You are on page 1of 12

Psikologi Lintas Budaya

3pa02 Perilaku Sosial


Nama anggota : Agnes Devia A.N Alan Budiman Dian Eka Santhy Farisan Insani Suparman

Universitas Gunadarma 2013/2014

Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kita ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat-nya yang diberikan kepada penulis. Sehingga kita sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas Psikologi Lintas Budaya tentang Perilaku Sosial di masyarakat. Dan penulis juga membahas tentang definisi, kesamaan dan perbedaan antar budaya di masyarakat kita. Kami sebagai penulis pun menyadari dengan seksama, bahwa bahan yang di muat dalam makalah ini jauh dari kata sempurna. Namun kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan suatu gambaran tentang perilaku sosial antar budaya di masyarakat. Dan penulis juga berharap dengan adanya makalah ini juga para pembaca dapat mengerti dan dapat di jadikan acuan untuk lebih memahami tentang sikap atau perilaku bersosialisasi antar budaya di masyarakat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan makalah ini. Besar harapan kami agar pembaca dapat mempelajari proposal yang penulis buat ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran agar proposal ini menjadi lebih baik dan lebih sempurna.

Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 : Pendahuluan 1. Latar Belakang masalah 2. Tujuan BAB 2 : Pembahasan 1. Definisi Perilaku Sosial 2. Definisi Konteks Sosial a. Kesamaan antar budaya dalam hal konteks sosial/masyarakat b. Perbedaan antar budaya dalam hal konteks sosial/masyarakat 3. Definisi Konformitas a. Kesamaan antar budaya dalam hal konformitas b. Perbedaan antar budaya dalam hal konformitas 4. Definisi Individualisme & Kolektivisme a. Kesamaan antar budaya dalam hal individualisme dan kolektivisme b. Perbedaan antar budaya dalam hal individualisme dan kolektivisme 5. Definisi Perilaku Gender a. Kesamaan antar budaya dalam hal perilaku gender b. Perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial BAB 3 : Kesimpulan Daftar Pustaka

Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah Di masyarakat perilaku sosial dibutuhkan karena sikap seorang individu berbeda-beda. Adapun budaya setempat yang sering merubah atau berbeda antara budaya satu dengan lainnya. Interaksi sosial pun juga perlu diperhatikan karena banyak hal yang mempengaruhi dari perilaku individu itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti perbedaan gender, adanya sikap individualis, dan ada pula yang memiliki sifat kolektivisme. Oleh karena itu perilaku manusia harus bisa disesuaikan dengan konteks sosial yang sudah ada dalam budaya nya. 2. Tujuan Menjelaskan tentang perilaku sosial yang ada di masyarakat dan mengetahui adanya persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konteks sosial, konformitas, individualisme, kolektivisme, dan perilaku gender nya.

Bab 2 Pembahasan
1. Definisi perilaku sosial Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam beberapa perilaku yaitu : perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karena itu merupakan suatu tindakan sosialmanusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.

a. Definisi konteks sosial b. Definisi konformitas c. Definisi individualisme dan kolektivisme d. Definisi perilaku gender

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial Dalam perilaku sosial ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang dalam bersosialisas. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perilaku sosial yaitu : a. Faktor Internal Dalam faktor internal berupa insting, motif dalam diri, sikap serta nafsu. Tetapi faktor internal juga di pengaruhi oleh 2 faktor lainnya yaitu : a) Faktor Biologis seperti genetik/ bawaan & motif biologis. b) Faktor Sosiopsikologis seperti kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia, dan kemampuan kognitif yang merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak.

b. Faktor Eksternal Pada faktor eksternal biasa nya dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, atau masyarakat sekitar. Adapun ada beberapa faktor eksternal seperti, pengaruh lingkungan, pengaruh ekonomi, & ada nya reinforcement atau hadiah & hukuman. Karena ketiganya merupakan pengaruh yang mungkin sering terjadi di masyarakat.

2. Definisi Konteks Sosial

Konteks adalah gagasan yang digunakan dalam ilmu bahasa (linguistik, sosiolinguistik, linguistik fungsional sistemik, analisis wacana, pragmatik, semiotika, dll) dalam dua cara yang berbeda, yaitu sebagai lisan konteks (verba), konteks sosial. a. Konteks verbal mengacu pada teks sekitarnya atau berbicara dari sebuah ekspresi (kata, kalimat, percakapan gilirannya, tindak tutur, dll). Idenya adalah bahwa konteks lisan mempengaruhi cara kita memahami ekspresi. Oleh karena itu norma untuk tidak mengutip orang keluar dari konteks. Karena linguistik kontemporer banyak mengambil teks, wacana atau pembicaraan sebagai objek analisis, studi modern konteks lisan terjadi dalam hal analisis struktur wacana dan hubungan timbal balik mereka, misalnya hubungan koherensi antara kalimat. b. Konteks sosial. Secara tradisional, dalam sosiolinguistik, konteks sosial didefinisikan dalam istilah variabel sosial obyektif, seperti kelas, gender atau ras. Baru-baru ini, konteks sosial cenderung didefinisikan dari segi identitas sosial yang ditafsirkan dan ditampilkan dalam teks dan berbicara oleh pengguna bahasa

Konteks sosial mencerminkan bagaimana orang-orang di sekitar sesuatu menggunakan dan menafsirkannya. Konteks sosial mempengaruhi bagaimana sesuatu yang dilihat oleh individu atau kelompok di masyarakat. Pikirkan tentang bagaimana Anda melihat hal yang berbeda dalam konteks sosial yang berbeda Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui konteks sosial dan masyarakat budaya pun perlu melalui konteks sosial dan masyarakat, karena melewati konteks sosial itulah budaya berkembang. contohnya : orang Batak menjelaskan budaya ke orang sunda , dan orang sunda itupun memberikan informasi didaerah sunda . Maka terkenal budaya di wilayah sunda.

3. Definisi Konformitas Konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilainilai yang sudah ada. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, kompliance, dan obedience. Conformity/Konformitas adalah proses dimana seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan aturan kelompok. Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju. Kepatuhan atau obedience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas. Untuk membandingkan bagaimana conformity, compliance, dan obedience secara lintas budaya, maka telaah itu harus memusatkan perhatian pada nilai konformitas dan kepatuhan itu sebagai konstruk sosial yang berakar pada budaya. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang baik tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal bahkan untuk dapat menikmati status yang lebih tinggi dan mendapat penilaian atau kesan positif.

Konformitas Konformitas mengacu pada sikap mengalah seseorang pada tekanan sosial, baik yang nyata maupun yang dibayang-bayangkan. Ketundukan atau compliance secara umum didefinisikan sebagai sikap mengalah orang pada tekanan social dalam kaitannya dengan perilaku social mereka, meski mungkin keyakinan pribadi mereka tidak berubah. Kepatuhan atau obidience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas.

4. Definisi Individualisme & Kolektivisme Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan

percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok atas pilihan pribadi mereka. Definisi kolektifisme adalah ajaran atau paham yang tidak menghendaki adanya hak milik perseorangan, baik atas modal, tanah, maupun alat produksi (semua harus dijadikan milik bersama, kecuali barang konsumsi) Individualisme-Kolektivisme menyediakan penjelasan kerangka kerja yang kuat untuk memahami perbedaan dan kesamaan dalam KAP. Ada beberapa perbedaan budaya dalam proses komunikasi yang menguasai kebudayaan individual dan kolektif. Perbedaan- perbedaan ini secara jelas diterangkan dalam komunikasi konteks tinggi dan konteks rendah. Karakteristik komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks rendah. Perbedaannya: 1. Komunikasi konteks tinggi adalah pesan yang sebagian besar informasinya terdapat dikondisi fisik atau terinternalisasi dalam diri seseorang, yang sangat sedikit dikodekan,eksplisit, dan merupakan bagian dari pesan yang disampaikan. 2. Komunikasi konteks rendah, kebalikannya, merupakan sejumlah besar informasi yang ditetapkan dalam kode eksplisit. Hal memperhatikan bahwa: Orang-orang yang menjalankan sistem

komunikasi mengharapkan yang lebihdaripada partisipan dalam sistem konteks rendah. Ketika sedang berbicara mengenai sesuatu yang ada di pikiran mereka, seseorang dengan konteks tinggi akan mengharapkan teman bicaranya mengerti apa yang mengganggunya tanpa harus menjelaskan secara spesifik. Hasilnya, ia akan membicarakan poin pembicaraan secara terpisah, yang berefek memunculkan semua hal kecuali yang krusial. Menyatukan poin-poin pembicaraan secara tepat merupakan peran teman bicaranya.Harapan ini berbeda dengan orang-orang yang menggunakan komunikasi konteks rendah dimana informasi secara jelas disertakan dalam penyampaian pesan.Anggota kebudayan individual biasanya menggunakan pesan konteks rendah dengangaya langsungAnggota kebudayaan kolektif biasanya menggunakan pesan konteks tinggi dengan gayatidak langsung. Levine (1985) menerangkan komunikasi dalam kebudayaan kolektivitisme Amhara di Etiopia: Adat dasar suku Amhara dalam berkomunikasi adalah tidak langsung

Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal individual dan kolektivitas Diri individual Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal; kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Dalam kerangka budaya ini, nilai akan kesuksesan dan perasaan akan harga diri megambil bentuk khas individualisme. Keberhasilan individu adalah berkat kerja keras dari individu tersebut. Diri individual adalah terbatas dan terpisah dari ornag lain. Informasi relevan akan diri yang paling penting adalah atribut-atribut yang diyakini stabil, konstan, personal dan instrinsikdalam diri. Diri kolektifitas Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sangat khas dengan ciri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain. Individu diminta untuk menyesuaikan diri dengan orang lain atau kelompok dimana mereka bergabung. Tugas normative sepanjang sejarah budaya adalah mendorong saling ketergantungansatu sama lain. Karenanya, diri (self) lebih focus pada atribut eksternal termask kebutuhan dan harapan-harapannya. Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal.

5. DefinisiPerilaku Gender Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegaskan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena social budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan.

Epistimologi penelitian Gender secara garis besar bertitik tolak pada paradigm feminisme yang mengikuti dua teori yaitu; fungsionalisme structural dan konflik. Aliran fungsionalisme struktural tersebut berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas berbagai bagian yang saling mempengaruhi. Teori tersebut mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam masyarakat. Teori fungsionalis dan sosiologi secara inhern bersifat konservatif dapat dihubungkan dengan karya-karya August Comte (1798-1857), Herbart Spincer (1820-1930), dan masih banyak para ilmuwan yang lain. Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal antar budaya dalam hal perilaku gender. KESAMAAN Biasanya wanita dan pria sama-sama mempelajari semua budaya , namun bagaimana dirinya sendiri yang menyikapinya. Dalam hal transmisi budaya baik wanita dan pria dapat sekali mematahui peraturan yang ada , dimana dia tinggal , aturan yang berlaku dan adat istiadatnya mereka pun mengikuti. PERBEDAAN Biasanya wanita lebih dominan untuk melestarikan budaya , mulai dari menjadi penari daerah , sampai menjadi sinden , dan untuk pria mereka hanya cukup mengetahui, namun untuk melestarikan budaya semua daerah hampir punah.

Bab 3 Kesimpulan
1. Kesimpulan Manusia sebagai makhluk sosial yang berinterakksi maka akan berhubungan dengan konteks sosial, konformitas, individualisme dan koletivisme serta perilaku gender. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Konteks sosial mencerminkan bagaimana orang-orang di sekitar sesuatu menggunakan dan menafsirkannya dan mempengaruhi bagaimana sesuatu dilihat. Konformitas mengacu pada sikap mengalah seseorang pada tekanan sosial, baik yang nyata maupun yang dibayang-bayangkan. Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Definisi kolektifisme adalah ajaran atau paham yg tidak menghendaki adanya hak milik perseorangan, baik atas modal, tanah, maupun alat produksi (semua harus dijadikan milik bersama, kecuali barang konsumsi). Maka budaya dapat mempengaruhi proses-proses tersebut yang bersifat sangat sosial

Daftar Pustaka
Soekanto, S. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada http://rosdayantilia.wordpress.com/2012/10/07/psikologi-lintas-budaya-tugas-i/ Matsumoto, David. 1994. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta : Pustaka Belajar
http://meltri-elia.blogspot.com/2011/10/penelitian-lintas-budaya.html

You might also like