You are on page 1of 5

NEWSS: Nursing Early Warning Scoring System Ns. Hendra Firmansyah, Skep.

(Staf di Pelayanan Jantung Terpadu RSCM) Henti jantung merupakan salah satu penyebab panggilan code blue di rumah sakit. Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang dapat diamati, yang sering muncul 6 s.d. 8 jam sebelum henti jantung terjadi. Studi menunjukkan banyak pasien memperlihatkan tanda-tanda dan gejala kerusakan medis yang tidak ditangani sebelum serangan jantung (Duncan & McMullan, 2012). Salah satu strategi untuk mendeteksi kegawatan pasien di rumah sakit adalah penerapan Early Warning Scoring System (EWSS). EWSS adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien (Duncan & McMullan, 2012). EWSS melengkapi sistem Tim Medik Reaksi Cepat (Rapid Response Team) dalam menangani kondisi kegawatan pada pasien atau biasa kita kenal dengan istilah code blue. Alih alih menangani pasien pada kondisi gawat, EWSS lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik. EWSS dapat digunakan pada pasien anak ataupun dewasa dengan parameter yang berbeda. Pada pasien dewasa parameter yang dinilai meliputi: Frekuensi Nadi; Tekanan Darah Sistolik; Laju Pernapasan; Tingkat Kesadaran dan Suhu Tubuh. Sedangkan pada pasien anak meliputi: Perilaku; Status Kardiovaskular dan Status Pernapasan (Lihat Lampiran 1). Setiap parameter diberikan skor dengan rentang 0-3. Jumlah skor dari seluruh parameter kemudian diberikan kode warna dan memiliki algoritme yang harus dilakukan oleh perawat. (Lihat Lampiran 2). Implementasi EWSS dilakukan dengan memberikan kode warna di lembar observasi tanda tanda vital sesuai dengan parameter dalam EWSS (Lihat Lampiran 3). Sehingga jika hasil pengukuran tanda vital berada pada area yang berwarna, maka perawat harus menghitung skor EWSS dan melakukan tata laksana sesuai algoritme. Penandaan area berwarna di grafik tanda tanda vital bertujuan untuk memudahkan bagi perawat menentukan waktu melakukan skoring EWSS. Berdasarkan parameter yang diukur, penerapan EWSS sangat terkait erat dengan peran perawat dalam melakukan observasi harian tanda tanda vital. Karena hal tersebut dan agar mudah dalam pengucapan maka istilah EWSS kita sebut dengan NEWSS (baca: nyuss).

Referensi Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Institue for Healthcare Improvement. (2011, April 26). Institue for Healthcare Improvement. Dipetik November 13, 2013, dari http://www.ihi.org/: http://www.ihi.org/knowledge/Pages/ImprovementStories/EarlyWarningSystemsScorecardsTh atSaveLives.aspx PJT RSCM. (2012). Formulir Lembar Observasi Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: PJT RSCM. TMRC RSCM. (2013). Laporan Kinerja TMRC Maret-Oktober 2013. Jakarta: TMRC RSCM.

Lampiran 1: Contoh Tabel EWSS (Duncan & McMullan, 2012)

Lampiran 2: Algoritme EWSS (Duncan & McMullan, 2012) Hijau Kuning : Pasien dalam kondisi stabil : Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift. Jika skor pasien akurat maka perawat primer atau PP harus menentukan tindakan terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang setiap 2 jam oleh perawat pelaksana. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan pasien Orange : Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift dan diketahui oleh dokter jaga residen. Dokter jaga residen harus melaporkan ke DPJP dan memberikan instruksi tatalaksana pada pasien tersebut. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam. Merah : Aktifkan code blue, TMRC melakukan tata laksana kegawatan pada pasien, dokter jaga dan DPJP diharuskan hadir disamping pasien dan berkolaborasi untuk menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam

Lampiran 3: Contoh lembar observasi dengan kode warna (Lembar Observasi Keperawatan Kardiovaskular pada Pasien Dewasa, Nomer Dokumen: 0095/rev01/PJT/2012)

You might also like