanan Ternak Menjadi Protein Hewani dan Kalori. Persentase Efisiensi Protein Kalori

No

Jenis Ternak

1 2 3 4 5 6 7

Sapi Perah Ayam Broiler Ayam Petelur Babi Kalkun Sapi Daging Biri-biri

33,6 16,7 15,6 12,7 12,3 8,5 5,4

25,8 5,8 10,4 4,6 5,6 2,6 2,1

Sumber: Ensminger, M. E. Dairy Cattle Science (1980). Parameter lain bahwa sapi perah lebih efisien dari sapi daging adalah dapat menghasilkan susu 4.500 liter per tahun, dimana dapat menyediakan zat-zat makanan bagi manusia setara dengan dua ekor sapi jantan kebiri yang beratnya masing 500 kg. 3. Jaminan pendapatan (income) yang tetap. Petani penghasil palawija, sayur-sayuran mendapatkan hasil secara musiman, peternak sapi daging hasilnya sekali setahun, sedangkan peternak sapi perah memperoleh pendapatan 2 minggu sekali atau sebulan sekali secara tetap sepanjang tahun. 4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap. Usaha ternak sapi perah menggunakan tenaga kerja secara terus menerus sepanjang tahun, tidak ada waktu menganggur, sehingga dapat memilih pekerja yang baik dan mengurangi pengangguran serta menambah pendapatan seseorang, sedangkan pertanian menggunakan tenaga kerja musiman dimana tergantung pada kegiatannya (pengolahan lahan, penanaman dan panen). 5. Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian misalnya jerami jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas bir, ampas kecap dan lain-lain.

6. Kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan memanfaatkan kotoran sapisebagai pupuk maka fertilitas dan kondisi fisik tanah dapat diperhankan/ditingkatkan. Pupuk kandang asal sapi perah lebih baik nilainya dari pada pupuk kandang sapi potong, karena sapi perah banyak menggunakan biji-bijian. C. PERECANAAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH Faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang didapat untuk tiap-tiap investment. Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi yang dapat berproduksi tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan pakan serta pemasaran yang baik. Faktor-faktor yang penting dalam perencanaan usaha peternakan sapi perah antara lain: 1. Mencari Pemasaran yang Baik Untuk mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu, maka peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport yang mudah atau mudah memasarkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat, karena susu merupakan produk yang mudah/cepat busuk. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke konsumen atau membentuk koperasi distribusi penjualan susu. Dalam hal lain mereka harus mencari pasaran pada tingkat harga yang lebih tinggi serta mempunyai reputasi menjual hasil yang berkualitas tinggi. Di suatu daerah, dimana permintaan akan susu segar sedikit, maka sebagian produksi susu harus diolah menjadi suatu produk olahan seperti mentega, keju, condensed milk, ice cream dan lain-lain. Usaha peternakan sapi perah harus dikerjakan secara efisien dan efektif atau dapat dikombinasikan dengan jenis peternakan lain seperti unggas, dan umumnya dapat dikombinasikan dengan komudi pertanian seperti palawija.

2. Lahan dan Ketersediaan Air Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang penting dan harus diselidiki tingkat kesuburan lahan tersebut. Dimana lahan yang subur dapat menghasilkan produksi hijauan pakan yang melimpah untuk ketersediaan pakan sapi perah tersebut secara kontinyu. Pada dasarnya lahan harus cocok untuk ditanami

jagung, rumput-rumputan dan leguminosa. Disamping itu tipologi iklim (curah hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam jumlah yang banyak, karena peternakan sapi perah selalu membutuhkan air untuk minum, pembersihan kandang, sapi dan kamar susu serta pengairan tanaman pakan di musim kemarau. Untuk setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air minum sebanyak 3,5 4 liter.

3. Besarnya Usaha Peternakan Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luasnya lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Di Indonesia, pada sekitar kota-kota besarrata-rata sapi perah yang dipelihara 25 ekor, sedangkan pada daerah pegunungan rata-rata sapi perah yang dipelihara 75 ekor per peternakan. Di negara yang telah maju peternakannya dimana telah banyak memanfaatkan peralatan mesin, seorang peternak dapat memelihara 40 50 ekor sapi perah tanpa bantuan tenaga orang lain. Dengan system pemeliharaan yang baik, penambahan jumlah sapi perah yang dipelihara dalam suatu peternakan pada umumnya akan meningkatkan efisiensi perusahaan.

4. Tenaga Kerja Usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga yang terampil dan berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan untuk dapat menarik tenaga tersebut dan bekerja dengan baik di perusahaan peternakan. Guna mengukur efisiensi perusahaan peternakan, beberapa tahun yang lalu dipakai ukuran produksi rata-rata per ekor sapi, tetapi akhir-akhir ini karena ongkos produksi untuk tenaga kerjaberkisar 20 30 %, maka ukuran efisiensi dikaitkan dengan produksi susu per hrktar tanah per tahun atau per orang pertahun. Di suatu negara bagian di A.S., suatu peternakan sapi perah dengan 10 ekor sapi perah maka maka seorang tenaga kerja yang produktif membutuhkan waktu 21 menit sehari per sapi, tetapi suatu peternakan dengan 330 ekor sapi yang diperah dibutuhkan hanya 13 menit per ekor per hari. Di Indonesia menurut Adisulistijo (1970) di Kotamadya Semarang dan Kecamatan Ungaran seorang tenaga kerja menggunakan waktu untuk memelihara seekor sapi 22,2 menit per hari pada golongan peternak kecil; 18,6 menit pada golongan peternak sedang, dan pada golongan peternak besar 20,1 menit. Menurut Yapp dan Nevans (1955) dengan sistem pemberian rumput cut and carry, maka seorang tenaga kerja harus mampu melayani 10 12 ekor sapi perah dewasa.

5. Sapi yang Berproduksi Tinggi Walaupun perhatian banyak dicurahkan pada efisiensi penggunaan lahan dan tenaga kerja, tetapi rata-rata produksi susu yang tinggi setiap sapi masih merupakan faktor yang amat penting. Hendaknya sapi-sapi berproduksi tinggi yang seragam, jangan sangat bervariasi, sebab usaha peternakan dengan produksi tinggi merata dan menggunakan pejantan unggul yang baik, maka produksi susu dapat ditingkatkan dan dipertahankan dari generasi ke generasi. Sebaliknya dengan produksi susu yang bervariasi, maka sulit diharapkan produksi tinggi pada generasi yang akan datang. Pada umumnya keuntungan yang diperoleh akan meningkat dengan meningkatnya produksi susu, walaupun kebutuhan pakan untuk sapi-sapi yang berproduksi tinggi akan bertambah.

6. Penggunaan Tanaman Pakan Penggunaan tanaman pakan yang diproduksi sendiri perlu dimaksimumkan, karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan lahan untuk ditanami tanaman pakan. Efisiensi produksi tergantung pada cara pemberian pakan yang ekonomis, dan pakan hijauan, hay dan silase harus berasal dari tanaman sendiri, sedangkan pakan konsentrat dapat dibeli dari luar. Grassland Farming dalam hal ini penting dengan menggunakan pasture, hay dan silase secara maksimum sebagai pakan sapi perah, sedangkan penggunaan pakan konsentrat secara minimum. Program ini secara umum akan menurunkan biaya pakan, mempertahankan produksi susu secara optimum dan mempertahankan kesuburan lahan. Rencana kerja ini sangat menguntungkan untuk daerah atau tempat dimana iklim dan topografinya tidak memungkinkan biji-bijian dapat ditanam di daerah tersebut. Bila biji-bijian dapat ditanam/diproduksi sendiri secara ekonomis, maka pertama-tama hijauan yang dibutuhkan harus ditanam/diproduksi trlebih dahulu. Sesudah itu sebagian dari biji-bijian yang dibutuhkan ditanam, sebab pada umumnya lebih baik sebagian pakan konsentrat yang dibeli dari pada hijauan. Kerena harga zat-zat makanan dari hijauan pada umumnya mahal, sulit dan biaya angkut besar serta kualitasnya rendah, sedangkan zatzat makanan dari hijauan pakan yang ditanam sendiri akan jauh lebih murah dari pada yang berasal dari lain tempat.

PENUTUP
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha beternak sapi perah maka seorang peternak minimal memiliki sifaf-sifat seperti; sayang terhadap hewan, tekun bekerja, mempunyai pengetahuan beternak, bersemangat, dapat mengatasi kekecewaan dan dapat mengambil keputusan. Berusaha dibidang ternak perah mempunyai keunggulan-keunggulan dan keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya atau usaha dibidang pertanian lainnya. Kesuksesan dalam usaha peternakan sapi perah sangat tergantung pada peternaknya sendiri. Mereka harus tahu bagaimana dalam menanam modal untuk usaha peternakannya serta dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang yang didapat untuk tiap-tiap investment. Peternak harus dapat mengetahui tatalaksana yang baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapisapi yang dapat berproduksi tinggi, pamakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan pakan serta pemasaran yang baik. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang peternak sapi perah. 2. Kemukakan faktor-faktor yang menguntungkan pada peternakan sapi perah dibandingkan dengan usaha lain di bidang peternakan maupun di bidang pertanian. 3. Kemukakan faktor-faktor yang penting diperhatikan dalam perencanaan usaha pendirian peternakan perah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Alim, A. F. dan T. Hidaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Pakan dan Tatalansana Sapi Perah. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.

2. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 3. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 20; 490 515). 4. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part I; 3 90). 5. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia. 6. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab I; 1 6, Bab II; 7 12).

BAB 3 BANGSA-BANGSA TERNAK PERAH

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Untuk menjadi peternak ternak perah yang baik dan berhasil dalam usahanya, maka peternak harus mengenal ciri dan watak terhadap jenis dan bangsa ternak yang akan dipelihara sesuai dengan lingkungan setempat untuk memperoleh produksi yang maksimal dan efisien.

B. RUANG LINGKUP ISI - Bangsa-bangsa sapi perah - Bangsa-bangsa kambing perah. - Bangsa-bangsa kerbau perah.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke tiga setelah mahasiswa memahami bab kedua dan sebagai pengantar bab-bab berikutnya. Dalam bab ini akan membahas ciri-ciri dan asal dari beberapa bangsa-bangsa sapi perah, kambing perah dan kerbau perah.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa sapi perah. 2. Menjelaskan ciri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kambing perah. 3. Menjelaskan cirri-ciri dan asal beberapa bangsa-bangsa kerbau perah.

10

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. BANGSA-BANGSA SAPI PERAH SUBTROPIS


Beberapa jenis sapi perah subtropis antara lain: 1. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH)

Gambar 1. Sapi Friesian Holstein/Fries Holland (FH)

Asal : Belanda Ciri-ciri Umum : - Warna belang hitam putih. - Pada dahi terdapat warna putih segi tiga. - Dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih. - Tanduk kecil pendek, menjurus ke depan. - Tenang, jinak. - Tidak tahan panas, namun mudah beradaptasi - Produksi susu 4500 5500 liter per satu masa laktasi - Berat badan jantan mencapai 1000 kg, betina 650 kg.

11

2. Sapi Yersey

Gambar 2. Sapi Yersey (Anonim, 2011a)

Asal; Pulau Yersey, Inggeris Selatan. Ciri-ciri Umum : - Warna bervariasi; mulai kelabu-keputihan, coklat muda, coklat kekuningan, coklat kemerahan sampai merah gelap dan pada bagian tertentu ada warna putih. - Warna mulut hitam - Ukuran tanduk sedang, lebih panjang dari pada FH menjurus ke atas. - Produksi susu 2500 liter per satu masa laktasi. - Berat badan jantan 625 kg, betina 425 kg.

3. Sapi Guernsey

Gambar 3. Sapi Guernsey (Anonim, 2011a) Asal; Pulau Guernsey, Inggeris Selatan. Ciri-ciri Umum : - Warna kuning tua dengan belang-belang hitam putih.

12

- Warna putih pada umumnya terdapat pada muka dan sisi perut serta pada keempat kaki. - Tanduk menjurus ke atas, agak condong ke depan dengan ukuran sedang. - Produksi susu 2750 liter per satu masa laktasi. - Berat badan jantan mencapai 700 kg, betina 475 kg.

4. Sapi Ayrshire

Gambar 4. Sapi Ayrshire (Anonim, 2011a) Asal; Scotlandia Selatan. Ciri-ciri Umum : - Warna belang merah atau belang coklat dan putih. - Tanduk agak panjang, menjurus ke atas. - Produksi susu 3500 liter per satu masa laktasi - Berat Badan jantan mencapai 725 kg, betina 550 kg.

13

5. Sapi Brown Swiss

Gambar 5. Sapi Brown Swiss (Anonim, 2011a) Asal: Switzerland Ciri-ciri Umum: - Warna bervariasi, coklat muda keabuan, coklat hitam dan pada umumnya coklat sawo matang. - Hidung dan kaki warna hitam. - Ukuran badan besar mendekati FH. - Jinak, mudah dipelihara - Produksi Susu mendekati FH - Berat Badan jantan 970 kg, betina 630 kg.

B. BANGSA-BANGSA SAPI SUBTROPIS


Beberapa jenis sapi perah tropis antara lain: 1. Sapi Red Sindhi

Gambar 6. Sapi Red Sindhi (Anonim, 2011a)

14

Asal : India. Ciri-ciri Umum : - Tubuh kuat, kokoh, kaki pendek. - Warna merah-coklat, bulu lembut. - Ambing besar, produksi susu 2000 liter per masa laktasi. - Berat badan jantan 500 kg, betina 350 kg. 2. Sapi Sahiwal

Gambar 7. Sapi Sahiwal (Anonim, 2011a) Asal : India Ciri-ciri Umum : - Tubuh besar. - Bulu halus, warna coklat kemerahan. - Ambing besar bergantung, produksi susu 2500 3000 liter per masa laktasi.

15

C. BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH 1. Kambing Nubian

Gambar 8. Kambing Nubian (Anonim, 2011b) Asal; Afrika Timur Laut, sepanjang jalur pantai Laut Tengah. Ciri-ciri Umum : - Kakinya besar, telinga panjang dan menggantung. - Produksi susu; 1 1,5 kg/hari, kadang-kadang 2 kg/hari. - Produksi susu per tahun + 120 140 kg dalam 2 masa laktasi. - Jantan dan betina tidak bertanduk. - Jantan berjenggot - Warna bulu; hitam, merah, dan putih. - Berat badan; 27 60 kg - Tinggi bahu; 70 80 cm. - Betina mempunyai ambing yang sangat besar.

16

2. Kambing Maradi

Gambar 9. Kambing Maradi (Anonim, 2011b)

Asal; Sokoto, Nigeria Utara. Ciri-ciri Umum : - Kambing padang pasir, tahan panas dan lingkungan kering. - Produksi susu; 0,5 kg/hari di musim kemaraudan 1,5 kg/hari di musim hujan. - Jantan dan betina bertanduk pendek. - Bulu berwarna merah atau coklat tua dan sangat halus. - Berat badan; 20 30 kg - Masa laktasi 100 hari. - Kelahiran anak 3 4 kali dalam 2 tahun.

3. Kambing Somali Arab

Gambar 10. Kambing Somali Arab (Anonim, 2011b)

17

Asal; Arab. Ciri-ciri Umum : - Produksi susu; 1 2 kg/hari. - Ukuran tubuh kecil. - Berambut panjang, berbulu coklat.

4. Kambing Damascus

Gambar 11. Kambing Damascus (Anonim, 2011b)

Asal; India, banyak dipelihara di Libanon, Syria dan pulau Cyprus. Ciri-ciri Umum : - Cocok untuk dataran rendah dengan penggembalaan yang subur, tidak cocok untuk dataran tinggi (pegunungan). - Produksi susu; 2 6 liter/ekor/hari. - Satu kali masa laktasi (8 bulan) bisa menghasilkan susu antara 300 800 liter/ekor. - Warna bulu; merah atau merah putih. - Berat dewasa; 40 60 kg - Tinggi badan; 70 75 cm. - Telinga menggantung

18

5. Kambing Mamber

Gambar 12. Kambing Mamber (Anonim, 2011b)

Asal; Syria (kambing pegunungan). Ciri-ciri Umum : - Bulunya hitam dan panjang. - Telinga menggantung. - Berat badan; 20 40 kg - Produksi susu 1,5 kg/ekor/hari, satu kali laktasi sekitar 500 kg/ekor. - Melahirkan satu kali per tahun dan jarang kembar.

6. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa)

Gambar 13. Kambing Jamnapari (Kambing Ettawa) (Anonim, 2011b) Asal; India. Ciri-ciri Umum : - Telinga panjang (+ 30 cm) dan menggantung berbulu lebat.

19

- Hidung melengkung cembung. - Jantan berjenggot dan rahang bawah menonjol. - Kaki panjang dan berambut panjang pada garis belakang kaki. - Warna bulu; putih, coklat dan hitam. - Berat jantan; 68 - 91 kg. Tinggi badan; 91 - 127 cm. - Induk melahirkan sekali setahun dan umumnya satu anak. - Produksi susu 3,8 kg/ekor/hari maximum 568 kg/ekor/laktasi, rata-rata 235 kg/ekor/laktasi selama 261 hari/laktasi. - Berat karkas 44 45 % dari berat badan. - Di Indonesia disilangkan dengan kambing kacang atau Jawa Randu. 7. Kambing Beetal

Gambar 14. Kambing Beetal (Anonim, 2011b) Banyak di India dan Pakistan. Ciri-ciri Umum : - Hampir sama dengan Kambing Jamnapari, hanya telinganya lebih pendek dan hidungnya lebih melengkung. - Warna bulu merah dengan bercak-bercak putih. - Jantan berjenggot sedang betina tidak. - Produksi susu maksimum 4,5 kg/ekor/hari rata-rata 195 kg/ekor/laktasi selama 224 hari/laktasi. - Melahirkan sekali setahun dan sering kembar.

20

8. Kambing Osmenabad

Gambar 15. Kambing Osmenabad (Anonim, 2011b) Asal; India. Ciri-ciri Umum : - Berat badan jantan 40 kg - Produksi susu 2 kg/ekor/hari. - Induk sering melahirkan kembar. 9. Kambing Barbari

Gambar 16. Kambing Barbari (Anonim, 2011b) Asal; India Utara dan Pakistan Barat. Ciri-ciri Umum : - Warna bulu bercak-bercak putih dan coklat muda. - Tinggi bahu pada jantan 66 76 cm, pada betina 60 71 cm. - Berat dewasa; 27 36 kg - Betina melahirkan kembar 2 dan 3, dan dalam 2 tahun bisa melahirkan 3 kali. - Produksi susu 144 kg/ekor/laktasi selama 235 hari/laktasi.

21

10. Kambing Malabar

Gambar 17. Kambing Malabar (Anonim, 2011b) Asal; Malabar Utara dan India Barat bagian Selatan. Ciri-ciri Umum : - Warna bulu; hitam, coklat, putih atau campuran dari warna tersebut. - Berat dewasa; 36 40 kg - Produksi susu rata-rata 105 kg/ekor/laktasi selama 185 hari/laktasi.

11. Kambing Kamori

Gambar 18. Kambing Kamori (Anonim, 2011b) Asal; Pakistan. Ciri-ciri Umum : - Telinga menggantung. - Warna bulu; coklat dan hitam bercak-bercak abu-abu. - Ambingnya bagus bisa menghasilkan susu 2 4 kg/ekor/hari. - Sering melahirkan kembar.

22

12. Kambing Ma Tou

Gambar 19. Kambing Ma Tou (Anonim, 2011b) Asal; Cina Tengah. Ciri-ciri Umum : - Berat badan jantan + 37 kg, betina antara 20 45 kg. - Produksi susu 1,5 kg/ekor/hari. - Jantan dan betina bertanduk. - Warna bulu putih. - Bisa melahirkan 2 kali setahun. - Sering melahirkan kembar 2 atau 3.

13. Kambing Saanen

Gambar 20. Kambing Saanen (Anonim, 2011b)

23

Asal; Swiss. Ciri-ciri Umum : - Produksi susu + 800 kg/ekor/laktasi selama 250 hari/laktasi. - Di Indonesia produksi susu mencapai 3 5 liter/ekor/hari. - Kepala kecil lancip, leher panjang dan halus. - Warna bulu; putih, krem pucat dan bercak-bercak hitam pada hidung, telinga dan ambing, dan bulunya pendek. - Kaki lurus dan kuat. - Telinga kecil dan pendek, tegak ke arah depan dan samping. - Sering tidak bertanduk. Ambing dan putting besar. - Sering melahirkan kembar. - Di Indonesia baik dipelihara di daerah pegunungan yang hawanya dingin karena cukup peka terhadap matahari.

14. Kambing Alpen

Gambar 21. Kambing Alpen (Anonim, 2011b) Asal; Alpen di Australia, dikembangkan di Inggeris. Ciri-ciri Umum :. - Produksi susu rata-rata 4,5 kg/ekor/hari.

24

15. Kambing Toggenburg

Gambar 22. Kambing Tuggenburg (Anonim, 2011b) Asal; Swiss. Ciri-ciri Umum : - Jantan dan betina tidak bertanduk. - Warna bulu; coklat atau coklat kelabu kuning dengan bercak-bercak bercak putih atau krem. - Leher tegak, tipis dan panjang. - Telinga berujung ke muka. - Berjenggot - Ambing besar, bentuknya simetris. - Produksi susu rata-rata rata 3 liter/ekor/hari.

D. BANGSA-BANGSA BANGSA KERBAU PERAH 1. Kerbau Murrah

Gambar 23. Kerbau Murrah (Anonim, 2011c)

25

Bangsa kerbau ini termasuk paling penting di India dan beberapa negara, terdapat pula di Indonesia yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang-orang orang keturunan Sikh, India. Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah hasil persilangan dengan kerbau rawa. Asal; India di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi. Ciri-ciri Umum : - Efisien menghasilkan susu yaitu 1400 2000 kg/ekor/laktasi selama 9 10 bulan dengan kadar lemak 7 8 %. - Kepalanya relatif kecil dibandingkan dengan badannya yang relatif besar. - Bentuk badan pada betina kecil dibandingkan dengan jantan yang besar dan kasar. - Bobot badan pada jantan dewasa 450 800 kg dan betina 350 700 kg. - Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm dan betina 133 cm. - Telinga kecil, tipis dan tergantung. - Tanduk duk pendek melingkar ke arah atas dan ke belakang. - Leher pada jantan panjang sedangkan pada betina ramping. - Dada lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam. - Ambing pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluh darah balik lik (vena) yang menonjol. - Puting ambing bentuknya simetris dan panjang serta jaraknya baik. - Ekor panjang dan ramping sampai mencapai persendian tarsus (pergelangan kaki) dan biasanya ujung rambut ekornya berwarna putih. - Kulit umumnya berwarna hitam, tipis, tipis, lunak dan mudah dilipat dengan rambut/bulu sedikit pada saat kerbau dewasa.

2. Kerbau Nili Ravi

Gam Gambar 24. Kerbau Nili - Ravi (Anonim, , 2011 2011c)

26

Sebelum tahun 1938 Nili dan Ravi dianggap sebagai bangsa yang berbeda serta merupakan varietas bangsa kerbau Murrah, tetapi sejak tahun 1960 dua bangsa kerbau tersebut karena memiliki ciri-ciri yang sama dianggap satu bangsa yaitu Nili-Ravi. Bangsa kerbau ini merupakan salah satu kerbau yang terbaik produksi susunya setelah kerbau Murrah. Produksi susu kebau Nili-Ravi hampir sama dengan produksi susu kerbau Murrah. Asal; . Ciri-ciri Umum : - Kepala panjang, cungur yang baik dan lubang hidung yang lebar. - Kepala bulat dan cembung bagian atasnya, berlekuk diantara kedua matanya, dengan tulang hidungnya yang menonjol. - Tanduk kecil tetapi lebar, tebal dan melingkar lebih rapat dari kerbau Murrah. - Pada kepala dan mukanya terdapat rambut yang lebih kasar dari rambut bagian badan lainnya dan dagunya menonjol. - Leher pada jantan padat dan kuat, sedang pada betina panjang, ramping dan baik. - Ekornya panjang sampai rambut ekornya mencapai tanah. - Warna kulit hitam tetapi didapatkan pula yang berwarna coklat. - Terdapat warna putih pada dahi, muka, cungur, kaki dan rambut ekor. - Bobot badan jantan dewasa rata-rata 600 kg dan pada betina 450 kg. - Ambing besar dan bentuknya simetris, putting panjang dan berjarak sama. - Pembuluh darah ambing panjang berkelok-kelok dan menjolok. - Produksi susu + 1600 kg/laktasi selama 250 hari/laktasi.

3. Kerbau Mehsana

Gambar 25. Kerbau Mehsana (Anonim, 2011c)

27

Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang antara kerbau Surti dan Murrah, karena ciri-cirinya cirinya sama seperti kedua bangsa kerbau tersebut. Asal; Daerah Gujarat dan bagian dari Maharashtra, India. Ciri-ciri Umum : g, badannya dalam dan kaki relatif - Bobot badan dewasa berkisar 350 550 kg, pendek. Jantan lebih berat dari pada betina. - Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai melingkar. - Leher panjang dan ramping. - Ambing pada betina bentuknya simetris, putting sedikit tebal, panjang. - Produksi susu bervariasi dari 1300 1800 kg/laktasi selama 300 hari/laktasi. - Kulit tipis, lunak dan mudah dilipat serta warna umumnya hitam. - Jinak mudah diprlihara dalam kanadang maupun di padang penggembalaan.

4. Kerbau Surti

Gambar 26. Kerbau Surti (Anonim, 2011c)

Kerbau Surti dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati. Asal; Di Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan sungai Mahi di India. Ciri-ciri Umum : - Bentuk badannya baik dan besarnya medium. - Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang pada jantan besar dan kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang sejajar dengan leher atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang dengan ujung membelok ke atas membentuk tuk ka kait.

28

- Kepala panjang sedikit lebar dan bulat di antara ke dua tanduk. - Ekor agak panjang, ramping dan lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih. - Ambing bentuknya baik, puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh darah ambing banyak dan menjolok. - Kulit agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan licin dengan rambut yang jarang. - Kulit ambing lebih lunak dan berwarna merah muda. - Warna kulit badan hitam atau cokat tembaga. - Produksi susu bervariasi antara 1590 1730 kg/laktasi selama 10 bulan. - Kadar lemak emak susu tinggi 7,8 10,5 % dengan rata-rata rata 8,9 %.

5. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi

Gambar 27. 27 Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi (Anonim, 2011c) Kerbau ini merupakan hewan yang kuatdan padat. Asal; Pada mulanya didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar kotaZaffarabad. Ciri-ciri Umum : - Dahi cembung. - Tanduknya panjang dan berat, berkerut serta tergantung, ujung melengkung ke atas. Bentuk tanduk ini merupakan cirri khas kerbau Jafarabadi. - Telinga besar dan tergantung. - Leher tebal dan lebar. - Badan panjang, lebar dan gemuk. - Bergelambir dan dada padat. - Bobot badan dewasa pada jantan rata-rata rata rata 590 kg, dan betina 454 kg. - Badan umumnya berwarna hitam, tetapi kadang-kadang kadang kadang didapatkan tanda-tanda t putih pada muka dan kaki di bawah lutut. - Ambing bentuknya baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800 2700 kg/laktasi.

29

PENUTUP
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha beternak perah maka seorang peternak harus mengenal ciri dan watak terhadap jenis dan bangsa ternak yang akan dipelihara agar sesuai dengan lingkungan setempat untuk memperoleh produksi yang maksimal dan efisien. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Sebutkan bangsa-bangsa sapi perah tropis dan sub-tropis. 2. Jelaskan ciri-ciri bangsa sapi perah Fries Holland (FH). 3. Sebutkan bangsa-bangsa kambing perah. 4. Jelaskan ciri-ciri bangsa kambing perah Ettawa. 5. Sebutkan bangsa-bangsa kerbau perah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Anonim. 2011a. Bangsa-bangsa Sapi Perah Tropis dan Subtropis. http://www.google.co.id/search?q=gambar+sapi+sahiwal&oq=gambar+sapi+sahi wal&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=41364l45050l7l45325l19l14l1l7l0l2l222l 1153l0.4.2l6l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=ae28467fb8b6472e&biw=1024 &bih=649. Akses 17 November 2011. 3. Anonim. 2011b. Bangsa-bangsa Kambing Perah. http://www.google.co.id/search?q=gambar+kerbau+murrah&hl=id&biw=1024&bih =649&prmd=imvns&source=lnms&tbm=isch&ei=Qi3DTpTDAuWiQe4huHyAQ&sa=X&oi=mode_link&ct=mode&cd=2&ved=0CA8Q_AUoAQ#hl =id&tbm=isch&sa=1&q=gambar+kambing+perah&oq=gambar+kambing+perah&a q=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=2559l2559l2l3047l1l1l0l0l0l0l183l183l0.1l1l0& bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=ae28467fb8b6472e&biw=1024&bih=649. Akses 17 November 2011.

30

4. Anonim. 2011c. Bangsa-bangsa Kerbau Perah. http://www.google.co.id/search?q=gambar+kerbau+murrah&hl=id&biw=1024&bih =649&prmd=imvns&source=lnms&tbm=isch&ei=Qi3DTpTDAuWiQe4huHyAQ&sa=X&oi=mode_link&ct=mode&cd=2&ved=0CA8Q_AUoAQ. Akses 17 November 2011. 5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 6. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab X; 72 73).

31

BAB 4 KOMPONEN DAN NILAI GIZI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Air susu merupakan jenis makanan yang paling mendekati kesempurnaan, karena semua zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia maupun anak sapi semua terkandung pada air susu. Untuk memperoleh produksi dan kualitas air susu yang optimal maka perlu seorang peternak atau pengusaha dibidang ternak perah mengetahui faktor-foktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu.

B. RUANG LINGKUP ISI - Komponen dan nilai gizi air susu. - Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke empat yang membahas tentang komponen dan nilai gizi air susu serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan komponen-komponen dan nilai gizi yang terkandung pada air susu. 2. Menjelaskan faktor-faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. 3. Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu

32

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


A. KOMPONEN DAN NILAI GIZI AIR SUSU Pada perinsipnya komponen dari pada air susu terdiri dari: 1. Air 2. Lemak -Trigliserida - Vitamin yang larut dalam lemak - Carotein 3. Zat padat tanpa lemak (solids non fat) yang terdiri dari: - Protein: - Kasein - Protein Whey - Lactose - Mineral - Vitamin yang larut dalam air 4. Beberapa tipe sel antara lain: - Bactericid - Leoucosit - Sel-sel yang dikeluarkan oleh kelanjar susu Belahan-belahan sel dari pada sel-sel yang dikeluarkan oleh kelenjar air susu adalah : - Nucleus - Endoplasmic Reticulum - Mitochondria - Lysosome - Cellular membran - Cytoplasma.

33

Tabel 2. Komposisi Susu Berbagai Spesies

Spesies

Air (%)

Lemak (%)

Protein (%)

Laktosa (%)

Abu (%)

Manusia Sapi Kambing Domba Kuda Kerbau Rusa Unta

88,30 87,25 87,88 80,82 90,70 76,89 67,20 87,61

3,11 3,80 3,82 6,86 1,20 12,48 17,09 5,38

1,19 3,50 3,20 6,52 2,00 6,03 9,89 2,98

7,18 4,80 4,54 4,91 5,70 3,74 2,82 3,26

0,21 0,65 0,55 0,89 0,40 0,89 1,49 0,70

Air Sebagian besar air susu terdiri dari air yaitu sekitar 87 %. Air tersebut mempunyai fungsi penting yaitu untuk melarutkan semua zat-zat makanan yang ada dalam susu.

Lemak Seringkali lemak susu disebut dengan lemak mentega (butter fat). Lemak susu mempunyai peranan penting dalam menentukan aroma susu dan produk-produk lain yang berasal dari susu. Kandungan lemak air susu adalah sangat penting, karena merupakan faktor penentu harga dari pada air susu tersebut. Karakteristik dari pada susu sapi yaitu mempunyai porsi asam lemak yang tinggi. Asam lemak pada ransum ternak sapi merupakan penentu langsung dari pada kandungan asam lemak pada air susu. Asam lemak ini hampir semuanya berbentuk rantai panjang, karena kandungan asam lemak tanaman yang dikonsumsi oleh ternak sapi berasal dari asam lemak berantai panjang yang tak jenuh. Kadar lemak susu rata-rata 3,45 %. Keadaan ini tergantung dari bangsa sapi, waktu laktasi dan jenis pakan yang diberikan. Dalam susu, lemak berbentuk globulaglobula yang menyebar secara emulsi. Titik cair pada lemak susu berkisar antara 29o C 36o C dengan rata-rata 33o C. Lemak susu banyak mengandung Vitamin A, Vitamin D dan Carotein. Sifat lain dari lemak susu yaitu mudah menyerap bau.

34

Protein Protein susu mengandung lebih banyak amino acid dari pada zat-zat makanan lainnya. Jadi kandungan dari pada air susu pada umumnya terdiri dari protein, sehingga bisa dikatakan bahwa susu adalah makanan alami yang paling mendekati

kesempurnaan. Susu mengandung protein yang terdiri dari 85 % kasein dan 15 % protein whey. Kasein merupakan protein istimewa yang terdapat pada susu. Pada susu yang normal molekul-molekul kasein dilapisi oleh mantel air, merupakan larutan koloid, sehingga tidak mungkin saling melekat ataupun mengendap. Kasein murni tidak akan mengendap dengan pemanasan, tetapi bila susu segar dipanaskan pada suhu 100o selama 12 jam akan terjadi pengendapan kasein. Kasein akan mengendap bila di dalam susu ditambahkan alkohol dengan konsentrasi tinggi, asam atau enzim renet. Albumin dalam susu terdapat dalam keadaan larut berbeda dengan kasein, albumin akan mengendap dengan pemanasan. Pada penambahan renet, albumin tidak turut mengendap bersama kasein tetapi memisah di dalam whey. Kadar albumin dalam kolostrum dapat meningkat sampai 20 %. Hal inilah yang menyebabkan kolostrum mudah pecah bila dipanaskan.

Laktosa Laktosa adalah gula yang hanya terdapat pada susu, karena itu sering juga disebut gula susu dimana kadarnya di dalam susu + 4,6 %. Suatu hal yang penting dari laktosa ini adalah mudah difermentasikan oleh sejenis bakteri tertentu menjadi asam laktat. Asam laktat ini dapat memberikan aroma yang khas pada hasil olahan susu. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan beberapa bakteri yang berbentuk lactic acid pada usus kecil anak sapi. Lactic acid ini berfungsi untuk meningkatkan proses penyerapan/absorpsi Ca da P untuk pembentukan tulang dan gigi pada anak sapi.

Mineral Semua mineral yang diperlukan oleh tubuh terdapat dalam susu dengan komposisi yang sempurna. Mineral tersebut antara lain K, Na, Ca, Mg, Cl, P dan S. Selain mineral-mineral tersebut terdapat juga mineral-mineral lain dalam jumlah kecil (trace mineral) yaitu Fe, Cu, Zn, Al, Mn, Co dan J. Kandungan mineral dalam susu yang normal + 0,8 %, sedangkan dalam kolostrum dapat mencapai 1,5 %.

35

Vitamin Vitamin-vitamin yang terdapat dalam air susu antara lain: vitamin A, vitamin B (thiamin), vitamin B2 (niacin), vitamin B6 (pirydoxin), asam phanthotenat, vitamin C (asam askorbat), vitamin D, vitamin E (alphatocopherol) dan vitamin K. Sebagian dari vitamin-vitamin ini larut dalam lemak misalnya vitamin A dan D dan sebagian lainnya larut dalam air. Kandungan vitamin dalam kolostrum lebih tinggi dari susu yang normal.

Enzim Beberapa enzim yang terdapat pada air susu diantaranya amylase, peroxidase, lipase dan phosphatase. Enzim yang terdapat dalam air susu berasal dari darah induk, dari sel-sel kelenjar susu dan dari kuman-kuman yang terdapat dalam susu. Susu yang tidak mendapat perlakuan yang baik dan susu yang sudah disimpan lama akan mengandung banyak enzim.

Komponen lain Selain dari bahan-bahan tersebut di atas ada beberapa komponen yang dapat ditemukan di dalam air susu, misalnya pigmen, sell antibody, bactericid (bahan pembunuh kuman). Di dalam kolostrum banyak ditemukan bactericid dibandingkan susu biasa.

Nucleus Sel nucleus yang dihasilkan oleh kelenjar susu berfungsi untuk membawa gengen untuk mensintesa protein susu dan enzim-enzim tertentu yang mengkatalisa beberapa reaksi biokimia pada sel kelenjar air susu. Endoplasmic Reticulum RNA dari nucleus bergerak menuju ke endoplasmic reticulum menggabung bersama dengan amino acid untuk membentuk protein susu dan enzim pada sel kelenjar air susu.

Mitochondria Mitochondria banyak terdapat pada jaringan metabolisme yang aktif. Jadi sel-sel kelenjar susu pada sapi yang sedang laktasi mengandung banyak mitochondria, dimana kurang terdapat pada kelenjar susu sapi yang tidak laktasi. Mitochondria sering terpusat pada sel, karena itu dapat menghasilkan energi untuk mensintesa berbagai sel dalam memproduksi lemak dan protein susu.

36

Lysosome Lysosome adalah partikel membran pembatas yang dapat membentuk enzim. Lysosom merupakan partikel yang aktif selama jaringan kelenjar susu berfungsi dengan baik dimana dapat menjadikan sapi lebih cepat masa berproduksinya.

Cellular membran Membran ini dapat memperlancar penyaluran reaksi kimia be berbagai bagian sel-sel.

Cytoplasma Cytoplasma atau sel cair merupakan bagian yang panjang pada sel kelenjar susu. Cytoplasma memproduksi beberapa enzim, zat-zat makanan dan makromolekular yang dapat larut.

B. FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU 1. Bangsa/Rumpun/Breed Umum diketahui bahwa tiap-tiap bangsa sapi mempunyai sifat-sifat sendiri dalam menghasilkan susu yang berbeda dalam jumlah yang dihasilkan, kadar lemak susu dan warna susu. Perbedaan komposisi dan produksi air susu bervariasi sesuai dengan breed ternak itu sendiri. Breed yang mempunyai produksi susu tertinggi yaitu Fries Holland (FH) kemudian Shorthorn, Ayrshire, Guernsey, Shorthorn, Jersey. Lemak sangat menentukan unsur pokok pada air susu sedangkan mineral dan lactose hanya sedikit menentukan dari unsure pokok air susu tersebut. Kadar lemak susu menurut breed berturut-turut dari tertinggi sebagai berikut: Jersey, Guernsey, Ayrshire, Shorthorn, Fries Holland (FH). Telah diketahui pula bahwa susu yang banyak mengandung lemak akan banyak mengandung vitamin A dan D per volume susu, karena vitamin-vitamin tersebut berhubungan dengan lemak susu. Bangsa sapi menentukan kualitas susu seperti tertera di bawah ini;

37

Tabel 3. Komposisi Susu Berbagai Bangsa Sapi

Bangsa Sapi

Air (%)

Lemak (%)

Protein (%)

Laktosa (%)

Abu (%)

BK (%)

Jersey Guernsey Ayrshire Shorthorn Friesh Holland

85,27 85,45 87,10 87,43 88,01

5,14 4,98 3,85 3,63 3,45

3,80 3,84 3,34 3,32 3,15

5,04 4,98 5,02 4,89 4,65

0,75 0,75 0,69 0,73 0,68

14,73 14,55 12,90 12,57 11,93

Telah diketahui pula bahwa susu yang banyak mengandung lemak akan banyak mengandung vitamin A dan D per volume susu, karena vitamin-vitamin tersebut berhubungan dengan lemak susu.

2. Keturunan Bangsa sapi yang telah mengalami seleksi dengan baik mampu menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi. Sifat-sifat yang diturunkan yaitu kesanggupan untuk mengubah sejumlah zat-zat makanan yang diperoleh dari bahan maknan menjadi air susu.

3. Masa Laktasi Masa laktasi yaitu masa sapi berproduksi susu (antara waktu beranak sampai masa kering). Masa laktasi itu berlangsung selama 10 bulan atau sekitar 305 hari, sedangkan masa kering itu biasanya berlangsung selama 2 bulan atau 60 hari. Dengan pemeliharaan yang layak produksi maksimum tercapai pada minggu ke 3 sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Setelah itu beransur-ansur turun sampai bulan ke 10. Kadar lemak susu mulai menurun setelah 1 2 bulan masa laktasi, dan setelah 2 3 bulan masa laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik sedikit.

4. Umur Sapi yang beranak pada umur yang tua (3 tahun) akan menghasilkan susu yang lebih banyak dari pada sapi yang beranak umur muda (2 tahun). Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sampai sapi berumur 7 atau 8 tahun, walaupun ini sangat ditentukan oleh breed ternak dan kemudian setelah umur

38

tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11 atau 12 tahun produksi susunya akan rendah sekali. Meningkatnya produksi susu tiap laktasi dari umur 2 tahun sampai 7 tahun itu disebabkan bertambah besarnya sapi karena pertumbuhan, jumlah tenunan-tenunan dalam ambing juga bertambah. Turunnya produksi susu pada sapi yang tua disebabkan aktivitas-aktivitas kelenjarkelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi untuk berproduksi susu tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan ambingnya yang mencapai maksimum pada laktasi ke 3 atau ke 4. Pada saat sapi mencapai kematangan berproduksi susu (pada saat dewasa tubuh) produksi susunya lebih tinggi sekitar 25 % dibandingkan dengan sapi yang masih berumur 2 tahun. Kandungan lemak susu menurun sekitar 0,2 % antara tahun pertama sampai tahun ke lima periode laktasinya.

5. Kondisi/Besarnya Ternak Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa sapi yang badannya besar mempunyai produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan sapi yang berbadan kecil dalam bangsa dan umur yang sama. Hal ini disebabkan karena sapi yang badanya besar akan makan lebih banyak, sehingga menghasilkan susu yang lebih banyak, karena metabolismenya tinggi. Akan tetapi produksi susu tersebut komposisinya (nilai gizinya) tidak dipengaruhi oleh besarnya sapi.

6. Siklus Estrus (Berahi) Estrus biasanya menurunkan produksi susu, tetapi dari beberapa hasil penelitian mengemukakan bahwa itu tidak selanya terjadi. Pada waktu sapi berahi terdapat perubahan-perubahan faali yang mempengaruhi volume dan kualitas air susu yang dihasilkan. Beberapa sapi menunjukkan gejalah nervous (gelisah) dan mudah terkejut sehingga tidak mau makan atau makannya sedikit sehingga mengakibatkan produksi susu turun. Terdapat juga sapi yang tidak banyak dipengaruhi oleh masa berahi. Bila produksi susu menurun banyak, maka kadar lemak dan kualitas susu akan berubah. Selama berahi berlangsung produksi susu dan kadar lemak susu mengalami penurunan yang cukup berarti.

39

7. Kebuntingan Peternak telah mengetahui bahwa sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan menghasilkan susu lebih sedikit dari pada sapi yang tidak bunting. Pengaruh kebuntingan terhadap produksi susu hanya sedikit sampai bulan ke 5, tetapi dari bulan ke 5 produksi susu menurun lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak bunting. Ini mungkin disebabkan karena keseimbangan hormon yang berubah. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang diperuntukkan untuk foetus dan selaputnya adalah equivalent dengan 55 85 kg susu pada sapi Jersey atau 100 135 kg susu pada sapi FH. Sedangkan penelitian lain pada sapi FH menunjukkan angka yang lebih besar yaitu 240 400 kg susu. Dalam hal ini kebuntingan mempunyai pengaruh terhadap produksi susu.

C. FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU 1. Musim Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang panas produksi susu sapi umumnya menurun. Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak.

2. Frekuensi Pemerahan Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan yang dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi susu tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3 kali sehari; sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat diperah 3 kali sehari. Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari. Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi

40

diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik (1953).

Umur Sapi 2 tahun 3 tahun 4 tahun

3 kali sehari diperah 20 % > dari 2 kali diperah 17 % > dari 2 kali diperah 15 % > dari 2 kali diperah

4 kali sehari diperah 35 % > dari 2 kali diperah 30 % > dari 2 kali diperah 26 % > dari 2 kali diperah

Kenaikan hasil susu itu tergantung pada kemampuan sapi itu untuk berproduksi, makanan dan manajemen.

3. Pergantian Pemerah Sapi perah lebih suka diperah secara teratur oleh pemerah yang sama. Dengan sistem pemerahan tangan (manual), pergantian pemerah dapat menyebabkan stress, dimana sapi perah sangat peka terhadap perubahan-perubahan pada dirinya termasuk pergantian pemerah.

4. Masa Kering Produksi susu pada laktasi ke 2 dan berikutnya dipengaruhi oleh lamanya masa kering yang lalu. Untuk tiap individu sapi betina produksi susu akan naik dengan bertambahnya masa kering sampai 7 atau 8 minggu, tetapi dengan masa kering yang lebih lama lagi produksi susu tidak akan bertambah.

5. Calving Interval Calving interval yang optimal adalah 12 dan 13 bulan. Bila calving interval diperpendek akan menurunkan produksi susu 3,7 9 % pada laktasi yang sedang berjalan atau yang berikutnya. Sedangkan bila calving interval diperpanjang sampai 450 hari, maka laktasi yang sedang berjalan dan laktasi yang akan datang akan meningkatkan produksi susu 3,5 %, tetapi bila ditinjau dari segi ekonomis akan rugi, karena tidak sesuai susu yang dihasilkan dibandingkan dengan makanan yang diberikan kepada sapi.

6. Obat-obatan Dalam usaha meningkatkan produksi dan kadar lemak susu biasa dilakukan dengan pemberian obat dalam dosis tertentu pada ransum selama periode laktasi.

41

Jenis obat yang biasa digunakan adalah Thyroprotein, tetapi dalam penggunaan obat ini harus dibarengi dengan pemberian ransum yang baik. Pemberian Thyroprotein ini dapat meningkatkan produksi susu sampai 20 %. Kekurangan dari pada obat ini yaitu apabila tidak dilanjutkan pada periode laktasi berikutnya maka produksi susu menurun secara derastis.

7. Hormonal Hormon lactogen, prolactin dan luteotropin yang disekresi oleh kelenjar pituitary anterior mempunyai peranan penting dalam produksi susu. Sapi yang sedang laktasi disuntikkan lactogen ternyata dapat meningkatkan produksi susu, begitu juga hormon lainnya seperti thyroxin.

8. Penyakit Penyakit ternak memiliki pengaruh yang sangat merugikan. Pada sapi perah, penyakit sangat mempengaruhi produksi susu seperti misalnya penyakit mastitis dan lain-lain.

9. Makanan/Nutrisi Pada umumnya variasi dalam produksi susu dan lemak pada beberapa peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam makanan dan

tatalaksananya. Makanan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah. Ternak sapi yang kekurangan makanan menyebabkan menurunnya produksi susu dan persentase lactose susu, tetapi meningkatkan kandungan lemak air susu, sebaliknya bila mendapat makanan yang secukupnya dapat meningkatkan produksi susu dan umumnya persentase lemak susu menurun. Pemberian makanan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu sedang dikeringkan dapat menaikkan produksi susu sebesar 10 30 %. Perubahan tipe lemak dalam ransum ternak sapi perah tidak konsisten merubah kandungan lemak air susu. Akan tetapi tingginya minyak ikan dan minyak tak jenuh lainnya dalam ransum nyata menurunkan persentase lemak susu dengan tanpa mempengaruhi produksi susu. Kandungan lemak susu yang normal adalah sekitar 3 4 %. Ada beberapa cara pemberian makanan untuk menekan peningkatan kandungan lemak susu dan merangsang peningkatan produksi susu seperti:

42

1. Membatasi bahan makanan yang banyak mengandung serat kasar. Apabila serat kasar ransum dikurangi sampai 30 % dari bahan kering dapat menurunkan persentase lemak susu sekitar 2 %. Pemberian hay pada batas 1,5 pon per 100 pon berat badan masih dapat mencegah peningkatan kandungan lemak air susu. 2. Meningkatkan ransum biji-bijian. 3. Mencincang hijauan makanan ternak dengan halus (+ 0,125 inch). 4. Meningkatkan komposisi jagung dalam ransum. 5. Sapi digembalakan pada padang rumput yang baik. Vitamin A dan D tidak disintesa dalam tubuh ternak sapi, oleh karena itu level vitamin A dalam susu dipengaruhi oleh kandungan bahan makanan. Untuk vitamin D dipengaruhi oleh seringnya ternak dikena sinar matahari. Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena susu terdiri atas 87 % air dan 50 % dari badan sapi terdiri atas air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu yang dihasilkan sapi, suhu sekelilingnya dan jenis makanan yang diberikan. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 3,6. Air yang dibutuhkan setiap hari bagi sapi minimal untuk setiap satu liter susu yang dihasilkan dibutuhkan air minum sebanyak 4 liter. Sebaiknya sapi diberi air minum secara ad libitum.

PENUTUP
Komponen dan zat gizi pada air susu antara lain; Air, Lemak (Trigliserida, Vitamin yang larut dalam lemak, carotein), Protein (Kasein, Protein whey), Lactose, Mineral, Vitamin yang larut dalam air. Faktor internal yang mempengaruhi produksi dan kualitas`air susu antara lain; Breed, Keturunan, Masa laktasi, Umur, Kondisi ternak, Siklus estrus dan Kebuntingan, sedangkan faktor eksternal antara lain; Musim, Frekuensi pemerahan, Pergantian pemerah, Masa kering, Calving interval, Obat-obatan, Hormon, Penyakit dan Makanan.Nutrisi. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

43

. SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan komponen-komponen nilai gizi yang terkandung pada air susu. 2. Kemukakan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu. DAFTAR PUSTAKA 1. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 19). 2. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 389, Part VI; 510 - 550). 3. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 73). 4. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 35).

44

BAB 5 KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK PERAH


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan zat-zat makanan bagi ternak perah merupakan salah satu faktor yang penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah, dimana kebutuhan zat-zat makanan merupakan asupan gizi untuk meningkatkan produksi susu. Zat-zat makanan dibutuhkan ternak perah untuk proses, pertumbuhan, kebuntingan atau reproduksi, dan produksi daging/susu. Sedangkan kebutuhan zat-zat nutrisi pada ternak perah antara lain energi, protein, mineral, vitamin dan air. Apabila zat-zat makanan tersebut tidak terpenuhi pada ternak perah maka akan mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas dan juga akan berdampak pada kesehatan ternak.

B. RUANG LINGKUP ISI - Kebutuhan zat-zat makanan pada ternak perah - Nutrisi zat-zat makanan pada ternak perah - Kegunaan zat-zat makanan pada ternaka perah.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke lima dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas tentang kebutuhan zat-zat makanan pada ternak perah dan nutrisi zat-zat makanan serta kegunaan zat-zat makanan tersebut. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan kebutuhan zat-zat makanan pada ternak ternak perah. 2. Menjelaskan nilai nutrisi zat-zat makanan pada ternak ternak perah. 3. Menjelaskan kegunaan zat-zat makanan pada ternak ternak perah.

45

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


Zat-zat makanan dibutuhkan ternak sapi untuk: Maitenance Pertumbuhan Kebuntingan atau reproduksi Produksi daging/susu

Kebutuhan zat-zat nutrisi pada sapi al: Energi Protein Mineral Vitamin Air

1.

Energi

Sumber energi yang paling utama : Karbohidrat Lemak

Karbohidrat mempunyai kelebihan dibanding lemak sebagai sumber energi yaitu: Mudah dicerna Mudah diserap Mudah ditransformasi untuk produksi susu/daging dan lemak tubuh

Tujuan energi untuk proses kehidupan seperti : Aktivitas jantung Peredaran darah Aktivitas otot Aktivitas system saraf Sintesa protein dan lemak Sekresi air susu Pertumbuhan foetus Pertumbuhan pada anak sapi

Akibat kekurangan energi : Pertumbuhan terhambat

46

Terlambat pubertas Menurunkan berat badan Produksi susu menurun

Sistem pengeluaran energi pada ternak: - Gross Energi (GE): Feces (30 %) + Urine (5 %) + Gas (5 %) + Temp. tubuh (20 %) + Maintenace (20 %) + Prod. susu dan pertumbuhan (20 %). - Digestible Energi (DE): Urine + Gas + Temp. tubuh + Maintenace + Prod. susu dan pertumbuhan. - Metabolisme Energi (ME): Gas + Temp. tubuh + Maintenace + Prod. susu dan pertumbuhan. - Net Energi (NE): Maintenace + Prod. Susu/daging dan pertumbuhan.

2.

Protein Protein kasar adalah semua komponen nitrogen (N) pada makanan. Kandungan N

makanan x 6,25 itulah protein kasar (Kandungan N pada protein rata-rata 16 %). Protein dibutuhkan oleh ternak untuk: Pertumbuhan Memperbaiki jaringan yang sudah tua Produksi susu/daging Perkembangan ternak terutama yang baru lahir Keseimbangan protein protein dalam tubuh

Protein penting pada ternak yang sedang laktasi, karena zat padat pada susu mengandung sekitar 27 % protein. Dan juga dapat mengaktifkan mikroorganisme di dalam rumen.

Akibat kekurangan protein : Pertumbuhan terhambat Pertahanan tubuh menurun Menurunkan berat lahir Produksi susu/daging menurun Kandungan solid non fat pada susu menurun

Sumber protein yang paling utama : Tanaman Hewan

47

Pada umumnya hewan mengandung lebih banyak protein dibandingkan denga tanaman . Kadar protein secara keseluruhan pada hewan (10 20 %), sedang pada tanaman (6 8 %). Pada bagian tanaman umumnya mengandung protein lebih tinggi pada biji, kemudian daun baru batang.

3. Mineral Fungsi Mineral secara umum : 1. Menguatkan dan mengeraska struktur tulang 2. Mengaktifkan system enzim 3. Mengontrol keseimbangan pengeluaran air dan gas dalam tubuh ternak 4. Mengatur keseimbangan asam yang dibutuhkan 5. Meransang aktivitas otot dan urat saraf.

Kebutuhan makro mineral pada ternak perah : NaCl (garam dapur) Calsium Phosphor Magnesium Sulfur

Kebutuhan mikro mineral pada ternak perah : Ca dan P merupakan susunan mineral yang terbesar dalam tulang, gigi dan air susu. Kekurangan Ca dan P akan mengakibatkan produksi susu/daging menurun, tulang dan gigi lemah, serta pertumbuhan terganggu. Kebutuhan Ca pada ternak perah sekitar : 0,30 0,45 %, sedang P: 0,25 0,35 %. Besi Mangan Yodium dll. - Tembaga - Cobalt

Sapi yang kekurangan NaCl mengakibatkan : Bulu kusam Produksi menurun.

Ternak perah yang sedang laktasi membutuhkan 20 25 g NaCl/hari. Unsur mikro mineral apabila kadarnya berlebihan bisa menimbulkan keracunan, sehingga tidak

48

perlu ditambahkan secara khusus pada ransum. Sedang Ca, P dan NaCl memang dibutuhkan tambahan khusus pada ransum.

4. Vitamin Vitamin yang dibutuhkan pada ternak perah adalah; Vitamin, A, B, C, D, E dan K. Di dalam tubuh hewan vitamin dibutuhkan untuk kesehatan dan kekuatan tubuh. Di dalam makanan biasanya unsur-unsur vitamin tersedia asalkan ternak memperoleh pakan yang terjamin. Mikroorganisme di dalam perut hewan ruminansia dapat mensintesa banyak vitamin terutama vitamin B kompleks, yang penting rumen berfungsi normal. Sedangkan vitamin C dapat dibentuk dalam jaringan tubuh hewan. Vitamin-vitamin yang diperlukan oleh hewan ruminansia hanya yang larut dalam lemak seperti Vitamin A, D, E dan K.

Vitamin A Hijauan banyak mengandung Carotein, jadi dalam hijauan cukup tersedia provitamin A dalam bentuk carotein dan dapat dirubah menjadi vitamin A dalam tubuh hewan. Apabila hijauan yang diberikan tidak cukup maka perlu diberikan vitamin A suplemen.

Gejalah kekurangan Vitamin A Rabun mata Mata berair Diare Infeksi cepat menjadi parah Anak yang lahir lemah atau mati - Bulu kusam - Kulit bersisik - Keguguran

Vitamin B Vitamin B complex kesemuanya dapat dibentuk di dalam tubuh ruminansia. Oleh karena itu kemungkinan terjadinya kekurangan vitamin B sangat kecil, kecuali ternak kekurangan pakan.

Vitamin D Vitamin D dibentuk (disintesa) dalam jaringan tubuh dengan bantuan sinar matahari, karena jaringan di bawah kulit terdapat pro-vitamin D yang apabila dikena sinar matahari maka akan terbentuk vitamin D.

49

Ternak-ternak di daerah tropis jarang terjadi kekurangan vitamin D. Ternak yang kekurangan vitamin D akan kerdil. Sumber vitamin D juga terdapat pada hijauan yang selalu kena sinar matahari.

Vitamin E Semua makanan hijauan dan padi-padian mengandung vitamin E. Ternak yang diberi hijauan segar tidak akan terjadi kekurangan vitamin E. ternak yang kekurangan hijauan segar sebaiknya diberikan sumber vitamin E seperti padi-padian.

5. Air Ternak lebih menderita terhadap kekurangan air dibandingkan dengan kekurangan zat-zat makanan lainnya. Ternak yang sedang laktasi sangat membutuhkan air, karena di dalam susu terdapat 85 87 % air, begitu pula di dalam tubuh ternak terdiri dari 60 70 % air. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air pada ternak: Umur Berat badan Tingkat produksi Cuaca Jenis ransum

Di dalam tubuh air berfungsi : Mengatur suhu dalam tubuh Membantu proses pencernaan Membantu proses metabolisme Membantu proses pelepasan kotoran Pelumas pada persendian.

PENUTUP
Zat-zat makanan dibutuhkan oleh ternak perahi untuk: (1) maintenance, (2) pertumbuhan, (3) kebuntingan atau reproduksi, dan (4) produksi daging/susu. Kebutuhan zat-zat nutrisi pada ternak perah antara lain: (1) energy, (2) protein, (3) mineral, (4) vitamin dan (5) air. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

50

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%) . SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan zat-zat makan yang dibutuhkan pada ternak perah agar dapat berproduksi secara maksimal. 2. Jelaskan fungsi mineral pada tubuh ternak perah. 3. Kemukakan akibat yang ditimbulkan apabila ternak perah terjadi kekurangan protein. 4. Kemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi air pada ternak perah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 19). 3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 389, Part VI; 510 - 550).

4. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia. 5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 6. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 73). 7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 35).

51

BAB 6 BAHAN MAKANAN (PAKAN) PADA TERNAK PERAH


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Bahan makanan (pakan) merupakan salah satu hal pokok penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah, dimana bahan makanan merupakan sumber nutrisi bagi ternak dan apabila bila tidak tercukupi baik kualitas maupun kuantitas maka tidak akan berproduksi secara maksimal. Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 kategori utama yaitu (1) bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama), (2) konsentrat (makanan tambahan).

B. RUANG LINGKUP ISI - Bahan makanan (pakan) pada ternak perah - Sumber bahan pakan utama pada ternak perah - Sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah - Jenis-jenis ransum pada ternak perah.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke enam dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas tentang bahan pakan dan sumber-sumber bahan pakan (pakan utama dan pakan tambahan) pada ternak perah. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan fungsi bahan pakan ternak perah. 2. Menjelaskan sumber bahan pakan utama pada ternak perah. 3. Menjelaskan sumber bahan pakan tambahan (konsentrat) pada ternak perah. 4. Menjelaskan jenis-jenis ransum pada ternak perah.

52

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


Pakan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan peternakan sapi. Ternak sapi yang dapat berproduksi tinggi, bila tidak mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas, maka tidak akan menghasilkan secara optimal. Untuk menghindari kerugian, pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat dan harus dilakukan secara efisien. Bahan pakan pada ternak sapi digolongkan atas 2 kategori utama yaitu: 1. Bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama). 2. Konsentrat (makanan tambahan) Komposisi dalam ransum dari 2 kategori tersebut berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, bahan yang tersedia, musim dan lain-lain.

Bahan yang berserat kasar ini umumnya: 1. Porsinya dalam ransum lebih banyak 2. Berserat kasar tinggi 3. Rendah kandungan energinya. Contoh: 1. Hijauan pasture, 2. Rumput potong (Soilage), 3. Hay 4. Silase 5. Jenis hijauan lainnya 6. Jenis bahan pakan yang berserat kasar tinggi lainnya Bahan yang berserat kasar dibedakan atas 2 yaitu: 1. Bahan pakan yang mempunyai kadar air tinggi seperti: - Hijauan pasture - Rumput potong (soilage) - Silase dan lain-lain. 2. Bahan pakan dalam bentuk kering seperti: - Hay - Jerami dan lain-lain

Konsentrat adalah: - Pakan tambahan bila zat-zat gizi dari makanan utama kurang terpenuhi - Merupakan sumber energi dan protein - Mengandung serat kasar yang rendah - Mudah dicerna

53

Konsentrat ini umumnya berasal dari : - Biji-bijian - Sisa bahan pangan - Limbah industri - Tambahan vitamin - Tambahan mineral - Bahan makanan tambahan lainnya

A. BAHAN PAKAN YANG BERSERAT KASAR (PAKAN UTAMA) Sumber bahan pakan yang berserat kasar pada ternak perah antara lain: I. Pasture

Gambar 28. Pasture untuk Ternak Perah

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pasture antara lain: 1. Tipe Pasture Tipe pasture umumnya digolongkan atas 3 yaitu: a. Rumput b. Legum c. Kombinasi rumput dan legum Legum mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi dibanding rumput pada tingkat pertumbuhan yang sama. Bakteri pada bintil akar legum dengan fiksasi N dari udara akan meningkatkan protein tanaman. Ternak yang digembalakan pada pasture legum dapat menyebabkan kembung perut (bloat). Pasture kombinasi rumput dan legum sangat baik karena dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pasture dan juga dapat dihindari terjadinya bloat pada ternak.

54

2. Sistem Grazing pada Pasture Pengaturan sistem grazing bertujuan antara lain: - Dapat diatur umur rumput/legum yang tepat untuk digembalakan - Rumput/legum tdk terlalu tua atau muda pada saat digembalakan - Tingkat produktivitas pasture tetap tinggi tetapi nilai gizi dan palatabilitasnya tetap dipertahankan. Rumput/legum yang terlalu tua memang produktivitasnya tinggi tetapi nilai gizi dan palatabilitasnya menurun. Sebaliknya rumput/legum yang terlalu muda gizi dan palatabilitasnya tinggi tetapi produktivitasnya menurun dan perakatannya belum kuat serta batang bagian bawah belum matang sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali menurun. Rotational grazing merupakan sistem yang tepat karena dapat diatur umur rumput/legum untuk digembalakan. Kontinue grazing mengakibatkan ternak memilih-milih rumput/legum yang

disukainya, sehingga ada rumput/legum yang tidik termakan (terlalu tua) pada saat under grazing dan sebaliknya rumput/legum secara beransur-ansur berkurang pada saat over grazing.

3. Stocking Rate Stocking rate yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas ternak per satuan luas pasture, tetapi menurunkan produksi ternak per ekor, sebagitu juga sebaliknya. Stocking rate yang tepat adalah memaksimalkan produksi ternak per satuan luas pasture dan produksi per ekor sapi.

55

II. Soilage (Rumput Potong)

Gambar 29. Sistem Pemotongan Rumput untuk Soilage

Soilage merupakan rumput tambahan atau pengganti dari grazing seperti: Jagung, Sorgum, Rumput gajah dan lain-lain. Soilage harus diatur sistem pemotongannya agar rumput tersedia sepanjang waktu dan mengatur umur pemotongan yang tepat sehingga tingkat produktivitas dan kualitasnya dapat dipertahankan. Rumput potong membutuhkan biaya dan tenaga untuk memotong dan

mengangkutnya dibandingkan dengan rumput grazing. Apabila soilage dipotong saat terlalu tua maka dapat menurunkan produktivitas ternak sapi. Rumput potong yang terlalu tua masih lebih baik dibandingkan dengan rumput grazing, karena lebih selektif pada sistem grazing dibandingkan dengan pada rumput potong, karena dapat tercampur antara bagian rumput yang mudah dan tua pada saat dicincang atau dicopper.

56

III. Silase.

Gambar 30. Poses Pembuatan Silase

Silase adalah hijauan pakan yang difermentasikan pada kondisi anaerob dan bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hijauan pakan yang umum dibuat silase: 1. Jagung

Gambar 31. Budidaya Jagung untuk Pakan Ternak

- Sumber energi yang tinggi - Kandungan n protein dan mineralnya dari legum - Kadar proteinnya 7 8 % - Pada pembuatan silase dapat ditambahkan urea 10 lb per ton berat basa (30 % BK) sehingga proteinnya bisa mencapai 12 %. - Namun disarankan tidak menggunakan urea karena dapat menurunkan palatabilitas dan produksi ternak. - Jagung ditambah legum dalam pembuatan silase dapat meningkatkan kadar protein menjadi di 14 % %.

57

2. Sorgum

Gambar 32. Budidaya Sorgum untuk Pakan Ternak

Kelebihannya dibandingkan dengan jangung dimana sorgum dapat tumbuh kembali setelah didefoliasi. Nilai gizinya lebih rendah dari pada jagung terutama kadar energinya. 3. Gandum Silase gandum mengandung kadar protein, energi dan calcium serta palatabilitas yg rendah dibanding silase jagung. Sebaiknya dicampur dengan legum atau pada waktu penanaman dikombinasi dengan legum sehingga dapat meningkatkan produksi dan kualitas. 4. Legum Pembuatan silase legum sebaiknya dicampur dengan rumput, dimana merupakan silase yang baik karena kandungan protein dan mineralnya tinggi dan juga dapat menghindari terjadinya bloat pada ternak. 5. Bahan Silase lainnya - Pucuk tebu - Ampas jeruk 6. Haylage Haylage adalah rumput atau legum yang bahan keringnya sekitar 50 % untuk dibuat silase. - Ampas tebu - Ampas kentang dan lain-lain.

58

IV. Hay

Gambar 33. Penyimpanan Hay

Hay adalah bahan pakan yang dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10 15 %. Cara pengeringannya yaitu: dengan sinar matahari atau pengering buatan. Hay sebaiknya disimpan dalam bentuk packing. Jenis bahan pakan untuk Hay: - Rumput-rumputan - Padi-padian padian - Leguminosa Cara meningkatkan kualitas Hay 1. Jumlah daun lebih banyak dari pada batang, karena kandunga protein, mineral (calcium, dan phospor) dan vitamin (carotein) lebih tinggi pada daun dibanding diban batang 2. Tanaman dipotong sebelum matang, karena tanaman yang matang kandungan protein, mineral, vitamin dan palatabilitasnya menurun sedang serat kasar meningkat. 3. Jenis bahan pakan yang dibuat hay 4. Waktu dan sistem pengeringan

V. Jenis Hijauan Lainnya 1. Daun-daunan daunan (daun nangka, mangga, kelapa, waru dan lain-lain) lain 2. Pucuk tebu dan lain-lain. lain

59

VI. Bahan pakan yg berserat kasar tinggi lainnya 1. Jerami 2. Batang pisang 3. Tongkol jagung 4. Dedak 5. Biji kapok dan lain-lain 6. Bahan pakan ini kandungan protein dan energinya sangat rendah, sehingga tidak dapat meningkatkan produksi ternak. B. KONSENTRAT (PAKAN TAMBAHAN) Konsentrat adalah jenis pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi dan serat kasarnya rendah. Sumber bahan konsentrat dapat berupa : 1. Biji-bijian seperti : a. Biji jagung b. Biji kedelei c. Biji Gandum d. Padi-padian dan lain-lain

2. Limbah Pangan dan Industri seperti : a. Kulit padi (bekatul) b. Limbah pabrik gula (molases) c. Limbah pabrik jus d. Limbah pengolahan biji-bijian (bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kedelei dan lain-lain). e. Limbah pembuatan alcohol f. Limbah pabrik roti g. Limbah pembuatan keju h. Limbah pembuatan tahu dan lain-lain.

3. Tambahan Mineral Poses pembuatan konsentrat dibutuhkan tambahan mirenal yang cukup. Bahan mineral pada umumnya tidak mengandung energy dan protein. Tambahan mineral yang dibutuhkan seperti: a. NaCl (garam dapur) b. Calcium c. Phospor

60

Dimana porsinya dalam ransum sekitar 0,5 1 %, calcium dan phosphor biasanya bersumber dari tepung tulang dan kerang.

4. Tambahan Vitamin Biasanya vitamin yang ditambahkan pada pembuatan konsentrat seperi vitamin A, B, D dan E. Perlakuan terhadap pembuatan konsentrat umumnya seperti : a. Penggilingan b. Pellet c. Butiran d. Pemasakan e. Kandungan air sekitar 10 15 %.

C. RANSUM PADA TERNAK PERAH


1. Ransum Pedet Makanan utama pada pedet adalah air susu. Pedet yang sehat dibiarkan menyusui pada induknya selama 2 3 hari. Pedet yang menyusui pada induknya secara terus menerus kurang menguntungkan karena: - Susu yang diberikan susah dikontrol. - Dapat mengakibatkan induk sapi terlambat birahi. Setelah pedet disapih perlu diajari minum sendiri. Pemberian air susu pada pedet yaitu 10 -15 % dari berat badannya per ekor per hari selama 3,5 bulan. Pada umur 2 minggu pedet bisa diajari makan rumput segar yang masih mudah sedikit demi sedikit. Sebelum pedet mencapai umur 6 bulan pemberian rumput tidak lebih dari 5 kg/ekor/hari. Setelah anak sapi berumur 6 bulan sudah bisa diberikan hijauan sebanyak yang bisa dihabiskan. Pada umur 1 bulan pedet mulai diberikan makanan penguat untuk pengganti air susu seperti: Umur 1 bulan 0,25 kg/ekor/hari Umur 2 bulan 0,50 kg/ekor/hari Umur 6 bulan 1,50 kg/ekor/hari

61

2. Ransum Pengganti Air Susu Sapi yang belum berumur 4 bulan alat pencernaannya belum sempurna, karena pencernaan makanan oleh bakteri dan protozoa dalam rumen belum berarti. Bahan makanan pengganti air susu harus yang mudah dicerna dan kandungan proteinnya tinggi. Air susu mengandung protein dapat dicerna (Prdd): 3,5 % dan martabak pati (MP): 15%, berarti imbangan protein (IP) = 3,5 : 15 (IP = + 1 : 4). Jadi ransum pengganti air susu IP-nya sekitar 1 : 4. Ransum pengganti air susu biasanya berupa: 1. - Bungkil kelapa - Bungkil kacang tanah 2. - Jagung - Bungkil kacang tanah 3. - Bekatul - Bungkil kacang tanah : 67 % : 33 % : 72 % : 28 % : 25 % : 75 %

Ransum pengganti air susu harus ditambahkan bahan mineral berupa: Garam (NaCl) Tepung tulang/kerang Tepung karang (kapur) :2% :1% :1%

3. Ransum Anak Sapi (4 8 bulan) Pada umur 4 8 bulan biasanya anak sapi tidak diberikan lagi air susu. Anak sapi pada umur seperti ini kemampuannya mencerna serat kasar (SK) belum sempurna. Jumlah hijauan yang diberikan pada anak sapi masih terbatas yaitu kurang dari 10 kg/ekor/hari, selebihnya diberikan dari makanan penguat (konsentrat). Pada umur 4 8 bulan ini kebutuhan akan energi relatif lebih tinggi dari pada umur sebelum 4 bulan. Ransum yang diberikan adalah: IP = 1 : 6, yaitu berupa: Hijauan 10 kg/ekor/hari Makanan penguat 2 2,5 kg/ekor/hari Ditambah: NaCl 2%, tepung tulang 1%, dan kapur 1%.

62

4. Ransum Sapi Dara (8 bulan dewasa) Sapi yang telah berumur 8 bulan ke atas daya cernanya sudah sempurna, sehingga mampu mencerna bahan makanan yang SK-nya tinngi. Pada umur ini sapi banyak membutuhkan makanan kasar, sedangkan makanan penguat hanya pelengkap dari kekurangan zat-zat makanan pada hijauan (pakan utama). Sapi yang diberikan makanan kasar berupa jerami (yang kandungan nutrisinya lebih rendah), maka kebutuhan makanan penguat/konsentrat akan lebih banyak untuk menutupi kekurangan akan nilai nutrisi tersebut. Makanan penguat yang diberikan pada umur ini tidak perlu terlalu baik seperti ransum pedet, karena mikroba rumennya dapat merubah Non Protein Nitrogen (NPN) menjadi protein. Biasanya kebutuhan protein diberikan bahan berupa NPN seperti Urea. Ransum yang diberikan pada periode ini adalah IP-nya 1 : 8 yaitu dapat berupa: Hijauan 20 kg/ekor/hari Makanan penguat 2 3 kg/ekor/hari

5. . Ransum Sapi Dewasa Laktasi Ransum sapi dewasa laktasi terdiri dari 2 yaitu Makanan yang berserat kasar Makanan penguat Makanan yang berserat kasar ini berupa hijauan (rumput, leguminosa, daun-daunan dan lain-lain), dimana bisa dalam bentuk segar, silase atau hay. Makanan yang berserat kasar ini merupakan pakan utama bagi sapi perah. Sedangkan makanan penguat, berupa konsentrat yang serat kasarnya rendah dan mudah dicerna, hanya merupakan pakan tambahan untuk menutupi kekurangan zat makanan pada makanan utama. Pada sapi dewasa alat pencernaannya sudah sempurna, sehingga dengan bantuan mikiroorganisme rumen maka: Mampu membentuk asam amino esensial dan beberapa vitamin dari makanan yang berserat kasar. Mampu membentuk protein dari NPN seperti Urea

63

Protein terdiri dari 16 % N, Kadar N Urea = 45 %. Jadi 1 kg urea dapat dirubah menjadi 45/100 x 100/16 kg protein.

Beberapa alternatif dosis pemakaian urea: 1. Tidak lebih dari 30 % dari kebutuhan protein 2. Tidak lebih dari 3 % dari kebutuhan makan penguat 3. Tidak lebih dari 1 % dari seluruh ransum 4. Sekitar 20 gr/100kg Berat Badan. Pemberian urea pada ransum ternak perah harus disertai dengan pemberian karbohidrat yg mudah dicerna, untuk mencegah terjadinya keracunan. Bahan yang banyak mengandung karbohidrat yang mudah dicerna seperti; tepung tapioka, tepung onggok dan lain-lain.

PENUTUP
Bahan makanan merupakan kebutuhan nutrisi bila tidak tercukupi baik kualitas maupun kuantitas tidak akan menghasilkan secara optimal karena bahan pakan merupakan salah satu hal pokok penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah. Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 kategori utama yaitu (1) bahan pakan yg berserat kasar (makanan utama), (2) konsentrat (makanan tambahan). Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%).

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Bahan pakan pada ternak perah digolongkan atas 2 gategori utama, jelaskan ketua kategori tersebut. 2. Kemukakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hay sebagai pakan ternak perah.

64

3. Kemukakan bahan-bahan yang dapat dibuat dalam penyusunan konsentrat (pakan tambahan) untuk ternak perah. 4. Kemukakan beberapa alternative dosis penggunaan urea pada ransum ternak perah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 1; 2 19). 3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part IV; 372 389, Part VI; 510 - 550). 4. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia. 5. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 6. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 5; 63 73). 7. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab V; 28 35).

65

BAB 7 SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK PERAH

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sistem pencernaan pada ternak perah sebagai ternak ruminansia berbeda dengan ternak non ruminansia khususnya pada lambung, dimana lambung pada ternak ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti; Rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Pada rumen ternak ruminansia terjadi proses penghancuran dan fermentasi bahan pakan sehingga pada ternak ruminansia mampu mencerna bakam pakan yang berserat kasar tinggi.

B. RUANG LINGKUP ISI - Perkembangan lambung ternak perah sebagai ternak ruminansia - Susunan alat pencernaan serta pengaturan kebutuhan zat gizi makanan dalam tubuh hewan. - Proses fermentasi bahan makanan dalam rumen.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke tujuh yang membahas tentang perkembangan lambung ternak ruminansia, susunan alat pencernaan dan pengaturan kebutuhan zat makanan dalam tubuh hewan, dan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. 2. Menjelaskan tentang perkembangan lambung ternak ruminansia. Menjelaskan susunan alat pencernaan serta pengaturan kebutuhan zat makanan dalam tubuh hewan. 3. Menjelaskan proses fermentasi bahan makanan dalam rumen

66

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


A. PERKEMBANGAN LAMBUNG RUMINANSIA Sistem pencernaan pada ternak ruminansia berbeda dengan ternak non ruminansia. Seperti misalnya unggas, kuda, babi dan lainlain sistem

pencernaannya tunggal (sederhana), tetapi pada ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan lain-lain system pencernaannya cukup panjang dan sempurna. Sapi mempunyai lambung ganda yang terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut: 1. Rumen, bagian yang tonjolannya seperti bulu (handuk). 2. Reticulum, bagian yang berbentuk seperti sarang laba-laba. 3. Omasum, bagian yang berbentuk seperti lembaran buku. 4. Abomasum, bagian yang terdiri dari lipatan-lipatan. Perkembangan dan fungsi keempat komponen lambung ruminansia

berlangsung sejalan dengan umur ternak. Pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya abomasum yang sudah berfungsi. Ransum berupa air susu disalurkan langsung ke abomasum melalui oesophagus. Sebelum umur satu bulan hanya ransum yang berbentuk cairan yang dapat dimanfaatkan. Perkembangan dan fungsi komponen lambung ruminansia menjadi sempurna setelah sapi berumur satu tahun.

B. SUSUNAN ALAT PENCERNAAN SERTA PENGATURAN KEBUTUHAN ZAT MAKANAN DALAM TUBUH HEWAN Sistem pencernaan pada sapi mulai dari saluran saluran mulut sampai anus sebagai berikut: 1. Mulut (Gerakan Mekanis) Proses penghancuran makanan dengan gerakan mekanis yang diawali pada bagian mulut, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi di dalam perut. Mulamula makanan masuk ke dalam mulut dan dikunya dengan gigi geraham belakang.

2. Rumen dan Reticulum Dari mulut makanan masuk ke rumen melalui oesophagus. Rumen salah satu bagian dari ke empat bagian perut yang paling besar. Kemudian dari rumen masuk ke reticulum yang merupakan bagian perut yang terkecil. Rumen dan reticulum sama sebagai tempat utama berlangsungnya proses fermentasi. Kedua bagian ini berisi jutaan mikroba yang terdiri dari bakteri dan protozoa yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Makanan

67

yang berupa sekat kasar seperti cellulose dan hemicellulosa dicerna atau dihancurkan menjadi bagian-bagian yang halus sampai berwujud cairan dan mensintesa beberapa vitamin seperti vitamin B compleks, vitamin K dan membentuk protein. Di dalam tubuh sapi dapat dibentuk vitamin-vitamin dan protein, tetapi unsur-unsur mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh. Oleh karena itu dalam penyusunan ransum sapi perlu penambahan mineral. Makanan yang telah dicerna disalurkan melalui dinding alat pencernaan masuk ke dalam aliran darah langsung ke bagian-bagian tubuh seperti; masuk ke dalam ambing untuk pembentukan air susu. Sedangkan bagian-bagian makanan yang masih kasar dikembalikan ke mulut dalam bentuk bolus-bolus untuk proses memamah biak. Oleh karena itu, pada saat sapi telah merumput biasanya berbaring dan mengunyah-ngunyah rumput/hijauan yang dikeluarkan kembali dalam bentuk bolus-bolus dari rumen ke mulut. Setelah itu masuk kembali ke rumen dan mengalami proses fermentasi. Di dalam rumen ini juga non protein nitrogen (NPN) yang terdapat dalam ransum dirubah menjadi asam-asam amino esensial. Dengan adanya rumen dan mikroorganisme di dalamnya sehingga ternak ruminansia mampu mencerna sejumlah besar hijauan atau serat kasar dan bahkan merupakan makanan pokoknya. Di dalam rumen senyawa-senyawa NPN dapat dirubah menjadi protein microbial. Oleh karena itu, kandunga protein pada ransum ternak ruminansia tidak perlu setinggi atau selengkap kandungan protein pada ternak non ruminansia. Sebagian dari vitamin dan protein yang telah diperoses di dalam rumen digunakan sendiri oleh microba rumen, namun microba tersebut akan mati dan dicerna menjadi zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia.

3. Omasum Omasum adalah bagian perut sapi yang memiliki jaringan yang mirip dengan lembaran buku. Bagian ini berfungsi melepaskan dan membuang kelebihan air sebelum behan-bahan tersebut dikirim ke abomasum. Pada bagian ini bahan makanan terjadi proses awal biokimia yang utama.

4. Abomasum Di dalam abomasum dikeluarkan sebagian besar asam gastric-juice yang dapat membunuh mikroba dan memulai proses pencernaan protein. Dinding abomasum mengeluarkan getah lambung yang mengandung asam hidroklarik serta enzim pepsin dan renin. Pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton dan

68

protease. Sedangkan renin yang berfungsi mengentalkan susu dan mempunyai peranan penting pada ternak ruminansia yang sedang menyusui. Tanpa renin air susu tidak tercerna dan akan berlalu saja di dalam saluran pencernaan anak sapi. Proses pencernaan ransum di dalam abomasum sama dengan proses pencernaan di dalam perut ternak non ruminansia. Selanjutnya bahan makanan masuk ke deudenum yang berbentuk U dan pada bagian ini bahan makanan menerima enzim dari pancreas dan empedu untuk menetralkan keasaman sisa gastrice-juice.

5. Usus Halus Usus halus ukurannya cukup panjang dan merupakan daerah utama protein diabsorpsi serta tempat untuk memproduksi glukosa dari hasil pencernaan karbohidrat. Di dalam usus halus, ransum yang semula bereaksi asam dirubah menjadi alkalis. Ransum yang telah mengalami proses pencernaan yang sempurna akan diserap oleh pembuluh darah di dalam usus dan didistribusikan berupa zat-zat makanan ke seluruh bagian-bagian tubuh yeng membutuhkan. Sebenarnya yang dibutuhkan ternak ruminansia dari protein adalah asamasam amino. Asam amino ini sebagian diperoleh dari protein mikroba di dalam rumen dan sebagian lagi dari protein ransum yang lolos dari fermentasi di dalam rumen yang dikenal dengan protein by-pass.

6. Colon (Usus Besar) Usus besar tidak sepanjang dengan usus halus, akan tetapi memiliki diameter yang lebih besar. Pada bagian ini air yang berlebihan dikeluarkan dari isi perut dan pada bagian ini pula bahan makanan yang tidak tercerna terkumpul berupa kotoran (foeses). Pada usus besar ini ada beberapa micro-organisme yang bekerja dimana dapat melanjutkan dan menyempurnakan proses fermentasi serat kasar.

7. Organ Lain yang Berfungsi sebagai Alat Pencernaan Hati, berfungsi menyimpan energi, sejumlah ammonia dalam darah dan mengubah berbagai bahan kimia menjadi bahan yang lebih sederhana yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Ginjal, berfungsi mengambil sisa bahan makanan dari dalam darah yang kemudian dilepas dalam bentuk air kencing.

69

C. PROSES FERMENTASI DALAM RUMEN Fermentasi adalah suatu proses penghancuran makanan yang berlangsung secara terus menerus di dalam rumen. Proses ini memerlukan air luda (saliva) yang jumlahnya cukup besar. Saliva diproduksi oleh suatu kelenjar di dalam mulut sapi. Selama proses fermentasi berlangsung, diproduksi pula gas carbon dioksida dan methan. Bagi sapi yang sehat gas tersebut dapat keluar dengan sendirinya atau terbuang pada saat sapi memamah biak. Jika gas tersebut tidak dapat keluar maka menimbulkan gangguan yakni kembung perut (bloat). Tetapi dengan pemberian makanan yang berserat kasar tinggi akan dapat mencegah terjadinya bloat. Keuntungan dengan terjadinya fermentasi sebelum ransum sebelum sampai ke usus antara lain: - Produk fermentasi mudah diserap oleh usus. - Dapat mencerna sellulosa - Dapat menggunakan NPN seperti urea pada ransum - Dapat memperbaiki kualitas protein pakan yang nilai hayatinya rendah.

PENUTUP
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ternak non ruminansia khususnya pada lambung, dimana lambung pada ternak ruminansia ganda yang terdiri atas bagian-bagian sepeti; Rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Dengan adanya rumen pada ternak ruminansia dan di dalam rumen tersebut terjadi proses penghancuran dan fermentasi bahan pakan sehingga pada ternak ruminansia mampu mencerna bakam pakan yang berserat kasar tinggi. Indikator penilaian pada materi ini adalah: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

70

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. 2. Jelaskan susunan alat percernaan pada ternak perah sebagai ternak ruminansia. Kemukakan keuntungan dengan terjadinya proses fermentasi ransum di dalam rumen ternak perah sebelum sampai ke usus.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 11; 206 - 249). Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part III; 189 - 203). Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press. Australia. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 17; 271 - 280).

3.

4.

5.

71

BAB 8 BANGUNAN KANDANG DAN PERLENGKAPAN PADA TERNAK PERAH

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kandang merupakan salah satu sarana pokok penting dan turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak sapi perah, dimana kandang merupakan tempat tinggal sapi, tempat perlindungan ternak, tempat pengawasan kesehatan dan memudahkan tatalaksana. Pembuatan kandang membutuhkan bebepapa pertimbangan antara lain; Lokasi kandang, Tipe kandang, syarat-syarat kandang, bagian-bagian kandang dan peralatan kandang. Untuk memperoleh produksi susu yang baik dan sehat maka perusahaan peternakan sapi perah membutuhkan kamar susu sebagai tempat mengelolah dan menyimpan air susu yang diproduksinya.

B. RUANG LINGKUP ISI - Fungsi kandang - Penentuan lokasi dan syarat-syarat kandang - Bagian-bagian kandang dan peralatannya - Tipe kandang - Kamar susu dan peralatannya.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke delapan dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas tentang fungsi kandang, penentuan lokasi kandang dan syarat-syarat kandang pada Peternakan sapi perah, bagian-bagian kandang dan peralatannya, jenis dan tipe kandang pada ternak perah serta kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan fungsi kandang pada ternak perah.

72

2. Menjelaskan bagaimana menentukan lokasi kandang dan syarat-syarat kandang pada ternak perah. 3. Menjelaskan bagian-bagian kandang dan peralatannya. 4. Menjelaskan jenis dan tipe kandang pada ternak perah. 5. Menjelaskan kegunaan dan manfaat dari pada kamar susu dan peralatanperalatan yang berkaitan dengan pengelolaan air susu.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


A. FUNGSI KANDANG 1. Kandang merupakan tempat tinggal ternak dan tempat bekerja bagi

pemelihara/peternak yang mengurus ternak setiap hari. 2. Kandang merupakan salah satu sarana pokok penting, yang langsung maupun tidak langsung setiap saat turut menentukan berhasil tidaknya usaha ternak perah. 3. Kandang merupakan tempat perlindungan ternak yang memberikan keamanan dari gangguan binatang buas dan pencuri maupun gangguan alam, misalnya angin kencang, terik matahari, air hujan suhu dingin di malam hari dan lain-lain. 4. Kandang merupakan tempat pengawasan kesehatan bagi ternak perah. 5. Untuk memudahkan tatalaksana seperti; kontrol, pemberian pakan, pengawasan, pemerahan, memandikan sapi, penanganan kotoran, pengobatan dan lain-lain. Kadang-kadang fungsi kandang pemeliharaan yaitu: 1. Ternak tinggal di dalam kandang siang dan malam dan segala kebutuhannya dipenuhi ddi dalam kandang. Ternak tidak perlu berjalan dari kandang ke padang rumput dan sebaliknya. Cekaman sinar matahari dapat dihindari sehingga ternak tidak banyak kehilangan energi. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu, modal investasi, biaya pemeliharaan yang tinggi. Birahi kadang-kadang tidak nyata, sehingga perkembang biakan kurang dan angka kelahiran rendah. 2. Ternak tinggal di dalam kandang pada siang hari, kemudian pada malam hari berada di luar kandang. Untuk daerah tropis yang suhu di malam hari rendah, cara ini cocok untuk bangsa sapi FH. Dengan cara ini sapi terhindar dari cekaman sinar matahari, sehingga kehilangan banyak energi dapat terhindar dan ternak dapat berkembang biak dengan baik. Kelemahannya adalah modal investasi kandang dan biaya pemeliharaan yang tinggi. 3. Siang malam ternak berada di luar kandang, kandang untuk tempat tinggal ternak tidak diperlukan, selain dari bangunan kecil tempat pemerahan, yang sekaligus dilengkapi dengan tempat pemberian ransum berupa makanan penguat. disesuaikan dengan tatalaksana dan cara

73

Kemudian di padang penggembalaan/ kebun rumput ditanamai pohon-pohonan sebagai pelindung ternak dari terik matahari pada siang hari. Pengaruh jelek dari iklim bagi sapi yang selalu hidup bebas dapat diabaikan karena kemampuannya beradaptasi terhadap lingkungan. Biaya investasi dan perawatan rendah. Cara ini membutuhkan tanah untuk padang penggembalaan yang cukup luas.

B. LOKASI DAN SYARAT-SYARAT KANDANG

Gambar 34. Kandang yang Ideal untuk Sapi Perah 1. Lokasi Kandang Lokasi kandang harus memberikan keuntungan ekonomis bagi peternak dan menjamin kesehatan bagi ternaknya. Dalam mendirikan usaha ternak perah, perlu diperhatikan lokasi/tempat/daerah di mana usaha itu akan dilaksanakan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi kandang antara lain: a. Sumber air. Air bagi peternakan sapi perah sangat vital untuk kebutuhan air minum, memandikan ternak, satitasi kandang, pengairan pada tanaman pakan dan lain-lain. b. Mudah transportasi ke pemasaran. Lokasi usaha ternak perah hendaknya tidak jauh dari daerah konsumen dengan transportasi yang mudah dan murah, sehingga tidak memperbesar biaya. c. Sumber pakan. Sumber pakan penguat/konsentrat mudah didapat dan murah, sebab 70 80 % biaya produksi merupakan biaya pakan. Bahan pakan yang mudah dan murah dapat menekan biaya produksi.

74

d. Tidak berdekatan perumahan rakyat. Lokasi yang dekat dengan perumahan akan menimbulkan masalah social yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, seperti kesehatan masyarakat sekelilingnya dan kesehatan air susu. e. Tidak terkena kemungkinan adanya perluasan kota, sebab kalau hal ini terjadi akan timbul berbagai masalah sosial. f. Keadaan iklim dan jenis tanah. Iklim yang kering merugikan bagi sumber air dan hijauan pakan. Tanah harus subur bagi pertumbuhan hijauan pakan, sebab tanah yang tidak dapat ditanami hijauan akan mempersulit penyediaan hijauan pakan.

2. Syarat-syarat Kandang Bangunan kandang hendaknya didasarkan pada keperluan usaha peternakan sapi perah dengan tujuan mengurangi penggunaan waktu dalam pemeliharaan serta efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besarnya bangunan kandang harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dan keadaan iklim setempat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengunan kandang antara lain: a. Cahaya matahari. Kandang harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak langsung oleh sinar matahari. Jadi kandang harus selalu terang guna mencegah berkembangnya mikroorganisme yang akan mengganggu ternak di dalam kandang serta memudahkan pembersihan. b. Ventilasi. Ventilasi berfungsi untuk memperlancar keluar masuknya udara dari dalam dan luar kandang. Jika ventilasi sempurna, maka ruangan kandang tidak akan pengap, lembeb, kotor, berdebu, berbau dan panas. Jadi pengaturan ventilasi yang baik merupakan kunci dalam menciptakan ruangan kandang yang sehat. Konstruksi kandang diusahakan sedapat mungkin memudahkan

pertukaran udara segar. Di Indonesia, ventilasi kandang dapat dengan mudah diatur sepanjang waktu, karena kandang dapat dibuat dengan dinding setengah terbuka sehingga memungkinkan pertukaran udara yang lancar. c. Tidak terlindung oleh pepohonan. Kandang yang terlindung oleh banyak pepohonan yang rimbun akan menghalangi sirkulasi udara dan sinar matahari. d. Letak kandang. Tidak tergenang air dan kandang harus berdekatan dengan tempat/rumah petugas supaya dapat mempermudah pengawasan terhadap kesehatan, keamanan, tatalaksana dan lain-lain. Kandang harus ditempatkan lebih tinggi dari pada lokasi padang rumput, sehingga kotoran-kotoran dari kandang dapat dengan mudah dialirkan ke kebun rumput.

75

C. BAGIAN-BAGIAN KANDANG DAN PERALATANNYA 1. Bagian-Bagian Kandang a. Dinding kandang. Dinding kandang dibedakan atas 2 yaitu: - Dinding pembatas sekeliling kandang. - Dinding penyekat. Dinding pembatas tergantung dari keadaan setempat yaitu - Terbuka, hanya terdiri dari sekat-sekat kayu (tanpa dinding). - Semi terbuka, tertutup setinggi 1,5 m. - Tertutup. Semi terbuka dan terbuka mempunyai keuntungan antara lain: - Terjamin keluar masuknya (pertukaran) udara. - Terjamin masuknya sinar matahari terutama sinar matahari pagi. Tujuan sinar matahari pagi yaitu: - Sinar ultraviolet sangat menunjang pembasmian kuman. - Membantu proses pembentukan vitamin d pada ternak. - Mempercepat proses pengeringan lantai kandang. Dinding penyekat untuk per ekor sapi bias terbuat dari tembok, pipa besi atau kayu. Seekor sapi membutuhkan tempat seluas 1,2 x 1,75 m. Guna dinding penyekat ini adalah supaya sapi tidak saling terganggu antara satu dengan yang lainnya. Ukuran dinding penyekat; pada bagian depan dekat tempat makan setinggi 1,25 m sedang bagian belakang setinggi 0,75 m.

b. Atap kandang. Atap berfungsi untuk: - Melindungi ternak dari terik matahari dan dari air hujan. - Menjaga kehangatan ternak pada malam hari serta menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan. Sudut kemiringan atap diusahakan sekitar 30 % untuk memperlancar jalannya air hujan. Bahan atap bias terbuat dari; asbes, genteng, seng dan bahan lain yang tersedia. Namun yang paling baik adalah dari genteng, karena tidak terlalu panas, sedangkan seng dapat mengakibatkan kepanasan di siang hari dan pada malam hari menjadi sangat dingin. Bahan lain seperti daun kelapa atau daun rumbia memang harganya relatif murah tetapi banyak resiko yaitu; mudah terbakar, tidak tahan lama dan mudah menjadi sarang tikus.

76

c. Lantai kandang. Syarat-syarat lantai kandang antara lain: - Keras (tahan terhadap injakan) - Mempunyai kemiringan, kemiringan lantai kandang 2 3 cm ke arah selokan. - Tidak licin, lantai yang licin memudahkan ternak tergelincir/jatuh. - Tidak mudah lembab, lantai yang lembab dan becek dapat menjadi saran kuman. - Tidak kasar, lantai yang kasar dapat mengakibatkan kulit ternak menjadi lecet.

d. Tempat makan dan tempat air minum. Tempat makan dan tempat air minum bias terbuat dari beton, ember atau papan yang berbentuk kotak. Kandang yang disekat-sekat dengan pembatas tempat makan dan tempat air minum disediakan secara individu. Ukuran tempat makan 80 x 50 cm dan tempat minum 40 x 50 cm dengan tinggi sebelah dalam 40 cm, sebelah luar 80 cm dan dasarnya cekung, permukaannya halus.

e. Parit/selokan/drainase. Air pembersih kandang dan air mandi ternak agar mudah mengalir ke lubang pembuangan maka bagian belakang lantai kandang dan sekeliling kandang harus dilengkapi selokan dengan ukuran 20 cm dengan kedalaman 15 cm. Dengan adanya selokan maka air pembersih kandang, air mandi ternak, air kencing dan kotoran sapi mudah mengalir untuk dikumpulkan di dalam bak pembuangan kotoran.

f. Gang. Gang tengah lebarnya antara 2 3 m, rata-rata 2,5 m. Untuk deretan ternak yang bertolak belakang, gang tengah lebarnya 3 m sedang yang berhadapan lebarnya 2 m. Permukaan gang dibuat kasar dan miring sedikit ke arah selokan. Gang pinggir lebarnya antara 1 1,5 m. Gang ini gigunakan untuk tempat persediaan hijauan pakan. Di sepanjang gang pinggir dibuat parit kecil selebar 10 cm untuk keperluan drainase.

g. Lubang pembuangan kotoran. Lubang pembuangan ini sekurang-kurangnya sejauh 10 m dari kandang. Lubang ini jika penuh harus segera dikeluarkan isinya untuk diperoses sebagai pupuk organik. 2. Peralatan Kandang Peralatan kandang yang selalu dipakai antara lain: a. Skop. Untuk mengambil/membuang kotoran, ada juga yang dipakai untuk mengaduk/mencampur makanan penguat.

77

b. Sapu. Untuk membersihkan kandang, sebaiknya yang dibuat dari lidi daun pohon kelapa. c. Ember. Untuk mengangkat air, makanan penguat, memandikan ternak. Ember yang digunakan sebaiknya anti karat, seperti ember plastik. d. Sikat. Untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan, juga untuk menggosok lantai waktu membersihkan kandang. Sikat yang baik terbuat dari ijuk. e. Gerobak dorong. Untuk mengangkut kotoran, sampah, sisa-sisa rumput ke tempat pembuangan. f. Tali. Untuk mengikat dan keperluan lain; tali pengikat hendaknya jangan terlalu kecil, karena mudah putus, juga dapat melukai kulit ternak. g. Parang. Untuk memotong dan mencincang hijauan makanan ternak h. Bangku kecil. Diperkunakan pemerah waktu pelakukan pemerahan.

D. JENIS DAN TIPE KANDANG 3. Jenis-jenis Kandang a. Kandang sapi dewasa (sapi laktasi)

Gambar 35. Kandang Sapi Dewasa Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan dan tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm. Kandang sapi dewasa dapat juga dipakai untuk sapi dara.

b. Kandang pedet

78

Gambar 36. Kandang Pedet Sapi Perah Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulasi udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 4 minggu 0,75 x 1,5 m dan untuk 4 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak sapi yang telah berumur 4 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan tempat air minum.

c. Kandang pejantan. Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box. Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7 cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu, perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.

Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain. Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk keamanan.

d. Kandang kawin. Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin;

79

panjang 110 cm, lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140 cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 60 cm dan dibeton supaya kokoh.

e. Kandang isolasi/Kandang darurat. Kandang ini dibangun sebagai tempat pengobatan sapi yang sakit. Pada tempat ini sapi yang sakit dapat diobati dengan mudah dan sapi tidak sukar ditangani. Ukuran kandang yaitu; panjang 150 cm, lebar 55 cm dan tinggi 150 cm. Letaknya terpisah dengan kandang sapi yang sehat dengan tujuan penyakit tidak mudah menular.

f. Kandang melahirkan. Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang sapi dewasa. Lantainya miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan dibuat kasar. Sebaiknya kandang melahirkan ini tidak dekat dengan kandang pedet. Selokan pembuangan terpisah dari selokan kandang dewasa. Sudut-sudut dinding dibuat melengkung agar mudah dibersihkan.

4. Tipe Kandang

Gambar 37. Tipe Kandang Sapi Perah a. Kandang tipe tunggal. Tipe kandang ini terdiri dari satu baris sapi dengan kepala satu arah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak tidak lebih dari 10 ekor.

80

b. Kandang tipe ganda. Tipe kandang ini terdiri dari dua baris yang sejajar yang terdiri dari 3 model yaitu: 1. Gang di tengah, kepala sapi berlawanan arah. Model ini pandangan sapi luas dan terbuka serta mudah dalam pengawasan. Ternak tenang di dalam, tidak mudah terganggu oleh ternak yang lain dalam sekandang. Model ini digemari oleh peternak dan cocok untuk pemeliharaan sapi lebih dari 20 ekor. 2. Gang di tengah, kepala sapi saling berhadapan. Gang di tengah agak lebar. Model ini kurang disenangi karena pengawasan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. 3. Gang di tengah, kepala sapi saling berhadapan dengan gang ditengah sempit. Model ini sangat padat, lebih banyak menimbulkan gangguan pada sapi, susah melakukan pengawasan.

c. Kandang berhalaman. Tipe kandang ini adalah kandang beratap yang dilengkapi dengan halaman untuk gerak badan. Dengan sistem ini ternak tidak diikat. Tempat makan dan tempat air minum berada di halaman kandang. Perbandingan luas kandang antara beratap dengan halaman adalah 1 : 2. Kandang berhalaman cocok untuk pemeliharaan sapi yang masih muda, sapi bunting, sapi kering dan pejantan yang memerlukan banyak gerak dan membutuhkan sinar matahari yang cukup. Cara ini dapat pula diterapkan untuk pemeliharaan sapi yang sedang laktasi.

Keuntungan tipe ini antara lain: 1. 2. 3. 4. Pemakaian tenaga kerja sedikit Ternak hidup dengan nyaman Kebutuhan penerangan lebih sedikit Gangguan terhadap kekakuan kaki, kebengkakan lutut , lecet pada paha, luka pada pundah dapat dikurangi. 5. 6. 7. Kelemahan tipe ini antara lain: Pekerja kandang lebih banyak terkena panas matahari. Ternak saling terganggu terutama kalau ada yang nakal, sehingga untuk mencegah hal ini harus dilakukan pemotongan tanduk atau ternak yang nakal dipisahkan. 8. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang lebih luas.

81

5. Kamar Susu dan Kegunaannya Pada usaha Peternakan sapi perah harus mempunyai kamar susu, yang digunakan untuk menyimpan dan membagi air susu untuk keperluan pemasaran. Untuk itu diperlukan kamar susu kamar susu yang bersih. Kamar susu harus memenuhi beberapa pensyaratan antara lain: 1. Kamar susu tidak berhubungan langsung dengan kandang, untuk mencegah kontaminasi kotoran dan bau dari kandang. 2. Bagian dalam pada kamar susu harus berdinding ubin porselin, berlantai beton dan mudah dibersihkan. 3. Ventilasi kamar susu harus baik, sehingga udara segar selalu terjamin, dan cukup terang.

6.

Peralatan Susu Semua peralatan susu yang digunakan dalam perawatan susu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Halus Rata Mudah dibersihkan Tidak berkarat Tidak mengisap air Tidak merusak susu

Gambar 38. Peralatan Susu

82

Peralatan yang banyak dipakai antara lain: 1. Botol susu, mulut dan leher botol sebaiknya lebar supaya mudah dibersihkan. Botol susu mempunyai bermacam-macam ukuran yaitu; 0,25 liter, 0,5 liter dan 1 liter. Sebagai pengganti botol susu, sekarang ini banyak dipakai kertas yang dilapisi dengan zat yang tidak tembus air, yang hanya dipakai sekali saja. Botol bekas minuman lain seperti botol limon, bir atau kecap tidak diperkenankan dipakai untuk melayani langganan.

2. Takaran susu/literan dan corong, harus terbuat dari aluminium atau logam yang dilapisi dengan email atau timah untuk mencegah karatan. Alat ini dipakai untuk memasukkan susu ke dalam botol susu. Pada perusahaan susu yang telah maju memakai alat mekanis untuk memindahkan susu ke dalam botol susu, sehingga tidak diperlukan lagi corong.

3. Ember susu, sebaiknya terbuat dari aluminium karena yang terbuat dari seng mudah berkarat. Ember susu untuk pemerahan hendaknya mempunyai mulut yang bulat lonjong dan mempunyai telinga pada tempat yang gepeng. Telinga ember dimaksudkan untuk menempatkan ember di atas lutut si pemerah agar tidak merosot ke bawah. Ukuran ember dari 8 sampai 10 liter. Ember plastik dapat juga dipakai, akan tetapi tidak tahan lama.

4. Kaleng susu atau drum susu, juga harus terbuat dari aluminium. Apabila terbuat dari logam tembaga/besi harus dilapisi dengan email. Kaleng susu ini bermulut lebar dan bertutup rapat dengan ukuran 5 40 liter. Kaleng susu ini banyak dipakai untuk menyimpan dan mengangkut susu.

5. Alat penyaring, 6. Perlengkapan lain, yaitu alat pasteurisasi dan sterilisasi.

PENUTUP
Kandang mempunyai tujuan yang sangat penting dalam usaha ternak perah, dimana kandang merupakan tempat tinggal ternak, tempat perlindungan ternak, tempat pengawasan kesehatan dan memudahkan tatalaksana. Bebepapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penempatan dan pembuatan kandang perah perah antara lain; Lokasi kandang, tipe kandang, syarat-syarat kandang, bagian-bagian kandang dan peralatan kandang.

83

Kamar air susu dan peralatannya merupakan sarana penting dalam pengelolaan perusahaan peternakan sapi perah dalam upaya menghasilkan air susu yang baik dan sehat. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan fungsi-fungsi kandang seara umum. 2. Jelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi kandang untuk peternakan sapi perah. 3. Sebutkan jenis-jenis kandang untuk ternak perah. 4. Kemukakan jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam pengolahan air susu. 5. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada kamar susu sebagai tempat pengolahan air susu.

84

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Alim, A. F. dan T. Hidaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Pakan dan Tatalansana Sapi Perah. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung. 3. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 16; 410 428). 4. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 411 425). 5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 27; 428 444). 6. Maton, A., J. Daelemans and J. Lambrecht. 1985. Housing of Animals. Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York- Tokyo.

85

BAB 9 METODE PEMERAHAN


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Untuk menjadi peternak sapi perah yang baik dan berhasil dalam usahanya, maka peternak harus mengetahui metode pemerahan yang baik dan benar, dimana sistem pemerahan merupakan pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan kelembutan dalam menangani ternak. Salah satu faktor yang terpenting untuk sukses dalam peternakan sapi perah adalah bagaimana melaksanakan pemerahan yang baik sehingga memperoleh susu yang bersih dan sehat.

B. RUANG LINGKUP ISI - Syarat-syarat pemerahan. - Persiapan dalam pemerahan. - Teknik pemerahan

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke sembilan dan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas tentang syarat-syarat pemerahan, persiapan dalam pemerahan dan teknik pemerahan. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan syarat-syarat dalam melaksanakan pemerahan. 2. Menjelaskan persiapan-persiapan dalam melaksakan pemerahan. 3. Menjelaskan bagaimana teknik pemerahan yang baik.

86

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


Proses pemerahan bukanlah pekerjaan yang sederhana, akan tetapi pemerahan adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan kelembutan dalam menghadapi ternak. Teknik pemerahan turut mempengaruhi kelangsungan produksi susu. Teknik pemerahan terdiri dari dua cara yaitu : a. Menggunakan mesin pemerah b. Secara manual dengan menggunakan tangan

Gambar 39. Metode Pemerahan dengan Menggunakan Mesin

A. SYARAT-SYARAT PEMERAHAN Untuk mendapatkan susu yang bersih dan sehat pemerah harus memperhatikan hal-hal sebagai: 1. Kesehatan Sapi Sapi yang akan diperah harus diperiksa dan bebas penyakit menular (terutama yang zoonosis) seperti: - Tuberculosis - Brucellosis - Mastitis, dan lain-lain.

2. Kesehatan Petugas Petugas pemerah harus dalam kondisi sehat dan bersih. Sebelum melakukan pemerahan yang perlu diperhatikan antara lain:

87

- Mencuci tangan dengan bersih, kemudian dilap sampai kering - Kuku tidak boleh panjang, sehingga tangan terjaga kebersihannya dan tidak melukai puting susu.

3. Kebersihan Tempat dan Peralatan Tempat dan peralatan yang kotor dan berbau busuk akan mencemari air susu Mempercepat proses pembusukan Air susu menjadi asam atau rusak Tempat dan peralatan yang akan dipakai harus bersih dan higienes

4. Kebersihan Sapi Sapi yang akan diperah harus dimandikan terlebih dahulu atau dibersihkan terlebih dahulu pada bagian-bagian tertentu seperti: lipatan paha, ambing, putting, ekor, dan lain-lain. Kotoran yang melekat pada tubuh sapi akan mencemari air susu Air susu yang tercemar akan mudah rusak.

5. Kebersihan Kamar Susu Kamar susu harus selalu mendapat perhatian agar: - Selalu dalam keadaan bersih - Terhindar dari lalat - Jauh dari timbunan sampah - Mendapatkan ventilasi yang sempurna - Mempunyai drainase yang baik di sekitarnya - Sebaiknya terpisah dengan kandang

6. Pemerahan yang Teratur Sebaiknya pemerahan mempunyai jadwal yang teratur, sehingga tidak

menimbulkan stress pd sapi yang diperah. Sapi memiliki kebiasaan kapan diperah, dimandikan dan diberi makan.

B. PERSIAPAN DALAM PEMERAHAN Persiapan yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum melakukan proses pemerahan antara lain:

88

1. Menenangkan Sapi Cara yg dilakukan untuk menenangkan sapi antara lain: - Memberikan makanan konsentrat terlebih dahulu - Memegang-megang tubuh sapi secara perlahan-lahan - Menghindari terjadinya kegaduhan pada sapi

2. Membersihkan Kandang dan Sapi Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: - Memcuci lantai kandang dan membersihkan kandang dari bau-bauan (dari kotoran sapi, silase, dan lain-lain), karena air susu mudah menyerap bau yang dapat mempengaruhi kualitas air susu. - Memandikan sapi - Mencuci lipatan paha dan bagian belakang sapi, ambing dan puting susu dibersihkan dengan air hangat lalu dikeringkan dengan lap halus. - Satu atau dua pancaran pada pemerahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang.

3. Mengikat Sapi Sapi diikat dengan tali pada tempat tertentu seperti pada kaki belakang dan begitu juga ekor.

4. Mencuci Tangan Sebelum melakukan pemerahan, tangan pemerah dicuci bersih dengan menggunakan sabun dan air hangat. Tangan dilap sampai kering lalu diolesi dengan minyak kelapa agar pemerahan lebih lembut dan tidak terasa sakit

5. Melicinkan puting Puting yang akan diperah diolesi dengan minyak kelapa atau vaselin agar licin, sehingga memudahkan proses pemerahan dan tidak terasa sakit. Air susu tidak boleh tercemar dengan pelicin puting (minyak kelapa atau vaselin). 6. Meransang Keluarnya Air Susu Sapi yang pertama kali diperah kadang-kadang sulit keluar air susunya. Hal yang perlu dilakukan antara lain:

89

- Menyusukan pedet pada induknya sebagai langkah awal, sehingga proses pemerahan selanjutnya bisa lebih lancar - Melakukan pemerahan bertahap, sapi diperah sedikit demi sedikit, dan lama kelamaan sapi sudah terbiasa diperah. - Bagian belakang dan depan pada ambing dan puting perlu dipijat-pijat untuk melancarkan turunnya air susu.

7. Perlengkapan dan Peralatan Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember, milk can, (penampungan air susu), kain penyaring dan lain-lain. Semua perlengkapan dan peralatan sebelum dan sesudah dipakai harus dalam keadaan steril, yaitu dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air panas kemudian dijemur.

C. TEKNIK PEMERAHAN Di negara maju pemerahan telah dilakukan dengan mesin pemerah. Di negara berkembang seperti Indonesia, petani peternak pada umumnya dilakukan secara alami (menggunakan tangan). Teknik pemerahan dengan tangan ada 2 cara yaitu: 1. Menggunakan 2 jari Teknik pemerahan dengan menggunakan 2 jari adalah sebagai berikut : - Memegang pangkal puting susu antara ibu jari dengan jari tengah. - Kedua jari ditekan dan sedikit ditarik ke bawah sampai air susu terpencar keluar. - Teknik ini dilakukan pada sapi yang memiliki puting susu yang pendek.

2. Menggunakan 5 jari Teknik pemerahan dengan menggunakan 5 jari adalah sebagai berikut : - Putting dipegang antara ibu jari dengan ke 4 jari lainnya. - Ke 4 jari tersebut ditekan dan diawali pada jari yang paling atas kemudian diikuti oleh jari lain yang ada di bawahnya sampai air susu terpencar keluar.

Pada awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut dan pelan-pelan, kemudian dilanjutkan bisa lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut.

90

PENUTUP
Proses pemerahan memerlukan keterampilan dan kelembutan dalam menghadapi ternak karena menentukan produksi susu yang dihasilkan. Teknik pemerahan turut mempengaruhi kelangsungan produksi susu. Teknik

pemerahan terdiri dari dua cara yaitu (1) menggunakan mesin pemerah, (2) secara manual dengan menggunakan tangan. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan sayarat-sayarat pemerahan yang harus diperhatikan untuk

meperoleh susu yang bersih dan sehat 2. Jelaskan persiapan-persiapan yang perlu diperhatikan dalam persiapan proses pemerahan. 3. Jelaskan 2 teknik pemerahan secara manual.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 16; 410 428). 3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 411 425). 4. Hidayat, A., P. Effendi, A. A. Fuad, Y. Patyadi, K. Tagucghi dan T. Sugiwaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung.

91

5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 27; 428 444). 6. Maton, A., J. Daelemans and J. Lambrecht. 1985. Housing of Animals. Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York- Tokyo.

92

BAB 10 PENYAKIT PADA TERNAK PERAH DAN PENGENDALIANNYA

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Beberapa penyakit menular yang acute dan chronic yang biasa menyerang pada sapi perah yang pada umumnya diakibatkan oleh bakteri, virus dan beberapa jenis parasit. Jenis-jenis penyakit ini perlu diketahui penyebabnya, proses penularannya, faktor-faktor kepekaannya, gejalah-gejalahnya, cara pencegahan dan pengobatannya, sehingga peternak sapi perah dapat menlakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut dan melakukan tindakan pengobatan apabila ternak terserang penyakit.

B. RUANG LINGKUP ISI - Jenis-jenis penyakit menular pada sapi perah yang diakibatkan oleh bakteri dan virus - Jenis-jenis penyakit pada sapi perah yang diakibatkan oleh parasit - Metode perawatan dan pengendalian penyakit pada ternak perah.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke sepuluh dan lanjutan dari beberapa bab sebelumnya yang membahas tentang cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular dan penyakit kelamin pada ternak sapi perah. Membahas juga tentang beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa menyerang pada ternak perah, serta tindakan-tidakan pengendalian penyakit pada ternak perah. Bab ini merupakan pengantar menuju bab-bab berikutnya.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan; penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit menular pada ternak sapi perah. 2. Menjelaskan penyebab, cara penularan, gejalah-gejalah, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap beberapa penyakit kelamin pada ternak sapi perah. 3. Menyebutkan beberapa jenis parasit luar dan parasit dalam yang biasa menyerang pada ternak perah.

93

PEMBAHASAN
A. PENYAKIT MENULAR Beberapa penyakit menular yang acute dan chronic pada sapi perah yang pada umumnya diakibatkan oleh bakteri dan virus. 1. Mastitis Penyakit ini disebabkan oleh bakteri : Steptococcus agalactiae Steptococcus dysgalactiae Steptococcus cocci Steptococcus uberi Staphylococcus cocci Staphylococcus aureus Escherechia coli

Penularan / Transmisi: Dengan perantaraan kontak puting Dengan perantaraan lalat Proses pemerahan yang tidak hygienis Proses penularannya yaitu bakteri masuk melalui putting kemudian

berkembang biak di dalam kelenjar susu. Ini terjadi karena puting yang habis diperah terbuka kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri.

Faktor Kepekaan: Sapi yang sudah tua lebih peka.

Gejalah-gejalah: Nafsu makan menurun, buluh kusam dan kasar. Suhu badan tinggi dan ambing terasa panas. Terjadi pembekuan fibrin dan leukosit dalam susu. Sewaktu pemerahan merasa tidak senang dan ambing membengkak. Air susu encer dan bergumpal kadang bercampur darah atau nanah.

Pencegahan: Sebelum dan sesudah pemerahan puting harus dihapus hamakan. Tangan pemerah harus dihapus hamakan.

94

Lantai kandang harus selalu dibersihkan. Pedet betina jangan diberi air susu yang terserang mastitis. Menghindari ambing dan puting terhadap luka-luka. Setiap pemerahan diusahakan tidak ada air susu yang tertinggal dalam puting.

Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.

Pengobatan: Disuntikkan antibiotik seperti penicillin Diberikan Sulfamethazine melalui oral (mulut) Diberikan penicillin mastitis ointment atau oxytetracylin mastitis ointment.

2. Brucellosis (Keguguran) Penyakit ini disebabkan oleh bakteri : Brucella abortus Brucella melitensis Brucella suis Bakteri tersebut merusak alat reproduksi terutama pada dinding uterus, selaput lendir, foetus dan ambing, sehingga kandungan menjadi tidak sehat, akhirnya mengakibatkan abortus (biasanya abortus pada umur kandungaan 6 9 bulan).

Penularan / Transmisi: Melalui makanan dan air minnum yang tercemar dengan getah radang vagina. Melalui luka pada kulit dan selaput lendir pernapasan. Melalui kelenjar mamae dan coitus. Dari hewan ke hewan dengan perantaraan serangga, caplak dan kutu.

Faktor Kepekaan: Sapi yang baru melahirkan dan sapi yang sudah tua lebih peka.

Gejalah-gejalah: Kondisi badan berkurang dan laktasi menurun. Kelenjar supra mammair membesar. Abortus, biasanya terjadi pada triwulan ke tiga masa kebuntingan dan diikuti infertilitas, anak yang lahir biasanya mati atau sangat lemah.

95

Pencegahan: Vaksinasi Strain 19. Penghapus hamaan pada kandang. Penyediaan kandang untuk beranak. Sebaiknya lebih banyak kawin IB. Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.

Pengobatan: Belum ada yang berhasil.

3. Tuberculosis (TBC) Penyakit ini disebabkan oleh bakteri : Mycobacterium tuberculosis

Penularan / Transmisi: Melalui alat pernapasan dan pencernaan. Melalui makanan dan air minum yang tercemar tuberculose. Pada pedet melalui susu induk yang menderita tuberculose.

Faktor Kepekaan: - Sapi yang masih muda lebih peka.

Gejalah-gejalah: Alat pernapasan dan pencernaan tersangkut. Suhu badan tetap normal. Frekuensi pernapasan bertambah. Batuk. Bulu kusam dan kering.

Pencegahan: Vaksinasi BCG. Menghindari pemberian susu dari induk yang terinfeksi TBC. Petugas harus bebas penyakit TBC, penyakit ini dapat menular dari manusia ke sapi dan sebaliknya (Zoonosis). Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.

96

Pengobatan: Diberikan Streptomycin, Penstrep, INH.

4. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) / Apthae epizootica Penyakit ini disebabkan oleh Virus : Penularan / Transmisi: Melalui makanan, air minum dan peralatan yang terkontaminasi. Melalui hubungan langsung antara sapi yang sehat dengan sapi yang menderita atas kena infeksi.

Gejalah-gejalah: Suhu badan meningkat, lesuh dan nafsu makan hilang. Peradangan kulit di sekitar kuku. Sapi pincang sehingga lebih banyak berbaring. Peradangan pada selaput lendir mulut, bibir dan gusi dan pada bagian tersebut nampak lepuh-lepuh berwarna merah, kuning dan terasa panas. Keluar lendir dari mulut.

Pencegahan: Vaksinasi. Sanitasi kandang, tempat minum dan tempat makan secara kontinyu. Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.

Pengobatan: Diinjeksi antibiotik, sulfa dan pemberian vitamin A untuk memulihkan jaringanjaringan kulit yang rusak.

5. Anthrax (Radang Limpa) Penyakit ini disebabkan oleh bakteri : Bacillus anthracis Bakteri ini hidup di dalam tanah dan membentuk spora dan bertahan sampai puluhan tahunn. Apabila spora tersebut masuk ke dalam tubuh sapi maka dapat berkembang biak. Jadi untuk memusnahkan bekteri tersebut, sapi yang mati terserang anthrax harus dibakar.

97

Penularan / Transmisi: Melalui makanan dan air minum Dengan perantaraan debu pernapasan. yang mengandung spora masuk melalui

Gejalah-gejalah: Suhu badan meningkat, lemah dan gemetar. Selaput lendir merah. Pernapasan terganggu. Terjadi bisul-bisul. Mulut, telinga, anus dan vagina mengeluarkan darah. Pertama beraknya tertahan, kemudian encer dan kadang-kadang bercampur darah. Limpah membengkak/membesar.

Pencegahan: Sanitasi kandang dan lingkungan. Vaksinasi. Pemisahan antara sapi yang sehat dengan yang sakit.

Pengobatan: Diberikan Streptomycin, Oxytetracylin dan Penicillin

B. PENYAKIT KELAMIN Penyakit kelamin yang sering menyerang pada ternak sapi perah yaitu : 1. Vibriosis Vibriosis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Vibrio foetus dan menyebabkan sapi menjadi infertilitas, abortus atau kematian foetus.

Penularan / Transmisi: Melalui coitus Pejantan bersaama.

Faktor Kepekaan: Sapi dara dan dewasa lebih peka.

98

Gejalah-gejalah: Tidak ada kelainan yang nampak pada jantan dan sperma tetap normal. Akut pada sapi betina. Siklus cetrus tidak teratur dan kadang lebih lama. Abortus dapat terjadi setiap waktu dan biasanya sekitar bulan ke 5. Fertlitas rendah.

Pencegahan: Vaksinasi. Suntikkan vibrio foetus hidup pada subkutan.

2. Vaginitis Penyakit ini terdapat pada kulit vulva dan penis sapi.

Gejalah-gejalah: Jaringan pada vagina kemerah-merahan, keras dan kelihatan berbintik-bintik. Pertumbuhan dan produksi susu menurun.

Pencegahan: Vaksinasi.

C. PENYAKIT PARASIT Parasit terdiri dari : a. Parasit Luar Parasit luar ini menyebabkan penyakit kulit. Parasit luar yang biasa menyerang pada ternak perah antara lain: 1. Kutu, Caplak, Tuma (Lice) Ada 3 jenis caplak yang sering menyerang pada ternak perah yaitu: Bovicola bovis Haematopinus eurysternus Lignognathus vituli.

2. Kudis (Mange) Ada 4 macam yang sering menyerang pada ternak perah yaitu: Chorioptic mange (Chorioptes bovis) Sarcoptic mange (Sarcoptes scabiei)

99

Psoroptic mange (Psoroptes communis) Demodectic mange (Demodex Sp.)

3. Kurap (Ring worm) Yang sering menyerang pada ternak perah yaitu: - Trychophyton verrucosum

b. Parasit dalam Parasit dalam yang umum menyerang pada ternak perah yaitu cacing. Pada umumnya ternak perah terserang cacing diakibatkan karena faktor manajemen yang kurang baik. Cacing pada umumnya menyerang pada alat pencernaan seperti: hati, usus lambung dan lain-lain. Jenis species cacing yang biasa menyerang pada ternak perah antara lain: 1. Cacing Pita (Tape worm atau Plat worm) - Bentuknya panjang dan agak besar - Cacing ini menyerang pada usus ternak.

2. Cacing Gelang (Round worm) / Nematodes - Bentuknya selinder dan kedua ujungnya meruncing, ukurannya kecil seperti rambut, panjang + 12 22 mm. - Cacing ini menyerang pada usus ternak. - Umumnya menyerang pada sapi muda. - Menyebabkan ternak diare. - Nafsu makan menurun, berat badan menurun. - Apabila menyerang pada sapi dewasa, cacing tersebut mengisap darah pada jaringan pencernaan dan akhirnya menyebabkan anemia.

- Siklus Hidup : Kedua spesies tersebut di atas mempunyai sistem penyebaran yang sama. Bila telur sudah matang/dewasa, dia meninggalkan tubuh sapi kemudian keluar melalui saluran pembuangan. Apabila ternak digembalakan di padang rumput, telur tesebut menetas menjadi larva kemudian melekatkan dirinya pada helai rumput dan termakan oleh ternak yang sedang digembalakan.

100

- Pembasmian : Pemberian obat cacing secara teratur. Jangan digembalakan ternak pada saat rumput masih basa.

3. Cacing Hati (Fasciola hepatica) - Cacing ini berbentuk pipih. - Menyerang pada saluran empedu dan juga menyerang pada jaringan hati. - Penularan yaitu melalui makanan berupa rumput yang terkontaminasi larva yang keluar dari induk semangnya.

- Gejalah-gejalahnya : a. Berat badan menurun, pertumbuhan terhambat. b. Anemia, lesuh dan pucat. c. Produksi susu menurun d. Kadang-kadang sapi menceret.

- Pencegahan/Pengobatan a. Pembasmian siput dan bekicot yang menjadi induk semangnya. b. Melakukan pemberian obat cacing secara teratur. c. Menggunakan Hexachlorphene. obat pembasmi fasciola berupa Bilevon,

- Siklus Hidup: Telur cacing keluar dari tubuh ternak bersama kotoran dan menempel pada helai rumput yang basah. Kemudian menetaas menjadi larva lalu pindah ke tubuh siput yang hidup di tempat basah. Dalam tubuh siput cacing berkembang dengan pembelahan, setelah perkembangannya

sempurna dia keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput atau daundaunan lalu termakan oleh ternak. Di dalam pencernaan (usus) muncullah cacing, kemudian menembus dinding usus pindah ke hati bersama aliran darah, setelah dewasa pindah ke saluran empedu dan di situ bertelur. Telurtelur tersebut menuju ke saluran pencernaan melalui saluran darah dan akhirnya keluar bersama foeces.

101

4. Cacing Perut (Stomach worm) - Cacing ini dapat menyebabkan anemia, radang alat pencernaan dan gangguan pencernaan. - Sasaran utama cacing ini adalah pedet. Sapi dewasa yang lebih dari 2 tahun tahan terhadap serangan cacing ini. - Penularan yaitu melalui makanan dan air minum yang tercemar dengan larva cacing.

- Gejalah-gejalahnya : a. Berat badan menurun, pertumbuhan terhambat. b. Anemia, lesuh dan pucat. c. Kurus dan bulu kusam d. Menceret.

- Pencegahan/Pengobatan a. b. Pedet dan sapi dewasa tidak digembalakan secara bersama-sama. Mutu makanan harus terjamin, sehingga sapi tahan terhadap infeksi cacing. c. Pengobatan dengan pemberian Anthelimintic.

- Siklus Hidup: Telur cacing keluar dari tubuh ternak bersama foeces dan jatuh ke tanah. Lima hari kemudian telur menetaas menjadi larva dan menempel pada rumput. Jika cuaca panas larva yang menetas setelah beberapa hari kemudian dia akan mati.

5. Cacing Paru-paru - Cacing ini bersarang dan bertelur di dalam paru-paru dan telurnya per hari mencapai ribuan. - Penularan yaitu melalui makanan dan air minum yang tercemar larva.

- Gejalah-gejalahnya : a. b. c. d. Paru-paru membengkak karena kerusakan jaringan pada paru-paru. Sapi batuk. Frekuensi pernapasan cepat dan sulit bernapas. Kondisi menurun dan kurus.

102

- Pencegahan/Pengobatan a. Sapi digembelakan pada padang rumput yang drainasenya baik, tidak berair. b. Hindari pemupukan pada padang rumput dengan pupuk kandang yang berasal dari sapi yang terserang cacing. c. d. Pemberian makanan yang baik. Pengobatan dengan pemberian Anthelmintic.

- Siklus Hidup: Telur cacing masuk ke saluran pencernaan pada saat sapi batuk, dimana telur-telur tersebut terlempar keluar dan masuk ke dalam mulut, bersama makanan masuk ke alat pencernaan. Kemudian telur menetaas menjadi larva lalu keluar bersama kotoran sapi jatuh ke tanah. Larva tersebut dapat bertahan pada tanah selama 1 bulan. Larva masuk ke tubuh pedet bersama makanan dan tinggal dalam usus halus lalu menembus dinding usus kemudian masuk ke paru-paru melalui aliran darah. Setelah 28 hari larva menjadi cacing dewasa dan bertelur di dalam paru-paru.

D. TINDAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT Usaha pencegahan terhadap penyakit dilakukan dengan tujuan agar peternak selalu menjaga ternaknya tetap dalam keadaan sehat, sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa sediakan payung sebelum hujan, lebih baik melakukan pencegahan dari pada mengobati penyajit. Kelihatannya dalam melaksanakan pencegahan penyakit cukup

menghabiskan biaya, tetapi peternak harus mengetahui bahwa ada penyakit kalau menyerang ternak dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dapat mengakibatkan usaha Peternakan bangkrut. Berjangkitnya penyakit dalam suatu perusahaan biasanya disebabkan karena pengelolaan yang kurang baik. Parasit dan kuman-kuman penyakit selalu hidup subur di tempat-tempat yang kotor. Untuk menjaga ternak supaya selalu sehat perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Perawatan Kuku Perawatan kuku dititik beratkan pada pemotongan kuku, agar kuku tidak terlalu panjang. Sapi yang hidupnya lebih banyak di luar kandang kukunya cepat aus

103

sehingga bertambah panjangnya kuku kelihatan lebih lambat. Rata-rata pertambahan panjang pada kuku 1 cm per bulannya. Kuku yang terlalu panjang dapat mengakibatkan: Kuku mudah retak dan pecah-pecah, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penyakit kuku pada ternak. Otot-otot pada kaki menjadi tegang terus menerus, hal ini dapat menimbulkan rasa sakit dan ternak tidak tahan berdiri lama, ternak menjadi pincang jalannya, bahkan kadang-kadang menjadi lumpuh. Ternak betina yang sedang bunting mudah jatuh, hal ini dapat menyebabkan keguguran.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan kuku antara lain: a. Pemotongan kuku. Alat yang dapat dipergunakan untuk memotong kuku pada ternak yaitu Kakatua yang berukuran besar Gergaji besi Pahat atau pisau pemotong Renet sepasang kanan kiri Kikir kuku

Pemotongan kuku bisa dilakukan pada sapi yang sedang berdiri atau berbaring. Jika memakai alat pemotong kakatua sebaiknya sapi pada posisi berbaring. Jika memakai pisau atau gergaji besi pemotongan kuku dilakukan pada posisi sapi sedang berdiri. Pemotongan dengan menggunakan pisau biasanya menakutkan sapi, sehingga susah melakukannya. Pemotongan dengan gergaji besi dapat mengurangi rasa tahut pada sapi. Pelaksanaan pemotongan kuku: Pemotongan pada tempat yang berlantai tanah atau kayu Kuku dibersihkan terlebih dahulu agar terlihat jelas jika ada perubahanperubahan pada kuku. Tentukan bagian kuku yang akan dipotong. Bagian kuku yang dipotong adalah pada bagian muka dan samping muka dan bagian belakang sama sekali tidak dipotong. Setelah pemotongan dihaluskan dengan menggunakan kikir.

104

b. Pencegahan penyakit kuku Bakteri penyebab kerusakan atau penyakit kuku berasal dari Lumpur di lapangan atau di padang rumput dan dari sekeliling tempat makan tempat air minumdi dalam kandang. Untuk mencegah gangguan bakteri ini perlu dibuat bak yang dangkal dari beton yang berukuran 200 x 100 x 15 cm. Bak tersebut ditempatkan di muka pintu masuk kandang agar sapi yang keluar masuk melewati bak tersebut. Bak ini diisi dengan cairan pembasmi bakteri.

2. Perawatan Kulit Salah satu fungsi kulit adalah mengatur panas badan. Kulit yang sehat

bebas dari penyakit parasit, mengkilat lentur atau elastis. Rambut yang tumbuh pada kulit yang sehat adalah halus, tidah mudah rontok dan mengkilat. Ada 4 cara merawat kulit yaitu: a. Perawatan basah. Yang dimaksud dengan perawatan basah adalah memandikan sapi sambil menggosok kulitnya dengan sikat secara merata di seluruh tubuh. Gerakan menyikat hendaknya berputar-putar, bolak-balik dengan menggunakan sikat yang tidak terlalu kasar. Disamping kebersihan, kulit yang tergerak dengan gerakan sikat akan meransang aliran darah di permukaan kulit sehingga menyehatkan kulit. Sapi dimandikan setiap hari sebelum diperah.

b. Perawatan kering. Yang dimaksud dengan perawatan kering adalah menggosok seluruh permukaan kulit dengan sikat kering. Perinsip penyikatan sama dengan perawatan basah, hanya tidak memakai air. Dengan penyikatan banyak debu dan kotoran terlepas bertaburan, juga beberapa helai rambut ikut rontok. Penggosokan dihentikan setelah tidak ada lagi debu yang keluar dari sela-sela rambut. Setelah itu badan ternak dilap dengan kain pel yang kering. Dengan perawatan ini rambut mengkilat, perawatan kering ini cukup dilakukan 2 kali seminggu.

c. Pemotongan rambut. Ada tempat-tempat tertentu banyak ditumbuhi rambut seperti pada ujung leher, diantara paha, ambing, bagian dalam daun telinga dan lain-lain. Rambut ini perlu dipotong menjadi agak tipis, supaya tidak menjadi tempat bersarangnya kutu.

105

d. Memberantas dan mencegah parasit. Untuk menghindari kulit dari serangan caplak, lalat dan kutu digunakan Asuntol atau Neguvon. Perawatan kulit yang baik akan menjadikan ternak tenang, tidak banyak gerakan ekor, nafsu makan baik, proses produksi tidak terganggu.

3. Gerak Badan Gerak badan pada sapi perah perlu dilakukan, terutama pada sapi yang dikandangkan secara pull yaitu sapi dilepaskan setiap hari dilapangan eksesais yang sudah disiapkan. Sapi yang tiap hari digembalakan tidak ada lagi istilah gerak badan, karena dengan merumput sapi sudah cukup gerak badannya. Luas tempat yang dibutuhkan untuk gerak badan yaitu + 50 m2 per ekor, semakin luas semakin baik, karena kecil kemungkinan terjadinya becek. Waktu yang dibutuhkan gerak badan sapi per hari + 2 jam yaitu pada pagi hari. Manfaat gerak badan antara lain: 1. Peredaran darah menjadi lancar, metabolisme lebih baik, sapi segar dan sehat. 2. Nafsu makan baik, birahi bisa lebih teratur. 3. Pembentukan lemak susu tidak terganggu. 4. Sapi bunting bisa lebih lancar melahirkan. 5. Bentuk/posisi kaki dan kuku menjadi lebih baik. 6. Pedet dan sapi darah pertumbuhannya lebih baik. 7. Pejantan nafsu kawinnya lebih baik, karena badan sehat otot-ototnya padat.

4. Pengendalian Penyakit Mastitis secara Sederhana Strategi pengendalian penyakit mastitis secara sederhana antara lain: 1. Pengaturan kelembaban dan ventilasi kandang 2. Mencegah diare yang diakibatkan oleh pakan yang berkualitas rendah. 3. Merawat luka sapi secara teratur. 4. Alas kandang senantiasa kering dan setiap hari dibersihkan. 5. Terapi antibiotika sewaktu kering kandang. 6. Puting senantiasa dibersihkan sebelum pemerahan dan puting dicelupkan ke dalam larutan desinfektan setelah pemerahan. 7. Pemberian pakan hijauan yang segar dan pemberian konsentrat setelah pemerahan. 8. Pemerahan yang baik dan benar.

106

9. Mencuci tangan sebelum memerah, sebaiknya dalam larutan desinfektan. 10. Tidak ada air susu yang tersisa dalam pting pada waktu pemerahan. 11. Melakukan pemeriksaan rutin secara teratur.

PENUTUP
Penyakit menular yang acute dan chronic yang biasa menyerang pada sapi perah diakibatkan oleh bakteri dan virus seperti; Mastitis, Brucellosis, Tuberculosis, penyakit Mulut dan Kuku, Anthrax, Vibriosis dan Vaginitis dan jenis penyakit yang diakibatkan oleh parasit seperti; Kutu, caplak, tuma, kudis, kurapdan cacing. Tindakan yang dilakukan dalam pengendalian penyakit pada ternak perah seperti; Vaksinasi, kebersihan kandang, pemisahan ternak yang sakit, Perawatan kuku, perawatan kulit, gerak badan dan pengendalian penyakit mastitis secara sederhana. Indikator penilaian pada materi ini adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Jelaskan uapaya pencegahan penyakit mastitis pada ternak perah. 2. Kemukakan jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan virus. 3. Kemukakaan jenis-jenis penyakit yang diakibatkan oleh parasit luar dan parasit dalam. 4. Jelaskan silkus hidup pada cacing pita. 5. Kemukakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar ternak perah selalu kondisinya sehat.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 15; 357 - 384).

107

3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part V; 478 - 495). 4. Hidayat, A., P. Effendi, A. A. Fuad, Y. Patyadi, K. Tagucghi dan T. Sugiwaka. 2002. Teknologi Sapi Perah di Indonesia: Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project. Bandung. 5. Schmidt, G. H., L. D. Van Vleck and M. F. Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. (Chapter 8; 115 132, Chapter 22; 350 - 363).

108

MODUL 11 PENANGANAN DAN PEMASARAN AIR SUSU


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Air susu sapi mengandung semua zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna, karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal dan mudah dicerna. Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas air susu perlu pencegahan terhadap kerusakan dan juga bergabai bentuk produk olahan untuk dipasarkan.

B. RUANG LINGKUP ISI - Penanganan/kesehatan air susu - Bentuk pemasaran air susu.

C. KAITAN BAB Bab ini merupakan bab ke sebelas dan lanjutan dari beberapa bab sebelumnya yang membahas tentang tata cara penanganan dan tata cara mempertahankan kesehatan air susu, serta berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penanganan dan cara mempertahankan kesehatan air susu. 2. Menjelaskan berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan.

PEMBAHASAN
A. PENANGAN/KESEHATAN AIR SUSU Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna, karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal dan mudah dicerna. Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan

109

bakteri. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas air susu perlu pencegahan terhadap kerusakan. Air susu sapi perah yang baik harus memenuhi criteria sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Bebas dari bakteri patogen. Bebas dari zat-zat yang berbahaya ataupun toxin seperti insektisida. Tidak tercemar oleh debu, foeces dan kotoran lainnya. Memiliki rasa yang normal; khas rasa susu, manis dan segar.

Air susu yang normal dan sehat memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat diamati seperti: 1. Warna air susu Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning-kuningan dan tidak tembus cahaya. Kekuning-kuningan berarti memiliki kandungan vitamin A yang tinggi. Air susu yang warnanya agak merah atau biru, dan encer seperti air, berarti air susu tersebut tidak normal. 1. Air susu yang kemerah-merahan mungkin berasal dari sapi yang terserang penyakit mastitis dan tidak boleh dikonsumsi. 2. Air susu yang kebiru-biruan menunjukkan bahwa air susu tersebut telah dicampur air yang banyak. 3. Air susu yang berlendir dan bergumpal menunjukkan air susu tersebut telah rusak atau asam.

2. Bau dan rasa 1. Air susu yang berbau asam menunjukkan bahwa susu tersebut telah basi. 2. Air susu yang busuk berarti rusak sama sekali. 3. Air susu yang rasanya agak asin atau asam dan pahit susu tersebut sudah mulai rusak. 4. Air susu yang hambar memberi tanda bahwa susu tersebut telah dicampur dengan air yang banyak. 5. Air susu yang masih murni/segar rasanya enak, gurih, sedikit manis dan agak berlemak . 6. Berat jenis air susu yang normal adalah 1,027 1,031 pada suhu kamar.

110

Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan kesehatan air susu antara lain: 1. Kesehatan sapi Air susu sapi yang akan dijual ke konsumer harus benar-benar bebas dari penyakit menular terutama penyakit Tuberculosis (TBC), Brucellosis, Mastitis dan sapi harus dalam keadaan bersih. 2. Pegawai atau petugas harus bersih dan sehat Sebelum petugas melakukan pemerahan, tangan harus dicuci hamakan dengan sabun atau desinfektan lalu dikeringkan dengan lap yang bersih. Disamping itu, petugas harus dalam kondisi sehat tidak terserang suatu penyakit menular dan penyakit infeksi. 3. Lingkungan Peternakan yang bersih Kebersihan kandang harus senantiasa diperhatikan untuk mencegah

pencemaran kotoran pada air susu di waktu pemerahan. Karena susu merupakan bahan yang sangat peka terhadap bau yang ada disekitarnya.

4. Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih Semua peralatan seperti alat penampungan, tempat penyimpanan air susu dan lain-lainnya harus terbuat dari bahan dan bentuk yang mudah dibersihkan dan tidak dilapisi cat. Sisa-sisa air susu yang masih melekat pada peralatan harus dibersihkan, karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman-kuman. Peralatan harus dicuci dengan air biasa kemudian air panas, setelah itu dijemur di bawah sinar matahari.

5. Ruangan air susu harus terpisah Tempat pengolahan dan penanganan air susu harus dilakukan dalam ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan lainnya. Seperti terpisah dengan kandang sapi dan kamar petugas, untuk mencegah pencemaran terhadap air susu. Sebaiknya ruang air susu ini harus berdinding dan berlantai dari bahan yang berlapiskan porselin sehingga tahan air, mudah dibersihkan dan tidak berdebu.

6. Tersedia alat pendingin dan cara pengolahan yang tepat Air susu merupakan media pertumbuhan kuman, dan dalam waktu yang singkat akan berkembangbiak dengan cepat. Perkembangbiakan kuman akan terhenti pada suhu 10o C dan pada suhu kamar akan berkembangbiak dengan baik.

111

Untuk itu harus menggunakan alat pendingin. Kalau tidak ada alat pendingin air susu harus secepatnya diantar ke konsumen dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 jam.

7. Pasturisasi air susu Pasturisasi adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat di dalam air susu. Pasturisasi dapat dilakukan dengan cara memasak air susu pada suhu tertentu. Psturisasi ada 2 macam yang bisa dilakukan yaitu: 1. 2. Temperatur rendah (72o C) selama 30 menit. Temperatur tinggi (80o C) selama 3 detik.

B. Bentuk Pemasaran Air Susu Berbagai jenis/bentuk air susu untuk dipasarkan sebagai berikut:

Gambar 40. Bentuk Air Susu untuk Dipasarkan

1. Susu segar Susu segar adalah air susu dari hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambah apapun. Air susu yang sudah direbus, dicampur gula, dicampur dengan susu hasil pemerahan sebelumnya sudah tidak bias lagi dikategorikan sebagai susu segar. Begitu pula susu sapi yang berasal dari sapi yang tidak sehat seperti sapi yang terserang penyakit mastitis.

2. Whole milk Whole milk sebenarnya adalah susu segar yang memiliki kandungan lemak + 3,25 %, bahan kering tanpa lemak (solid non fat) 8,25 %. Whole milk ini kemudian

112

dipasturisasi dengan maksud untuk membasmi bakteri yang dapat mendatangkan penyakit.

3. Susu skim Susu skim adalah susu segar yang sudah dikurangi lemaknya menjadi 0,1 %. Sehingga susu skim ini cocok untuk bayi.

4. Fortified milk Fortified milk adalah susu segar yang ditambah dengan vitamin-vitamin dan mineral. Vitamin yang ditambahkan biasanya vitamin D, vitamin ini sangat penting untuk pembentukan tulang pada bayi. Sedangkan air susu sudah kaya akan unsur Ca dan P maka tidak perlu lagi ditambahkan unsur tersebut.

5. Susu konsentrat Susu konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan dengan maksud untuk mengurangi kadar airnya sehingga menjadi susu yang kental. Susu konsentrat ini dapat dibedakan atas 2 yaitu: a. Susu kental tanpa gula, adalah air susu segar yang separuh airnya telah diuapkan di dalam ruang hampa pada suhu 125o 130o F. Kemudian susu tersebut dimasukkan ke dalam kaleng tertutup dan disterilkan pada suhu 140o F selama 15 menit. b. Susu kental manis, adalah susu segar yang langsung ditambah gula terlebih dahulu lalu diuapkan seperti pada susu kental tanpa gula. Kadar gula yang ditambahkan adalah sebagai bahan pengawet sebanyak 40 44 % sedangkan kadar lemaknya minimal 8,5 % dan bahan kering tanpa lemak 28 %. Susu kental ini tidak baik untuk bayi karena kandungan lemaknya tinggi. Kedua jenis susu ini banyak didapatkan di pasaran lebih-lebih susu kental manis. Susu kental untuk menjadikan susu siap dikonsumsi diperlukan tambahan air 2 kali lipat dari susu kental (perbandingan susu kental dengan air yaitu 1:2), dengan ini agar diperoleh susu cair yang sama nilainya dengan susu segar.

6. Susu kering (susu tepung) Susu tepung ini terdiri dari 2 yaitu: a. Susu tepung whole, adalah susu segar yang kandungan airnya diuapkan sehingga menjadi tepung (dengan kadar air tinggal 2 %).

113

b. Susu tepung skim, adalah susu segar yang kadar lemaknya telah dikurangi sehingga tinggal 0,1 % dan kadar airnya diuapkan hingga tinggal 3 %. Susu tepung skim ini kandungan proteinnya tinggi dan kadar lemaknya rendah sehingga cocok untuk bayi atau anak-anak yang sedang bertumbuh.

Air susu dapat diproses atau dipabrik dalam berbagai jenis untuk dipasarkan seprti : 1. Cream (es cream) Kadar lemaknya tinggi yaitu 40 %. Biasa dicampur dengan Coklat sebanyak 18 20 % dan titambahkan gula sebanyak 12 %.

2. Butter (mentega) Kadar lemaknya sekitar 80 82 %, kadar air sekitar 14 16 %, Kadar garam sekitar 1 4 %.

3. Cheese (keju) 4. Yogurt

PENUTUP
Air susu adalah salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan. Disamping itu air susu juga sangat baik sebagai media pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan kesehatan air susu antara lain: Kesehatan sapi, peternak harus bersih dan sehat, lingkungan peternakan yang bersih, peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih, ruangan air susu harus bersih, tersedia alat pendingin dan cara pengolahan yang tepat serta pasteurisasi air susu. Ada berbagai jenis dan bentuk air susu untuk dipasarkan, seperti; susu segar, whole milk, susu skim, fortified milk, susu konsentrat, susu kental susu kering dan juga bergabai bentuk produk olahan seperti; es cream, mentega, keju, yogurt dan lain-lain. Indikator penilaian pada materi adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

114

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan kesehatan air susu. 2. Kemukakan berbagai jenis dan bentuk air susu untuk dipasarkan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1995. Beternak Sapi Perah. Kanisisus. Yogyakarta. 2. Ensminger, M. E. 1980. Dairy Cattle Science. Clovis, California. (Chapter 19; 464 - 487). 3. Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson and H. A. Tucker. 1980. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febiger-Philadelphia. (Part VI; 551 - 570).

115

BAB 12 BETERNAK KERBAU PERAH


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kerbau merupakan ternak ruminansia penghasil air susu yang penting setelah sapi perah di daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, sebagai tenaga kerja, disamping cara pemeliharaannya lebih sederhana dari pada sapi.

B. RUANG LINGKUP ISI - Asal usul kerbau dan komposisi air susunya. - Sistem pemeliharaan kerbau

C. KAITAN BAB Modul ini merupakan modul ke delapan dan lanjutan dari modul ke dua yang membahas tentang asal usul kerbau dan komposisi susunya, sistem pemeliharaan pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum.

D. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. 2. Menjelaskan asal usul kerbau dan komposisi susunya. Menjelaskan sistem pemeliharaan pada anak kerbau, kerbau dara, kerbau bunting dan beranak (laktasi), kerbau kering, kerbau pejantan, anak kerbau jantan, dan pemeliharaan kerbau secara umum.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Kerbau merupakan ternak ruminansia yang penting setelah sapi perah di daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, sebagai tenaga kerja, disamping cara pemeliharaannya lebih sederhana dari pada sapi. Kerbau terdapat di daerah tropis dan sub tropis antara garis 30o Lintang Utara dan garis 30o Lintang selatan yaitu di Asia, Afrika (Mesir, Tunisia), Eropah (Yunani, Italia, Hongaria, Rumania, Bulgaria, Yugoslavia, Albania, Azerbayan), Amerika Latin (Trinidad, Brazilia, Peru, Equador) dan Australia bagian Utara.

116

A. Asal Usul Kerbau Domestikasi kerbau di India dimulai 5000 tahun yang lalu di lembah sungai Indus dan di Cina kira-kira 1000 tahun selah di India. Kerbau yang telah dijinakkan termasuk anggota sub-famili Bovinae di dalam genus Bubalus yang dibagi dalam 4 sub genus yaitu: a. b. c. d. Bubalus caffer (Kerbau Afrika) Bubalus bubalis (Kerbau Asia) Bubalus mindonensis (Kerbau Mindora) Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)

Bangsa-bangsa kerbau yang terdapat sekarang berasal dari kerbau liar (Bubalus arni) yang terdapat di bagian timur laut India dan Cina Selatan. Kerbau yang ada sekarang dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: Kerbau Sungai (River buffalo) dan Kerbau Rawah (Swamp buffalo). Kerbau Sungai (tipe perah) didapatkan di tanah-tanah kering terutama di India, misalmya; Murrah, Surti, Nili/Ravi, Mehsana, Nagpuri, Jafarabadi dan lainlain. Kerbau sungai mempunyai jumlah kromosom50, sedangkan sapi jumlah kromosomnya 60. Kerbau sungai terdapat juga di Mesir dan Eropah. Warna kulit umumnya hitam atau kelabu kehitam-hitaman, tanduk sedikit melingkar atau tergantung lurus, Kerbau Mediterranea (Yunani dan Italia) termasuk tipe sungai berbentuk gemuk pendek dan dapat berproduksi susu yang tinggi. Kerbau tipe sungai disebut pula tipe perah, karena berproduksi susu yang tinggi dibandingkan dengan tipe rawa. Kerbau Rawa, terdapat di daerah yang berawa-rawa atau di daerah yang banyak terdapat rawa-rawa, misalnya; Muangthai, Malaysia, Indonesia dan Filipina. Warna kerbau rawa umumnya kelabu, hitam belang putih dan mirip bulai (albinoid), jumlah kromosom 48. Bentuk badan seperti sapi, tanduk panjang dan berat, di Sumba kerbau bertanduk besar dan panjang, di Sulawesi Tenggara terdapat kerbau rawa yang berwarna totol-totol/belang hitam putih.

B. Susu Kerbau Susu kerbau lebih banyak mengandung lemak dan protein dari susu sapi. Rasa susu kerbau lebih pekat karena mengandung lebih 16 % bahan kering (total solid) dibandingkan susu sapi hanya 12 14 %. Kadar lemak susu kerbau 50 60 % lebih banyak dari susu sapi (6 8 % vs 3 5 %). Protein susu kerbau lebih banyak mengandung casein dan sedikit lebih albumin dan globulin dari susu sapi.

117

Susu kerbau kurang mengandung carotene (pro-vitamin A) dan warna susu kerbau lebih putih dari susu sapi. Kandungan vitamin A dalam susu kerbau hampir sama dengan susu sapi. Tampaknya kerbau telah merubah carotene makanan menjadi vitamin A di dalam susu. Susu kerbau mengandung vitamin B kompleks dan vitamin C sama dengan pada susu sapi, hanya kadar riboflavin susu kerbau lebih sedikit dari susu sapi. Susu kerbau sama halnya dengan susu sapi dapat diolah menjadi bermacam-macam makanan, yaitu: Mentega (butter), minyak mentega (butter oil), ghee, keju lunak dan keras, susu kental manis, es krim, yoghurt dan krim. Di India, susu kerbau dicampur dengan susu skim menjadi susu tone (toned milk). Susu kerbau lebih ekonomis jika diolah menjadi keju dan mentega dari susu sapi, yaitu: 1. Untuk membuat 1 kg keju dibutuhkan 5 kg susu kerbau, sedangkan dengan susu sapi dibutuhkan 8 kg. 2. Untuk membuat 1 kg mentega dibutuhkan 10 kg susu kerbau, sedangkan dengan susu sapi dibutuhkan 14 kg. 3. Keju yang berasal dari susu kerbau berwarna putih sangat digemari masyarakat di beberapa negara, misalnya: Italia, Irak, Mesir, Bulgaria dan Venezuella. C. Pemeliharaan Anak Kerbau Pemeliharaan anak kerbau jantan harus dilakukan untuk kelak menjadi pejantan, sedangkan pemeliharaan anak kerbau betina untuk dibesarkan guna kelak menjadi pengganti induk. Mortalitas kerbau pada umur muda tinggi dan untuk mengurangi kematian anak, perlu dilakukan pemeliharaan anak yang baik. Tatalaksana anak kerbau untuk mengurangi mortalitas adalah sebagai berikut: 1. Segera setelah anak kerbau lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari lendir untuk memudahkan anak kerbau bernapas. 2. Setelah hidung dan mulut dibersihkan, dibiarkan bersama dengan induknya agar dijilat sehingga badannya menjadi kering. 3. Tinctura yodium dioleskan pada tali pusarnya untuk mencegah terjadinya infeksi. Pada tali pusar yang belum putus, perlu dipotong dengan gunting yang steril dengan jarak sekitar 6 8 cm dari pusar. Sebelum tali pusar digunting perlu diberi yodium terlebih dahulu. Tetapi pada umumnya tali pusar sudah putus. 4. Anak kerbau yang baru lahir biasanya sulit bernapas, maka perlu ditolong dengan pernapasan buatan yaitu ditiupkan udara ke mulut anak kerbau atau

118

dengan mangangkat kedua kaki belakang anak kerbau tersebut secara sekonyong-konyong. 5. Kandang induk dan anak sebelum dipakai harus dibersihkan dan dibebas hamakan dan diberi alas kandang (jerami kering, rumput kering, serutan kayu dan lain-lain). 6. Anak kerbau yang berumur beberapa minggu sering didapatkan menderita ascariasis, oleh karena itu pada minggu pertama perlu diberi obat cacing secara oral 10 gr piperazin dosis tunggal. 7. Anak kerbau yang baru lahir mengeluarkan meconium (feces pertama) dalam waktu 4 6 jam sesudah pemberian colostrums yang pertama. Feces yang pertama warna dan kepekatannya seperti ter, yang kemudian diikuti dengan feces yang berwarna kuning selang 6 8 jam. 8. Sampai pada umur 3 4 minggu harus dipelihara terpisah secara individual, sehingga mendapat perhatian secara individual dan untuk menghindari peluang saling menghisap pusar. Pada umur satu bulan anak kerbau dapat dipelihara secara kelompok 20 30 ekor. 9. Pada Peternakan kerbau yang jumlahnya banyak perlu diberi tanda pada anak kerbau sedini mungkin, karena warna kulitnya sama-sama hitam sehingga sulit dibedakan. Pemberian tanda tato dilakukan pada bagian dalam daun telinga atau bagian ventral pangkal ekor, karena pada tempat-tempat tersebut kurang pigmentnya. 10. Bobot badan anak kerbau ditimbang pada waktu lahir, kemudian setiap minggu untuk menghitung kebutuhan susu yang harus diberikan dan guna mengetahui pertumbuhan anak kerbau tersebut. 11. Vaksinasi terhadap penyakit menular, misalnya; Penyakit mulut dan kuku, penyakit ngorok, radang limpa, radang paha, Brucellosis dan lain-lain. 12. Antibiotik sebagai penjaya makanan (feed additive) baik sekali diberikan pada anak kerbau pada minggu pertama melalui air susu/makanannya.

Beberapa perinsip penting pada pemberian pakan anak kerbau adalah sebagai berikut: 1. Pemberian makanan disesuaikan dengan berat badan. 2. Pemberian makanan dengan waktu yang teratur. 3. Yang berhubungan dengan peralatan makanan harus dalam keadaan higinies. 4. Susu yang diberikan harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 39o C.

119

5. Pemberian susu dilakukan 3 4 kali sehari sampai umur satu minggu, kemudian menjadi 2 kali perhari pada akhir umur 2 minggu, dan dilanjutkan sampai umur 60 atau 90 hari. 6. Pemberian susu/makanan harus sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah kelebihan makanan selama umur satu bulan. 7. Air minum disediakan secara ad libitum dan alas kandang harus senantiasa dalam keadaan kering untuk mencegah terserang radang paru-paru

(pneumonia). 8. Anak kerbau diberi makanan hijauan kering (hay) yang berkualitas tinggi misalnya dari leguminosa. 9. Pemberian feed additive yang mengandung antibiotika dalam susu atau campuran konsentrat. 10. Anak kerbau disapih pada umur 60 90 hari dengan cara pemberian susu sedikit demi sedikit sebelum umur tersebut. Pada umur 3 bulan anak kerbau diberi calf starter 1,5 2 kg per hari.

D. Pemelihataan Kerbau Dara Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi penampilan produksi. Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30 36 bulan dengan bobot badan 300 350 kg. Akan tetapi pada kondisi pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara antara lain :

1. Sumber Hijauan Dengan pemberian pakan hijauan yang ditambahkan legum,

pertumbuhan kerbau dara bisa mencapai + 370 gram per hari. Jika ditambahkan sedikit pakan konsentrat yang kaya energi dapat memperbaiki laju

pertumbuhannya yaitu + 465 gram per hari.

2. Penyemperotan Air Sebaiknya kerbau diberi banyak kesempatan untuk berkubang atau semprotan air pada badannya. Pada peternakan kerbau yang memelihara sampai 5 ekor tidaklah ekonomis untuk membuat suatu tempat kubangan.

120

Sebagai gantinya kerbau dimandikan sekali atau dua kali sehari tergantung pada kondisi lingkungan atau badan kerbau disemprot dengan air. Penyemprotan dengan air dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan kerbau dara yang berumur 6 12 bulan yaitu lebih dari 15 %.

3.

Faktor lain Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara / jatan muda yaitu; bangsa, jenis kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah pemberian pakan dan lain-lain.

E. Pemeliharaan Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi) Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah penting, begitu juga pada waktu beranak supaya kerbau dalam keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah yang mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur 30 36 bulan dan lama bunting 310 + 5 hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada kerbau yang sedang bunting, menyelang beranal antara lain: 1. Hitung perkiraan tanggal melahirkan dan pindahkan kerbau tersebut ke kandang beranak kira-kira 3 5 hari sebelum melahirkan. 2. Kandang beranak harus dalam keadaan steril dan diberi alas berupa jemi kering. 3. Kerbau yang beranak ke dua ke atas harus dikeringkan (tidak diperah) selama 6 8 minggu sebelum melahirkan. Selama 4 5 hari sebelum pemerahan dihentikan, kerbau tidak diberikan konsentrat dan diberi hijauan yang berkualitas rendah. Pada waktu tersebut kerbau hanya diperah satu kali sehari yang sebelumnya diperah dua kali sehari dan kemudian tidak diperah sama sekali pada hari ke 7 ke 10. Hal ini dilakukan pada kerbau yang produksi susunya tinggi. 4. Pada kerbau yang kering kandang selama 6 8 minggu harus diberi makanan yang berkualitas baik, supaya pada waktu melahirkan kondisi badannya tetap baik. Makanan yang diberikan adalah hijauan yang berkualitas baik secara ad libitum dan konsentrat sebanyak 2 3 kg per hari. 5. Pada 10 15 hari sebelum melahirkan, kerbau diberi makanan yang bersifat laksatif yaitu hijauan segar bukan silase. Jika diberi pakan hijauan yang kering maka perlu diberi konsentrat (campuran dedak padi dan bungkil kacang tanah dengan perbandingan 2 : 1) sebanyak 1 kg per ekor per hari.

121

Kerbau yang baru melahirkan umumnya merasa haus maka perlu disediakan air minum. Dalam keadaan dingin air minum perlu dihangatkan pada suhu 39oC. Makanan yang bersifat laksatif yang diberikan sebelum beranak harus diteruskan beberapa hari setelah melahirkan dan makanan tersebut secara perlahan-lahan diganti makanan untuk berproduksi susu dalam masa 7 10 hari. Biasanya placenta keluar dalam waktu 6 jam setelah melahirkan, tetapi kadang agak lama. Jika 20 24 jam setelah melahirkan placenta tidak keluar, maka perlu dipanggilkan dokter hewan atau mantri hewan. Jika placenta dibiarkan dalam uterus lebih dari waktu tersebut di atas maka dapat menyebabkan pembusukan dan keracunan, dan produksi susu menurun secara drastis serta menyebabkan gangguan reproduksi (infertilitas). Anak yang baru lahir harus diusahakan agar mendapat kolostrum dari induknya. Anak kerbau yang lemah dan sukar untuk menyusu pada induknya harus dibantu. Biasanya pemerahan kerbau yang baru pertama kali melahirkan

membutuhkan suatu perhatian khusus dalam penanganan dan pendekatannya dari tukang perah. Sebenarnya kerbau lebih mudah dilatih dari pada sapi, dan kerbau perah dapat diperah di kandang atau dimana saja di tempat yang bersih. Hal-hal yang perlu dilakukan pada kerbau yang bunting pertama kali antara lain: 1. Kerbau harus diajar masuk kandang pemerahan secara berderet, dimana kerbau tersebut digiring bersama-sama 3 4 ekor kerbau yang telah berpengalaman. 2. Sekitar 15 20 hari sebelum melahirhan, tukang perah tiap hari mendekati secara pelan-pelan dengan menepuk-nepuk punggung dan pinggang kerbau bunting tersebut. Selanjutnya ambingnya digosok-gosok dan putingnya ditarik pelan-pelan. 3. Ambing pada kerbau yang pertama melahirkan sangat peka, karena itu harus ditangani secara perlahan-lahan agar tidak merasa sakit pada waktu pemerahan. 4. Sesudah pemerahan kerbau dikeluarkan dari kandang pemerahan dengan hatihati. 5. Puting yang pendek dapat diperbaiki dengan menarik secara teratur tiap hari selama beberapa menit. Hal ini dilakukan pada 3 4 bulan sebelum melahirkan dan dihentikan 2 3 minggu sebelum melahirkan untuk mencegah pembentukan air susu secara dini pada ambing. Kerbau bunting (8 8,5 bulan) perlu dipisahkan dari kelompok kerbau kering lainnya dan perlu mendapat makanan berdasarkan produksi yang lalu atau produksi susu yang diharapkan. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi.

122

F. Pemeliharaan Kerbau Kering Lama laktasi kerbau perah bervariasi dari 8 10 bulan dan selang beranak 12 18 bulan. Jadi kerbau kering harus dipelihara dengan baik selama 2 8 bulan atau rata-rata 5 bulan sebelum melahirkan. Dengan pastura yang baik, kerbau yang mengalami masa kering tidak perlu diberikan makanan konsentrat. Pada pastura yang baik lama kerbau merumput setiap hari cukup 6 8 jam dimana kerbau bunting (masa kering) tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, tetapi pada keadaan pemberian rumput yang berkualitas rendah, maka perlu diberi pakan tambahan (konsentrat) sebanyak 2 3 kg per ekor per hari. Kerbau kering yang tidak bunting dan kerbau dara yang hendak dikawinkan perlu mendapat tempat untuk berteduh dari terik matahari dan disemprot air atau kalau ada tempat untuk berkubang. Keadaan ini untuk menjaga fertilitas dan perkembangbiakan kerbau tersebut terutama pada musim panas, dan mencegah terjadinya kelambatan kebuntingan.

G. Pemeliharaan Kerbau Pejantan Pejantan harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang optimum sejak dari lahir agar pejantan tersebut jinak dan baik pertumbuhannya. Setelah berumur 9 10 bulan pejantan yang terpilih dikandangkan secara individual pada kandang pejantan. Secara alamiah kerbau jantan itu jinak, tetapi ada beberapa yang bersifat ganas. Pejantan yang ganas perlu mendapat perhatian khusus. Kandang pejantan dewasa yang beratap ukurannya 10 12 m2 per ekor. Kandang tersebut harus berhubungan langsung dengan lapangan terbuka dan berpagar yang terbuat dari pipa besi, balok kayu, kawar berduri atau tembok dengan tinggi 2 2,5 m. Ukuran lapangan (pedok) per ekor kerbau pejantan sekitar 15 20 m2 dan kandang kerbau pejantan dilengkapi dengan rantai pengikat atau pasung kepala (tasnchion) guna mengikat pejantan selama kandang dibersihkan dan kerbau dimandikan. Kerbau pejantan dilepas di kandang kecuali kandang dibersihkan atau kerbau dimandikan. Jadi kerbau bebas keluar masuk dari kandang beratap ke lapangan (pedok) dan kalau bisa setiap pejantan dipasangi pengikat leher. Lantai kandang terbuat dari beton yang agak kasar dan miring agar drainase lebih mudah, lantai tetap kering dan tidak tergenang air. Pejantan harus dilepas pada pasture agar mendapat sinar matahari dan latihan gerak selama 50 60 menit per hari, agar pejantan aktif dan sehat. Kerbau

123

pejantan dewasa harus diberi makanan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan bobot badannya. Jika merumput pada pasture yang berkualitas baik selama 6 8 jam per hari cukup untuk mempertahankan ketegaran (vigor) dan kesehatannya. Kerbau pejantan yang diberi makanan di kandang perlu mendapat hijauan atau silase sebanyak 20 30 kg, 6 8 kg jerami padi dan 2 2,5 kg konsentrat. Air minum diberikan secara ad libitum dan tempat minum harus dibersihkan tiap hari. Kerbau pejantan dapat dipakai untuk perkawinan alam atau diambil semennya setelah berumur lebih dari 2 tahun dan bobot badannya 300 350 kg. Penggunaan pada pejantan yang masih muda harus dibatasi 2 kali seminggu baik kawin alam maupun pengambilan sperma, tetapi pada pejantan yang telah dewasa tubuh (umurnya lebih dari 3 tahun) dapat dipakai kawin alam sekali sehari atau pengambilan sperma sekali 2 hari, tetapi sebaiknya kawin alampun sekali 2 hari. Pejantan yang terlalu sering dipakai untuk kawin dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan aspermia atau spermanya tidak bergerak dimana tidak dapat membuahi sel telur pada betina. Selama musim kawin pejantan harus dijaga ketat pemakaiannya. Perkawinan dengan cara melepaskan pejantan dalam kelompok betina akan mengurangi ketegarannya, sulit dicatat tanggal perkawinan dan identitas kerbau betina yang dikawini pejantan tersebut. Jika akan memproduksikan anak kerbau bibit maka perlu diadakan pencatatan perkawinan dan pejantan tidak dilepas bersama-sama kerbau betina di padang penggembalaan.

H. Pemeliharaan Anak Kerbau Jantan Dalam kedaan normal anak kerbau jantan dibiarkan bebes menyusui pada induknya selama 3 5 hari setelah lahir, selanjutnya anak kerbau diberi kesempatan menyususi pada induknya hanya 2 3 menit pada saat sebelum diperah untuk merangsang keluarnya air susu. Bobot lahir pada anak kerbau jantan rata-rata 30 kg, dengan pemeliharaan yang kurang baik bobot badan pada umur 1 tahun hanya mencapai 100kg. Tetapi pada anak kerbau jantan yang akan dipakai sebagai bibit dipelihara dan diberi makanan yang baik sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mencapai bobot badan 250 300 kg pada umur 24 bulan, dan dapat diambil semennya untuk I.B. Pada umumnya pengambilan semen kerbau jantan dimulai pada umur 30 bulan. Tujuan pembesaran anak kerbau jantan adalah : 1. Anak kerbau jantan yang terseleksi (terpilih) unggul yang hendak dipakai untuk pejantan baik digunakan untuk kawin alam ataupun untuk inseminasi buatan.

124

2. Anak kerbau jantan dipelihara untuk kelak dipakai sebagai hewan penarik bajak atau gerobak. 3. Untuk digemukkan sebagai penghasil daging. Anak kerbau jantan bibit maupun untuk yang lainnya perlu mendapat pemeliharaan dan makanan yang baik. Pada umur 5 6 bulan anak kerbau jantan dipisahkan dari anak kerbau betina dan tidak boleh disatukan dengan kerbau dara dan kerbau betina dewasa yang tidak bunting. Pada umur tersebut anak kerbau jantan perlu dilatih untuk dibawah ke tempat pengambilan semen dengan tali kepala (halter). Anak kerbau jantan dapat dipelihara dalam kelompok 10 15 ekor sampai umur 2 tahun dalam kandang lepas dengan tempat terbuka yang cukup luas. Anak kerbau jantan harus diberi ransum konsentrat dan hijauan yang berkualitas baik agar mendapatkan pertambahan bobot badan per hari 500 700 gram dengan demikian diharapkan akan mencapai bobot badan 300 350 kg pada umur 2 tahun untuk dipakai sebagai pejantan. Untuk memudahkan pengawasan dan penanganan pejantan, maka kerbau jantan perlu dipasangi cincin hidung dengan cara memasukkan metal atau tali pada hidung. Cincin hidung mulai dipasang pada anak kerbau jantan yang telah berumur 8 12 bulan. Cincin hidung dibuat dari metal yang tidak dapat berkarat seperti: tembaga, kuningan atau stainless steel. Diameter cincin hidung untuk pejantan muda umur 8 12 bulan adalah 5 6 cm dan pada umur 2 tahun cincin hidung diganti dengan diameter 6 8 cm. Pembuatan lubang pada sekat hidung dapat dilakukan dengan mudah yaitu menggunakan jarum besar yang sebelumnya disterilkan dulu. Bagian dari sekat hidung yang ditusuk letaknya sedikit di atas bagian bawah lubang hidung. Setelah jarum tusuk dilepas, cincin hidung dimasukkan dan diperkuat dengan skrup. Setelah pemasangan cincin hidung tersebut, lukanya akan sembuh dalam waktu 8 10 hari, karena itu anak kerbau harus diikat di kandang sampai luka tersebut sembuh.

I.

Manajemen Pemeliharaan Secara Umum 1. Pembersihan Kebersihan badan pada hewan perlu untuk menjaga kesehatannya. Pada pagi hari, muka, mata dan lubang hidung semua dibersihkan dengan kain lap, sedangkan badannya dibersihkan dengan sikat atau jerami padi. Sudut-sudut badan, daerah inguinal, paha, ambing dan celah-celah antar kuku harus dibersihkan secara menyeluruh.

125

2. Pekerjaan Rutin Pekerjaan rutin sehari-hari yang perlu dikerjakan secara teratur yaitu; pembersihan badan, pemberian makanan, air minum, latihan gerak dan lain-lain. Pekerjan-pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan jadwal masingmasing secara teratur.

3. Penanganan yang Baik Ternak adalah hasil penjinakan hewan liar, dan telah menjadi jinak, maka penanganan hewan tersebut tidak boleh kasar. Tindakan penanganan yang kasar, teriakan, pemukulan pada kerbau yang sedang laktasi dapat menurunkan produksi susu, sehingga merugikan peternak.

4. Berkubang/Pemandian Kerbau suka berkubang dalam air segar, kerbau berkubang dalam sungai secara berkelompok 5 10 ekor. Di musim panas (udara panas) dimana air tebatas, kerbau suka berguling-guling dalam air yang berlumpur untuk menjaga agar badannya tetap dingin. Pada usaha Peternakan kerbau yang besar perlu dibuatkan tangki atau kolam tempat kerbau berkubang, sedangkan bagi Peternakan kerbau dengan jumlah ternak sedikit, kerbau dimandikan sekali atau dua kali per hari.

5. Atap Peneduh Kerbau tidak tahan terhadap terik panas matahari dan udara yang dingin sekali. Kerbau perah lebih cepat menyesuaikan diri pada suhu lingkungan tersebut dari pada kerbau rawa. Walaupun demikian tempat berteduh untuk menahan sinar matahari langsung kepada kerbau sangat penting untuk meningkatkan daya reproduksi kerbau betina dan seks libido kerbau jantan.

6. Penyingkiran (Culling) Kerbau-kerbau yang tidak ekonomis (produksi susunya rendah), kerbau jantan yang bukan bibit dan betina yang steril perlu ditandai dan dikeluarkan untuk dijual atau dipotong.

126

7. Pengawasan Terhadap Lalat Banyak lalat di kandang akan mengganggu kerbau, karena itu kandang harus dijaga supaya tetap bersih untuk menghindarkan adanya banyak lalat.

8. Penentuan Berahi Penentuan berahi pada kerbau agak sulit, karena itu diperlukan bantuan pejantan untuk mendeteksi kerbau betina yang berahi. Cara untuk menentukan kerbau berahi yaitu dengan melepaskan pejantan pada kelompok betina dewasa yang tidak bunting selama kurang lebih satu jam dalam kandang atau di padang penggembalaan. Biasanya kerbau betina berahi pada malam hari, lebih dari 60 % kerbau berahi pada waktu malam hari. Siklus berahi kerbau sama dengan sapi yaitu 21 hari, tetapi sering didapatkan bervariasi. Kerbau perah berahi kembali sekitar 40 hari sesudah melahirkan, sedangkan kerbau rawa lebih lambat yaitu 65 98 hari sesudah melahirkan. Gejalah berahi pada kerbau lebih lemah dibandingkan pada sapi, dan akan lebih lemah lagi pada musim panas. Lama berahi pada kerbau sekitar 48 jam. Untuk kerbau betina yang dikawinkan secara I.B. hendaknya diketahui betul saat kerbau betina itu menunjukkan tanda-tanda berahi, karena saat itulah yang paling tepat untuk inseminasi.

9. Pengguntingan Rambut Pengguntingan rambut yang panjang pada kerbau perlu dilakukan guna menjaga gangguan kutu dan caplak. Pengguntingan rambut memudahkan pengamanan gangguan segala macam ekto parasit yang terdapat pada badan kerbau.

10. Pengawasan Terhadap Kebiasaan Buruk Kebiasaan buruk yang perlu diawasi pada kerbau adalah : a. Menyepak. Kadang-kadang kerbau yang pertama kali beranak tidak mau dipegang atau diperah, dan kerbau akan menyepak tukang perah. Tukang perah yang berpengalaman diperlukan untuk melatih kerbau diperah. Supaya kerbau tidak menyepak, maka kedua kaki belakang perlu diikat dengan tali berbentuk angka delapan.

127

b. Mengisap puting. Kadang-kadang kerbau mengisap putingnya sendiri atau putting kerbau lain untuk mendapatkan air susu. Keadaan ini akan mengurangi produksi susu dan merugikan. Ini dapat dicegah dengan menggunakan alat anti hisap yang dipakaikan secara terus-menerus pada hewan yang bersangkutan. c. Menjilat. Menjilat-jilat adalah normal dari induk yang menjilat-jilat anaknya yang baru lahir atau pada saat anak sedang menyusu pada induknya. Terdapat pula hewan (baik jantan maupun betina) yang mempunyai kebiasaan menjilat-jilat temannya. Hal ini dapat menyebabkan rambut tertelan dan terkumpul dalam perut membentuk bola rambut dan mengganggu pencernaan dan lambung yang terganggu. Kebiasaan menjilat-jilat dapat dicegah dengan memberi garam dapur yang ditempatkan pada lidah untuk beberapa hari atau garam jilat yang digantung di kandang. d. Menghisap pusar. Kejadian ini sering didapatkan pada anak-anak kerbau yang disapih pada umur muda dan ditempatkan dalam satu kandang yang dilepas dalam kelompok. Kebiasaan menghisap pusar dapat dicegah dengan mengandangkan anak kerbau secara individual atau mengoleskan pasta pada pusar anak kerbau. e. Mengunyah tali. Dipedesaan tali digunakan untuk menambat kerbau. Kadang-kadang didapatkan kerbau yang mempunyai kebiasaan

mengunyah-ngunyah tali. Hal ini dapat dicegah dengan mengganti tali tersebut dengan sebuah rantai pengikat kerbau.

11. Penyemprotan Seringkali didapatkan banyak kutu pada kerbau yang selalu dikandangkan, tetapi jarang pada kerbau yang dilepas di padang penggembalaan. Untuk memberantas kutu kerbau dapat disemprotkan 0,1 % AZUNTOL atau 0,1 % LINDANE dengan hasil memuaskan. Kubangan atau tempat berkubang mengurangi infestasi ektoparasit pada badan kerbau.

12. Penanpungan, Penyimpanan dan Penggunaan Feces Kualitas dan komposisi feces (kotoran) kerbau tergantung pada umur, status faali dan jenis makanan yang dimakan. Kerbau dewasa mengeluarkan feces 3 5 kg bahan kering tiap hari dan mengandung 50 100 gram nitrogen disamping kalium dan zat-zat mineral lainnya yang bernilai untuk pupuk.

128

Kotoran kerbau dikumpulkan sekali atau dua kali sehari tergantung pada kondisi cuaca. Selama musim kemarau sebagian besar kotoran tercampur dengan sisa-sisa jerami atau batang rumput dan sering digunakan sebagai bahan bakar setelah dikeringkat dengan panas matahari untuk memasak di pedesaan. Selain kotoran kerbau dipakai untuk kompos (pupuk kandang), dapat pula untuk menghasilkan gas bio.

PENUTUP Kerbau merupakan ternak ruminansia penghasil air susu yang penting setelah sapi perah di daerah tropis, karena menghasilkan susu, daging, dan juga sebagai tenaga kerja, dimana tatacara pemeliharaannya mencakup sebagai berikut : Pemeliharaan anak kerbau, pemeliharaan kerbau dara, pemeliharaan kerbau bunting dan laktasi, pemeliharaan kerbau kering kandang dan pemeliharaan kerbau jantan. Indikator penilaian pada materi adalah sebagai berikut: 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

SOAL SEBAGAI BAHAN EVALUASI 1. Kemukakan sistem pemeliharaan pada kerbau yang sedang bunting dan yang telah beranak(Laktasi). 2. Jelaskan keunggulan-keunggulan pada susu kerbau dibandingkan dengan susu sapi. 3. Kemukakan perinsip-perinsip pemberian pakan pada anak kerbau. 4. Kemukakan manajemen pemeliharaan secara umum pada ternak kerbau perah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. (Bab X; 72 73).

You might also like