You are on page 1of 4

Zulfikar Muhammad 12/335766/EK/19036 MANAJEMEN

IMAM AL-GHAZALI

A. Riwayat Hidup Al-Ghazali Pada abad ke-5, filsafat Islam mengalami perkembangan yang dapat dikatakan merubah pola filsafat Islam yang banyak dipertentangkan. Ini dibuktikan dengan pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali sebagai pionir filsafatnya yang dominan relevan dengan konsep Islam. Nama lengkap dari Al-Ghazali adalah Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn Ahmad Al-Ghazali. Beliau lahir di kota kecil yang terletak di dekat Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam Irak pada tahun 450 H (1058 M). Nama AlGhazali ini berasal dari ghazzal, yang berarti tukang pintal benang, karena pekerjaan ayahnya adalah memintal benang wol. Sedangkan Ghazali juga diambil dari kata ghazalah, yaitu nama kampung kelahiran Al-Ghazali dan inilah yang banyak dipakai, sehingga namanya pun dinisbatkan oleh orang-orang kepada pekerjaan ayahnya atau kepada tempat lahirnya. (Luqman Junaedi, 2005) Sejak kecil, Al-Ghazali sangat rajin dalam menuntut ilmu. Tak heran bila saat itu ia telah belajar dari guru-guru besar di kotanya. Dari guru-guru tersebut ada Ahmad Ibn Muhammad Al-Radzikani. Lalu kemudian pada masa mudanya Al-Ghazali juga pernah menuntut ilmu di Kota Nisyapur dan Khurasan yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia islam pada saat itu. Beliau kemudian menjadi murid Imam AlHaraman Al-Juwaini yang merupakan guru besar di Madrasah An-Nizhmiyah Nisyapur. Al-Ghazali belajar teologi, hukum Islam, filsafat, logika, sufisme dan ilmuilmu alam. Al-Ghazali menunujukkan kemauan dan kecerdasan yang lebih dan di atas rata-rata. Hal ini kemudian membuat Al-Juwaini memberikan gelar Bahrm Mughrq atau yang artinya laut yang menenggelamkan kepada muridnya, yaitu Al-Ghazali. Tetapi beberapa waktu kemudian, Al-Ghazali pindah dari Nisyapur ke Kota Muaskar. Itu terjadi karena pada tahun 478 H (1085 M) Al-Juwaini meninggal dunia. Di Kota Muaskar, Al-Ghazali kemudian berguru pada Nizhm Al Mlik. Di kota Muaskar Al-Ghazali bertahan selama kurang lebih 6 tahun. Pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di sebuah Nizhmiyah, Baghdad. Pekerjaan itu dilakukan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain mengajar, ia juga memberikan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan bathiniyyah, ismiliyyah, golongan filsafat dan lain-lain. Setelah mengajar di berbagai tempat, seperti di Baghdad, Syam dan Naisabur, akhirnya ia kembali ke kota kelahirannya di Thus pada tahun 1105 M. (KH Muhammad Solikhin, 2008) Al-Ghazali memangku jabatan guru di Nizhamiyah selama empat tahun. Dalam waktu empat tahun tersebut, Al-Ghazali banyak sekali menulis tentang pemikiranpemikirannya mengenai filsafat. Tetapi lama-kelamaan muncul pertanyaan dari dalam dirinya, inikah ilmu pengetahuan yang sebenarnya?, Inikah kehidupan yang dikasihi Allah?, Inikah cara hidup yang diridhai Tuhan?, berbagai pertanyaan muncul dari dalam sanubarinya. Akhirnya Al-Ghazali meninggalkan Baghdad, tempat dimana ia memperoleh segala kebutuhan ilmiahnya menuju ke Mekkah dan kemudian Damaskus untuk menepi atau beruzlah dan memfokuskan diri dalam hal beribadah. Di Damaskus inilah Al-Ghazali memperoleh kenikmatan hidup. Al-Ghazali tidak lagi menggunakan akal semata dalam berpikir tapi telah menemukan jalan sufi. Beberapa

tahun kemudian Al-Ghazali kembai ke Baghdad lalu ke kampong halamannya di Thus. Dalam beberapa waktu itu Al-Ghazali menghabiskan waktunya untuk mengajar dan beribadah sampai meninggal pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H (1111 M) pada usia 55 tahun. (KH Muhammad Solikhin, 2008) B. Karya-karya Al-Ghazali Al-Ghazali banyak mempejari tentang filsafat Yunani dan juga pendapat dari filsuf muslim lainnya. Setelah mempelajari itu semua Al-Ghazali menyerang argumen filosof Yunani dan Islam dalam beberapa persoalan. Di antaranya, Al-Ghazali menyerang dalil Aristoteles tentang azalinya alam dan pendapat para filosof yang mengatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian alam dan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja. Ia pun menentang argumen para filsuf yang mengatakan kepastian hukum sebab akibat semata-mata, mustahil adanya penyelewengan. Al-Ghazali kemudian mendapatkan gelar Hujjatul Islam atas pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama Islam. Sosok Al-Ghazali mempunyai keistimewaan yang luar biasa. Dia seorang ulama, pendidik, ahli pikir dalam ilmunya dan pengarang produktif. Karya-karyanya antara lain : Maqashid Al-Falasifah (tujuan-tujuan para filsuf), karangan pertama yang berisi masalah-masalah filsafat. Tahafut Al-Falasifah (kekacauan pikiran para filsuf) yang dikarang ketika jiwanya dilanda keragu-raguan di Baghdad dan Al-Ghazali mengecam filsafat para filosof dengan keras. Miyar Al-Ilm (kriteria ilmu-ilmu). Ihya` Ulum Ad Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), merupakan karya terbesarnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara damaskus,Yerussalem, Hijjz dan Thus yang berisi panduan antara fiqih, tasawuf dan filsafat. Al-Munqidz Min Adl-Dlalal (penyelamat dari kesatuan), merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al-Ghazali dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai Tuhan. Al-Maarif Al-Aqliyyah (pengetahuan yang rasional). Misykat Al Anwar (lampu yang bersinar banyak), pembahasan akhlaq tashawuf. Minhaj Al-bidin (jalan mengabdikan diri pada Tuhan). Al-Iqtishad f Al-Itiqd (moderasi dalam akidah). Ayyuha Al-Walad (wahai anak). Al Mustasyfa (yang terpilih). Iljam Al-Awwm an Ilm Al-Kalam. Mizan Al-Amal (timbangan amal).

C. Filsafat Al-Ghazali Filsafat Imam Al-Ghazali meliputi Filsafat Ketuhanan (Masalah Wujud, Dzat dan Sifat serta Afal), Tashawuf Al-Ghazali, tidak melibatkan diri dalam aliran tasawuf inkarnasi (pantheisme) dan karya-karyanya tidak keluar dari sunnah Islam yang benar. Pengetahuannya tidak berdasarkan hasil-hasil argumen Ilmu Kalam, Filsafat Etika atau Akhlaq Al-Ghazali. Akhlq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan perbuatan-perbuatan dan tindak-tanduk dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga bagian, yaitu: an-nafs al-bahimiyyah an-nafs as-sabuiyyah dan an-nafs annthiqah. Ia pun mengenalkan konsep jalan lurus (ash-shirt al-mustaqm) yang dinyatakan lebih halus daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada mata pisau. Filsafat etika Al-Ghazali adalah Tashawuf Al-Ghazal, yang bertujuan pokok: Akhlaq merupakan keseimbangan antara daya ilmu dan daya pengendalian amarah. Dan jalan untuk mencapai akhlaq adalah dengan naluri insani serta latihan-latihan. Al-Ghazali berpendapat bahwa watak manusia pada dasarnya adalah seimbang, dan lingkungan dan pendidikanlah yang memperburuknya. (Yunasril Ali, 1991) Pemikiran Al Ghazali banyak mempengaruhi pada masa setelahnya, karena sesuai dengan ajaran Islam. Ia mendapat gelar Hujjatul Islam karena jasanya dalam mengomentari dan melakukan pembelaan terhadap berbagai serangan dari pihak luar, baik Islam maupun orientalis Barat. Pemikiran Al-Ghazali dan Ibn Rusyd pada dasarnya memiliki satu garis kesamaan, yaitu sebuah garis yang berangkat dari titik pemikiran Ibn Sina dengan aliran filsafat yang memiliki bangun dasar wahdatul wujd. Al-Ghazali mengemukakan bahwa para filosof yang mengajarkan tiga hal (keabadian alam, pengetahuan Tuhan yang universal dan menolak bangkitnya jasad setelah mati) adalah kafir, termasuk yang mengikutinya. (Yunasril Ali, 1991) Beberapa filosof yang terpengaruhi pemikiran-pemikiran Al Ghazali dari karyakaryanya, yaitu: B Mic Donal menerjemahkan beberapa pasal dari Ihya` Ulumuddin. H Baeur yang menterjemahkan Qawaid Al-Aqa`id ditransfer ke dalam bahasanya, yaitu Dogmatic Al-Ghazalis. Carra De Vaux yang menterjemahkan buku Tahafut Al-Falasifah. De Boer dan Asin Palacois yang masing-masing menterjemahkan Tahafut AlFalasifah. Barbier De Minard yang menterjemahkan Al Munqizhu min Adl -Dlalal. WHT. Craidner, London yang menterjemahkan buku Miskat Al-Anwar.

D. Kritik dan Tanggapan atas Pemikiran Al-Ghazali Pemikiran Al-Ghazali merupakan sebuah karya yang luar biasa. Pemikira yang dilakukan oleh Al-Ghazali nyaris tanpa cacat. Tetapi walaupun demikian tetap saja ada yang perlu diperhatikan dari pemikiran Al-Ghazali. Pemikiran Al-Ghazali banyak dipengaruhi oleh pemikiran dari para fisuf Yunani. Dalam menjelaskan konsep ketauhidan, proses kenabian, dan hari akhir Al-Ghazali menerangkan hal tersebut sesuai dengan pemikiran fisafat pada saat itu. Ibnu Taymiyah berpendapat pemikiran Al-Ghazali tidak dapat diterima di dalam sudut keagamaan ( Abdul Salam, 2005). Kedua, penulisan Ihya Ulum Ad-Din menggunakan metode premis umum dan premis khusus yang ditarik dengan kesimpulan sehingga tidak sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadits. Kemudian pada kitab Ihya Ulum Ad-Din banyak sekali yang menggunakan faktor logika belaka dan hadits-hadits yang termuat di dalamnya driagukan kesahihannya. Para ulama berpendapat hal ini disebabkan karena AlGhazali sendiri bukanlah seorang ahli hadits.(Abdul Salam, 2005)

Tetapi bagaimanapun juga, Al-Ghazali adalah seorang yang besar. Ia telah menyumbangkan ilmu pengetahuan yang amat berharga dalam dunia Islam. Walaupun mempunyai kekurangan dalam karyanya itu disebabkan karena Al-Ghazali hanyalah manusia biasa sama seperti kita. Sepandai-pandai tupai meloncat, toh akhirnya akan jatuh juga. Tidak ada manusia yang sempurna.

Daftar Pustaka Abdul Salam Hj. Yussof, 2005, Pujian dan Kritikan Terhadap Imam Al-Ghazali, Kuala Lumpur : Pusat Pengajian Umum Universiti Kebangsaan Malaysia Luqman Junaedi, 2005, Ensiklopedia tasawuf Imam Al-Ghazali, Jakarta : PT Mizan Publika Muhammad Solikhin, 2008, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, Yogyakarta : Penerbit Narasi Yunsril Ali, 1991, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, Jakarta : Bumi Aksara

You might also like