You are on page 1of 2

DUA AKTIFITAS CENDEKIAWAN (Telaah Ali-Imran:190-191) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan

siang, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (ulil albaab); (yaitu) mereka yang senantiasa berzikruLlah baik dalam posisi berdiri, duduk atau berbaring. Dan mereka juga selalu bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi, dan berkata: "Ya Robb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, SubhanaLlah, jauhkanlah kami dari azab neraka." (Al-Qur'an, 3:190-191) Ikhwan dan akhawat fiLlah, assalamu'alaikum . Belum lagi saya menyelesaikan tulisan ini, telah muncul satu artikel komprehensif mengenai cendekiawan dari akh Abu Zahra. InsyaAllah, telaah singkat ini dapat menjadi tambahan bagi tuli san tersebut ... Dari dua ayat di atas, dapat segera kita simpulkan bahwa ada dua aktifitas yang harus dimiliki oleh seorang mu'min, yang dengan itu ia disebut Ulil Albab (cendekiawan). Kedua ciri itu adalah zikir (zikruLlah) dan fikir (tafakkur). Aktifitas pertama, zikir, adalah suatu proses pembersihan jiwa (tazkiatun nafs) dari segala bentuk kejahiliyahan dan keko toran. Sebab hanya dengan kebersihan jiwa itu, seorang manusia bisa meraih dan mendapatkan bimbingan dan ridho ALlah. Dengan hati yang bersih seseorang dapat dengan jernih memandang kehidu pan, mampu membedakan antara yang hak dan bathil. Dan pada gili rannya akan mendorong dan menuntut seorang pada amal yang shalih, yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Pengertian zikir janganlah dibatasi sebagai aktifitas lisan saja, yang mengucapkan do'a dan wirid tertentu; melainkan harus dipahami sebagai aktifitas qalbu, lisan dan amal. Qalbu yang berzikir adalah qalbu yang senantiasa dekat dengan ALlah, yang tergetar bila disebutkan asma ALlah dan menambah bobot keimanan nya (QS 8:2). Sedangkan lisan yang berzikir adalah lisan yang senantiasa mengajak kepada jalan ALlah. Ucapan apa saja yang mengajak kepada kebaikan (da'wah) adalah zikruLlah secara lisan (QS 41:33). Karena itu amatlah keliru bila zikir secara lisan dipahami hanya sekedar memuji-muji ALlah sampai tak sadarkan diri, sementara pada sisi lain, ucapan dan perbuatannya berten tangan dengan kebenaran. Akhirnya, qalbu dan lisan yang berzikir harus dibuktikan dalam zikir amal. Yaitu berupa perbuatan baik yang mengajak orang serta memberi contoh sesuatu yang baik.

Aktifitas kedua, fikir, adalah suatu proses aqliah (intelek pengetahuan dan teknologi dalam kerangka memakmurkan bumi. Seo rang mu'min harus senantiasa mencurahkan segala potensi fikirnya untuk mengambil hikmah kejadian di alam semesta, demi tegaknya kedaulatan ALlah di muka bumi. Maka amatlah salah, kalau kaum muslimin menghabiskan potensi aqliahnya untuk mencari dan meru muskan ideologi maupun prinsip-prinsip lainnya. Sebab semua itu telah termaktub di dalam KitabuLlah. Yang dituntut dari kita adalah melaksanakan segala prinsip-prinsip hidup tersebut dengan teguh dan konsekuen. Sementara fikiran kita bekerja keras untuk mengembangkan dan menemukan sarana hidup yang lebih baik dalam naungan ALlah, sehingga terciptalah masyarakat yang adil makmur dalam naungan mardhotiLlah. InsyaALlah.

You might also like