You are on page 1of 3

http://muhamadilyas.wordpress.

com

Sirah Shohabiyah : Shofiyah Binti Abdul Muthalib

Kembali kita akan menelusuri jejak langkah tokoh-tokoh sohabiyah muslimah atau sohabiyah yang
perkasa yang tak pernah melupakan fitroh kewanitaannya, yang cemerlang watak dan kepribadiannya,
yang cerdas pola pikirannya, yang tegar diterpa badai cobaan, yang nama mereka pun harum sepanjang
masa.

Pada kesempatan kali ini kita akan menelusuri jejak Sofiyah binti Abdul Muthalib, sang bibi Rasulullah
saw. Beliau adalah seorang mukminah yang telah berbai’at kepada Rasulullah saw, seorang mujahidah,
wanita yang sabar, ahlus syair yang mulia. Dan Sofiyah binti Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdul Manaf
bin Kusoy bin Kilab, beliau adalah wanita Quraisy dari Bani Hasim. Beliau adalah bibi Rasulullah saw,
saudari dari singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib, beliau juga seorang ibu dari sahabat agung, yaitu
Zubair bin Awam. Sofiyah ra tumbuh di rumah Abdul Muthalib pemuka Quraisy dan orang yang memiliki
kedudukan yang tinggi, terpandang dan juga mulia, dialah yang dipercaya yang mengurus pendatang
yang berhaji. Faktor lingkungan inilah yang membentuk Sofiyah menjadi seorang wanita yang kuat.

Beliau adalah seorang wanita yang fasih lisannya dan ahli bahasa. Seorang cendekiawan dan seorang
penunggang kuda yang pemberani. Beliau ra termasuk wanita yang awal dalam mengimani putra
saudaranya yang jujur dan juga terpercaya yaitu Muhammad saw, dan juga bagus keislamannya. Beliau
berhijrah bersama putranya yang bernama Zubair bin Awam untuk menjaga keislamannya.

Sofiyah ra menyaksikan tersebarnya Islam dan turut andil dalam menyebarkannya. Melihat
perkembangan sikap kaum musyrik Quraisy yang semakin keras terhadap kaum muslimin, Rasulullah
saw merasa khawatir para sahabatnya akan sedikit banyak berpengaruh dengan siksaan-siksaan pedih
yang mereka terima, sehingga Rasulullah saw mengijinkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah.
Sofiyah beserta putranya ikut serta berhijrah meninggalkan kampung halamannya dan juga harta
kekayaannya dengan meraih pahala dan juga keridhoan dari Allah SWT.

Meraka semua tinggal di tengah-tengah kaum Anshor yang memberikan perhatian penuh kepada segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh tamu-tamu agungnya. Di sanalah Sofiyah menghabiskan masa-masa yang
paling indah dalam hidupnya karena senantiasa berada di tengah komunitas yang menjunjung nilai
keimanan dan jauh dari siksaan dan kekejaman kaum musyrikin. Walaupun pada saat itu Sofiyah
mencapai umur 60 tahun, namun faktor usia tidak menghalanginya untuk memberi andil yang sangat
berharga di medan jihad yang tidak mungkin dilupakan oleh sejarah dan akan tetap menjadi lentera
yang menerangi jalan-jalan para generasi islam pada masa berikutnya untuk meraih kemuliaan
perjuangan dan juga pengorbanan.

Sungguh, jihad merupakan darah dagingnya. Oleh karena itu, beliau tidak menyianyiakan kesempatan
pada hari Uhud menjadi pelopor bagi para wanita yang ikut keluar untuk membantu para mujahidin dan
mengobarkan semangat mereka untuk bertempur disamping beliau juga mengobati para mujahidin
yang luka-luka di antara mereka.

Tatkala takdir Allah menghendaki kaum muslimin terpukul mundur karena pasukan pemanahnya
menyalahi perintah Rasulullah saw sebagai panglima. Maka banyak pasukan yang berpencar dari
http://muhamadilyas.wordpress.com

Rasulullah saw. Namun Sofiyah tetap berdiri dengan berani. Ia mengambil tombak dan mengacung-
acungkannya kepada kaum muslimin yang lari berhamburan seraya berteriak, ”Kalian hendak
meninggalkan Rasulullah berjuang seorang diri?”. Manakala Sofiyah mendengar kesyahidan Hamzah bin
Abdul Muthalib ra yang dijuluki sebagai singa Allah yang dibunuh dengan sadis, maka Sofiyah
memberikan teladan yang agung bagi kita semua dalam hal kesabaran ketabahan dan juga ketegaran.

Pada hari terbunuhnya Hamzah, saudaranya, Zubair bin Awam sang putra tercinta menemui ibunya dan
mengatakan bahwa Rasulullah menyuruh Sofiyah untuk kembali. Akan tetapi Sofiyah mengatakan,
”Sungguh telah sampai kepadaku tentang dibincangkannya saudaraku. Namun dia syahid karena Allah.
Kami sangat ridho dengan apa yang telah terjadi. Sungguh aku akan bersabar dan juga tabah, insya
Allah.”

Setelah Zubair ra memberitahukan kepada Rasulullah tentang komentar Sofiyah tersebut, Rasulullah
saw memberikan jalan untuknya, maka Sofiyah mendapatkan Hamzah dan langsung ber-istirja, ”Inna
lillahi wa inna ilaihi rojiun”. Kemudan Sofiyah memohonkan ampun baginya. Dan setelah itu, Rosulullah
saw memerintahkan untuk menguburkannya.

Tatkala terjadi perang khondaq, saat pasukan Yahudi mencoba menyerang tempat kaum wanita dan
ketika itu ketika kaum muslimah dan anak-anak berada dalam sebuah benteng. Di sana ada juga Hasan
Bin Tsabit ra. Tatkala ada orang Yahudi mengelilingi benteng, sedangkan kaum muslimin sedang
menghadapi musuh, maka berdirilah Sofiyah ra dan menyuruh Hasan untuk membunuh Yahudi tersebut.
Akan tetapi Hasan mengatakan bahwa membunuh bukanlah keahliannya. Ketika Sofiyah mendengarkan
jawaban Hasan, beliau langsung bangkit dan dengan semangat yang ada di jiwanya beliau mengambil
tongkat yang keras kemudian turun dari benteng. Beliau menunggu kesempatan lengahnya orang
Yahudi tersebut lalu beliau memukulnya tepat pada ubun-ubun secara bertubi-tubi hingga dapat
membunuhnya. Beliau memang wanita pertama yang membunuh laki-laki. Beliau kembali ke benteng
dan tersirat kegembiraan pada kedua matanya karena mampu menghabsi musuh Allah yang berarti pula
menjaga rahasia persembunyian para wanita dan juga kaum muslimah dari mereka.

Begitulah kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam peperangan ini dari jiwa yang beriman dan
juga pemberani yang tidak kenal istilah mustahil dalam meraih jalan kemenangan.

Tatkala perang Khaibar, Sofiyah ra keluar bersama kaum muslimah untuk memompa semangat kaum
muslimin. Mereka membuat perkemahan di medan jihad untuk mengobati pasukan yang terluka karena
perang. Rasulullah saw merasa senang dengan peran para mujahidah sehingga mereka juga
mendapatkan bagian dari rampasan perang. Nabi saw mencintai bibinya, Sofiyah ra, dan memuliakan
beliau serta memberikannya kepada beliau bagian yang banyak.

Tatkalah turun ayat

‫ﻥ‬
 ‫ﺭﺒﹺﻴ‬ ‫ﻙﭐﻷَﻗﹾ‬
 ‫ﺭ ﹶﺘ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﺸ‬
 ‫ﺫﺭ‬ ‫ﻭَﺃﻨ‬
http://muhamadilyas.wordpress.com

”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (QS. Asy syu’araa’ ayat 214).
Beliau bersabda, ”Hai Fatimah binti Muhammad. Hai Sofiyah binti Abdul Muthalib. Wahai Bani Abdul
Muthalib aku tidak kuasa menolong kalian dari siksa Allah. Mintalah padaku apa saja yang ada padaku”.

Sofiyah ra mencintai Rasulullah saw sejak kecilnya dan juga mengikutinya. Beliau takjub dengan keadaan
nabi dan akhirnya mengimani kenabian beliau, menyertai beliau dalam peperangan dan merasa sedih
tatkala wafatnya Rasulullah saw. Sofiyah ra hidup sepeninggalan Rosulullah saw dengan penuh
kewibawaan dan juga dimuliakan. Semua orang mengetahui keutamaan dan juga kedudukan beliau.
Beliau tetap memegang teguh ajaran-ajaran Nabi saw. Dia tetap tekun beribadah, rajin shalat malam,
serta pasrah kepada Allah SWT.

Akhirnya Sofiyah meninggal dunia pada tahun 20 H pada usia 70 tahun lebih pada jaman khalifah Umar
bin Khatab. Semoga Allah meridhoi Sofiyah binti Abdul Muthalib. Ia adalah seorang wanita yang pantas
menjadi teladan ideal bagi setiap wanita muslimah. Ia adalah seorang wanita pendidik yang telah
berhasil melahirkan orang-orang besar dan semoga Allah merahmati Sofiyah dan sungguh beliau ibarat
menara yang tinggi dalam sejarah islam dan dalam perjalanan hidup yang sangat baik dalam hal
pengorbanan dan juga jihad untuk menolong agama Allah.

Demikian sirah sohabiyah kali ini. Wallahu ’alam.

http://muhamadilyas.wordpress.com/2009/06/24/sofiyah-binti-abdul-muthalib/

You might also like