You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dermatitis kontak terhadap nikel merupakan masalah yang semakin lama semakin berkembang dan semakin banyak dijumpai.1,2 Terbukti selama sepuluh tahun terakhir ini frekuensi dari dermatitis kontak nikel semakin lama semakin meningkat.3 Marigo dan Nouer (2003), melaporkan bahwa diperkirakan sekitar 15% sampai 30% penduduk Amerika dan Eropa menderita dermatitis kontak nikel.3 Berdasarkan penelitian dari Thyssen dan Maibach (2008), dilaporkan bahwa hasil dari uji tempel terhadap nikel yang dilakukan pada 400 penduduk Amerika, dijumpai hasil positif terhadap nikel pada 5,8% dewasa dan 12,9% anak-anak.1 Pada populasi secara umum, dilaporkan sekitar 7% - 28% populasi alergi terhadap nikel, dengan perbandingan antara pria dan wanita 1:8.2,3 Menurut penelitian Rui, Bovenzi dan Prodi (2009) di Italia, dermatitis kontak alergi nikel ini paling banyak dijumpai pada wanita dengan kelompok usia antara 26-35 tahun, bila dibandingkan dengan kelompok usia muda (15-25 tahun) dan usia tua (diatas 45 tahun).4 Maibach dan Menne (1989), melaporkan bahwa Nikel adalah penyebab tersering dermatitis kontak pada beberapa negara.4 Sedangkan Boscolo (1999) melaporkan bahwa pada Negara-negara industri, kira-kira 8-14% wanita dan 1-2% pria tersensitisasi oleh nikel.5 Sedangkan pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Schubert dan Berova terhadap 8 klinik di 5 negara, didapatkan bahwa dermatitis kontak alergi nikel dijumpai sebanyak 176 kasus (7,3%), dimana 19 kasus adalah pria dan sisanya sebanyak 157 kasus adalah wanita dan sebagian besar kasus disebabkan karena pemakaian perhiasan imitasi (31,8%), jam tangan (23,3%) dan kancing celana (3,4%).5

Universitas Sumatera Utara

Di Jakarta sejak 10 tahun terakhir, nikel selalu menduduki peringkat teratas sebagai penyebab dermatitis kontak yaitu sebesar 59%. Sedangkan di kota Medan, data yang didapat dari penelitian sebelumnya tentang prevalensi dermatitis kontak nikel sejak tahun 1992 1994, dijumpai bahwa nikel menduduki peringkat keempat sebagai penyebab dermatitis kontak alergi, namun pada tahun 1997 nikel menduduki tempat teratas sebagai penyebab dermatitis kontak alergi, yaitu sebesar 45%.6 Menurut penelitian yang dilakukan Roesyanto-Mahadi (1992) tentang alergen terbanyak yang menjadi penyebab dermatitis kontak di RS. Dr. Pirngadi pada tahun 1991-1992 yang dilakukan pada 114 penderita dengan sangkaan dermatitis kontak, didapatkan hasil nickel sulphate 5% sebagai alergen penyebab dermatitis kontak terbanyak, yaitu sebanyak 26 pasien (22,81%).7 Di RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik alergi dan imunologi dimana 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak alergi. Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak. Sedangkan selama bulan Juli 2009 Oktober 2010 terdapat 905 pasien di poliklinik alergi dan imunologi, 714 pasien (78,8%) menderita dermatitis kontak alergi dan dari 36 pasien yang dilakukan uji tempel, 11 pasien positif terhadap alergi terhadap nikel.(data tidak dipublikasikan,Desember,2010) Nikel yang berada pada urutan keempat dari logam-logam yang sering digunakan adalah suatu elemen logam yang berasal dari alam, mudah dijumpai dimana saja seperti tanah, air, udara maupun makanan sehingga paparannya sangat sulit dihindari.9

Universitas Sumatera Utara

Kontak dengan peralatan yang mengandung nikel secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadi dermatitis kontak nikel, dimana nikel dapat merangsang terjadinya reaksi kulit dan mukosa yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi.3 Marigo dan Nouer (2003), melaporkan hasil dari penelitian mereka tentang profil imunologis pada pasien dermatitis kontak nikel, didapatkan bahwa terjadi perubahan kadar yang signifikan pada kadar Interferon- dan Interleukin-5 pada kadar serum yang diuji melalui pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISA), yaitu dijumpai penurunan kadar Interferon- dan peningkatan kadar Interleukin-5 yang signifikan.3 Czarnobilska dan Jenner (2009), menyatakan bahwa kadar sekresi dari IL-5 berhubungan dengan intensitas reaksi uji tempel positif nikel dan kemungkinan terdapat hubungan antara kadar IL-5 dalam serum dengan derajat kepositifan uji tempel terhadap nikel.11 Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jelaslah ada hubungan antara nilai kadar IL-5 dalam serum serta dijumpainya peningkatan kadar IL-5 pada penderita dermatitis kontak nikel. Dan walaupun paparan nikel dapat terjadi melalui inhalasi, ingesti dan kontak langsung, tetapi disini yang akan diteliti hanya paparan melalui kontak langsung yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi nikel. Penelitian-penelitian sebelumnya masih belum memberikan gambaran mengenai korelasi derajat kepositifan uji tempel terhadap nikel dengan nilai IL-5 dalam serum penderita dermatitis kontak nikel. 1.2 Rumusan masalah Apakah ada hubungan antara kadar IL-5 dalam serum dan derajat kepositifan uji tempel pada pasien dermatitis kontak nikel ?

Universitas Sumatera Utara

1.3

Hipotesis Semakin tinggi kadar IL-5 dalam serum maka semakin tinggi derajat kepositifan uji tempel pada pasien dermatitis kontak nikel.

1.4

Tujuan penelitian 1.4.1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara kadar IL-5 dalam serum dan derajat kepositifan uji tempel pada pasien dermatitis kontak nikel. 1.4.2. Tujuan khusus : A. Untuk membandingkan kadar IL-5 dalam serum pada penderita dermatitis kontak nikel dengan hasil uji tempel positif dengan penderita yang diduga dermatitis kontak nikel dengan hasil uji tempel nikel negatif B. Untuk mengetahui perbedaan kadar IL-5 berdasarkan kelompok umur pada penderita dermatitis kontak nikel

1.5

Manfaat penelitian 1.5.1. Membuka wawasan mengenai peranan IL-5 dalam kaitannya dengan patogenesis dermatitis kontak nikel. 1.5.2. Sebagai data bagi penelitian selanjutnya dalam hal evaluasi peranan sitokin-sitokin lain dalam patogenesis dermatitis kontak nikel. 1.5.3. Sebagai dasar untuk mencari pengobatan yang lebih spesifik terhadap pasien dermatitis kontak nikel.

Universitas Sumatera Utara

1.6. Kerangka Teori Kontak Langsung Ingesti


Makanan Minuman Paparan Berulang Paparan Lama Keadaan Kulit Polusi Asap

Inhalasi

Alergen Nikel

Permukaan Kulit

Antigen IL-4 Protein Th2 IL-2

IL5
IL-10

Limfosit T

Th1 IFN -

Kelenjar Getah Bening

Sel T Efektor

Kulit

Pembuluh Darah

Kelenjar Getah Bening

Gejala Klinis

Universitas Sumatera Utara

1.7 Kerangka Konsep

Derajat Kepositifan Uji Tempel (+) Dermatitis Kontak Nikel Derajat Kepositifan Uji Tempel (++)

IL-5

Derajat Kepositifan Uji Tempel (+++)

Universitas Sumatera Utara

You might also like