You are on page 1of 7

BAB VI ENERGI AKTIVASI DAN PERSAMAAN TETAPAN ARRHENIUS

6.1. Tujuan Percobaan Menentukan bagaimana ketergantungan laju reaksi terhadap suhu. Menentukan energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius. 6.2. Tinjauan Pustaka Energi aktivasi merupakan sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi hingga terbentuk zat baru.[30] Kata aktivasi memiliki makana bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.[31] Suatu reaksi kimia dapat berlangsung secara endoterm maupun eksoterm.[30] Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukkan , maka akan terjadi penyusunan ulang katan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda (membentuk senyawa produk).[31] Suatu reaksi kimia dapat berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Meledaknya petasan, adalah contoh reaksi yang berlangsung dalam waktu singkat. Proses pengkaratan besi, pematangan buah di pohon, dan fosilisasi sisa organisme merupakan beberapa peristiwa-peristiwa kimia yang berlangsung dalam waktu yang sangat lambat. Reaksi kimia selalu berkaitan dengan perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil (produk). Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah (konsentrasi) pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah (konsentrasi) hasil reaksi per satuan waktu.[29] Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah: K=A ..............(6.2.1.)

Dimana: K = konstanta laju reaksi A = faktor frekuensi Ea = energi aktivasi Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis: ln K = ln A ln K = ...(6.2.2.) + ln A...(6.2.3.)

Persamaan tersebut analog dengan persamaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx + c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju

reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k terhadap 1/T dengan gradien - (Ea/RT) dan intersep ln A.[31] Laju reaksi merupakan fungsi dari tetapan laju reaksi, sedangkan tetapan laju reaksi bergantung terhadap temperatur, hubungan ini dijelaskan melalui persamaan Arrhenius.[29] Umumnya konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan harganya kira-kira dua kali untuk tiap kenaikan 10oC.[8]Hal ini disebabkan peningakatan temperatur akan mempertinggi gerakan molekul. Semakin banyak molekul yang bergerak denghan kecepatan rata-rata tinggi maka akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu tumbukan yang mencapai energi pengaktifan.[29] Menurut teori tumbukan sederhana, laju reaksi didasarkan pada jumlah tumbukan per satuan volume per satuan waktu, dan molekul-molekul yang diambil bagian dalam tumbukan harus mempunyai energi cukup (energi pengaktifasi) sebelum molekul-molekul tersebut diubah menjadi produk,[8] sehingga dengan peningkatan suhu maka laju reaksi akan meningkat.[29] Persamaan Arrhenius mensyaratkan bahwa satuan Ea harus merupakan (energi) (mol-1). Arti fisik dari mol-1 adalah hanya merupakan batasan konsentrasi yang digunakan dalam kinetika kimia yang dinyatakan sebagai mol dm-3 atau mol m-3. Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai parameter Arrhenius. Plot dari log k terhadap T-1 adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperatur sedang.[8]
B
Kompleks teraktivasi

Gambar 6.2.1 Plot E terhadap koordinat reaksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut: 1. Temperatur Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi bergerak (kinetik) partikel ikut meningkat sehingga semakin banyak partikel yang memiliki energi kinetik diatas harga energi energi aktivasi (Ea).[29] 2. Faktor Frekuensi Dalam persamaan Arrhenius ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi[31]

3.

Katalis Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi katalis tersebut tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.[29]

6.3. Tinjauan Bahan a. Aquadest Rumus kimi : H2O Berat molekul : 18,02 g/mol Warna : Tidak berwarna Titik didih : 100 oC Titik beku : 0 oC pH : 7 (netral) Bentuk fisik : cair Densitas : 1 g/cm3 b. Kalium perokdisulfat Rumus kimia : K2S2O8 Berat molekul : 270,33 g/mol Densitas : 2.477 g/cm3 c. Kalium iodida Rumus kimia : KI Berat molekul : 166 g/mol Warna : putih Titik didih : 1330 oC Titik beku : 681oC Bentuk fisik : padatan Densitas : 3,1 g/cm3 d. Natrium tiosulfat pentahidrat Rumus kimia : Na2S2O3.5H2O Berat molekul : 158,1 g/mol Warna : putih Titik didih : 100 oC Titik beku : 48 oC Bentuk fisik : bubuk kristal Densitas : 1.600 g/cm3

6.4. Alat dan Bahan A. Alat-alat yang digunakan: batang pengaduk beakerglass botol aquades corong kaca Erlenmeyer gelas arloji karet penghisap kayu penjepit labu ukur neraca pipet tetes pipet volume rak tabung reaksi tabung reaksi termometer stopwatch 6.5. Prosedur percobaan B. Bahan-bahan yang digunakan: aquades (H2O) es batu kalium perokdisulfat (K2S2O8) larutan kanji 3% kaloium iodida (KI) natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O)

A. Preparasi larutan Membuat larutan kalium iodida 0,1 M sebanyak 50 ml Membuat larutan kalium perokdisulfat 0,04 N sebanyak 50 ml Membuat larutan natrium tiosulfat pentahidrat 0,001 M sebanyak 50 ml Membuat larutan kanji 3% sebanyak 100 ml B. Pengerjaan contoh Menyediakan 2 buah tabung reaksi yang berisi: Tabung II Tabung I S2O825 ml H2O 5 ml I10 ml S2O321 ml Kanji (3%) 1 ml

Mendinginkan kedua tabung reaksi tersebut dalam beakerglass yang berisi air dan es (tinggi cairan dalam tabung harus lebih rendah dari cairan dalam beakerglass) sampai suhu kedua larutan sama, dan mencatat suhunya (T1) Mencapurkan larutan dalam tabung II kedalam tabung I dan pada saat bersamaan nyalakan stopwatch sampai timbul warna biru Mematikan stopwatch pada saat timbul warna biru dan catat waktu (t) dan suhu larutan (T2) Mengulangi langkah 1-4 diatas sebanyak 5 kali dengan suhu awal (T1) yang berbeda.

6.6. Data Pengamatan Tabel 6.6.1. Data pengamatan hasil percobaan energi aktivasi pada T (K) No. T1 (K) 279 282 285 288 291 T2 (K) 292 293 294 295 296 Trata-rata
-

(K)

Waktu (s) 382 319 299 267 240 0.0026 0.0031 0.0033 0.0037 0.0042

ln = ln k

1. 2. 3. 4. 5.

285.5 287.5 289.5 291.5 293.5

0.00350 0.00348 0.00345 0.00343 0.00341

-5.9454 -5.7652 -5.7004 -5.5872 -5.4806

Tabel 6.6.2. Tabel Data Perhitungan Dengan Metode Arrhenius No. 1 2 3 4 5 6.7. Grafik
0.0045 y = 0.0002x - 0.0503 R = 0.9877

( ) 0.00350 0.00348 0.00345 0.00343 0.00341 0.01727281

ln k (y) -5.9454 -5.7652 -5.7004 -5.5872 -5.4806 -28.4789

xy -0.0208 -0.0201 -0.0197 -0.0192 -0.0187 -0.0984

x2 0.0000123 0.0000121 0.0000119 0.0000118 0.0000116 0.0000597

k 0.0026178 0.0031348 0.00334448 0.00374532 0.00416667 0.0170091

0.0040

0.0035

0.0030

0.0025 284 286 288 290 T rata-rata 292 294

Grafik 6.7.1. Hubungan antara k dengan T rata-rata

-5.4000 0.00340 -5.5000 -5.6000 ln k -5.7000 -5.8000 -5.9000 -6.0000

0.00342

0.00344

0.00346

0.00348

0.00350

0.00352

y = -4642.8x + 10.343 R = 0.9806 1/Trata-rata Grafik 6.7.2. Hubungan antara ln k dengan 1/T rata-rata

6.8. Pembahasan - Dari hasil percobaan kali ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu mempercepat laju reaksi. Pada grafik (6.7.1) hubungan antara konstanta laju reaksi dengan T raat-rata berbanding lurus. Jika (T) semakin besar maka laju reaksi (k) akan lebih cepat bereaksi maka waktu yang dibutuhkan lebih singkat, pada suhu 279 K dibutuhkan waktu selama 382 detik, dan pada suhu 282 K dibutuhkan waktu selama 319 detik untuk bereaksi. Pada umumnya konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan kira-kira 2 kali untuk setiap kenaikan 10 C. - Dari grafik (6.7.2) dapat disimpulkan bahwa harga ln k dan 1/T rata-rata berbanding terbalik. Semakin kecil ln k maka akan semakin besar 1/T rata-rata. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka nilai Ea semakin kecil dan waktu yang dibutuhkan untuk dapat bereaksi semakin cepat sehingga memperbesar laju reaksi. Berdasarkan persamaan Arrhenius didapatkan nilai Ea sebesar 38600,56776 J/mol.K. 6.9. Kesimpulan - Suatu laju reaksi dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka semakin cepat reaksi yang terjadi dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan. - Energi aktivasi minimal yang harus dicapai oleh setiap molekul untuk bereaksi adalah 38600,56776 J/mol.K

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. Dogra, S.K.1990.Kimia Fisik Dan Soal-Soal.Institut Teknologi Indian: Kanpur. Sukardjo,Prof,Dr.2002.Kimia Fisika.Rineka Cipta:Jakarta (___,http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms dr/kinetika.pdf (___,http://http://skp.unair.ac.id/repository/Guru Indonesia/Pengaruhsuhu_EtnaRufiati_10878.pdf (___,http://http://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/persamaan-arhenius energi-aktivasi.pdf

You might also like