You are on page 1of 28

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala

bidang termasuk pembangunan di sektor ekonomi. Definisi dari pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk

meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan dan Suparmoko, 1992:14). Sementara itu definisi lain menyatakan hal yang berbedapembangunan ekonomi merupakan kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional (Lemhanas, 1997:23). Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya. Hampir di setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara yang sudah maju menjadikan kegiatan sektor konstruksi sebagai pemacu pembangunan ekonominya. Hal ini terjadi karena sektor konstruksi memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.

PEMBAHASAN A. Pengertian Sektor Konstruksi Mengacu kepada UU No 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi yang dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sementara itu pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikalserta tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Sedangkan konstruksi sendiri adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan antara lain : gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran dan perbaikan bangunan. Selain itu, sektor konstruksi menurut BPS adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan atau konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan yang diciptakan oleh kegiatan ini dapat dilihat melalui gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase,

bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunkiasi. Sektor industri pengolahan, sektor pertambangan non migas merupakan sektor-sektor penyedia bahan baku konstruksi, sedangkan sektor pertanian, pertambangan migas dan sektor jasa merupakan pengguna hasil kegiatan sektor konstruksi yang cukup besar. B. Sektor dan Sub Sektor Konstruksi 1. Jenis-jenis konstruksi Sebagian besar pemilik umumnya hanya tertarik membeli jenis tertentu fasilitas dibangun, mereka harus menyadari praktek-praktek industri yang umum untuk jenis konstruksi yang bersangkutan kepada mereka. Demikian pula, industri konstruksi merupakan konglomerasi segmen cukup beragam dan produk. Beberapa pemilik bisa mendapatkan fasilitas yang dibangun hanya sekali dalam waktu yang lama dan cenderung untuk mencari keuntungan jangka pendek. Namun, banyak pemilik akuisisi berkala membutuhkan fasilitas baru atau memperbaiki fasilitas yang ada.Secara kolektif, pemilik memiliki lebih banyak kekuatan untuk mempengaruhi industri konstruksi dari yang mereka sadari karena, dengan tindakan individu mereka, mereka dapat memberikan insentif atau disinsentif untuk inovasi, efisiensi dan kualitas konstruksi. Ini adalah untuk kepentingan semua pihak bahwa pemilik mengambil minat aktif dalam pembangunan dan mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap kinerja industri. Dalam merencanakan untuk berbagai jenis konstruksi, metode pengadaan layanan profesional, pemberian kontrak konstruksi, dan pembiayaan fasilitas yang dibangun bisa

sangat berbeda. Untuk tujuan diskusi, spektrum luas fasilitas yang dibangun dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, masing-masing dengan karakteristik sendiri. a. Penyiapan Lahan Meliputi usaha pembongkaran dan penghancuran gedung atau bangunan lain serta pembersihannya, termasuk peledakan, tes pengeboran, pengurukan dan perataan, pemindahan tanah, pembuatan saluran untuk mengeringkan lahan. Tidak termasuk di dalamnya penyiapan lahan untuk usaha pertambangan, seperti untuk pertambangan batu bara dan minyak/gas.

b. Industri Konstruksi Khusus Industri konstruksi khusus biasanya melibatkan proyek-proyek skala yang sangat besar dengan tingkat kompleksitas teknologi yang tinggi, seperti kilang minyak, pabrik baja, pabrik pengolahan kimia dan pembangkit listrik tenaga batu bara atau nuklir. Pemilik biasanya sangat terlibat dalam pengembangan proyek, dan lebih memilih untuk bekerja dengan desainerpembangun sehingga total waktu untuk penyelesaian proyek dapat dipersingkat. Mereka juga ingin memilih tim desainer dan pembangun dengan siapa pemilik telah mengembangkan hubungan kerja yang baik selama bertahun-tahun. Meskipun inisiasi proyek tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, rentang peramalan permintaan panjang adalah faktor yang paling penting sejak proyek tersebut padat modal dan memerlukan cukup banyak waktu perencanaan dan konstruksi. Peraturan pemerintah seperti Penetapan Badan Perlindungan Lingkungan dan Komisi

Pengaturan Nuklir di Amerika Serikat juga dapat sangat mempengaruhi keputusan proyek-proyek ini. Kegiatan konstruksi khusus terdiri dari : 1) Pemasangan pondasi dan pilar, meliputi kegiatan khusus pemasangan berbagai pondasi dan pilar gedung, jalan dan jembatan, konstruksi pengairan serta dermaga. 2) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan tekanan tinggi. 3) Pembuatan/pengeboran sumur air, meliputi kegiatan khusus pembuatan/pengeboran untuk mendapatkan air tanah, baik skala kecil, skala sedang atau skala besar dan tekanan tinggi. 4) Pemasangan steiger, meliputi kegiatan khusus pemasangan steiger pada bangunan gedung, jalan, jembatan, konstruksi pengairan atau dermaga. 5) Pembuatan atap, meliputi kegiatan khusus pemasangan atap gedung baik tempat tinggal maupun non tempat tinggal. 6) Pemasangan bangunan atau konstruksi prefab dan pemasangan kerangka baja, meliputi kegiatan khusus pemasangan prefab dab kerangka baja. 7) Konstruksi khusus lainnya, meliputi usaha konstruksi khusus lainnya yang belum disebutkan sebelumnya. 8) Instalasi gedung, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan instalasi yang berada di dalam gedung atau bangunan. Kegiatan tersebut meliputi instalasi air bersih, air limbah dan saluran drainase; instalasi listrik, termasuk di dalamnya instalasi air conditioning; instalasi gas, instalasi elektronika, seperti pemasangan

sistem alarm, sirkuit televisi, sound sistemdan mekanikal, seperti lift, tangga berjalan, ban berjalan dan pintu otomatis. 9) Instalasi bangunan sipil, adalah kegiatan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan instalasi bangunan sipil. Kegiatan tersebut terdiri dari pemasangan dan pemeliharaan instalasi listrik jalan raya, jalan kereta api dan lapangan udara; pemasangan dan pemeliharaan instalasi navigasi laut dan sungai seperti instalasi menara suar, lampu suar, pelampung suar, lampu pelabuhan dan sejenisnya; pemasangan dan pemeliharaan instalasi meteorologi dan geofisika skala kecil, sedang atau besar. Pemasangan dan pemeliharaan instalasi navigasi udara, seperti navigasi Konstruksi Komunikasi Udara, pemancar dan penerima sinyal, vasi, lampu pendekatan, pemasangan dan pemeliharaan instalasi telekomunikasi pada sentral

telepon/telegraf, stasiun pemancar radar, microwave, stasiun bumi kecil/stasiun satelit dan sejenisnya termasuk kegiatan pemasangan transmisi dan jaringan telekomunikasi; dan instalasi sipil lainnya. 10) Penyelesaian Konstruksi Sipil adalah tahap akhir konstruksi sipil, seperti pemasangan kaca dan aluminium, pengerjaan lantai, dinding, peralatan saniter dan plafon gedung; pengecatan; pengerjaan interior dan dekorasi dalam penyelesaian akhir, pengerjaan eksterior dan pertamanan pada bangunan gedung atau konstruksi sipil lainnya dan kegiatan penyelesaian akhir lainnya pada gedung atau konstruksi.

c. Industri Konstruksi Umum

Konstruksi umum meliputi konstruksi sipil gedung dan konstruksi selain gedung.

1) Konstruksi Sipil Khusus Gedung,

meliputi usaha pembangunan gedung yang

dipakai untuk bangunan hunian biasa, gedung pendidikan, peribadatan, balai pengobatan, perkantoran, penginapan, pusat perdagangan, kawasan industri/pabrik, gedung terminal/stasiun, gedung olah raga, gedung kesenian/hiburan, bangunan pergudangan, dan hanggar. 2) Konstruksi sipil selain gedung meliputi : a) Konstruksi jalan, jembatan, dan landasan pesawat terbang adalah usaha pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, jembatan, dan landasan pesawat terbang, termasuk kegiatan pembangunan penunjang landasan dan perlengkapannya, seperti pagar atau tembok penahan, trotoir jalan, marka jalan, rambu-rambu. b) Konstruksi Jalan dan Jembatan Kereta Api, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan rel, jembatan dan jalan layang kereta api. c) Bangunan Terowongan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan terowongan bawah tanah, pegunungan, perbukitan dan bawah permukaan air. d) Konstruksi pengairan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan bendungan, waduk, jaringan irigasi serta tanggul pengendali banjir. e) Konstruksi sistem penyaluran dan penampungan air bersih, air limbah dan drainase, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan seperti bangunan penyadap dan transmisi air baku, bangunan pengolah air baku, bangunan menara air dan reservoir air, jaringan transmisi dan distribusi serta tangki air bersih, saluran air limbah kota, jaringan drainase pemukiman, bangunan pompa, basin retensi. f) Konstruksi pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak dan gas , meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan bangunan pengolahan minyak dan

gas, termasuk bangunan dan transmisi penyadap minyak, bangunan pengolahan reservoir minyak/gas, jaringan penyaluran dan tangki minyak gas. g) Pengerukan, meliputi pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam dan kanal pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat. h) Konstruksi Dermaga, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan dermaga, sarana pelabuhan, penahan gelombang, dan sejenisnya. d. Industri Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi Kegiatan konstruksi elektrik dan telekomunikasi meliputi : 1) Konstruksi Elektrikal, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan pembangkit tenaga listrik, transmisi tegangan tinggi dan distribusi, pembangunan gardu induk, pemasangan tiang listrik, konstruksi listrik penunjang angkutan kereta api, meteorologi dan geofisika. 2) Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai, meliputi pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan menara, pelampung suar, lampu sinyal pelabuhan dan peralatan suar lainnya. 3) Telekomunikasi Navigasi Udara dan Peralatan Penyelematan, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan pemancar/penerima radar, konstruksi antena, dan sejenisnya. 4) Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan konstruksi sinyal lalu lintas dan telekomunikasi kereta api.

5) Sentral Telekomunikasi, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan sentral telepon telegraf, konstruksi menara pemancar/penerima radar microwave, bangunan bumi kecil dan stasiun satelit. 6) Konstruksi Elektrik dan Telekomunikasi Lainnya, meliputi usaha pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan konstruksi elektrikal dan telekomunikasi lainnya.

e. Konstruksi Perumahan Hunian

Pembangunan perumahan termasuk rumah hunian untuk satu keluarga, tempat tinggal multi-keluarga, dan apartemen bertingkat tinggi. Selama pengembangan dan pembangunan proyek tersebut, para pengembang atau sponsor yang akrab dengan industri konstruksi biasanya melayani sebagai pemilik pengganti dan mengambil alih, membuat perjanjian kontrak yang diperlukan untuk desain dan konstruksi, dan mengatur pembiayaan dan penjualan struktur selesai. Desain perumahan Hunian biasanya dilakukan oleh arsitek dan insinyur, dan pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor yang menyewa subkontraktor untuk pekerjaan khusus struktural, mekanikal, listrik dan lainnya. Pengecualian untuk pola ini adalah untuk rumah keluarga tunggal yang dapat dirancang oleh pembangun juga. Pasar perumahan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum, undang-undang perpajakan, dan kebijakan moneter dan fiskal pemerintah. Sering kali, sedikit peningkatan permintaan total akan menyebabkan investasi yang besar dalam konstruksi, karena banyak proyek perumahan bisa dimulai di lokasi yang berbeda oleh individu yang berbeda dan pengembang pada saat yang sama. Karena relatif mudah masuk, setidaknya pada ujung bawah pasar, pembangun baru yang tertarik untuk

pembangunan perumahan. Oleh karena itu, pasar ini sangat kompetitif, dengan potensi risiko tinggi serta penghargaan yang tinggi.

f. Kelembagaan dan Konstruksi Bangunan Komersial

Konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial mencakup berbagai macam jenis dan ukuran proyek, seperti sekolah dan universitas, klinik kesehatan dan rumah sakit, fasilitas rekreasi dan stadion olahraga, jaringan toko ritel dan pusat perbelanjaan besar, gudang dan pabrik manufaktur ringan, dan gedung pencakar langit untuk kantor dan hotel. Para pemilik bangunan tersebut mungkin atau mungkin tidak terbiasa dengan praktek industri konstruksi, tetapi mereka biasanya dapat memilih konsultan profesional yang kompeten dan mengatur pembiayaan fasilitas yang dibangun sendiri. Specialty arsitek dan insinyur sering terlibat untuk merancang jenis tertentu bangunan, sementara pembangun atau kontraktor umum melaksanakan proyek-proyek tersebut dapat juga khusus hanya jenis bangunan. Karena biaya yang lebih tinggi dan kecanggihan yang lebih besar bangunan kelembagaan dan komersial dibandingkan dengan perumahan, segmen pasar ini dibagi oleh pesaing lebih sedikit. Sejak pembangunan beberapa bangunan tersebut adalah sebuah proses panjang yang sekali dimulai akan memakan waktu untuk melanjutkan sampai selesai, permintaan kurang peka terhadap kondisi perekonomian secara umum daripada untuk perumahan spekulatif. Akibatnya, pemilik dapat menghadapi oligopoli kontraktor umum yang bersaing di pasar yang sama. Dalam situasi oligopoli, hanya sejumlah terbatas pesaing ada, dan harga sebuah perusahaan untuk layanan mungkin sebagian didasarkan pada strategi bersaing di pasar lokal.

2. Fungsi sektor konstruksi a. Fungsi Penggerak Pembangunan infrastruktur menjadi andalan untuk keluar dari krisis ekonomi karena merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian dengan kemampuannya : 1) Menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang cukup lama. 2) Membantu peningkatan distribusi pendapatan. 3) Menstimulasi sektor produksi lain dengan dampak berganda (multiplier effect). b. Fungsi Pemicu Pembangunan infrastruktur dikatakan menjadi pemicu yang memacu percepatan pemulihan ekonomi disebabkan karena beberapa alasan berikut : 1) Daya serap tenaga kerjanya membantu mengatasi masalah pengangguran. 2) Merangsang konsumsi pemerintah dan masyarakat sehingga memutar roda perekonomian. 3) Efisiensi yang dihasilkan dari infrastruktur yang baik akanmengefisienkan biaya dan pada gilirannya meningkatkan daya saing perdagangan dan industri nasional. 4) Kemampuannya menggerakan sektor riil yang lain akan membangkitkan kembali sektor riil yang mengalami kelesuan. 3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak diminati oleh para investor. Kondisi ini membuka peluang untuk bangkitnya kembali secara bertahap sektor yang selama ini berperan penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh karena itu Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang melandasi

10

perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan strategis yang telah ditetapkan. Adapun tujuan strategis konstruksi Indonesia adalah: a. Membuka jaringan bisnis dan konektifitas antara manufaktur, pemasok dengan Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik dalam maupun luar negeri. b. Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi konstruksi. c. Memperlihatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa & industri konstruksi yang profesional. d. Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar. e. Meningkatkan potensi SDM jasa konstruksi secara maksimal menjadi profesional terampil dan berdaya saing tinggi. 4. Aktivitas Sektor Konstruksi Terdapat cukup banyak aktivitas di sektor jasa konstruksi yang pada umunya merupakan penyediaan infrasruktur atau sarana dan prasarana pembangunan yang dibutuhkan oleh suatu negara. Secara umum, jenis-jenis pembangunan infrastruktur di sektor konstruksi ini meliputi pembangunan sumber daya air, transportasi, energi, ketenagalistrikkan, pos dan telematika, permukiman dan perumahan. Pembangunan infrastruktur tersebut dapat dibagi menjadi dua macam infrastruktur publik yaitu yang ditunjukkan untuk keuntungan secara ekonomi dan tidak ditujukan bagi perolehan keuntungan. Untuk penyediaan infrastruktur publik yang bersifat nonprofit umumnya disediakan dan didanai oleh pemerintah. Pada penyediaan fasilitas publik yang dapat menghasilkan keuntungan maka penyediaan jasa konstruksinya dapat dilakukan oleh

11

swasta atau dengan menggunakan skema publik privat partnership antara pemerintah dengan swasta. 5. Usaha Jasa Konstruksi dan UU yang mengatur Pekerjaan konstruksi dalam pembangunan infrastruktur adalah rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan (ASMET). Karena menyangkut keselamatan masyarakat pengguna, maka pekerjaan konstruksi hanya dapat dilaksanakan oleh pelaku jasa konstruksi yang memiliki disiplin keilmuan, keahlian dan ketrampilan serta tanggung jawab profesional. Undang-undang Republik Indonesia no. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi menetapkan persyaratan baik Badan Usaha, maupun tenaga ahli dan trampil yang bekerja di bidang jasa konstruksi harus memiliki sertifikat dan tanggung jawab profesional yang dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum (Pasal 8, 9,10 dan 11). 6. Jamsostek Sektor Konstruksi a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999. b. Tahap Kepesertaan

12

Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). c. Adapun proyek proyek tersebut meliputi : 1) Proyek-proyek APBD 2) Proyek-proyek atas Dana Internasional 3) Proyek-proyek APBN 4) Proyek-proyek Swasta, dll d. Cara menjadi peserta 1) Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang - kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan. 2) Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat Perjanjian Pemborong (SPP). e. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut: 1) Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi. 2) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka 1 ditambah 0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

13

3) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapan angka 2 ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 4) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan angka 3 ditambah 0,12% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). 5) Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 6) Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%. 7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut: a) Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja. b) Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar

14

secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu). c) Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir. d) Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

7. Permasalahan Konstruksi

Gambaran permasalahan di bidang konstruksi yang umum terjadi pada NSB yaitu: tingginya impor kapital, tenaga kerja, dan material yang dapat memperburuk neraca pembayaran, nilai tukar mata uang yang tinggi, kecuali dari pajak impor dan rendahnya tingkat suku bunga yang mencakup capital import dan capitalintensive production, kurangnya skill (kemampuan) dan material, termasuk kemampuan manajerial, ketidakcukupan finansial dan keterlambatan dalam pembayaran, lemahnya perencanaan dan sistem administrasi,

15

dominansi kontraktor luar negeri

serta

kurangnya kapasitas

kontraktor lokal, ketidaksesuaian target yang ingin dicapai melalui perencanaan di bidang sosial-ekonomi yang berakibat pada arus pekerjaan yang tidak teratur, kurang efisiensi, dan hasil dengan kualitas yang rendah. Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang juga mengalami beberapa permasalahan seperti yang disebutkan diatas, permasalahanpermasalahan industri jasa konstruksi di Indonesia antara lain: buruknya sikap mental dan perilaku oknum ; kurangnya daya saing dengan kontraktor asing akibat keterbasan dana dan teknologi ; kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu

ditumbuhkembangkan.
C. Sumbangan Sektor Konstruksi terhadap PDB 1. Peran Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian di Indonesia Krisis ekonomi telah melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan dampak yang sangat berat dan bahkan sampai merusak sendi-sendi perekonomian nasional.Sebagai salah satu sektor yang memberi sumbangan terbesar pada GDP perekonomian Indonesia, sektor konstruksi tidak bisa dipungkiri memiliki peran strategis pada pembangunan. Peran strategis tersebut

16

antara lain pada penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas, pendorong sektor-sektor pendukungnya, bahkan mobilisator pertumbuhan produk nasional baik barang maupun jasa. Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha sektor konstruksi mengalami penurunan signifikan sebesar 7,6 persen pada tahun 2008, 7,1 persen pada tahun 2009, 7 persen pada tahun 2010 dan 6,7 persen pada tahun 2011 hal ini disebabkan karena nilai tukar mata uang yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan lemahnya perencanaan dan sistem administrasi sehingga berakibat dengan rendahnya kualitas dari hasil sektor konstruksi tersebut. Penurunan laju pertumbuhan PDB pada sektor konstruksi menyebabkan sumber pertumbuhan tidak berkembang tetap stabil pada kisaran 0,4 persen dan 0,5 % (Tabel 2.1). Tabel 8.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Sektor Konstruksi Tahun 2008 2011
Tahun 2008 % Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan 7,6 0,5 2009 % 7,1 0,4 2010 % 7,0 0,5 2011 % 6,7 0,4

Sumber data : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik PDB atas dasar harga berlaku secara umum mengalami peningkatan masing-masing sebesar 419,7 triliun (2008), 555,2 triliun (2009), 660,9 triliun (2010) dan 756,5 triliun

17

(2011) dibanding tahun sebelumnya walaupun pada semester I tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 410,1 triliun. Hal ini berbanding lurus dengan PDB atas dasar harga konstan 2000 yang juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 131,0 (2008), 140,3 triliun (2009), 150,0 triliun (2010) dan 160,1 triliun (2011) dibanding tahun sebelumnya walaupun pada semester 1 tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 82,8 triliun (Gambar 3.2).

Diagram8.1 PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Sektor Konstruksi Tahun 2008 Semester I Tahun 2012 (dalam Triliun Rupiah)
800 700 600 500 400 300 200 100 0 Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008 2009 2010 2011 Semester I 2012

18

Sumber : Badan Pusat Statistik

D. Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi Perkembangan sektor konstruksi terus meningkat sepanjang tahun hal ini dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja yang meningkat setiap tahunnya. Sejak tahun 2008 dapat dilihat jumlah tenaga kerja terus bertambah, baik dari jumlah karyawan tetap maupun pekerja harian, dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja maka tingkat produktivitas pada sektor konstruksi mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari nilai pekerjaan sektor konstruksi per tahun yang terus meningkat. Tidak hanya dari segi produktivitas dan tenaga kerja yang meningkat hal ini diikuti pula dengan jumlah upah gaji para tenaga kerja pada sektor konstruksi. Bila dibandingkan nilai pekerjaan sektor konstruksi antara triwulan IV tahun 2008 sebesar 74,68 dengan Triwulan II tahun 2012 sebesar 133,42 maka jumlah nilai pekerjaan sektor konstruksi telah tumbuh sebesar 58,74%.(Tabel 4.1)

Tabel 8.2
Indeks Karyawan Tetap , Pekerja Harian , Upah Gaji , dan Nilai Pekerjaan Sektor KonstruksiTriwulan I 2008- Triwulan II 2012
Karyawan Tahun Periode Tetap Triwulan I Triwulan II Tahun 2008 Triwulan III Triwulan IV Tahun 2009 Triwulan I 89 91.35 92.1 72 77.46 75.99 71.16 78.36 75.83 67.47 74.68 72.72 84.61 86.58 Harian 58.6 66.03 Gaji 59.96 65.33 Konstruksi 56.49 61.91 Pekerja Upah Nilai Pekerjaan Sektor

19

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Tahun 2010 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Tahun 2011 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Tahun 2012 Triwulan II

93.56 94.7 96.49 97.87 99.61 100.7 101.82 99.8 101.59 103.26 107.39 105.88 108.676

80.14 86.58 91.67 94.03 95.17 101.15 109.65 108.21 113.86 119.02 127.58 125.18 131.59

80.42 86.47 91.87 92.19 95.12 102.11 110.58 108.69 114.28 118.94 128.44 126.95 133.53

77.77 84.9 91.11 91.43 94.38 102.36 111.83 108.85 115.09 120.36 128.82 126.6 133.42

Tabel 8.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 20082011 (persen)

20

Sumber Data : Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tabel 8.3 Ekonomi Indonesia selama tahun 20082011 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,0 persen (2008), 4,6 persen (2009), 6,2 persen(2010) dan 6,5 persen (2011) dibanding tahun sebelumnya. Sementara padasemester I tahun 2012 bila dibandingkan dengan semester II tahun 2011tumbuh sebesar 2,2 persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun2011 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,3 persen. Sektor konstruksi mengalami penurunan laju pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 7,6 persen (2008), 7,1 persen (2009), 7,0 persen (2010), 6,7 persen (2011) dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 8.4 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Semester I-2012 (persen)

21

Sumber Data : Badan Pusat Statistik

Pada semester I tahun 2012, sumber pertumbuhan terbesar masihberasal dari Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 1,5 persenterhadap total pertumbuhan sebesar 6,3 persen dengan laju pertumbuhansebesar 8,7 persen (y-on-y). Sementara Sektor Industri Pengolahan sertaSektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi pertumbuhanmasing-masing sebesar 1,4 persen dan 1,0 persen dengan laju pertumbuhanmasing-masing 5,5 persen dan sebesar 10,2 persen. Pada semester ini,pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih yang tertinggidibanding sektor lain. Tabel 8.5 PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008Semester I-2012 (triliun rupiah)

22

Dilihat dari tabel 8.5 Pendapatan Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2008 mencapaiRp2.082,5 triliun rupiah dan pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesarRp2.463,2 triliun rupiah. Sementara pada semester I tahun 2012, PDB atasdasar harga konstan sebesar Rp1.283,4 triliun rupiah. PDB berdasarkanharga berlaku tahun 2008 sebesar Rp4.948,7 triliun rupiah dan terusmeningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai Rp7.427,1 triliunrupiah pada tahun 2011. Sementara pada semester I tahun 2012 nilainyasebesar Rp4.027,8 triliun rupiah.

Tabel 8.6 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha

23

Tahun 2008Semester I-2012 (persen)

Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasarharga berlaku menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahuntersebut. Tiga sektor utama: Sektor Pertanian; Industri Pengolahan; danPerdagangan, Hotel, dan Restoran mempunyai peran lebih dari separuhdari total perekonomian yaitu sebesar 56,3 persen pada tahun 2008, 55,0persen (2009), 53,8 persen (2010) dan 52,8 persen (2011) serta 52,3 persenpada semester I tahun 2012. Pada tahun 2011 Sektor Industri Pengolahanmemberi kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 24,3 persen,Sektor Pertanian 14,7 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran13.8 persen, sama halnya pada semester I tahun 2012 komposisi ini tidakmengalami perubahan yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar 23,6persen, Sektor Pertanian 15,0 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, danRestoran 13,7 persen.

24

E. PENUTUP Peran jasa konstruksi meskipun bukan yang paling dominan dalam perekonomian nasional tetapi memberikan kontribusi yang tinggi dalam menjaga 25

kelancaran aktivitas ekonomi. Hal ini mengingat output dari aktivitas sektor konstruksi sebagian besar merupakan pembangunan infrastruktur fisik yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas perekonomian. Pembangunan infrastruktur tersebut baik secara langsung maupunt tidak langsung akan mendorong aktivitas sektor ekonomi lain yang meningkatkan PDB. Pertumbuhan sektor konstruksi sejak proses pemulihan dari krisis ekonomi 1998 sudah menunjukkan tingkat kestabilan dalam kontribusi pembentukan PDB nasional. Akan tetapi , lapangan usaha dibidang jasa konstruksi selama ini masih bergantung pada ketersediaan dana pembangunan dan proyek-proyek yang disediakan oleh pemerintah. Kondisi ini perlu mendapat perhatian mengingat anggaran pembangunan pemerintah terbatas sehingga keterlibatan swasta harus semakin ditingkatkan. Para investor sektor konstruksi dalam negeri yang relatif sudah cukup baik dapat menjadi barometer dan juga lokomotif pergerakan sektor konstruksi. Regulasi pembatasan presentase pemodal asing di sektor konstruksi bisa menjadi langkah awal dalam penguatan investor dalam negeri. Stimulus fiskal dapat menjadi alternatif solusi bagi peningkatan aktivitas sektor konstruksi terutama pada aktivitas yang mampu menyerap tenaga kerja dan penguatan jaringan efisien. Dalam jangka panjang, investor atau pelaku jasa konstruksi dalam negeri harus mampu bersaing tidak hanya dalam proses pemenangan tender proyek tetapi yang terpenting adalah menciptakan pelaksaan pembangunan proyek konstruksi yang efisien dan efektif dan bekerja secara profesional. F. DAFTAR PUSTAKA

26

A. Affandi, L. 2011. Perekonomian Indonesia (Online) (http://luthfiaffandi.blogspot.com/2011/05/perekonomian-indonesia.html), diakses 19 Februari 2013 B. Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: Pradnya Paramita. C. Irawan & Suparmoko. Pembangunan Ekonomi, (Online), diakses

(http://elasq.wordpress.com/pengertian-pertumbuhan-ekonomi-menurut/), 19 Februari 2013.

D. Lemhanas. 1997. Indonesia dalam Pencapaian Pembangunan Ekonomi Masa Orde Baru. Surabaya: Erlangga. E. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik Nasional Republik Indonesia (Online), (http://www.bps.go.id) diakses 19 Februari 2013. F. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2000. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

27

You might also like