You are on page 1of 6

A. RANGKUMAN TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER 1.

Pengertian Belajar Penemuan Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan merupakan sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwaperistiwa pendidikan. Dengan kata lain, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan. Sedangkan praktek merupakan pelaksanaan pendidikan secara konkret. Namun demikian, teori dan praktek seyogyanya tidak dipisahkan. Sebab proses pembelajaran dalam kenyataannya akan dapat mencapai sasaran bila dilandasi dengan teori tertentu. Salah satu bentuk kegiatan dalam proses pendidikan adalah kegiatan belajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Untuk itu, sebuah pembelajaran harus mampu mengaktifkan siswa dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran tersebut. Proses belajar seperti inilah yang kemudian dikenal sebagai pembelajaran penemuan. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran apapun modelnya selalu didasarkan pada teori-teori belajar. Sebab, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa dilandasi dengan teori-teori belajar. Pembelajaran penemuan merupakan sebuah pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar penemuan. Teori belajar ini pada dasarnya muncul dari sebuah pemikiran mengenai dari mana pengetahuan manusia berasal dan bagaimana ia memperoleh pengetahuan. Dari teori belajar tersebut kemudian memunculkan model pembelajaran inquiri dan discoveri yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Lebih detil penjelasan mengenai prinsip-prinsip dasar teori belajar penemuan selanjutnya akan penulis bahas dalam makalah ini. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa para ahli psikologi mendefinisikan belajar sesuai dengan aliran filsafat yang dianutnya. Salah satunya adalah Bruner, berpendapat bahwa belajar adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif yang didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama ialah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Asumsi kedua yaitu orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang dimiliki sebelumnya. Model belajar seperti ini kemudian dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning), yaitu proses belajar dimana siswa berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Dalam pelaksanaannya, belajar penemuan didasarkan pada teori belajar penemuan, yakni teori yang menekankan bahwa pengetahuan seseorang adalah konstruksi (bentukan) sendiri. Dalam pandangan Sund, seorang ahli psikologi yang merupakan salah seorang tokoh dari teori ini, menyatakan bahwa belajar penemuan adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip. Belajar penemuan terjadi apabila individu terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa teori belajar penemuan lahir dari suatu pemikiran bahwa pegetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pembelajaran penemuan dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Dalam pandangan aliran kognitif bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Sebagaimana diungkapkan oleh Piaget bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Dengan kata lain bahwa keaktifan siswa dalam pandangan ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Prinsip dasar inilah yang kemudian digunakan dalam mengembangkan pembelajaran penemuan. Sedangkan prinsip-prinsip konstrukstivis yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran penemuan adalah bahwa manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Maka dari itu, dalam pandangan konstruktivis belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Dalam prakteknya, menurut prinsip ini siswa dilatih dan didorong untuk dapat belajar secara mandiri atau dapat dikatakan bahwa belajar dalam pandangan konstruktivis lebih menekankan pada proses belajar yang dilakukan siswa dalam memperoleh pengetahuan. Pada dasarnya pandangan aliran kognitif dan konstruktivis yang digunakan dalam pengembangan belajar penemuan menunjuk pada pemikiran mengenai bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Berkenaan dengan hal ini, Richard Suchman mengusulkan sebuah gagasan mengenai pembelajaran dengan kegiatan belajar-mengajar dari situasi didominasi guru ke situasi melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya. Artinya, menurut pandangan ini pengetahuan seorang siswa diperoleh melalui interaksi yang dilakukannya melalui proses pembelajaran di mana siswa didorong berfikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data dari guru.

2. Teori Instruksi Bruner Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan iaitu mengolah apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme). Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison di Amerika Syarikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Universiti Oxford di England. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup: 1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan. 2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa. 3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan

memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu. 4. Bentuk dan pemberian reinforsemen. Beliau berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan

mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

B. ANALISIS TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah : 1. 2. 3. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan

dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. 4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar

daripada disajikan dalam bentuk jadi. 5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan

motivasi belajar. 6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah : 1. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas,

hasilnya kurang efektif. 2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau

kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.

C. PENERAPAN TEORI PENEMUAN Penerapan prinsip belajar penemuan pada pelajaran Kimia, misalnya pada materi perhitungan kimia (stokiometri). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan metode belajar penemuan adalah: a. Guru menjelaskan. Pertemuan diawali dengan mengarahkan/memberi penjelasan tentang metode penemuan. b. Guru menjelaskan materi (misalnya: Konsep mol) c. Guru menyajikan masalah untuk ditemukan sendiri oleh siswa (misalnya :

Banyaknya zat-zat yang diperlukan atau dihasilkan dalam reaksi kimia dapat dihitung dengan menggunakan reaksi setara d. Siswa menyelesaikan soal-soal dengan bantuan LKS e. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan

f. Guru keliling membimbing dan mengawasi serta menilai pekerjaan siswa apakah sudah betul g. Membesarkan hati siswa yang giat dalam penemuan h. Guru membimbing siswa menyimpulkan jawaban dan hasil penemuannya i. Guru memberikan soal penerapan untuk mengecek pemahaman siswa

You might also like