Professional Documents
Culture Documents
Pondasi gedung ditentukan oleh Perencana Struktur berdasarkan beban yang harus diterima oleh pondasi dan daya dukung tanah pondasi tersebut Untuk mengetahui data tanah maka harus dilakukan penyelidikan tanah
Untuk gedung bertingkat pada umumnya menggunakan pondasi dalam, hingga mencapai kedalaman dimana daya dukung tanah sudah cukup tinggi. Pondasi dalam, biasanya berbentuk tiang, ada 3 jenis, yaitu :
1. Tiang Pancang 2. Tiang Bor (Bored Pile) 3. Tiang Franki (Franki Pile)
Selain pondasi dalam, gedung bertingkat biasanya juga menggunakan pondasi pelat (raft foundation)
Ditinjau dari soil displacement yang terjadi selama proses pemancangan ada 2 jenis yaitu :
Large soil displacement, untuk jenis-jenis tiang pancang beton masif dan pipa close ended Small soil displacement, untuk jenis-jenis tiang pancang baja profile dan pipa open ended
Bila panjang tiang pancang menurut desain dibutuhkan lebih panjang dari tinggi alat pancang yang dipergunakan, maka selama proses pemancangan tiang pancang dapat dibagi menjadi 2 bagian, dimana bagian pertama dipancang, kemudian disambung dengan bagian kedua, dan dilanjutkan dengan pemancangan berikutnya.
PELAKSANAAN GEDUNG MKPB-144024-Unnar-Dody Brahmantyo 3
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemancangan, antara lain sbb :
Titik-titik ukur untuk memberikan guide posisi letak titik pancang Untuk kelompok tiang pancang, arah pemancangan dimulai dari dalam ke arah luar, terutama untuk tiang yang large soil displacement dan berjarak rapat, untuk menghindari terjadinya heaving (terangkat) pada tiang Pergerakan alat pancang sebaiknya ke arah belakang (mundur), agar tidak terhalang oleh sisa ketinggian tiang-tiang yang masih muncul di atas permukaan tanah, yang baru selesai dipancang Pemancangan tiap titik sebaiknya dilakukan sampai selesai, jangan ditinggal di tengah proses pemancangan, karena bila ditinggal, jepitan (friction) tanah akan bekerja sehigga tiang akan sulit diturunkan kembali Kemiringan tiang pancang harus dijaga agar tidak melebihi toleransi yang diijinkan. Penyambungan tiang pancang pertama dan kedua harus tepat agar tidak menimbulkan eksentrisitas dan di las penuh
10
11
Pemancangan kelompok tiang yang jaraknya cukup rapat dengan large soil displacement (tiang masif atau tiang yang closed ended) dapat menimbulkan persoalan heaving, yaitu munculnya kembali tiang yang sudah dipancang. Untuk menghindari persoalan tersebut, maka urutan pemancangan harus diperhatikan, yaitu dengan arah dari tengah ke luar.
12
Pergerakan alat bor ke arah belakang (mundur) Keakuratan elevasi pemberhentian cor beton (top level)
Kondisi tanah di bawah biasanya tidak dapat diketahui secara pasti, oleh karena itu volume pengecoran beton untuk bore pile tidak dapat dipastikan Urutan pelaksanaan Bored Pile adalah sbb:
1. Mengebor tanah pada titik-titik yang telah ditetapkan, bila perlu menggunakan pipa cashing, sampai kedalaman yang dipasang pipa cashing 2. Mengebor tanah sampai kedalaman yang direncanakan, bila kondisi tanahnya mudah runtuh, digunakan/diisi lumpur bentonite 3. Dasar lubang bor, dibersihkan dari bekas-bekas pengeboran dengan menggunakan bucket 4. Rangkaian penulangan tiang bor dimasukkan, bila perlu penyambungan, digunakan sambungan las agar kuat menahan 5. Pembersihan ulang bila masih ada kotoran, dengan menggunakan alat penyedot khusus
PELAKSANAAN GEDUNG MKPB-144024-Unnar-Dody Brahmantyo 14
6. Pasang pipa tremi untuk pengecoran beton, sampai ke lubang dasar bor 7. Pengecoran beton tiang bor, sambil menarik/ mencabut cashing 8. Tiang bore selesai dan siap dihubungkan dengan pile cap
15
16
17
18
19
5. Pengecoran tiang beton dilakukan dengan pipa tremi sambil mengangkat temporary cashing 6. Tiang Franki selesai dan siap dihubungkan dengan pile cap. Pada sistem ini tidak ada tanah yang dibuang.
21
22
24
25
26
Contoh : Pancang direncanakan menggunakan dimensi 20 x 20 cm. Perhitungan kapasitas pancang adalah : Untuk L = 12 m : Qc = 69 kg/cm2 TCF = 463 kg/cm Qa = (69 x 20 x 20)/3 + (20 x 4 x 463)/3 = 21546,67 kg = 21.55 ton
Sedangkan kapasitas penampang pancang adalah : Pn = 0.8 x (0.85 x fc x (Ag As) + fy As) Beton : K-500 , fc = 41.5 MPa Tulangan : fy = 400 MPa Pn = 0.8 x 0.7 (0.85 x 41.5 x (200 x 200 x x 102) + 400 x x 102) Pn = 806201.4 N = 82265.4 kg = 82.265 ton Karena pancang terkekang oleh tanah, maka factor tekuk dapat diabaikan.
27
Selain perhitungan daya dukung pancang berdasarkan data tanah hasil sondir, daya dukung tiang pancang harus dicrosscheck terhadap data hasil kalendering (system drop hammer) maupun data tekanan (system injection pile) pada saat pemancangan. Hal ini diperlukan karena sifat tanah pada masing-masing titik pancang bisa jadi berbeda dari hasil data sondir. Untuk crosscheck daya dukung pancang berdasarkan data kalendering digunakan rumus Hiley seperti berikut : Qult = ((eh x Eh)/(s + 0.5 x Cx)) x ((Wr + n2 Wp)/(Wr + Wp)) Qall = Qult/SF Keterangan : Qult = daya dukung tiang pancang ultimate (ton) Wr = berat hammer (ton) Wp = Berat tiang pancang (ton) eh = konstanta = 0.75 Eh = Wr x h
PELAKSANAAN GEDUNG MKPB-144024-Unnar-Dody Brahmantyo 28
h n Cx s SF Qall
= tinggi jatuh hammer (mm) = 0.4 = rebound dari pukulan terakhir (mm) = final set / besar penurunan rata-rata dari 10 pukulan terakhir (mm) = factor keamanan = 2.5 = daya dukung ijin (yang digunakan dalam perencanaan)
29
Contoh :
Wr = berat hammer = 2 ton Wp = berat tiang pancang = 0,2 x 0,2 x 6 x 2,4 = 0,576 ton eh = 0,75 h = tinggi jatuh hammer = 1000 m Eh = Wr x h = 2 x 1000 = 2000 ton-mm n = 0,4 SF = faktor keamanan = 2,5 Cx = rebound dari pukulan terakhir = misalkan 5 mm s = final set/penurunan rata-rata dari 10 pukulan terakhir = misalkan 10 mm Qult = ((0,75 x 2000)/(10 + 0.5 x 5)) x ((2 + 0,42 0,576)/(2 + 0,576)) = (1500/10,25) x (2,09216/2,576) = 118,85 ton Qall = 118,85/2,5 = 47,54 ton
30
31
32
Toleransi Pemancangan
Setting out. Setting out harus dilakukan dari sumbu-sumbu utama struktur. Sebelum pemancangan, letak titik pancang harus diberi tanda dengan jelas. Kontraktor bertanggung jawab secara penuh terhadap ketelitian setting out. Persetujuan dan/atau kehadiran pengawas atau konsultan tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor. Ketelitian tiang pancang. Toleransi maksimum titik pancang adalah 75 mm dari segala arah dari titik pemancangan yang ditunjukkan dalam gambar. Kemiringan. Kemiringan maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang tegak adalah 1 banding 75. Tiang pancang miring. Untuk pemancangan tiang pancang miring, pilling rig harus dipasang miring sesuai dengan kemiringan yang disyaratkan. Perbedaan kemiringan terhadap kemiringan yang ditetapkan adalah maksimum 1 banding 25. Koreksi dengan paksa (Forcible Corrections). Tiang pancang beton yang salah pancang (misalnya miring) tidak boleh dikoreksi dengan paksa.
33
Pemancangan
Kekuatan tiang pancang. Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum kokoh tekan betonnya mencapai kokoh tekan karakteristik yang disyaratkan. Leaders and Trestles. Pada setiap saat pada waktu pemancangan sampai terpasangnya struktur bangunan atas, tiang pancang harus disanggah dan diikat dengan leaders, terstles, penyanggah sementara atau pegangan-pegangan lain agar tidak terjadi perpindahan tempat dan posisi serta tekuk (buckling). Pemasangan penyangga sementara ini harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kerusakan pada tiang pancang. Kinerja alat pancang. Kontraktor harus mengusulkan, dengan menunjukkan kecocokan, efisiensi dan besar energi alat pancang yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas. Panjang tiang pancang. Panjang tiang pancang yang akan dipancang harus disetujui terlebih dahulu oleh pengawas.
34
Prosedur pemancangan dan pemancangan ulang (redrive). Tiang-tiang pancang harus dipancang tanpa terputus-putus (continously) sampai set yang ditentukan dan/atau kedalaman yang ditentukan telah tercapai, kecuali pengawas menyetujui dengan pertimbangan bahwa pemancangan kembali memungkinkan penetrasi lebih lanjut, atau karena pemberhentian pemancangan tidak dapat dihindarkan dan diluar kekuasaan kontraktor. Follower (dolly) tidak boleh dipakai kecuali mendapat persetujuan tertulis dari pengawas. Dalam hal ini perhitungan set harus dikoreksi dengan memperhatikan pengurangan efektifitas energi pancang karena penggunaan dolly. Kontraktor harus mencatat hambatan pemancangan (driving resistence, driving log) tiap-tiap tiang pancang pada seluruh panjang tiang pancang. Kontraktor harus menyiapkan segala alat yang diperlukan untuk mencatat driving resistence dan sets. Pengambilan sets harus dilakukan dengan kehadiran pengawas, kecuali ditentukan lain oleh pengawas. Pemancangan ulang (redrive) untuk mengontrol kapasitas tiang pancang, bila diperlukan, harus dilakukan dengan cara yang telah disetujui oleh pengawas.
35
Penurunan terakhir (Final Set). Penurunan terakhir (final set) tiap-tiap tiang pancang diukur dari besar penetrasi tiap 10 kali pukulan atau jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penurunan sebesar 25 mm. Pada pengukuran final set harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Bagian tiang pancang yang terlihat harus dalam keadaan baik, tidak terdapat retak-retak, kerusakan dan distorsi. Dolly (bila digunakan) dan packing harus dalam keadaan baik. Pukulan hammer harus sentris dengan as tiang pancang dan permukaan yang menerima pukulan harus rata dan tegak lurus dengan as tiang pancang dan as hammer. Hammer haru dalam keadaan baik Perpendekan sementara dari tiang pancang harus tercatat
36
Urutan pemancangan dan tiang pancang yang naik (heave). Urutan pemancangan harus disetujui oleh pengawas dan diatur sedemikian rupa untuk mengurangi heave dan pergeseran lateral tiang pancang. Kontraktor harus melakukan pengukuran untuk mengetahui adanya pergeseran tanah dan tiang pancang akibat proses pemancangan. Bila suatu tiang pancang ternyata mengalami heave, kontraktor harus melakukan pemancangan kembali (redrive) dan mengusulkan uratan pemancangan yang baru untuk mengurangi kejadian ini. Pengeboran sebelum pemancangan (preboring). Bila keadaaan tanah mengharuskan dilakukannya preboring, kedalaman lubang prebored harus sesuai dengan gambar kerja. Pemancangan dengan menggunakan tekanan air (Jetting). Jetting hanya boleh dilakukan dengan persetujuan tertulis pengawas. Jetting tidak diperbolehkan pada 3 m terakhir dari penetrasi yang disyaratkan.
37
Perbaikan kepala tiang pancang. Kepala tiang yang rusak harus dipotong rata dengan meninggalkan tulangannnya, sampai beton yang baik, semua bagian-bagian yang lepas harus dibuang dengan wire brush kemudian dicuci dengan air. Bila tiang tersebut perlu dipancang lebih lanjut, maka kepala tiang harus dicor kembali dengan beton minimal sama dengan mutu beton tiang pancang. Bila dari tiang pancang yang telah diterima ada bagian beton yang kurang memenuhi syarat di bawah batas pemotongan tiang (cut-off level), tiang tersebut harus diperbaiki sampai dengan batas cut-off level dengan menggunakan beton dengan mutu minimal sama dengan mutu beton tiang pancang.
38
Penyambungan tiang pancang beton bertulang. Kepala tiang yang rusak harus dipotong rata dengan meninggalkan tulangannya, sampai beton yang baik, semua bagian-bagian yang lepas harus dibuang dengan wire brush kemudian dicuci dengan air. Sambungan tulangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kekuatan tulangan dapat dimobolisasi sepenuhnya pada sambungan tersebut. Sambungan dapat juga dilakukan dengan pemberian plat baja yang dijangkarkan dengan baik kedalam tiang yang sudah dipancang. Tiang pancang yang akan disambung, harus dikupas minimal 300 mm dan dicor kembali dengan mutu beton yang minimal sama dengan mutu beton tiang pancang yang disyaratkan. Plat baja tersebut kemudian dilaskan dengan plat baja yang terdapat pada tiang penyambungnya. Seluruh proses cara penyambungan ini harus dikonsultasikan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan tertulis dari pengawas. Bila tiang tersebut perlu dipancang lebih lanjut, maka tiang penyambung harus mempunyai mutu yang sama denga tiang yang disambung. Cara penyambungan lain harus diusulkan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas.
PELAKSANAAN GEDUNG MKPB-144024-Unnar-Dody Brahmantyo 39
40