You are on page 1of 7

RANCANGAN PENELITIAN SOSIAL MINAT KALANGANREMAJA DALAM PEMILU

KELOMPOK 1 XI-IPS 1

Delsia Aprilia Lutfia Ramadina Polikarpus Ivan Syaiful Nur Eko Tara Rahendya E. Yudha Mayo

(12) (23) (29) (31) (32) (37)

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang Pemilu adalah salah satu bentuk nyata partisipasi rakyat dalam sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia.Namun sayangnya, kesadaran masyarakat akan pemilu masih jauh dari yang diharapkan. Itu semua terlihat dari minat keikutsertaan masyarakat untuk memberi suara di pemilu-pemilu sebelumnya. Setiap pelaksanaan pemilu, baik pemilu legislatif, Pilpres ataupun pemilu kepala daerah (Pilkada) selalu diwarnai dengan munculnya golongan putih atau Golput. Entah kenapa golongan yang satu ini selalu menjadi sosok yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Disebut mengkhawatirkan karena golongan ini dinilai sosok yang tidak mendukung pesta demokrasi yang sudah berjalan puluhan tahun di negeri ini. Tetapi,pemerintah sendiri belum bertindak lebih lanjut untuk memberi pengetahuan yang lebih jelas tentang cara memberikan suara masyarakat terutama kalangan muda dalam kegiatan pemilu untuk mengurangi angka golput itu sendiri. Hal ini membuat masyarakat terutama golongan pemuda enggan untuk ikut pemilu karena mereka pikir suara yang mereka berikan tidak terlalu diperhitungkan. Selain itu, mereka juga kurang memahami calon-calon dalam pemilu yang membuat mereka tidak memberikan suaranya (Golput). 1.2 Rumusan masalah 1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan minat siswa-siswi yang cenderung kurang peduli terhadap pemilu ? 2. Apa dampak yang diakibatkan dari kurangnya kepedulian siswa/i untuk berpartisipasi dalam pemilu ini ? 1.3 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan sifat kurang peduli terhadap pemilu bagi golongan pelajar 2. Untuk mengetahui akibat dari kurangnya partisipasi siswa-siswi dalam pemilu 1.4 Manfaat penelitian 1. Memberi informasi akan minat siswa/i SMA Negeri 1,2,5,9 untuk berpartisipasi dalam pemilu 2. Untuk meningkatkan pengetahuan bagi peneliti dalam membuat penelitian 3. Diharapkan pula dapat mengetahui keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki dengan minat untuk berpartisipasi dalam pemilu

BAB II Metodologi Penelitian


2.1 Lokasi penelitian 2.2 Waktu penelitian 2.3 Objek penelitian 2.4 Teknik sampling Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis metode random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karean pengmbilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu.Hal ini dikarenakan: 1. Sampel yang digunakan tidak harus memenuhi suatu klasifikasi tertentu 2. Penggunaan teknik atas pertimbangan luas/besarnya populasi, biaya dan waktu 3. Setiap anggota populasi berpelang sama untuk terpilih menjadi sampel Sampel yang akan kami ambil untuk memenuhi data adalah: 10 Siswa SMA Komplek (1,2,5,9)Surabaya 10 Siswi SMA Komplek (1,2,5,9)Surabaya : : : SMA Komplek (1,2,5,9)Surabaya 3-5 Maret 2014 Siswa/i SMA Komplek Surabaya

2.5 Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini, kami akan menggunakan penelitian kualitatif yakni suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri (humane instrument). Untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

2.6 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan angket. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaanpertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66). Penelitian akan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi dari responden . 2.7 Analisis data Data yang didapatkan dari hasil

BAB III Landasan Teori


3.1 Teori teori yang mendasar Golongan putih atau biasa disebut dengan golput. Nama ini terdengar pertama kali pada tahun 1971, di mana sang pencetus gerakan moral ini adalah Arief Budiman (Aktivis demonstran era 66). Pada saat itu, kelompok ini memiliki pendapat bahwa dengan atau tanpa pemilu, kekuatan pasti akan tetap berada pada pihak Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Oleh sebab itu, gerakan ini menyebarkan pamflet untuk mengajak masyarkat menjadi Golput. Tentu saja, aksi mereka ini mendapat ancaman dari pihak militer, karena dianggap mengganggu keamanan serta jalannya pemerintahan pada saat itu. Pihak militer dengan sepihak menyimpulkan bahwa organisasi ini dilarang dan mesti dibersihkan. Tetapi, seiring dengan perkembangan rezim, golput semakin banyak meskipun tidak ada lagi organisasi resmi seperti yang pernah ditebarkan oleh Arief Budiman dan kawan-kawan. Dari sekian banyak pemilihan yang digelar, tingkat partisipasi yang golput semakin meningkat. Hal ini terlihat dari Pemilu 1999 10.40%, 23,34% (Pemilu Legislatif 2004), 23,47% (Pilpres 2004 putaran I), 24,95% (Pilpres 2004 putaran II). Pada Pilpres putaran II setara dengan 37.985.424 pemilih. Ada pun pada Pemilu Legislatif 2009 jumlah golput 30% bila dikalikan dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sesuai dengan Perpu No. I/2009 sebesar 171.265.442 jiwa. Jadi, jumlah golput setara dengan 51.379.633 pemilih (Blogdetik.com). Sungguh ironis, memang resiko dalam berdemokrasi salah satunya adalah Golput.Contohnya pada pilwakot bandung yangdigelar di Kota kembang tercatat golput yang ada di Bandung sendiri berkisar sekitar 43% yang dimana jumlah tersebut cukup besar. 3.2 Ringkasan & kerangka berpikir Kurangnya kesadaran siswa siswi SMA masih sangat besar keberadaannya. Di Surabaya, para siswa/i SMA masih kurang memahami sistem pemilu dan apa manfaatnya bagi sistem demokrasi di Indonesia. Selain itu, pemerintah masih kurang dalam mensosialisasikan tentang ikut bersuara dalam pemilu kepada para siswa. Masalah ini membuat para siswa tidak mengikuti pemilu karena tidak tahu dengan baik akan calon-calon yang ada serta besarnya peran suara mereka dalam pemilu.Padahal, hal ini harus segera diajarkan kepada para siswa. 3.3 Hipotesis

Berdasarkan teori diatas maka dapatdapat dirumuskan bahwa ada faktor yang mempengaruhi kesadaran siswa SMA untuk mengikuti pemilu.

You might also like