You are on page 1of 3

http://adasidna.blogspot.com/2008/03/kemoterapi-antifungal.

html 19 november 2013

07 Maret 2008 KEMOTERAPI ANTIFUNGAL


KEMOTERAPI ANTIFUNGAL

Oleh : Chaula Agustiza(kh/ 5642), Januar Dewi S (kh/ 5748), Afrina Hamalia (kh/ 5752), Nadia Kartikasari (kh/ 5762), Eva Yulianti (kh/ 5786)
Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur topikal/kulit. Akan tetapi dalam pengobatannya, ada obat jamur bisa digunakan baik sistemik maupun kulit. Kemoterapi tidak dibatasi dengan penggunaan satu obat. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama.Beberapa obat-obat antifungal, antara lain : 1. Amphotericin B Amphotericin B adalah antibiotika polyene yang menghancurkan sel fungi dengan cara mengikatkan diri pada ergosterol pada membran plasma. Indikasi obat ini adalah sebagian besar mycosis sistemik, kecuali infeksi oleh Pseudallescheria boydii.

Cara pemberian :

a. Infus intravena Obat dibuat dalam suspensi pada kadar kurang dari 0,1 mg per ml dalam 5 % dextrosa dalam air. Dosis amphotericin B biasanya dinaikkan pelan- pelan untuk meminimalkan toxisitas. Dosis yang lebih besar bisa menaikkan toxisitas tanpa memperbaiki efektivitas. Oleh karena itu, perlu adanya regimen selang waktu. Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien serta memperkecil toxisitas renal. b. Infus intraventriculer Amphotericin B terkadang digunakan dalam pengobatan meningitis fungal, namun sering menimbulkan toxisitas yang berarti. Pemberian seperti ini hendaknya hanya digunakan setelah berkonsultasi dengan ahlinya. c. Irigasi vesica urinaria Berguna pada terapi cystitis fungal. Irigasi vesica urinaria secara kontinyu dengan amphotericin B sangat efektif. Efek samping merugikan :

o o o o o o o o

Demam Menggigil Nyeri kepala Nausea Vomittus Anemia Neuritis Arachnoiditis yang bisa timbul pada pemberian obat secara intratekal

2. Flucytosine (5-FC) Flucytosine (5-FC) digunakan dalam kombinasi dengan amphotericin B dalam terapi meningitis cryptococcal dalam jangka pendek untuk infeksi saluran kencing oleh candida.

Efek samping merugikan :

Penekanan sumsum tulang berkaitan dengan dosis yang diberikan terjadi pada kadar serum lebih besar dari 100 g/ ml. Toxisitas gastrointestinal yang bervariasi mulai dari nausea, colitis dengan perforasi usus dan diarea. 3. Azole Kebanyakan obat-obat yang termasuk golongan azole dimetabolisme didalam hati dan tidak memerlukan pengurangan dosis pada insufiensi ginjal.

a. Ketoconazole (200-600 mg P O sekali sehari) Adalah suatu imidazolie yang aktif pada pemberian secara oral. Efektif dalam pengobatan candidiasis mucocutaneus kronis, candidiasis esofagus, histoplasmosis pulmonalis, plastomicosis dan parakoksidiodomikosis. Obat ini tidak aktif terhadap Aspergilus spp. Daya tembusnya kedalam cairan cerebrospinal tidak dapat diandalkan. Ketozonazole juga digunakan terhadap infeksi jamur parah atau yang berkembang cepat pada pasien yang kekebalannya terganggu.

Pemberian. Absorbsi tergantung keasaman lambung dan terganggu terhadap achlorhydria atau bagi merekan yang minum antasida atau antagonis reseptor H2. Kadar obat dalam serum diperiksa 2 jam setelahnya untuk melihat absorbsi.

Efek samping merugikan : Nausea dan demam akibat turunnya tetosteron. Hambatan sintesis sterol adrenal terjadi pada penggunaan jangka panjang.

b. Fluconazole Fluconazole diabsorbsi lebih baik daripada ketokonazole, obat ini tersedia dalam preparat oral maupun intravena. Fluconazole terdistribusi luas dalam tubuh dan mudah menembus dalam cairan cerebrospinal.

Efek samping merugikan

Nyeri kepala, efek samping gastrointestinal, kenaikan transminase serum dan kelainan kemerahan kulit.

c. Miconazole Miconazole merupakan obat pilihan untuk infeksi Pseudallescheria. Miconazole mempunyai efektifitas baik dalam pengobatan coccydioidomycosis dan candidiasis sistemik, namun tidak efektif dalam Aspergillus dan Histoplasma spp.

Efek samping merugikan :

Plebitis, pruritus, nausea, fomitus, demam, kelainan kemerahan kulit dan kelainan saraf pusat. Toxisitas berat, namun jarang terjadi, meliputi anaphylaxis dan arrhythmia cordis

You might also like