You are on page 1of 7

BATUAN BEKU

By SODIKIN MANDALA PUTRA email: cendikiamuslim@ymail.com UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BATUAN BEKU

A.

Definisi Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan slika cair dan pijar yang kita kenal dengan nama magma.

B.

Definis Magma

Magma adalah cairan atau larutan slikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile, bersuhu antara 900-1200oC atau lebih. Dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari:

1. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsure oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor element, terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

2. Senyawa volatile yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2

3. Unsure-unsur lain yang disebut unsure jejak dan merupakan minor elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb

Bunsen mempunyai pendapat ada dua jenis magma primer yaitu basaltic dan granitic dan batuan beku merupakan campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.

C. Evolusi Magma

Sekurang-kurangnya ganesa batuan beku vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari tiga sesi:

1. Factor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan bergenerasi di dalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.

2.

Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik keperumkaan.

3.

Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi

magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut:

1. Hibridisasi merupakan pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang berlainan jenisnya

2.

Sintesis merupakan pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping

3. Anateksis merupakan proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar.

Diferensiasi magma meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi. Proses-proses diferensiasi magma meliputi:

1. Fragsinasi; merupakan pemisahan Kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tidak dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperature dan tekanan yang mencolok dan tiba-tiba. Proses fragsinasi ini merupakan proses diferensisai magma yang paling utama.

2. Crystal setting/ Gravitational setting: merupakan pengendapan Kristal oleh gravitasi dari Kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk. Disini mineral slikat berat akan terletak dibawah mineral slikat ringan.

3. Liquid immisiblity: merupakan larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-masing membeku membentuk bahan yang heterogen.

4. Crystal Flotation : merupakan pengambangan Kristal ringan dari sodium dan potassium yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.

5. Vesleotation merupakan proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, dan H2O sewaktu nai kepermukaan membentuk gelelembung-gelembung gas dan membawa serta komponen-komponen volatile sodium Na dan potassium K.

6. Diffusion merupakan bercampurnya batuan-batuan dinding dengan magma didalam waduk magma secara lateral.

D. Reaksi Bowen Series

Seri reaksi bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang

terdiri dari batuan dua bagian atau dua series. Yaitu series continiu dan non continiu. Selain dari pada itu mineral yang terdapat di series ini dapat dikelompokan kedalam dua golongan mineral yaitu mineral terang dan mineral gelap.

Pada reaksi bowen terdapat dua seri yang kedua seri ini akan bertem di ortoklas. Kedua seri tersebut adalah continius series dan discontinius series. Continius series merupakan mineral kelompok plagioklas dari plagioklas basa ke plagioklas asam, hal ini menunjukan plagioklas basa lebih dahulu terbentuk dari pada plagioklas asam. Plagioklas basa terdiri dari anortite, bitounit, dan labradorite. Sedangkan plagioklas asam terdiri dari andesine, oligoklas, albit. Mineral anortite, bitounite, labradorite, andesine, oligoklas, dan albite memiliki komposisi kimia yang sama dan berada dalam suatu kelompok mineral yaitu palgioklas sehingga dikatakan sebagai continius series.

Discontinius series berisi mineral-mineral gelap dan disusun oleh unsure-unsru berat seperti Fe, Mg, Cu, dll. Mineral-mineral discontinius series diantaranya olivine, pyroksen, hornblende, dan biotite. Keempat mineral ini memiliki perbedaan yang mencolok dalam komposisi kimia dimana komposisi kimia olivine berbeda dengan komposisi kimia pyroksen. Sehingga dikatakn discontinius series karena mineral-mineralnya tidak memiliki komposisi kimia yang sama.

Reaksi bowen series berakhir di kuarsa, yang menandakan kuarsa merupakan mineral yang stabil dan terbentuk pada suhu yang rendah. Reaksi bowen series tidak reversible atau bisa dibalik arah terbentuknya namun irreversible hanya berlaku untuk satu arah. Jika suhu dinaikan mineral yang terbentuk pada suhu yang rendah akan mengalami metemorfosa atau melting/peleburan.

alam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperature secara perlahan bahkan makin cepat. Penurunan temperature ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral dalam magma mengalami penurunan temperature telah disusun oleh bowen. Bowen telah membuat table pembentukan mineral dan table tersebut sangat berguna sekali dalam menginterpretasikan mineral-mineral tersebut.

E.

Komposisi Mineral

Komposisi mineral dapat dikelompok menjadi kelompok mineral yaitu:

1.

Mineral utama

Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna dan densitas dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Mineral felcic (mineral bewarna terang dengan densitas rata-rata 2,6-2,7) yaitu : kwarsa, kelompok feldsfar, kelompok plagioklas.

b.

Mineral mafic

1.) Kelompok olivine (Mg, Fe)2SiO4, terdiri dari fayolite dan forsterite

2.) Kelompok pyroksen (Ca, Mg, Fe) SiO4 terdiri dari enstatite, hiperstein, augite, pigeonite, dan

diopcite

3.) Kelompok Mika K(Fe, Mg)3(AlSi3O10)(OH)2, terdiri dari biotite, muscovite, dan plaghopite

4.) Kelompok amphibole NaCa2(Mg, Fe)Al(Al2Si6 O22), terdiri dari anthofilit, comingtonite, hornblende, rieberkite, tremolite, aktinolite, glaucofaci, dll.

2.

Mineral Tambahan

Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma umumnya dalam jumlah sedikit. Walaupun kehadirannya cukup banyak tidak mempengaruhi penamaan batuan. Contoh : hematite, kromite, sphane, muscovite, rutile, magnetite, zeolite, apatite, dll.

F.

Struktur Batuan beku

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk dilingkungan air, lava bongkah dan struktur lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Berikut ini macam-macam struktur batuan beku:

1. Massif, apabila tidak menunjukan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.

2. Pillow lava merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh massa berbentuk bantal, dimana ukuran dari bentuk ini umumnya antara 30-60 cm dan jejaknya berdekatan.

3. Vesicular merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah tertentu dan teratur lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.

4.

Scoria, sama seperti vesicular tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.

5. Amgdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluarnnya gas terisi oleh mineral-mineral skunder seperti zeolite, carbonate, dan bermacam slika.

G. Tekstur Batuan Beku

Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan antar massa dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.

1.

Derajat kristalisasi

Merupakan keadaan proporsi antara massa Kristal dan massa gelas dalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

a.

Holokristalin

: apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa Kristal

b.

Hipokristalin

: apabila batuan tersusun oleh massa gelas dan massa Kristal

c.

Hypohyalin

: massa dasar lebih banyak dari Kristal

d.

Holohyalin

: apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa gelas

2. Granularitas merupakan ukuran butir Kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir yaitu afanitik dan faneritik

a.

Afanitik : dikatakan afanitik apabila ukuran butir ini individu Kristal ini sangat halus, sehingga tidak dapat

dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa Kristal, massa gelas atau keduanya.

b.

Faneritik : Kristal individu yang termasuk Kristal faneritik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran

1.) Halus, ukuran diameter 1 mm

2.) Sedang, ukuran diameter 1-5 mm

3.) Kasar, ukuran diameter 5-30 mm

4.) Sangat kasar ukuran 30 mm

c. Porfiritik : merupakan tekstur pada batuan beku dimana Kristal yang berukran besar tumbuh bersama dengan Krista berukuran kecil.

3.

Bentuk Butir

Ditinjau dari pandagan dua dimensi, dikenal tiga macam,

a.

Euhedral, apabila bentuk Kristal dari butiran mineral mempunyai bidang Kristal yang sempurna.

b. Subhedral, apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang Kristal yang sempurna.

c.

Anhedral, apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang Kristal yang tidak sempurna.

H. Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku

1.

Klasifikasi berdasarkan ganesannya

a. Ekstrusif, batuan beku yang terjadi di permukaan bumi dengan waktu pendinginan yang sangat cepat sehingga Kristal yang terbentuk sangat kecil atau bahkan tidak terjadi

b. Gang, batuan jenis ini biasannya terjadi pada rongga yang menuju kepermukaan bumi, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Pembekuan batuan jenis ini terjadi lebih cepat dari pada pembekuan yang terjadi pada batuan beku dalam sehingga Kristal-kristal yang terbentuk tidak sesempurna Kristal pada batuan beku dalam.

c. Intrusive, batuan beku intrusive terjadi di dalam perut bumi atau jauh dari permukaan bumi, dengan proses pembekuan yang sangat lambat sehingga Kristal-kristal terbentuk dengan sempurna.

2.

Klasifikasi berdasarkan komposisi kimianya

a.

Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2, contoh : granite dan rhyolite

b. Batuan beku intermediet, bila batuan beku tersebut mengandung 52%-66% SiO2. Contoh batuan ini diorite dan andesite

c.

Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45%-52%. Contoh basalt dan gabro

d. Batuan beku ultrabasa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2. Contoh: peridotite dan dunite

3.

Penamaan Batuan Beku

Adapun tahapan dalam penamaan batuan beku adalah:

1. Tentukan jenis batuan (asam, intermediet, basa, ultrabasa) dengan mengamati warna batuan tersebut atau mengamati kehadiran mineral kuarsa serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan.

2. Jika mineral kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih atau batuan tersebut memiliki warna terang maka jenis batuannya adalah batuan beku asam.

3. Jika mineral kuarsa hadir dan kurang dari 10% atau batuan tersebut memiliki warna abu-abu hingga gelap hitam maka jenis batuannya adalah batuan beku intermediet atau batuan beku basa/ultrabasa. Pada batuan beku intermediet dicirikan dengan melimpahnya mineral ortoklas dan mineral plagioklas asam.

Pada batuan beku basa/ultrabasa : dicirikan dengan melimpahnya mineral plagioklas basa.

Catatan : Plagioklas asam umumnya relative lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa, tetapi pada kenyataannya secara megaskopis sulitu untuk membedakannya. Untuk membedakannya kita melihat persentase mineral mafic yang utama. Dimana:

Pada batuan beku intermediet : cenderung lebih banyak mengandung amphibole dari pada olivine dan piroksen

Pada batuan beku basa/ultrabasa : mengandung lebih banyak olivine, pyroksen, dari pada amphibole

4.

Tentukan kelompok batuannya

5.

Tentukan sturuktur dan tekstur dari batuan tersebut

6.

Tentukan nama batuannya dengan melihat komposisi mineral dengan mengkolerasikannya dengan

table rossenbusch

I.

You might also like