You are on page 1of 7

Perilaku manusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Ilustrasi berbagai perilaku manusia dalam kerumunan.

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,persuasi, dan/atau genetika.[1] Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.[1] Dalamsosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosialmanusia yang sangat mendasar.[1] Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.[1] Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.[1] Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia[sunting | sunting


sumber]
1. Genetika 2. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial. 4. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku. dll

Ruang lingkup[sunting | sunting sumber]


Benjamin Bloom , seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat: Pengetahuan (knowledge)
[1]

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui [1] indera yang dimilikinya. Sikap (attitude)

Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah [1] melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Tindakan atau praktik (practice)

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan [1] bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut perilaku merupakan hasil [2] hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni: Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting [1] stimuli karena menimbulkan tanggapan yang relatif tetap. Operant response atau instrumental response, adalah tanggapan yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat [1] sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

Kesamaan dan perbedaan enkulturasi sosialisasi : Enkulturasi dan Sosialisasi Proses dimana kita belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya Sosialisasi. a. kesamaan dan perbedaan masa remaja. Mendominasi pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barata seperti Negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbangindividualistik (Triandis, 1985, 1994). Individualistik adalah orientasi individu atau diri yang mencakup pemisahan diri dari orang lain sedangkan koletivistik menunjuk pada orientasi kelompok yang mencakup hubungan diri dari orang lain. Orientasi individualistik versus kolektivistik ditemukan sebagai dimensi dasar dari budaya alamiah (Hoftsede, 1980). b. Kesamaan dan perbedaan perkembangan moral Perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Cara-cara anak memahami dunia mereka semakin lama menjadi semakin kompleks. Perubahan kognitif ini juga berdampak pada berubahnya pemahaman mereka dalam penilaian

moral, penafsiran anak kecil tentang hadiah dan hukuman menuju prinsip-prinsip kebenaran dan kesalahan.

c. Konteks sosial dan masayarakat budaya pun perlu melalui konteks sosial dan masyarakat,karena melewati konteks itulah budaya berkembang. contohnya : orang Batak menjelaskan budaya ke orang jawa , dan orang jawa itupun memberikan informasi didaerah jawa . Maka terkenal budaya di wilayah jawa. d. kesamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal konformitas. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial saat individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada KESAMAANNYA Ketika seseorang yang bermasyarakat di suatu lingkungan dan mematuhi peraturan atau adat istiadat yang ada dilingkungan tersebut. PERBEDAANNYA ketika manusia yang hidup bermasyarakat itu tidak mau mengikuti peraturan yang ada di lingkungannya itu sendiri dan orang itu pun bersifat sesukanya dan tidak memandang peraturan yang berlaku dilingkungannya. e. kesamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal nilai nilai KESAMAANNYA Sama-sama mentransmisikan budaya PERBEDAANNYA Dalam transmisi budaya ada nilai-nilai , dimana nilai itu merupakan nilai kebudayaan , yang menjadikan kebudayan itu menjadi lebih baik lagi ,dan dapat di ambil informasi atau manfaaatnya . f. kesamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal individualisme dan kolektifisme KESAMAAN Sama-sama mentransmisikan budaya PERBEDAAN Individualisme mementingkan kehendak pribadi. Kolektifisme adalah suatu lingkungan sosial tidak fleksibel yang membedakan antara in-group dan out-group. Orang memperhatikan kepada in-group mereka,(rekan, golongan, organisasi) dan menjaga mereka. g. kesamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal kognisi sosial. KESAMAAN Sama-sama mentransmisikan budaya PERBEDAAN Kognisi sosial adalah tata cara di mana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu ,misalnya jawa kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).

h. Kesamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal perilaku gender. KESAMAAN biasanya wanita dan pria sama-sama mempelajari semua budaya , namun bagaimana dirinya sendiri yang menyikapinya. Dalam hal transmisi budaya baik wanita dan pria dapat sekali mematahui peraturan yang ada , dimana dia tinggal , aturan yang berlaku dan adat istiadatnya mereka pun mengikuti . PERBEDAAN Biasanya wanita lebih dominan untuk melestarikan budaya , mulai dari menjadi penari daerah , sampai menjadi sinden , dan untuk pria mereka hanya cukup mengetahui , namun untuk melestarikan budaya semua daerah hampir punah. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya http://organisasi.org/definisi-pengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-antropologi

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial saat individu mengubah sikap dan tingkah laku [1] mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

Jenis konformitas[sunting | sunting sumber]


Herbert Kelman, Psikolog Harvard, mengidentifikasi tiga tipe utama dalam pengaruh sosial: Pemenuhan Indentifikasi Internalisasi
[2]

Walaupun klasifikasi Kelman berpengaruh, penelitian dalam psikologi sosial berfokus pada dua jenis [3] konformitas yang utama: Konformitas secara informasi dan konformitas secara normatif.

Definisi konformitas Lalu apa yang disebut dengan konformitas? Jon M Shepard mendefinisikan konformitas (conformity) sebagai, the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group, atau dengan bahasa yang lebih sederhana, konformitas adalah bentuk interaksi social yang di dalamnya seseorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Anak laki-laki cenderung bertindak dan berperangai seperti laki-laki, dan begitu pula anak perempuan. Semua itu adalah proses pemberian identitas yang diterima melalui proses sosialisasi (dimana Berger mendefinisikannya sebagai, a process by which a child learns to be a participant member of society). Sementara Kesler memberikan pengertian; Conformity is a change in behavior or belief as a result of real or imagined group of pressure , Konformitas adalah sebuah perubahan dalam tingkah laku sebagai sebuah hasil nyata atau sesuai dengan apa yang dibayangkan dalam sebuah kelompok. Dan menurut Soerjono Soekamto, konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.

Dari uraian mengenai berbagai pengertian konformitas di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada. Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama. Membentuk norma social. Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berartikeselarasan, kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.
Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang intervensi darimasyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok atas pilihan pribadi mereka. Oleh itu, individualisme melawan segala pendapat yang menempatkan tujuan suatu kelompok sebagai lebih penting dari tujuan seseorang individu yang dengan sendiri adalah dasar kepada setiap badan masyarakat. Pendapat-pendapat yang di tentang termasuk holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain. Filsafat ini juga kurang senang dengan segala standar moral yang berlaku ke atas seseorang karena peraturan-peraturan itu menghalangi kebebasan seseorang. Gender (pengucapan bahasa Indonesia: [gnder]) dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender sebagai "seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi [1] secara sosial, dalam suatu masyarakat." Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam sejumlah bahasa. Banyak bahasa, yang terkenal dari rumpun bahasa IndoEropa (contohnya bahasa Spanyol) dan Afroasiatik (seperti bahasa Arab), mengenal kata benda "maskulin" dan "feminin" (beberapa juga mengenal kata benda "netral"). Dalam isu LGBT, gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang merasa identitas gendernya tidak sejalan dengan jenis kelaminnya dapat menyebut dirinya "intergender", seperti dalam kasus waria. Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.

Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya. Pria dan

wanita secara sexual memang berbeda. Begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun perannya di masyarakat dapat disejajarkan dengan batasan-batasan tertentu.

Pengertian gender didefinisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat. Karena itu gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda. Lelaki dan wanita secara sexualitas di bedakan berdasarkan alat kelamin yang dimilikinya. namun secara gender perbedaan tersebut tidak menjamin perbedaan gender. Contohnya: seorang wanita secara penampilan di kenal memiliki perasaan yang halus, penampilan yang lemah gemulai, dan berambut panjang. Dan seorang lelaki dikenal sebagai seseorang yang kuat, jantan perkasa, dan berambut pendek. Lalu jika kedua penampilan tersebut tertukar apakah berarti jenis kelamin mereka juga bertukar? jawabnya adalah tidak. Dari contoh diatas maka akan dimungkinkan perpaduan antara sex dan gender. Seorang pria yang terkenal kasar, kuat dan jantan dapat berperilaku seperti wanita yang lemah lembut, halus dan gemulai. Begitu pula sebaliknya. Disinilah peran gender diperlukan. Maka disinilah perbedaan antara sex dan gender dapat dijelaskan. Dimana Sex berorientasi pada ciri-ciri biologis, sedangkan gender berorientasi pada perilaku, mentalitas dan sosial budaya. Jika perbedaan antara sex dan gender direalisasikan maka kemungkinan besar pada biodata seseorang akan muncul satu poin tambahan selain jenis kelamin (sex) yaitu gender - See more at: http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dandefinisi.html#sthash.i7RNPXm5.dpuf

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial


Ditulis oleh paxdhe, pada 23 Jan 2013, dilihat 737 kalikomentar

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial : Perilaku ada dua jenis yaitu perilaku yang alami atau refleksif dan perilaku operan atu bentukan. Perilaku yang alamu yaitu perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap rangsangan yang mengenai organisme yang bersangkutan. Perilaku ini merupakan perilaku yang dibawa sejak manusia lahir. Sedangkan perilaku operan atau bentukan yaitu dibentuk melalui proses belajar, latihan, pembentukan dan kebiasaan. Perilaku operan atau bentukan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan bagaimana latihan dan pembiasaan yang dilakukan. Perilaku sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : Faktor dari dalam ( internal) Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat berupa insting, motif dari dalam dirinya, sikap, serta nafsu. Faktor internal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis bisa berupa faktor genetik atau bawaan dan motif biologis seperti kebutuhan makan dan minum, kebutuhan seksual serta kebutuhan melindungi diri dari bahaya. Untuk faktor sosiopsikologi berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia, kemampuan kognitif yang merupakan aspek

volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Ketika faktor dalam diri baik, maka akan menimbulkan bentuk perilaku yang baik pula. Faktor internal yang bermacam-macam yang berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk perilaku sosial yang bermacam-macam. Faktor dari luar (eksternal) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu. Faktor yang timbul dari keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial seorang individu. Faktor eksternal ini dapat berupa pengaruh lingkungan sekitar dimana individu tersebut hidup dan ditambah dengan adanya reinforcement( hukuman dan hadiah) yang ada dalam komunitas tersebut. Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dapat berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca serta faktor ekonomi individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik pada perilaku seseorang, begitu juga kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai bentuk perwujudan dari persaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca juga mempengaruhi perilaku seseorang. Disini perilaku timbul sebagai wujud penyesuaian diri terhadap cuaca yang sedang berlangsung. Selanjutnya adalah faktor ekonomi dari individu. Faktor ini merupakan faktor penting dalam perilaku seseorang. Keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadikan seseorang berbuat nekat dan semaunya tanpa mempedulikan orang lain. Seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya meski dengan melakukan pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku. Tidak ada lagi rasa malu dan sungkan melakukan kegiatan yang melanggar aturan. Semua dilakukan demi memenuhi kebutuhan yang terus mendesak. Faktor eksternal yang selanjutnya yaitu adanya hadiah dan hukuman.. Hukuman ataupun hadiah akan menjadi pendorong yang sangat kuat dalam perilaku manusia. Seseorang akan selalu berperilaku baik dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Adanya hukuman juga akan menjadi kendali serta kontrol terhadap perilaku sosial manusia. Dengan adanya hukuman dan hadiah maka seseorang akan selalu berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi bentuk perilaku manusia dalam kehidupannya. Begitu banyak dan begitu kompleks faktor yang mempengaruhi perilaku sosial manusia. Baik faktor lingkungan atau dengan adanya reinforcement (hadiah dan hukuman) mempunyai pengaruh yang sangat erat terhadap perilaku sosial. Perilaku yang timbul juga bermacammacam sesuai dengan faktor mana yang menyebabkan dan mempengaruhinya.

You might also like