You are on page 1of 0

BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 97

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB VI
RANGKAIAN DIODA
Hubungan P-N
Hubungan pn dapat terjadi dengan mendifusi impuritas tipe-p pada salah
satu ujung kristal tipe-n. Walaupun ada hubungan antara dua tipe silikon
namun sebagai keseluruhan bertidak sebagai kisi kristal tunggal.
Akibatnya elektron bebas dari tipe-n akan bergerak menuju hole pada
tipe-p demikian pula hole pada tipe-p bergerak ke elektron di tipe-n
sehingga terjadi proses rekombinasi. Selanjutnya akan terjadi lapisan
deplesi. Pada dasarnya lapisan ini adalah isolator dengan kelebihan
elektron di sisi tipe-p dan kelebihan hole di sisi tipe-n dan berakibat
timbulnya beda tegangan di hubungan pn, yaitu V

, seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
P
N
+
-


inmobile carrier : minoritas


Gambar 1, Timbulnya lapisan deplesi dan tegangan deplesi V


Setelah terjadi lapisan deplesi pergerakan pembawa muatan terhenti,
walaupun sebenarnya masih ada pergerakan pembawa muatan minoritas
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 98




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
akibat energi termal pada kristal hubungan pn tsb. Dengan adanya
tegangan V

berarti ada kecenderungan aliran muatan positif dari n ke p


dan muatan negatif dari tipe-p ke tipe-n, namun aliran netto sama
dengan nol. Artinya beberapa pembawa muatan positif jika memperoleh
cukup energi akan mampu melompati penghalang potensial dan
pergerakan muatan ini diimbangi dengan arus pembawa muatan negatif.
Sehingga jika tidak diberi beda potensial tambahan pada dioda tidak
akan ada arus netto yang mengalir.
Sebaliknya jika ada beda potensial yang diberikan pada terminal dioda,
maka lebar lapisan deplesi berubah bergantung dengan polaritas yang
diberikan pada kedua terminal tsb, seperti yang diilustrasikan sbb:

Gambar (a) pembiasan negatif (b) pembiasan positif.
Karakteristik arus-tegangan pada dioda hubungan p-n dinyatakan dalam
persamaan:
( 1)
D
T
V
V
D o
I I e

=
dengan V
D
: beda potensial pada terminal anoda dan katoda dioda p-n
V
T
: tegangan termal =
kT
q
;
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 99




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
k = 1,3x 10
-23
J/K; konstanta Boltzmann
V
T
~ 26 mV untuk suhu ruang
I
O
: arus saturasi 10
-9
A
I
D
: arus yang mengalir pada dioda
= konstanta, biasanya diambil = 1.
(mA)
nA
I
V

Jika V
D
>> V
T
, maka
D
T
V
V
D o
I I e

diperoleh :
( )
2
2 1
1
/
2
1
D
T
D D T
D
T
V
V
V V V
o D
V
D
V
o
I e I
e
I
I e

= =
atau
V
D
= V
D2
- V
D1
= V
T
ln (I
D2
/I
D1
)

BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 100




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

o Tegangan Knee : tegangan pada saat arus mulai membesar secara
cepat, nilainya sama dengan tegangan barrier.
o Di atas tegangan barrier R dioda kecil (r
B
= r
P
+ r
N
) < 1
o Rating: (1) Arus maksimum forward, I
F
(max)
(2) Daya disipasi maksimum
o Daerah Reverse: hanya ada sedikit arus bocor, di atas
tegangan breakdown membesar dengan cepat.

Berikut ini adalah beberapa model dioda p-n.
Model I: dioda p-n dimodelkan sebagai skalar, jika dioda mendapat
bias maju seperti skalar tertutup sedang jika dioda mendapat
bias mundur seperti skalar terbuka (R
r
= , R
f
= 0 ).
Seringkali model I ini dikenal sebagai model dioda ideal.

Model II: sama seperti model pertama hanya bedanya pada saat dioda
mendapat bias maju ada tegangan V

sebesar 0,7 volt (R
r
=
, R
f
= 0 )
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 101




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Model III: sama seperti model II hanya pada saat dioda mendapat bias
maju ada hambatan bulk R
b
. Hambatan r
B
dihitung dengan
cara
2 1
B
2 1
V V
r
I I

, dengan V
1
, I
1
tegangan dan arus di sekitar
knee, V
2
, I
2
tegangan dan arus di atas knee. Disamping itu
ada hambatan DC dioda, , hambatan pada saat reverse ( R
R

)dan pada saat forward ( R
F
.) Pada model ini R
r
= , R
f
=
kecil.

Model IV: sama seperti model III hanya pada saat dioda mendapat bias
mundur ada hambatan R
r
(R
r
= besar , R
f
= kecil ).
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 102




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
V V
I I
Model I Model II
V V
I I
Model III Model IV

Gambar 1, Karakteristik ideal kurva I-V pada dioda.

Model IV jika digambarkan secara skematik dapat direpresentasi
sebagai:

Jika diberi bias positif, maka dioda mendapat bias maju akibatnya dioda
dapat dianggap hanya bagian atas saja. Sedangkan jika diberi bias
negatif dioda dapat dianggap hanya pada rangkaian bawah saja.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 103




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
PENYEARAH SINYAL TEGANGAN
Dioda dapat digunakan sebagai penyearah sinyal tegangan AC menjadi
sinyal DC. Dengan menggunakan sebuah dioda dapat digunakan sebagai
penyearah setengah gelombang, sebaliknya dengan menggunakkan 4
buah dioda yang dirangkai seperti jembatan dapat menjadi penyearah
gelombang penuh atau dapat dilakukan dengan menggunakan 2 duah
dioda dengan trafo yang memiliki center tap.

Penyearah setengah gelombang

R
L
D
t
V

Gambar 2, Penyearah setengah gelombang dan bentuk tegangannya.
Untuk dioda ideal (model I), pada saat 0 2 t

sin
m
L L
V t v
i
R R

= = untuk 0 t
i = 0 untuk 2 t

Sedangkan I
dc
=
0
1
( )
2
id t



=
0
sin 1
2
m
L
V t
d t
R



BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 104




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
=
m m
L
V I
R
=
Filter kapasitif

Untuk memperbaiki kualitas penyearahan perlu ditambahkan rangkaian
filter kapasitif seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
R
L
D
C

Gambar 2, Filter kapasitif untuk penyearah setengah gelombang

Penyearah gelombang penuh
R
L
t
V

Gambar 3, Penyearah gelombang penuh dan bentuk gelombangnya.
Untuk dioda ideal :
i =
sin
m
L L
V t v
R R

= untuk 0 t
i =
sin( )
m
L
V t
R
+
untuk 2 t

BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 105




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Sedangkan I
dc
=
2
0
1
( )
2
id t



=
0
sin 1
2
m
L
V t
d t
R


+
2
sin( ) 1
2
m
L
V t
d t
R


= 2 2
m m
L
V I
R
=
Perhatikan rangkaian simulasi berikut ini.

Bentuk gelombang pada osiloskop diperoleh sbb:
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 106




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Filter Kapasitif

R
L
C

Gambar 3, Filter kapasitif untuk penyearah gelombang penuh.


Perioda pengisian muatan t
1
< t < t
2
V
L
= V
m
sin t
Perioda pelepasan muatan t
2
< t < t
3
V
L
= V
2
e
-(t-t2)/

Jika = R
L
C >> maka V
c
= V
L

ripple V
r
= V
c

q = I
dc
T = C V
c
= C V
r

dengan T : perioda sinyal AC
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 107




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Sehingga diperoleh tegangan ripple
dc dc dc
r
L
I T I V
V
C fC fR C
= = = ,
Sedangkan untuk gelombang penuh tegangan ripplenya adalah
2
dc
r
L
V
V
fR C
= .
Sehingga setelah penambahan filter kapasitor bentuk tegangan
outputnya menjadi sbb:

Untuk memperkecil tegangan ripple dapat dilakukan dengan
menggunakan kapasitor yang bernilai besar. Namun terdapat kerugian
diantaranya adalah yaitu:
1. kapasitor tsb mahal dan secara fisik juga besar sehingga tidak
praktis digunakan.
2. masih adanya variasi tegangan akibat fluktuasi tegangan input,
akibat hambatan dalam input dari transformer, dioda dll (R > 0
pada rangkaian ekivalen thevenin).
Agar terregulasi, rangkaian konverter AC-DC ditambahkan dioda zener,
seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 108




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Dengan penambahan dioda zener, tegangan ripple akan dikurangi jika
tegangan minimum ripple lebih besar dari tegangan zener, sehingga
outputnya akan sama dengan tegangan zener, seperti ditunjukkan berikut
ini.

Namun tegangan zener tidak konstan, cara yang lebih baik adalah
dengan menggunakan umpan balik aktif (regulator sumber tegangan).
Rangkaian umpanbalik ini melihat output dan melakukan pengaturan
agar outputnya sesuai dengan yang diharapkan, seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
In Out

Gambar 4, Sumber tegangan DC teregulasi.
IC regulator menggunakan prinsip umpanbalik, diantaranya adalah
7805, 7812, 7905, 7912, dll.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 109




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Seringkali diinginkan sumber daya terpisah (dual-supply) yaitu sumber
daya dengan tegangan keluaran positif dan negatif terhadap GROUND.
Hal ini dapat dilakuan dengan menggunakan center tapped full-wave
circuit seperti yang ditunjukan pada gambar berikut ini.

+v
-v

Gambar 5, Dual supply center tapped full-wave circuit.
Selanjutnya juga seringkali diinginkkan pelipat gandaan tegangan DC.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat penyearah gelombang secara
seri seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 110




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
doubler
D
1
D
2
C
1
C
2
trippler
D
1
C
1
D
2
C
2
D
3
C
3
C
1
D
1
D
2
C
3
D
3
C
2
D
4
C
4
quadrupler
A

Gambar 6 , Pelipat gandaan tegangan.
Proses pelipatgandaan tegangan dapat terjadi karena adanya proses
pengisian energi pada kapasitor tidak ada jalan pembuangannya.
Perhatikan rangkaian doubler, mula-mula arus listrik mengalir pada loop
kapasitor C
1
dan dioda D
1
, setelah kapasitor C
1
terisi penuh dengan
tegangan mencapai V
in
, maka dioda D
1
medapat bias mundur, sehingga
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 111




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
tidak ada lagi loop arus yang mengalir di D
1
. Tegangan di titik A adalah
V
A
= V
in
+ V
in
sin t dengan V
in
adalah amptudo tegangan dari tegangan
sekunder trafo. Selanjutnya loop D
2
, C
2
dan C
1
terjadi aliran arus untuk
mengisi tegangan di kapasitor C
2
sampai tegangannya mencapai 2V
in
.
Penjelasan yang sama juga berlaku untuk rangkaian trippler dan
quadrupler.
Perlu diingat bahwa hukum kekekalan energi berlaku, sehingga daya
outputnya tetap. Misalnya sumber AC dengan tegangan 220 V dan arus
3A, dapat menghasilkan tegangan DC sebesar 3000 V dan arus-nya
berkurang menjadi 220 mA (jika diasumsikan tidak ada yang daya
disipasi di dioda, kapasitor, transformer dan kabel listrik.

Contoh 1:
V
in
V
out
R
1
D

Dengan menggunakan karakteristik ideal: (model II)
Bila V
in
> - 0,7 volt : dioda mendapat reverse bias dan rangkaian
ekivalennya adalah :

V
out
V
in
R
1


BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 112




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Dari rangkaian ekivalen ini, pada saat dioda mendapat bias mundur
berlaku :
V
out
= V
in

Sedangkan bila V
in
< - 0.7 volt, dioda mendapat forward bias dengan
rangkaian ekivalen sbb :
V
in
V
out
-V
?
R
1

Untuk dioda mendapat bias maju didapat
V
out
= - V


Dengan demikian signal outputnya untuk signal input sinusoidal adalah
sbb :


contoh 2 :
Untuk V
in
< (V
2
+ 0,7 )
dioda mendapat reverse bias
V
out
= V
in

Untuk V
in
> (V
2
+ 0,7)
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 113




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
dioda mendapat forward bias
I =
( )
2
1 2
0, 7
in
V V
R R
+
+

Bila V
2
< V
inmaz
maka signal input dan outputnya adalah sbb :




;Contoh 3:
Gambarkan kurva transfer karakteristik (kurva yang menggambarkan
hubungan antara output dengan input) untuk rangkaian sbb: (anggap
dioda ideal model I)

Dioda akan konduksi (dioda mendapat bias maju) yaitu pada saat
tegangan input V
in
> V
B

Sehingga tegangan outputnya :
V
out
= V
B
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 114




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Sebaliknya jika V
in
< V
B
dioda akan mendapat bias mundur, sehingga
outputnya dapat didekati menjadi:
V
out
= V
in

(Kalau tidak mau ada pendekatan, maka tegangan outputnya adalah V
out

= V
in
i R)
Dengan demikian karakteristik transfer dari rangkaian tsb adalah:
V
in
V
out
Vin
V
o
u
t

Tambahan
Coba kerjakan juga untuk rangkaian berikut ini

Contoh 4
Perhatikan rangkaian switching berikut yang terdiri atas tiga buah dioda
seperti ditunjukkan pada gambar. Hitung tegangan di terminal B (V
B
)
untuk tegangan input V
in
= +3, +2, +1, 0, dan -1 V.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 115




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Jawab:
Dioda D2 dan D3 dapat dianggap sebagai sebuah dioda ideal dengan
sumber tegangan sebesar 2 0, 7V 1, 4V = , sehingga rangkaian di atas
dapat diganti menjadi:

Dioda D
23
mendapat bias maju, tegangan di terminal B, V
B
= 1,4 V.
Dioda D
1
mendapat bias maju, tegangan di terminal B, V
B
= V
in
0,7
Nilai kritisnya adalah 1, 4V 0, 7V =0,7V
B in in
V V V = = +
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 116




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Untuk 0, 7
in
V < , D
1
mendapat bias maju, sedang D
23
mendapat bias
mundur sehingga arus
23
0 I = dan 0, 7
B in
V V =
Sedang untuk 0, 7
in
V > , dioda D
1
mendapat bias mundur (
1
0 I = ),
sedang dioda D
23
mendapat bias maju sehingga
1
0 I = dan
1, 4V
B
V =
Arus yang mengalir di dioda D
23
adalah
23
(5 1, 4)V
3, 6mA
1k
I

= =


Dari penjelasan ini, maka:
V
in
+3V +2V +1V 0V -1V
V
B
1,4V 1,4V 1,4V -0,7V -1,7

Dengan EWB dengan input berupa tegangan segitiga V
pp
= 10 V
diperoleh sbb:

Contoh 6:
Dari rangkaian berikut ini diketahui :
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 117




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
R
1
R
2
V
B
v
s
D
B
A

Diketahui R
1
= R
2
= 100
v
s
= 0,1 cos t volt
V
B
= 2 volt
Anggap dioda tersebut memiliki karakteristik R
f
= 50 , R
r
= dan V


= 0,7 volt. Cari v
D
dan i
D
secara analitik :
Jawab:
Dari terminal AB ke kiri diubah menjadi rangkaian ekivalen thevenin,
dengan :

2
1 2
1 2
1 2
( ) 1 0, 05cos
50
th s B
th
R
V v V t
R R
R R
R
R R
= + = +
+
= =
+

Terlihat bahwa beda potensial di terminal AB diantara 0,95 hingga 1,05
volt. Sehingga dioda selalu mendapat bias maju, dan dari rangkaian
ekivalen tsb dapat dihitung :
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 118




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
(1 0, 05cos ) 0, 7
(3 0,5cos ) mA
50 50
th
D
th f
V V
t
i t
R R

+
= = = +
+ +
0, 7 (0,15 0, 025cos )
0,85 0, 025cos
D D f
D
v V i R t
v t

= + = + +
= +


Contoh aplikasi lain dari dioda adalah battery backup yaitu suatu
rangkaian yang memungkinkan dapat tetap bekerjawalaupun ada
kegagalan sumber daya. Rangkaian logika untuk maksud ini
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 7, Rangkaian gerbang OR sebagai battery backup.
Pada saat power-cord dihubungkan ke jala-jala listrik PLN, dioda D1
akan konduksi dan tegangan jatuh di peralatan elektronik sebesar 15 V
0,7 V = 14,3 V, dioda D2, tidak konduksi karena
2 2 AD KD
V V > , sehingga
peralatan elektronik mendapat supply dari sumber listrik DC power
supply. Sebaliknya jika jika DC power supplynya mati, atau tidak
dihubungkan ke PLN, maka peralatan elektronik itu mendapat tegangan
sebesar 11,3 V
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 119




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Modifikasi dari rangkaian ini adalah rangkaian pengisi batere NiCd
/NiMH pada saat sumber DC dihidupkan. Rangkaian ini akan mengisi
batere NiCd pada saat sumber DC diberikan ke alat elektronik,
sebaliknya akan menggunakan sumber batere NiCd jika tidak
menggunakan sumber DC.

Gambar 8, Rangkaian logika pengisi batere NiCd.


CLIPPING
Fungsi rangkaian clipper adalah memotong tegangan output dari
tegangan input, V
in
hingga mencapai tegangan batas tertentu, V
batas
. Di
atas harga batas tsb akan di clip hingga V
batas
.
Rangkaian clipper positif dan rangkaian clipper negatif ditunjukkan
pada gambar berikut.


BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 120




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Sketsa tegangan output untuk rangkaian clipper positif ditunjukkan pada
gambar berikut ini:
-4
-3
-2
-1
0
1
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05
waktu (s)
T
e
g
a
n
g
a
n

O
u
t
p
u
t

(
V
)

Dioda yang digunakan untuk clipper adalah dioda small-signals yang
menggunakan hambatan bulk lebih besar dibandingkan dengan dioda
penyearah. Misalnya untuk dioda 1N914 arus forward-nya 10 mA pada
tegangan 1 V, sehingga hambatan bulk adalah:
1V 0, 7V
30
10mA
B
R

= =
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 121




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Rangkaian clipper akan berfungsi normal jika hambatan seri jauh lebih
kecil dari hambatan beban dan juga jauh lebih besar dari hambatan bulk,
biasanya diambil pendekatan:
100 0, 01
B S L
R R R < <
Tegangan output dari rangkaian clipper positif untuk berbagai hambatan
R
s
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

-8
-6
-4
-2
0
2
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Waktu (s)
T
e
g
a
n
g
a
n

O
u
t
p
u
t

(
V
)
R = 1 R = 10 R = 100 R = 1k R = 10k R = 100k


contoh :
V
i
n
R
V
A
V
B
D
1
D
2

BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 122




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Gambar 4, Contoh rangkaian clipping
Dioda D
1
mendapat bias maju jika V
in
> V
A
, sehingga V
out
= V
A
.
Dioda D
2
mendapat bias maju jika V
in
< - V
B
sehingga V
out
= - V
B
.
Dioda D
1
dan D
2
mendapat bias mundur jika -V
B
< V
in
< V
A
sehingga
tegangan V
out
= V
in
.

V
A
V
B
v
in
V
out

Gambar 5, Fungsi transfer
Bentuk sinyal input dan output dari rangkaian clipping tsb ditunjukkan
pada gambar berikut. (hitam: input, merah: output)


CLAMPING
Rangkaian clamping dipergunakan untuk menjaga (clamp) nilai tertinggi
dari suatu signal agar tetap berharga sama. Secara umum, pada saat
melewati amplifier signal acuan DC tsb akan swing (berayun) maka
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 123




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
diperlukan suatu rangkaian clampler untuk mengembalikan signal DC
asli-nya kembali.
v
i
n
v
out
C

Gambar 6, Contoh rangkaian clamping
v
i n
V
o u t
V
m
- V
m
t
1
t
2
t

Gambar 7, Contoh tegangan input dan output.

Pada saat 0 < t < t
1
muatan mengisi kapasitor hingga tegangan di
kapasitor sebesar V
m
.
Sedangkan t > t
1
kapasitor berusaha membuang muatannya,
namun tidak ada jalan pembuangan sehingga
level tegangan pada kapasitor tetap dijaga sebesar
V
m.
Misalnya V
m
= 10 volt, akibatnya tegangan
output akan berayun sebesar -20 < V
out
< 0 volt,
atau V
out
= - (10 + 10 sin t). Sehingga output di
clamp pada 0 volt.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 124




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
0
V
in
V
out
V
m
-V
m

Sebaliknya jika dioda dibalik, outputnya menjadi :
V
out
= (10 + 10 sin t) untuk t >
V
out
= 0 untuk /2 < t <
V
out
= v
in
untuk 0 < t < /2

Pemakaian kapasitor untuk mem blok signal DC = bypass
signal AC
Kapasitor dapat dipergunakan untuk menahan sinyal DC, dan
melewatkan sinyal AC. Contoh rangkaian diberikan pada gambar
berikut.
R
1
R
2
C
v
out
V
DC
v
ac
B
A

Gambar 8, Contoh penggunaan kapasitor bypass
V = Z I
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 125




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Z =
1
j C
Z membesar pada saat mengecil
Z pada saat = 0 (signal DC) rangkaian
terbuka.
V
in
= V
dc
+ v
ac

Dengan memanfaatkan
out A B
V V V = +
maka
2 2
1 2 1 2 2
1/
1/
out dc ac ac
R R j C
V V v v
R R R R j C R

= + +
+ + +

Anggap 1/C >> R
2
, sehingga
2
1 2 2
1/
1/
out dc ac
R j C
V V v
R R j C R

= +
+ +

Karena ada kapasitor, maka level tegangan DC akan diblok, sehingga:
V
out
=
2
1/
1/
ac
j C
v
j C R

+


Dioda untuk rangkaian proteksi induktor / relai
Pada rangkaian induktif sering kali digunakan dioda untuk memproteksi
tegangan induktif. Pada induktor timbul tegangan induksi sebesar
di
V L
dt
= . Pada saat rangkaian induktif (induktor/ relai) di-off-kan
mendadak akan timbul tegangan listrik yang cukup besar. Untuk
memproteksi kondisi ini dapat dilakukan dengan menggunakan dioda
ataupun dengan kapasitor seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 126




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Gambar 9, Rangkaian induktif
Pada Gambar 9b, pada saat saklar di-off-kan, dioda akan mendapat bias
maju sehingga tegangan induktif akan kembali mengalir ke induktor,
sedangkan pada saat on, dioda mendapat bias mundur. Kekurangan
metoda ini adalah lamanya decay arus, karena
I
V
t

. Untuk aplikasi
AC yang cepat seperti printer dot-matrix, relay cepat, dll digunakan
rangkaian Gambar 9c. Hal ini karena dioda hanya konduksi untuk
setengah siklus saja. Seringkali rangkaian ini dikenal sebagai rangkaian
snubber.
Dioda Zener
Dioda umumnya digunakan dalam bias maju. Ada suatu dioda khusus
yang umumnya untuk membuat tegangan konstan V
Z
, jika mendapat
bias mundur V
in
< V
z
. Dioda ini dikenal sebagai dioda zener dengan
karakteristik I-V seperti ditunjukkan pada gambar berikut, dengan V
Z

adalah tegangan breakdown dari dioda zener tsb, relatif konstan.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 127




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Gambar 10, Karakteristik I-V dioda zener, skematik dioda zener dan
model dioda zener


BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 128




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


Perhatikan rangkaian dioda zener berikut ini.

Tegangan di terminal beban pada hambatan 1 k adalah sebesar
tegangan zenernya yaitu sekitar 10 V.
Arus yang mengalir di hambatan 270 adalah
270
18V 10V
29, 6mA
270
I

= =


Sedangkan arus yang mengalir di hambatan 1k adalah 10 mA
Sehingga arus yang mengalir di dioda zener adalah 19,6 mA.
Contoh:
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 129




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
Perhatikan rangkaian berikut ini, tentukan arus yang mengalir pada
masing-masing hambatan, arus yang mengalir pada masing-masing
dioda zener dan tentukan juga tegangan jatuh di hambatan 2 k.

Dengan menganggap pada dioda zener ada beda tegangan sebesar
tegangan dioda zener, maka arus yang mengalir pada hambatan 270
adalah:
750
35V 20V
0, 02A = 20mA
750
I

= =


Arus yang mengalir pada hambatan 1 k adalah sebesar
1
20V - 10V
10mA
1k
k
I = =


Arus yang mengalir pada hambatan 2 k adalah sebesar
2
10V
5mA
2k
k
I = =


Berdasarkan hukum KCL, maka arus yang malir pada dioda zener 20V
adalah
20 750 1
10mA
Z k
I I I = =
Dan arus yang mengalir pada dioda zener 10V adalah
10 1 2
5mA
Z k k
I I I = =
Tegangan jatuh di hambatan 2 k adalah 10 V
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 130




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Contoh:
Pada rangkaian berikut, tentukan tegangan outputnya

Pada saat tegangan tegangan input V
in
> 4.3 V, maka dioda Z1 konduksi
(forward) dan dioda Z2 tidak (reverse), sehingga V
A
= 4.3 V
Sebaliknya pada saat tegangan input Vin < - 4.3 V, maka dioda Z2
konduksi (forward) dan dioda Z1 tidak (reverse), sehingga V
A
= - 4.3 V
Sedangkan untuk 4.3 V < V
in
< -4.3 V, maka V
A
= V
in

Dengan EWB dilakukan sbb:
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 131




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I



BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 132




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
LATIHAN :
Buatlah sket tegangan output dari rangkaian-rangkaian berikut ini
dengan menggunakan karaktristik ideal dioda model II. Tentukan
kondisi-kondisi masing-masing dioda agar mendapat bias maju maupun
mendapat bias mundur.
V
o

s
i
n

?
t
R
V
1
D

V
o

s
i
n

?
t
R
V
1
R
1
D


V
o

s
i
n

?
t
R
V
1
R
1
D
1
D
2
V
2


Jika diketahui untuk semua rangkaian di atas:
V
o
= 10 volt atau V
in
= 10 sin t volt
R = 10 k
R
1
= 1 k
V
1
= 2,5 volt
V
2
= 3,5 volt


3. Buatlah sket tegangan output dari rangkaian di bawah ini.
BAB VI, Rangkaian Dioda Hal: 133




Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I
2
2
0
V
6,3VAC
1k?

You might also like