You are on page 1of 6

1. Aelurostongylus Abstratus Siklus hidup cacing dewasa hidup bronchioli terminal dan saluran alveoli.

Telurnya terdapat dalam saluran alveoli, membentuk nodulae kecil. Telur yang terletak dibagian luar dari gerombolsn telur akan menetas terlebih dahulu, dan larva yang bebas akan segera memasuki bagian saluran pernafasan, kearah ascenden menuju kearah tenggorok, pangkal tekak dan menyebarang ke faring sampai ke usus dan terbebas bersama tinja. Dalam keadaan bebas dapat bertahan hidup sampai 2 minggu. Untuk dapat lebih lama larva mencari hospes antara antara lain keyong epiphragmophora spp, angiolimax agrestis, helix asperus dan helminthoglypta californiensis. Dalam tubuh keong larva bertumbuh dua kali. Apabila keong termakan oleh katak, rodensia, burung dan sebagainya, dan binatang tersebut termakan oleh kucing, larva akan menembus kerongkongkongan, lambung dan usus kucing. Dengan mengikuti aliran darah larva sampai di paru-paru dan menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu. a. Patogenesis Nodulae yang berukuran 1 10 mm yangf terdapat pada jaringan subpleura, yang bersifat keras dan berwarna abu-abu berisikan telur maupun cacing, pada suatu saat dapat mengganggu saluran pernafasan. Kadang-kadang nodulae yang jumlahnya anyak bersifat fatal. Adanya nodulae yang mengganggu proses pernafasan menghasilkan gejala-gejala dispnoe, batuk dan sebagainya. b. Gejala klinis Penderita memperlihatkan gejala radang paru, berupa batuk, suhu tubuh yang meningkat, dan keluarnya cairan eksudat dari hidung serta gejala bersin. Penderita jadi kurus secara progresif. Selain gejala gangguan pernafasan juga dijumpai gejala diare. Kesembuhan spontan dapat terjadi pada penyakit yang kronis, timbunan telur dan parasit di dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian mendadak. c. Terapi Selain pengobatan suportif, pengobatan dengan larutan NaI 20% yang disuntikan 3 kali dengan interval 5 hari dapat menghilangfkan larva di dalam tinja. Pemberian dietilkarbamasin juga dapat menghilangkan darva di dalam tinja.

Pengobatan dengan levamisol 8-10 mg/kg selama 3 hari seperti terapi cacing paruparu llainnya juga memberikan hasil yang baiik. Pemberian ivermektin dengan dosis 0,4 mg/kg disuntikan subkutan dilaporkan memberikan hasil yang baik juga.

2. Ancylostoma tubaeforme dan ancylostoma braziliense a. Siklus hidup Infeksi melalui kulit( perkutan) Larva stadium ketiga yang infektif langsung menembus kulit yang segera diikuti proses migrasi larva kedalam pembuluh darah atau limfe, langusng ke jantung, paru-paru dan selanjutnya menuju pangkal tekak, kerongkongan dan lambung. Selanjutnya larva akan berubah menjadi cacing dewasa muda di dalam usus halus. Infeksi secara oral Larva stadium ketiga yang infekstif memasuki tuibuh melalui mulut bersama makanan dan cairan susuyan gyang dikonsumsi. Larva tersebut bermigrasi kedalam lapisan atas dari mukosa usus halus dalam beberapa hari setelah tertelan, kemudian kembali ke lumen usus. Di dalam lumen menjadi dewasa setelah mengalami beberapa kali moulting. Pada anak kucing yang rentan periode prepaten minimum 14-17 hari. Infeksi trans mamaria dan intra uterus Dalam migrasinya larva dapat mencapai uterus dan menembus selaput janin sehingga anak kucing yang baru dilahirkan telah mengandung larva di dalam tubuhnya. Larva tersebut dapat juga mencapai kelenjar susu dan dapat terlarut dalam air susu sehingga anak kucing yang masih menyususu dapat terinfeksi melalui air susu. Infeksi melalui hospes paratenik Larva yang bermukim pada pada hewan yang bertindak sebagai hospes paratenik misalnya mencit, dapat menginfeksi kucing yang rentan pada cacing tambang bila hospes tersebut termakan oleh kucing. b. Patogenesis Penetrasi larva perkutan Akibat penetrasi dapat menyebabkan radang pada kulit diantara jari kaki. Dalam keadaan tertentu lesi kulit mirip dengan radang kulit yang disebabkan oleh tungau demodex atau mirip dermatitis atopik. Pembesaran kaki ataupun terjadinya deformitas pangkal kuku. Infeksi yang meluas dapat mencapai sendi-sendi pada jari-jari nkaki.

Larva migran Apabila migrasi larva melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadi iritasi pada paru-paru, termasuk saluran nafas, hingga terjadi batuk yang sifatnya ringan sampai sedang.

Infeksi cacing dalam usus Oleh adanya cacing dalam mukosa usus halus bebarapa perubahan yang terjadi berupa anemia, radang usus ringan sampai berat, hipoproteinemia, terjadi gannguan penyerapan makanan dan terjadinya penekanan terhadap respon imunitas. Cacing tubaeforme termasuk dalam kategori penghisap darah sedang ayng akibat akhirnya adalah berupa anemia berat. Anemia yang awalnya berupa normositik normokromik yang kemudian oleh hilangnya zat besi, anemia akan beubah menjadi tipe hipokromik mikrositik. Infeksi oleh cacing brazielense menyebabkan hipoproteinemia, radang usus dan atropi parsial vili intestinalis.

c. Gejala klinis Feses kucing akan terlihat bercampur dengan darah. Konsistensu tinja lunak, berwarna gelap. Selaput lendir mulut, mata, vagina dan kulit terlihat pucat karena anemia. Radang yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyempitan muara saluran empedu. Bila eampedu tertahan dapat menyebabkan bilirubinemia (ikterus) d. Terapi Pengobatan untuk infeksi cacaing A. Braziliense dapat diberikan pyrantel pamoat 10 20 mg kg PO, ivermectin 0,024 mg/kg PO. Untuk pengobatan A tubaeforme dapat diberikan tipe pengobatan pada A brazielense, juga dapat diberi dichlorvos 11 mg/kg PO, milbemycin 2 mg/kg setiap bulan PO, selamectin 6 mg/kg setiap bulan secara topikal. 3. Infeksi Cacing Gelang Pada Kucing Ada dua jenis cacing yang menginfeksi kucing yaitu toxocara mystax dan toxocara leonina. a. Siklus hidup Infeksi langsung Telur infekstif yang mengandung larva stadium ke 2 dapat menginfeksi anak anjing sampai umur 4 minggu secara langsung dan telur menetas dalam usus halus, larva stadium ke 2 segera keluar dan bermigrasi ke dalam hati dalam

waktu 2 hari. Berkembang menjadi larva stadium ketiga akan bermigrasi kedalam paru-paru. Di paru-paru larva bermigrasi dari alveoli ke broncioli lalu ke bronchi selanjutnya ke batang tenggorokan. Lalu berpindah ke pharyng yang selanjutnya menuju ke esophagus sampai ke dalam lambung dabn akhirnya ke usus halus. Sampai di usus halus cacing mengalami perubahan bentuk menjadi cacing dewasa. Infeksi intra uterus Hewan betina yang menelan telur cacing infektif, larva stadium ke 2 akan berdiam di dalam jaringan somatik saat hewan bunting larva yang infektif akan termobilisasi dan akan meembus plasenta dan selanjutnya mencapai janin. Pada saat dilahirkan anak kucing telah terinfeksi oleh larva stadium ke 3 di dalam paru-parunya. Dalam waktu 1 minggu larva akan berkembang menjadi stadium ke 4. dan perkembangan selanjutnya menjadi stadium ke 4 atau cacing muda di paru-paru Infeksi trans mamaria larva infektif yang ikut terminum oleh anak kucing, di dalam lambung dan usus akan berkembang menjadi larva stadium ke tida dan keempat dan selanjutnya menjadi cacig dewasa. Infeksi melalui hospes paratenik Kucing yang memakan karkas binatang pengerat yang mengandung larva dorman di dalam jaringantubuhnya. Larva dorman dapat langsung berkembang di dalam usus halus kucing tanpa harus migrasi di dalam tubuh kucing. b. Patogenesis Perjalanan larva yang melewati paru-paru dapat menyebabkan terjadinya edema pada organ tersebut. Edema dapat megakibatkan batuk, dispnoe, selesma dengan eksudat yang berbusa dan kadang disertai dengan darah. Infeksi cacing yang berat dapat menyebabkan gangguan usus yang di tandai dengan sakit perut, obstruksi dan perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis. c. Gejala klinis Kucing akan terlihat lemah yang disebabkan oleh anemia. Ekspresi muka tampak sayu, mata berair, mukosa mata dan mulut tampak pucat. Perut tampak tampa menggantung. Kucing akan melas bergerak. Pada hewan muda sering gejala konvulsi ditemukan ayng disebabkan oleh rangsangan syaraf pusat oleh toksin cacing.

d. Terapi Pengobatan dengan piperazine dapat membunuh cacing dewasa di usus, pengobatan dapat diulang 2- 3 minggu sesuai dengan periode prepaten cacing. Dosis yang diberikan berkisar 100-200 mg/kg. Obat yang lain dapat diberikan dietilkarbamasin : 60 mg/kg, pyrantel pamoat 5-25 mg/kg, mebendazole 30-50 mg/kg selama 3 hari, fenbendazole 30-50 mg/kg.

4. Taenia taeniaeformis a. Siklus hidup Cysticercus fasciolaris berkembang di dalam hati hospes antara yaitu rodentia tikus da mencit. Larva yang memiliki skleks yang dihubungkan dengan strobiala yang bersegmen akan terlihat seperti cacing pipih yang disesbut strobilocercus. Apabila ia termakan oleh kucing strobilicercus tersebut akan terurai, hingga yang tertinggal hanya strobila dan skoleksnyayang akan menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu. b. Patogenesis Cacing dewasa menembus mukosa usus demikian dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan perforasi usus. Cacing dewasa dapat mengganggu pencernaan makanan yang serius. c. Gejala Gangguan pencernaan makanan akan mengakibatkan kekurusan, tumbuh kedengkik, diare, dan dehidrasi. Bila terjadi perforasi hewan dapat mengakibatkan mati mendadak. d. Terapi Mebendazole, Niklosamide, praziquantel 6,3 mg/kg dengan berqat kurang dari 1,8 kg sedang yang lebih dari 1,8 dianjurkan 5 mg/kg 5. Toxoplasma gondii a. Siklus hidup Organisme ini bersifat obligat intraseluler memiliki daur hidup yang terdiri dari 2 stadium yaitu perbanyakan didalam sel epitel usus kucing, perkembangan dan perbanyakan trofozoit berada diluar usus berbagai spesies mamalia termasuk felidae, burung dan manusia. Di dalam sel usus kucing organisme berkembang dengan cara seksual dan aseksual. Secara seksual terjadi pertemuan antara mikroganet dan makrogamet dan mengahasilkan oosita. Stadium kedua yang bersifat sistemik dapat melanjut menjadi fase proliferatif dalam keadaan infeksi akut.

Oraganisme berkembang pada sel hospes terutama pada sel retikuloendothelial. Segera berbiak dengan membelah diri secara biner menghasilkan 8 atau 16 anakan parasit. Didalam sel tersebut sel anakan mengalami pembersaran dan segera diikuti dengan pembesaran sel, sel dapat pecah dan sel anakan bebas dan dapat menginfeksi sel berikutnya. Organisme yang berbiak secara cepat dikenal dengan tachizoit dan dapat berubah menjadai fase bradyzoit yang berkembang lambat. Oosista dibebaskan bersama tinja kucing 1 sampai 2 minggu setelah kucing terinfeksi. Dalam keadaan lembab dan hangat oosista menjadi masak dalam 1-5 hari, diikuti oleh proses sporulasi hingga didalam oosista terbentuk 4 sporosista, yang masing-masing berisi 2 sporozoit. Apabila oosista termakan oleh hospes antara seperti tikus maka sporozoit akan bebas dan menginfeksi sel-sel, terutama sel darah putih. b. Patogenesis Apabila daya tahan tubuh turun bradyzoit yang dalam keadaan dorman diberbagai jaringan tubuh akan berubah menjadi trachizoit yang mampu menyebabkan proses radang. Organ tubuh yang sering mengalami radang adalah otak, paru-paru, plasenta, mata. Didalam usus toksoplasma bertumbuh dan berkembang secara seksual dapat mengakibatkan enteritis, diare dan perdarahan. Kucing dapat mati dalam mati dalam waktu 1-2 minggu bila terinfeksi secara akut. c. Gejala klinis Gejala yang menonjol pada yang bersifat sistemik akut meliputi demam, muntah, diare, dispnoe, dan ikterus. Pada anak anjing yang terserang distemper terjadi imunosupresi dan gejala toksoplasmosis yang timbul bersifat tidak menciri. Bila organ paru-paru yang terserang maka terjadi geka;a demam, batuk, sesak nafas, dan keluarnya cairan yang bersifat serous sampai mukopurulen akan menonjol. Pada gangguan pencernaan gejala anoreksia, diare, kolik dan dehidrasi lebih banyak ditemukan. Pada gejala syaraf, penderita memperlihatkan gejala ataxia, tremor, kejang=kejang, jalan yang kaku atau kelemahan otot perifer. Pada stadium lanjut terlihat penderita depresi atau apatis. Gangguan pada mata dapat berupa sebagai rinitis, anterior uveitis, iridocyclitis maupun kerusakan mata syaraf opticus. d. Terapi Sediaan sulfa dan pyrimetamin efektif untuk menghambat sintesa asam folat oleh organisme ini. Sediaan sulfa seperti sulfadiasin atau sulfadoxin, dosis sulfadiasin 120 mg/kg diberika selama 2-4 minggu. Dosis kombinasi yaitu sulfadiasin 60 mg/kg dan untuk pyrimetamin 0,5 mg/kg. Dosis tersebut adalah untuk sehari.

You might also like