You are on page 1of 11

PANDUAN BAGI ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK MENURUT

PANDANGAN ISLAM

A. Latar belakang
Manusia yang di lahirkan, bukanlah semua hasil perkawinan yang sah.
Manusia yang hidup didunia ini diliputi bemacam keadaan dan bemacam
rahasia. Kondisi hidup dan situasi dimana manusia itu berada selalu
menimbulkan bermacam problema. Manusia adalah anak dari seluruh
keadaan yang sedemikian rupa. Manusia adalah makhluk yang lemah dalam
arti ia dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Di samping manusia itu sendiri
mempunyai musuh, yang hidup bersama di dalam tubuhnya yang satu yaitu
hawa nafsu angkara murka.
Bagaimana kuatnya manusia itu ia senantiasa menjadi musuh dari
syaitan, iblis dan hawa nafsunya sendiri. Musuh intern dan ekstern ini
berbahaya dan sangat kuat. Manusia di rayu dan diayu oleh musuh yang
besar pengaruhnya itu. Namun manusia yang kurang agamanya ia akan buta
mata, tuli telinga dan hilang perasaan. Di sini letak pentingnya agama dalam
meyakinkan manusia menuju jalan yang benar.
Yang di khawatirkan manusia akan terjerumus kejurang maksiat yang
tidak di bolehkan oleh islam dan melanggar prinsip kesucian agama ini.
Dewasa ini soal pelanggaran – pelanggaran itu bertambah hebat di sebabkan
karena kurang mengetahui agama atau mendapat fatwa dan penerangan dari
para ahlinya.
Keturunan menjadi perhatian besar dari agama islam karena keturunan
itu adalah pelanjut hidup dari seorang ibu dan bapak. Dan bagi bangsa,
keturunan itupun membawa arti yang besar. Keturunan yang baik membentuk
keluarga dan bangsa yang baik pula. Sebaliknya kalau keturunan itu yang
tidak baik maka keluarga, masyarakat dan bangsa menjadi korban.1
Oleh karena itu , islam menjaga keturunan (anak) ini dengan penuh
perhatian semenjak anak dalam kandungan hingga anak itu dewasa.
Sebagaimana yang di nyatakan dalam Q. S Ash shaaffaat (37): 77

َ‫جعَلْنَا ذُ رّ يّتُهُ ُهمُ ا ْلبَ ِقيْن‬


َ َ‫و‬
“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”.2
Salah satu jalur untuk menjaga keturunan yaitu melakukan perkawinan
antara laki – laki dan perempuan untuk menghasilan keturunan (anak) yang
sah menurut islam. Maka dari itu, Islam menyuruh manusia itu berketurunan
dan berkembang melalui jalur perkawinan. Rasulullah SAW bersabda :

(‫(الحديث‬ ‫سنّتِي فَ َليْسَ ِمنّى‬


ُ ْ‫غبَ عَن‬
ِ َ‫سنّتِي فَمَنْ ر‬
ُ ُ‫الَ ّنكَاح‬
“perkawinan itu adalah sunnatku, siapa yang tidak ingin kepada sunnatku,
maka ia tidak termasuk golonganku”. 3

1
Fakhruddin, Dr fuad muhammad, Masalah anak dalam hukum islam.Cet. I; Jakarta: CV. Pedoman
ilmu jaya. 1985. hal ix.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: CV Toha putra. 1989. Hal 723.
3
Fakhruddin, Dr fuad muhammad, op.cit, hal 34.
Setiap manusia ingin mempunyai anak, karena itu sangat besar artinya
dalam kehidupan membina keluarga, masyarakat dan ummat. keluarga
mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-
sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak
akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya.
Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan
masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan
masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan personil-personilnya.4 Rasulullah SAW bersabda:

ِ‫صرَا ِنهِ أَوْ يُ َمجّسَانِه‬


ِ َ‫طرَةِ َفأَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ أَوْ ُين‬
ْ ‫علَ ا ْل ِف‬
َ ُ‫كُلّ مَ ْولُودٍ ُيوْلَد‬
“Setiap anak yang baru di lahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, majusi atau nasrani.”
Apabilah rumah dapat membawa pengaruh sedemikian besar terhadap
kehidupan anak, maka wajib kiranya ditanamkan sejak dini jiwa anak
semangat keagamaan dan kemuliaan budi pekerti.5

Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan keluarga ini.


Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan
4
al-hasan, syekh yusuf muhammad. Pendidikan anak dalam islam. http://dear.to/abusalma. Hal 8
5
Hafidh suwaid, Ir muhammad ibnu abdul. Cara nabi mendidik anak. Cet. 2; jakarta timur: Al-
I’tishom.2004. Hal 4.
merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha ntuk mencapai tujuan
itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain:
1. Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar
meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan
mempersiapkan generasi.
2. Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat
pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
3. Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran,
sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya
pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas
tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah,
bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang
masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan
bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja
yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan
tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan
akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan
dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan
binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah
ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik,
menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-
senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan
menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa."6

Dari berbagai problema diatas yang pada akhirnya melatar belakangi


keinginan penulis untuk memberikan ide atau pemikiran demi mengatas
namakan ajaran agama islam sebagai ajaran yang sangat penting merawat
6
Al-hasan, syekh yusuf muhammad, Op. cit. Hal. 9
keturunan umat manusia. Maka sangatlah penting bagi kami mengangkat
atau membahas tentang panduan bagi orang tua dalam merawat anak
menurut pandangan islam ini sebagai batu loncatan bagi seluruh umat
manusia.
Dari sudut inilah, problema orang tua dan anak sangat menarik kita
bahas dan amati sebagai salah satu panduan umat manusia untuk menjaga
keturunan yang baik secara islami.

B. Rumusan dan batasan masalah


Sebagaimana pembahasan sebelumnya, yang menjadi problema umum
adalah apa dan bagaimana cara orang tua merawat anak menurut tuntunan
islam yang bersumber dari al-qur’an dan al hadits, sehingga anak dapat di
jadikan sebagai penerus yang baik dari orang tua. Untuk membatasi
pembahasan paper ini, maka di rumuskanlah sub-sub masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana panduan islam bagi orang tua dalam merawat anak yang
lebih baik ?
2. Apa yang melatar belakangi seorang anak sehingga harus di rawat
oleh orang tua ?
3. Apa kewajiban orang tua dan hak anak dalam membangun keluarga
yang baik menurut islam ?

C. Pengertian judul dan defenisi operasional


Judul pada paper ini yaitu PANDUAN BAGI ORANG TUA DALAM
MERAWAT ANAK MENURUT PANDANGAN ISLAM.
Untuk lebih mencerna pemahaman mengenai judul ini sekaligus
menghilangkan kesalapahaman maka penulis mengemukakan sedikit
pengertian judul tersebut sebagai berikut :
Orang tua; ialah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua atau
orang yang dihormati oleh anak.7 Orang tua terdiri dari dua pelaku yaitu :
1. Ayah; orang tua kandung laki – laki,8 sedangkan
2. Ibu; orang perempuan yang telah melahirkan seseorang atau sebutan
untuk wanita yang sudah bersuami.9
Adapun pengertian anak; menurut segi bahasa adalah keturunan kedua
sebagai hasil dari hubungan antara pria dan wanita. Istilah kata “anak adam”
dalam al-qur’an mengandung pengertian umum yantu seluruh manusia.10
Dari segi bahasa arab, kata walad (jamak aulad) artinya secara umum
anak, tetapi di pakai untuk anak yang dilahirkan oleh manusia atau binatang
yang bersangkutan. 11
Dari bahasa arab lain, yaitu kata ibnun yang secara umum artinya anak
juga, tetapi mengandung arti lebih luas yaitu bisa diartikan anak kandung,
anak angkat, anak susu, anak pungut, anak tiri, anak zina dan lainnya.12

Arti kata dari salah satu kata dari judul paper ini, yaitu kata islam yang
menurut bahasa arab berasal dari kata aslama, yuaslimu, islam, mempunyai
beberapa arti diantaranya :
1. Melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan bathin
2. Kedamainan dan keamanan

7
departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus besar bahasa indonesia, Edisi. II (cet. IV; jakarta:
balai pustaka, 1995), Hal. 965
8
Ibid, Hal. 74
9
Ibid, Hal. 402
10
Fakhruddin, Dr fuad muhammad, op.cit, hal 38
11
perpustakaan nasional. Ensiklopi islam, jilid. I, Cet. III; Jakarta: PT. Ictiar baru van hoeve. 1994.
Hal. 37
12
12 Fakhruddin, Dr fuad muhammad, op.cit, Hal. 40
3. Ketaatan dan kepatuhan.
Sedangkan menurut istilah, islam adalah agama samawi (langit) yang di
turunkan oleh ALLAH SWT melalui utusanNya, muhammad SAW, yang
ajaran – ajarannya terdapat dalam kitab suci al-qur’an dan al-hadits (sunah)
dalam bentuk perintah – perintah, larangan – larangan, dan petunjuk –
petunjuk untuk kebaikan manusia,baik di dunia maupun di akhirat.13
Dari arti – arti diatas maka penulis dapat menyimpulkan dari keseluruhan
arti dari judul paper ini yaitu tata cara bagaimana manusia memperoleh
keturunan yang baik, sesuai tuntunan islam dalam arti kata yang terdapat
dalam ajaran al-qur’an dan al-hadits sehingga manusia itu sendiri merasakan
ketentraman dan kedamain dalam menjalani kehidupan sehari – hari.

D. Tinjauan pustaka
Penulis menyadari bahwa banyak buku yang membahas panduan islam
tentang orang tua dalam merawat anak, sehingga mempermudahkan penulis
menemukan buku referensi yang mengkaji tema-tema tersebut secara
mendalam. Dari sekian banyak buku tentang anak maupun orang tua, penulis
mengambil beberapa buku yang sangat berkaitan erat dengan judul penulis.

Antara lain buku yang penulis tinjau adalah karangan Sufyan Bin Fuad
Baswedan, dalam bukunya ibunda para ulama. Dalam buku ini banyak
berisikan tentang kisah dan sifat ibu dalam merawat anak sehingga
memunculkan anak yang bersifatkan ulama. Salah satu kekurangan buku ini
adalah kurangnya membahas bagaimana cara merawat anak sehingga
muncul anak yang bersifat ulama.

13
Perpustakaan nasional. Ensiklopedi islam. Jilid II, Cet. III; Jakarta PT. Ictiar baru van hoeve. 1994.
Hal. 52
Lain halnya dengan Dr Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, dalam bukunya
seni mendidik anak tanpa kekerasan. Ia mencoba mengkaji secara dalam
masalah penentangan dan berbohongnya anak terhadap kedua orang tua.
Selain itu, buku inipun mengkaji tentang solusi dari masalah anak tersebut.
Rujukan lain, yang kebanyakan membahas status anak dalam islam
yang dikarang oleh Dr Fuad Muhammad facruddin yang tema bukunya
masalah anak dalam hukum islam. Dari buku inilah penulis banyak
mengambil masalah sifat anak yang harus dirawat oleh orang tua sesuai
ajaran islam.
Dari beberapa yang menjadi buku referensi, penulis mencoba
menggabungkan beberapa pemikir tokoh pengarang buku tersebut, dalam
arti membentuk pembahasan yang sederhana tapi umum dikalangan islam.

E. Tujuan dan kegunaan


Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk membahas bagaimana orang
tua dalam merawat anak menurut tuntunan islam yang bersumber dari al-
qur’an dan al-hadits, dan juga untuk mengetahui sejauhmana tindakan islam
mengenai permasalahan antara orang tua dan anak.
Kemudian kegunaan paper ini adalah memberikan kontribusi atau
sumbangan pikiran mengenai bagaimana mengatasi permasalahan orang tua
ketika merawat anak, sehingga anak dapat diandalakan bagi orang tua dalam
kehidupan bermasyarakan yang baik. Selain itu untuk memperkaya pokok –
pokok paper ini.

F. Garis – garis besar isi


Paper ini diawali dengan bab pendahuluan yang sub – sub babnya yaitu
latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, pengertian judul dan
defenisi operasional, tujuan dan kegunaan, dan yang terakhir dari sub bab ini
adalah garis – garis besar isi.
Adapun isi dari bab kedua yaitu menyangkut persiapan orang tua
sebelum melahirkan anak dan setelah orang tua melahirkan anak yang
sebatas merawat bayi yang belum dapat di tuntun dengan materi tapi dengan
perilaku.
Bab ketiga dari paper ini berkaitan dengan panduan orang tua yang
merawat anak sehingga dapat membangun kepribadian islam anak. Dari sub
bab ini, dijelaskan bagaimana orang tua merawat anak yang sudah memiliki
kemampuan menerima materi, baik dari segi pembentukan kepribadian islam
anak pada dirinya sendiri ataupun pada luar lingkungan.
Bab keempat yang sub babnya yaitu penutup yang akan membahas
penjelasan yang telah di uraikan sebelumnya dengan mengambil garis besar
pada bab kedua dan ketiga. Adapun sub bab yang lain yaitu saran yang akan
menerima pengharapan yang ingin di capai dan juga sebagai pelengkap dari
paper ini.

G. Daftar pustaka
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: CV Toha
putra. 1989.

Fakhruddin, Dr fuad muhammad, Masalah anak dalam hukum islam.Cet. I;


Jakarta: CV. Pedoman ilmu jaya. 1985.
al-hasan, syekh yusuf muhammad. Pendidikan anak dalam islam.
http://dear.to/abusalma.

Hafidh suwaid, Ir muhammad ibnu abdul. Cara nabi mendidik anak. Cet. 2;
jakarta timur: Al-I’tishom.2004.

perpustakaan nasional. Ensiklopi islam, jilid. I, Cet. III; Jakarta: PT. Ictiar baru
van hoeve. 1994.

perpustakaan nasional. Ensiklopi islam, jilid. II, Cet. III; Jakarta: PT. Ictiar baru
van hoeve. 1994.

departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus besar bahasa indonesia,


Edisi. II (cet. IV; jakarta: balai pustaka, 1995).

H. Komposisi bab
BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan dan batasan masalah
C. Pengertian judul dan defenisi operasional
D. Tujuan dan kegunaan
E. Garis – garis besar isi

BAB II : Persiapan menjadi orang tua dan pendidik anak yang sukses
A. Pengantar umum untuk orang tua
B. Bayi dari lahir hingga berusia dua tahun
C. Cara – cara nabi mendidik anak
D. Memotivasi anak agar berbakti dan tidak durhaka kepada orang tua
E. Cara meluruskan keslahan perilaku anak
BAB III : Membangun kepribadian islam seorang anak
A. Pembinaan aqidah
B. Pembinaan ibadah
C. Pembinaan kemasyarakatan
D. Pendidikan akhlak
E. Membentuk jiwa anak
BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

You might also like