You are on page 1of 6

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh..

Alhamdulillahi robbil alamin, wasshalaatu wassalaamu alaa asrafil anbiyaa i wal mursaliin waala aalihi wasohbihi ajmain, (amma badu)
Yang saya hormati, bapak, ibu dosen dan teman-teman yang berbahagia, Untuk mengawali pidato ini, marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul di tempat yang berbahagia ini dalam keadaan sehat walafiat. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw., yang senantiasa mendorong ummatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan sebaikbaiknya. Hadirin dan teman-teman yang dicintai Allah.. Kaum muslimin hendaknya menjadikan Al-Quran sebagai sumber informasi setiap hari. Adalah mengherankan apabila banyak kaum muslimin yang bisa meluangkan waktunya secara rutin untuk menonton televisi, membaca koran, tetapi merasa tidak punya waktu dan kesempatan untuk mempelajari, atau setidaknya membaca Al-Quran. Padahal tidak ada keraguan sedikitpun bahwa Al-Quran adalah kalamullah yang Maha Benar, dan sumber ilmu yang tiada pernah kering. Fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dipahami. Al-Quran inilah yang telah menyatukan golongan Suku Aus dan Khozroj di Madinah yang biasanya selalu bertikai, yang mempersaudarakan kaum muhajiri dan Kaum Anshor, yang menyatukan seluruh jazirah Arab, dan kemudian selama berabad-abad, telah memegang peranan penting dalam peradaban dunia. Alhamdulillah, di abad 21 inipun Islam tetap menjadi agama yang paling pesat pertumbuhannya diseluruh benua. Bahkan setelah peristiwa Black September, 2001, AlQuran menjadi best seller di Amerika dan di Negara-Negara Eropa. Dan pada akhirnya muncul banyak muallaf diluar negeri. Al-Quran adalah mukjizat yang bersifat rohani, dan bukan bersifat fisik. Mukjizat AlQuran tidaklah sama dengan mukjizat tongkat Nabi Musa AS, atau kemampuan Nabi Isa AS menghidupkan orang mati (dengan idzin Allah), atau juga mukjizat Nabi Ibrahim AS yang tidak bisa dibakar dengan api. Mukjizat mukjizat tersebut bersifat fisik, yang akan menimbulkan kekaguman yang luar biasa bagi mereka yang melihatnya secara langsung. Akan tetapi mungkin tidak menimbulkan banyak kesan bagi yang tidak melihatnya secara langsung.

Al-Quran sebagai mukjizat yang bersifat rohani, akan dirasakan keagungannya dan berkahnya apabila dibaca, dipahami dan diamalkan oleh muslim dimanapun dia beradam dan kapanpun serta dalam kondisi apapun. Mukjizat yang bersifat rohani inilah yang lebih awet manfaatnya, dan akan tetap terjaga sebagaimana terjaganya Al-Quran itu sendiri. Muslim yang membaca Al-Quran setiap hari akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Juga dalam hadist Nabi ditegaskan bahwa amalan yang paling baik adalah amalah yang dibiasakan. Bukan amalan yang dilakukan secara insidentil. Mempelajari Al-Quran ketika akan mengikuti MTQ, kemudian meninggalkannya setelah acara tersebut usai. Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orangorang yang beriman (Yunus : 57) Al Quran adalah dijadikan Allah sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit rohani yang diderita manusia. Penyakit-penyakit rohani tersebut antara lain : 1.Penyakit Kelemahan Iman Penyakit inilah yang membuat manusia kehilangan daya juang dalam hidupnya, tergoda untuk mencari jalan singkat (short cut) dalam meraih sukses, enggan bekerja keras, mengharapkan keberuntungan dan begitu mudah percaya pada tahayul dan ramalan. Penyakit ini sudah begitu nyata melanda masyarakat Indonesia, dengan beberapa kasus nyata yang muncul. Misalnya ingin mendapatkan keuntungan secara cepat, Juga penggalian prasasti batu tulis dengan keyakinan ada banyak harta tertimbun disana. Juga dengan mudah kita temukan sebagian masyarakat Indonesia yang tergoda untuk mendapatkah hadiah besar dengan mengikuti beberapa undian, kuis dan sebagainya, yang kadang-kadang menjurus kepada judi. Al-Quran, sebagai satu-satunya referensi nilai bagi Kaum Muslimin, mengajarkan kita untuk -berorientasi pada amal (atau kerja), dan bukan pada hasil. Dengan tegas Islam mengajarkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah. -bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan -hanya melakukan pekerjaan yang bermanfaat, atau setidaknya manfaatnya lebih besar dari mudhorotnya -menghindari pekerjaan yang tidak bermanfaat dan membuang-buang waku Sungguhlah beruntung orang Islam yang mempunyai sifat sebagaimana tercantum dalam ayat ini Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat (Al Muminuun 1 4)

2.Penyakit Rakus & Tamak Penyakit rakus dan tamak ini adalah penyakit yang biasa melanda orang-orang yang hanya berorientasi pada kehidupan dunia, dan lupa akan kehidupan akherat. Al-Quran mengecam keras orang-orang yang bersifat rakus / bakhil ini, dan menganggap perbuatan bakhil adalah hal yang buruk. Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat, (Ali Imron : 180) Untuk mengalahkan penyakit bakhil dan rakus ini, Al-Quran mengajarkan ummatnya untuk : -Menunaikan kewajiban zakat, bahkan dibolehkan mengambil zakat dari orang wajib zakat, apabila orang tersebut tidak mau membayarnya -Selalu mensyukuri rahmat Allah, dan dilarang mengkufurinya -Menjauhi riba, yang menimbulkan sifat tamak untuk memiliki harta yang banyak. Riba, yang dalam pandangan manusia, akan mampu menambah jumlah harta, tetapi dalam pandangan Allah yang Maha benar, riba itu tidak menambah apa-apa. Sebaliknya Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang yang berzakat, sebagaimana tertera dalam ayat berikut : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Ar Rum : 39) 3.Penyakit Mudah di Adu Domba Penyakit hati inipun berkembang subur ditengah masyarakat Indonesia. Hilangnya rasa persatuan dan persaudaraan ditengah-tengah kaum muslimin, dan juga kecendurangan mengambil teman kepercayaan diluar kaum muslimin, telah menjadi fenomena yang biasa saat ini. Kuatnya rasa kesukuan, kedaerahan, primordialisme, telah menjadi kain tebal yang menutup mata kita, sehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang haq dan yang batil. Akhirnya yang muncul adalah rasa menang sendiri, dan menyalahkan pihak lain. Keadaan inilah yang menyebabkan hilangnya kekuatan kaum muslimin, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Quran : Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

( Al Anfal : 46 ) Kondisi yang demikian ini telah secara jeli dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang ingin mengadu domba sesama kaum muslimin, dan mereka memang mereguk sukses besar di sini. Seandainya kita mau kembali kepada Al-Quran, niscaya hal tersebut tidaklah akan terjadi, karena Al-Quran telah mengajarkan kita bahwasanya : -Primordialisme dan kesukuan tidaklah mendatangkan keuntungan, karena derajat manusia diukur berdasarkan tingkat ketaqwaannya (al Hujurat : 13) -Sesungguhnya Kaum mukmin itu bersaudara satu sama lain (Al Hujurat : 10), tidak ada kelebihan bangsa Arab dibandingin Non Arab, selain taqwanya, demikian juga sebaliknya -Islam melarang kita untuk mengolok-olok kaum lainnya, karena bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok (Al Hujurot : 12) -Islam menganjurkan kita untuk mempertebal tali silaturahim, saling tolong menolong dalam kebaikan dan muamalah, serta saling mendoakan saudaranya dengan doa yang tulus. Begitu besar hikmah dan rahmat yang akan didapat oleh orang yang senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai referensei utamanya. Dengan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Quran secara istiqomah, insya Allah kita semua akan terhindar dari penyakit-penyakit hati tersebut. Kewajiban kita terhadap Al-Quran al-Karim ada empat: 1. Hendaklah kita memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah swt. ini. Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada AlQuran Al-Karim pasti bakal menuai kegagalan. Misalnya, banyak orang mengatasi problema ekonomi dengan terapi tambal sulam, tidak menggemukkan dan tidak pula sekadar menghilangkan lapar. Sementara Al-Quran Al-Karim telah menggariskan aturan tentang zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus menanamkan kasih sayang antar sesama manusia. Dengan arahan semacam problema kemiskinan tentu dapat segera dipecahkan. Tanpa solusi ini, tidak mungkin terpecahkan. Selain model ini, solusi hanya ibarat pil penenang sementara. 2. Maka dari itu, kaum muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah swt. melalui Quran. Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum Salaf, semoga Allah meridhai mereka. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Quran Al-Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya untuk itu, sehingga Rasulullah saw. harus turun tangan untuk melarang mereka berlebihan di dalamnya. Setidaknya, Saudaraku,

hendaklah kita membaca Al-Quran secara rutin, meskipun sedikit. Sunah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, Agar saya

tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan.
Rasulullah saw. bersabda:

Barangsiapa membaca satu ayat dari Kitabullah, maka ia memperoleh sepuluh kebaikan untuk setiap huruf. Barangsiapa mendengarkannya, maka itu akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.
Orang yang telah menghafalkan Al-Quran kemudian melupakannya, ia telah melakukan satu dosa besar. Karena itu, Ikhwan sekalian, Anda harus rajin membaca Al-Quran Al-Karim dan menetapkan bacaan rutin dari kitab Allah swt. untuk diri Anda. Hendaklah kalian tekun melaksanakannya, sebagai peneladanan terhadap para pendahulu umat ini, sebagai pelaksanaan perintah Allah swt. dan agar mendapatkan manfaat dari kandungan kitab-Nya. 3. Setelah itu, ketika membaca Al-Quran kita harus memperhatikan adab-adab membacanya dan ketika mendengarkan kita juga harus memperhatikan adab-adab mendengarnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya. Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya Al-Quran ini turun dengan kesedihan, maka jika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis, jika kamu tidak menangis, maka buatlah seolah-olah dirimu menangis.
Lihatlah Utbah bin Rabiah (seorang kafir), ketika mendengar bacaan Al-Quran dari Rasulullah saw., ia berkata, Sesungguhnya bacaan ini mengandung kelebatan dan keindahan. Atasnya membuahkan, bawahnya menyejukkan. Sungguh, ini bukan perkataan manusia. Begitu pula yang terjadi pada Najasyi dan kaumnya ketika mendengar Jafar bin Abu Thalib membaca Al-Quran. Sekonyong-konyong mata mereka dialiri oleh air mata. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang beriman? Seharusnya, ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah swt. adalah sebagaimana yang difirmankan-Nya,

Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, yaitu Al-Quran yang serupa (mutu ayatayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya.(Az-Zumar: 23)

4. setelah kita beriman bahwa Al-Quran adalah satusatunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya. Hendaklah kita menyatukan barisan dan menyatukan kata, sehingga kita menjadi kuat, diperhitungkan, dan mempunyai suara agar negara dapat memandang kenyataan yang ada. Dengan demikian, cepat atau lambat kita akan sampai kepada tujuan, insya Allah.

Bapak Ibu hadirin sekalian, demikianlah pidato singkat saya. Mohon maaf bila ada kesalahan, akhir kata saya ucapkan wabillahitaufik walidayah, wassalamualaikum wr.wb.

You might also like