You are on page 1of 17

APR

20

Benarkah kulit bisa mendengar? (Pembuktian terbaru kebenaran Al Quran)


Benarkah Kulit Bisa Mendengar? (Pembuktian terbaru akan kebenaran Al Qur'an)

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,

dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (Az Zumar : 23)
Mungkin anda pernah membaca ayat diatas, atau mungkin beberapa dari anda hafal ayat diatas, tapi tahukah anda bahwa ayat diatas kembali "Diamini" oleh para Ilmuwan barat. Jika selama ini anda mengupdate Info-info tentang keajaiban Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur'an maupun Hadist atau Sunnah-Sunnah Rasul sebenarnya penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian lama. Bahkan penelitian terbaru tentang kebenaran ayat Al Quran dilakukan sekitar tahun 90-an. Dan kali ini saya telah browsing sejenak dan Alhamdulillah menemukan hal ini. Hal yang belum pernah di ekspose sebelumnya ke media.

Peneliti dari Universitas British Columbia Bryan Gick dan rekan-rekannya melakukan studi untuk membuktikan manusia adalah alat pengamat diseluruh tubuh, hal ini untuk membuktikan bahwa bukan Mata atau Telinga yang melihat dan mendengar melainkan

Otak yang memproses semua itu menjadi sebentuk informasi yang memberikan penjelasan akan Audio dan Visual. Penelitian yang dilakukan Gick dan rekanrekannya dibiayai oleh Institut Nasional Kesehatan Kanada dan Hasil Penelitian Gick ini di terbitkan oleh Jurnal Nature edisi 26 November 2009. Berikut ini metode penelitian Gick :

Tim penelitian melakukan fokus pada suara-suara yang mengeluarkan embusan napas ketika diucapkan, seperti "pa" dan "ta", dan juga suara-suara tanpa embusan, seperti "ba" dan "da". Para partisipan yang matanya ditutup mendengarkan suara pria yang mengucapkan keempat suku kata itu dan harus menekan tombol untuk menjawab, apakah suara yang mereka dengar itu "pa", "ta", "ba", atau "da". Para partisipan terbagi dalam tiga kelompok, masingmasing 22 orang. Grup pertama mendengarkan semua suku kata itu sementara udara diembuskan ke tangan mereka. Grup kedua dengan hembusan ke leher. Adapun grup ketiga tanpa embusan sama sekali. Sekitar 10 persen dari total kejadian adalah, ketika udara diembuskan ke kulit, para partisipan salah menebak suku kata yang mestinya tidak berembusan sebagai yang berembusan. Jadi, ketika "ba" diucapkan, partisipan yang menerima embusan udara mengira mereka mendengar "pa". Grup pengendali tidak menunjukkan terjadinya salah tangkap seperti itu.

Penelitian lanjutan, saat para partisipan disentuh kulitnya, bukan diembuskan udara, menunjukkan bahwa tak terjadi kesalahan antara suara yang memiliki embusan atau tidak. Selanjutnya, Gick sedang bekerja dengan sejumlah ilmuwan dari Universitas California, San Fransisco, untuk menemukan bagaimana otak bisa menyatukan berbagai indra. Sumber Penelitian Cek Disini Luar biasa, ketika sebuah kitab suci berusia ribuan tahun melalui ayat diatas telah menceritakan kemampuan Kulit untuk bisa mendengar, dimana pada ayat di atas Al Quran menjabarkan bagaimana kulit manusia yang bergetar saat mendengar ayat suci Al Quran. Subhanallah, bagaimana firman Allah selalu dan akan selalu benar. Maka seharusnya pantaslah kita selaku seorang mukmin meyakini Al Quran dengan sebenar-benarnya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya di Segala hal disektiar kita lainnya.

Oleh

Abdillah

Fauzan

Arief

Wassalamualaikum wr wb,

Diposkan 20th April 2012 oleh Around Me

QS. AN-NAHL: 78 (POTENSI EDUKATIF MANUSIA)


0 comments Posted in

undefined
undefined
BAB I

A. PENDAHULUAN

Bayi manusia lahir dengan keadaan lemah dan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas.[1] Allah menurunkan QS. An Nahl (18): 78 untuk memberitahukan kepada manusia bahwa dalam dirinya terdapat potensi-potensi yang besar. Dalam surat ini disebutkan bahwa manusia dibekali alat indera untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam artian digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam ayat ini terdapat ajakan untuk mengembangkan potensi edukasi yang kita miliki, dengan mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki maka kita akan lebih bersyukur kepada Allah dengan segala kemurahan-Nya.

BAB II

A. Kandungan QS. An-nahl (16): 78

QS AN NAHL : 78

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."

Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat

sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara- suara sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian mata utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan. maksudnya adalah hati yang kalian gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga kalian memahaminya.

Lafadz agar kamu bersyukur, maksudnya adalah kami berbuat demikian pada kalian, maka bersyukurlah kalian kepada Allah atas hal-hal yang dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur kepada tuhan-tuhan dan tandingannya. Janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam bersyukur, karena Allah tidak memiliki sekutu dalam melimpahkan nikmatnikmatnya kepada kalian.[2]

B. QS. An-Nahl menurut Tafsir Al Maraghi

Ayat ini menurut Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :

1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu,terutama dengan akal itu kamu dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang lurus dan yang sesat, antara yang benar dan yang salah.

2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.

3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan itu kamu dapat saling mengenal diantara kamu.

4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.

Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :

a.

: mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh

belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.

b.

: dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi

semakin bermartabat.

Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi.[3]

Allah menjadikan ayat ini sebagai contoh paparan sederhana dari proses aawal kehidupan manusia yang mampu diketahuinya. Manusia memang mengetahui tahatpan-tahapan pertumbuhan

janin, tetapi hal itu adalah ghoib sejauh manusia belum mengetahui detil perkembangnya. Ayat ini juga membuktikan suatu kuasa Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan makhluk. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.

Pendahuluan urutan kata pendengaran atas penglihatan sungguh tepat karena berdasarkan ilmu kedokteran modern, indra pendengaran memang berfungsi lebih dulu daripada indra penglihatan. Adapun fungsi hati (dalam hal ini akal dan mata hati) yang membedakan baik dan buruk berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut.

Ayat tersebut juga berisi alat-alat pokok guna meraih pengetahuan. pada objek pengetahuan yang bersifat material, manusia dapat menggunakan mata dan telinga. Adapun untuk objek yang bersifat ilmu pengetahuan yang sifatnya immaterial, manusia dapat menggunakan akal dan hainya. Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud adalah yang bersifat kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui upaya manusiawinya. Meski demikian, manusia tetap membawa fitrah kesucian yang melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya mengetahui bahwa Allah Maha Esa.

Allah SWT dengan kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi manusia melalui proses kelahiran oleh ibu yang mengandungnya kurang lebih sembilan bulan. Bayi manusia lahir dengan lemah dan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas.[4]

C. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia

Potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia tidak akan berarti apa- apa jika potensi

tersebut tidak digali dan digunakan benar. Maka dari itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan manusia, yaitu keluarga dan lingkungan.

Pertama, Faktor keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan anaknya. Dalam pendidikan islam terdapat istilah Al-ummu madrasatul ula. Istilah ini memang tepat sekali digunakan dalam ilmu pendidikan, karena anak terlebih dahulu mengenal orang tuanya sebelum dia mengenal dunia luar sekitarnya.

Orangtua hendaknya sudah mulai mengajari dan menggali potensi anaknya sejak kecil dan memasukkan nilai nilai religius dalam keseharian keluarganya.

Kedua, Faktor Lingkungan. Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak juga mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis anak. Hal ini dikarenakan anak mempunyai kecendrungan untuk meniru apa yang dilihatnya.

Disinilah letak peranan orang tua agar selalu memperhatikan kagiatan anaknya dan memperingatkanrnya ketika dia melakukan kesalahan.

[1]

Margiono, dkk, Pendidikan Agama Islam

1, Jakarta: Yudhistira, 2007, h.12


[2]

Abu Jafar Muhammad bin Jarir AthTafsir Ath-Thabari (16),

Thabari,

Jakarta:Pustaka Azzam, 2009, h.248-249


[3]

http://cintailmuku1.blogspot.com/2011/12/q

s-nahl-78-anugerah-allah-kepada.html
[4]

Margiono, dkk, Pendidikan Agama Islam

1, Jakarta: Yudhistira, 2007, h.12

INDRA PENDENGARAN DALAM ALQUR`AN


Mei 9, 2010
imadelveq Al-Qur`an Rahasia 24 Komentar

Assalamualaikum Ikhawti fillah, pernahkah terlintas dalam benak kita suatu pertanyaan, Mengapa kata AsSamu di dalam Al-Qur`an selalu diungkapkan di bagian paling depan (lebih dulu disebutkan ketimbang indra yang lain) dalam ayat AlQur`an yg menyinggung tentang pancaindra? (boleh dah antum cek sendiri, hehe..ehe..) Kalo sudah trus apa ni jawabannya ? Kalo mang lum pernah, nah tu menandakan kurangnya perhatian kita akan wahyu Ilahi tersebut. So, buruan pelajari (krn qt g bakalan bisa jalanin Islam yg benar tanpa mempelajari n memahami Al-Qur`an). Ok langsung aja ! Kata As-Samu selalu diungkapkan di bagian paling depan dalam ayat Al-Qur`an yang

menyinggung soal nilai pancaindra yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Ini bermakna, indra pendengaran memiliki nilai dan peran lebih besar ketimbang indra lainnya. Indra pendengaran merupakan instrumen (alat) paling pokok dan penting bagi setiap manusia untuk mencerap pelbagai informasi yang berkaitan dengan keberadaan alam semesta ini. Salah satu mujizat Al-Qur`an adalah bahwa ia dibawa dan disampaikan oleh seorang Nabi yang ummi (buta huruf), yang tak dapat membaca dan menulis, namun mampu mendengar. Tentu saja hal ini merupakan dalil terbesar dan terkuat yang menunjukkan kehebatan nas Al-Qur`an; yang berkat indra pendengaran, ia (Al-Qur`an) dapat menembus, merasuki, dan singgah di setiap relung hati manusia. Adapun ayat-ayat tersebut antara lain: (QS. An-Nahl [16]:78), (QS. Al-Isra` [17]:36), (QS. Al-Mu`minun [23]:78), (QS. As-Sajdah

[32]:7-9), (QS. Al-Ahqaf [46]:26), dan (QS. AlMulk [67]:23). Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang terbilang sangat pesat, kalangan ilmuwan berhasil membuktikan bahwa indra pendengaran sangat penting dan dibutuhkan seseorang untuk dapat berbicara. Mereka juga berhasil mengungkapkan fakta bahwa proses pendengaran sangat erat kaitannya dengan seluruh fungsi pancaindra.

Berkat suara atau bunyi-bunyian yang dicerap pendengarannya, manusia dapat mengetahui hal-hal yang ada di sekitarnya (dalam radius atau jarak tertentu) untuk kemudian disimpan dalam ingatannya. Darinya, ia pun dapat mengenali kembali hal yang sama dari suara atau bunyi2an di kemudian hari- yang pada gilirannya dikenali pula ciri-ciri lainnya, baik

yang berkenaan dengan kondisi atau bentuk fisik, aroma dan sebagainya. Lebih ajaib lagi, dari hasil temuan dan bukti-bukti ilmiah modern, terungkap kenyataan yang tak terbantahkan bahwa setiap manusia memiliki intonasi (tingkatan nada) suara yang khas dan berbeda satu sama lain. Pada dasarnya, proses bekerjanya indra pendengaran yang menjadikan seorang manusia dapat mengenali dan mengetahui makhluk-makhluk atau benda-benda yang ada di sekitarnya sangatlah rumit. Namun, dalam sekejap saja, sesorang mampu membedakan sejumlah suara lewat proses indrawi yang pelik dan berlangsung terus menerustentu saja sepanjang alat pendengarannya berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, Allah swt menciptakan telinga bagian luar (maksudnya, daun telinga) yang berfungsi menampung dan mengumpulkan sejumlah gelombang suara dengan cara sedemikian

rupa, sehingga memungkinkan pemiliknya (manusia) dapat mendengar suara-suara atau bunyi-bunyian yang berasal dari segala arah.

Gelombang-gelombang suara tersebut akan mengalir melewati saluran telinga bagian luar menuju selaput halus yang umum dikenal dengan nama gendang telinga. Dalam perjalanannya melewati selaput telinga bagian luar, rangkaian gelombang suara itu akan mengahasilkan tekanan yang semakin kuat. Akibat tekanan itulah, gendang telinga akan bergetar, yang kemudian disusul dengan bergetarnya sebuah alat besar dan lembut yang berada di belakangnya. Alat (yang ikut bergetar) ini kemudian mengirimkan rangkaian getaran suara tersebut ke pucuk-pucuk syaraf pendengaran. Lalu, rangkaian getaran suara yang diterimanya itu dibawa melalui sistim syaraf

sekunder menuju pusat syaraf pendengaran yang terdapat di otak. Pusat syaraf inilah yang akan menerjemahkan isyarat-isyarat yang diterimanya itu, untuk kemudian dibedakan satu sama lain dan disimpan dalam gudang memori (ingatan) di otak. Ingatan terhadap suara-suara ini pada selanjutnya akan menjadi bahan untuk mengidentifikasi (mengenali) sesuatu di masa-masa akan datang. Namun demikian, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, proses serumit ini hanya berlangsung dalam waktu sekejap. Perlu diketahui pula bahwa terjadinya kekurangan sepanjang proses tersebut akan menyebabkan kurang sempurnanya fungsi indra pendengaran. Kendati demikian, seseorang masih dapat mendengar hanya dengan menggunakan satu telinga saja. Subhanallah nikmat mana lagi yg hendak kamu dustakan ??!

You might also like