Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Indonesia merupakan suatu negara agraria yang terletak didaerah tropis. Keadaan
dialam bebas dari pengaruh manusia perkembangan tanaman seimbang dengan pelapukan
batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa organisme, akan tetapi akibat usaha pertanian yang
dilakukan manusia sekarang ini menyebabkan proses pencucian hara yang menguntungkan
lebih efektif. Hal demikian itu menyebabkan usaha pertanian yang dilakukan memerlukan
masukan dari luar, agar terpenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat menghasilkan
output secara maksimal. Pemberian masukan dari luar dikenal dengan pemupukan. Secara
dari luar pemupukan sebenarnya termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, misalnya penambahan tanah mineral pada tanah organik,
pengapuran dan ameliorasi.
Kegiatan pemupukan dalam usaha pertanian perlu mengetahui keadaan dasar
pemupukan tersebut, antara lain sifat fisik, sifat kimia, dan efek bagi tanaman yang
dibudidayakan. Ada beberapa dasar-dasar pemupukan yang perlu diketahui sebelum
pemupukan adalah :
1. Tanaman yang akan dipupuk
2. Jenis tanah yang akan dipupuk
3. Jenis pupuk yang digunakan
4. Dosis ( jumlah ) pupuk yang diberikan
5. Waktu pemupukan
6. Cara pemupukan
Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah
pupuk yang langsung didapat dari alam, misalnya fosfat alam, pupuk organik ( pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau ), sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat dipabrik
dengan jenis dan kadar unsurharanya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam
jumlah tertentu. Contoh pupuk buatan antara lain: Urea, Za, SP-36, KCl, dan TSp.
B. Tujuan
Jenis tanah yang ada dialam mempunyai kemampuan yag sangat beranekaragam
dalam memberikan persediaan hara yang dapat digunakan tanaman dan kebutuhan mineral
tanaman yang berbeda juga cukup beranekaragan. Usaha untuk mengatasi kekurangan hara
dalam tanah dan memenuhi berbagai kebutuhan tanaman tentang unsurhara tidak hanya
terbatas pada satu jenis unsur saja, akan tetapi perlu berbagai jenis unsur hara dalam
mendukung pertumbuhannya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pencampuran
pupuk. Pupuk hasil campuran ini disebut pupuk campuran dan dibuat dengan mencampur dua
atau lebih pembawa pupuk terpisah.
Pembuatan pupuk campuran memerloukan penyiapan bahan berupa pupuk buatan
atau pupuk alami. Penyiapan pupuk campuran dapat merupakan pekerjaan yang relatif
sederhana, terutama apabila campuran itu berupa tingkatan rendah ( pupuk yang mengandung
persentase hara yang komparatif rendah ). Dasar pencampuran pupuk adalah percampuran
bahan-bahan yang sesuai dalam perbandingan yang benar untuk memberi tingkatan atau
analisis terjamin menyatakan kandungan hara.
Kegiatan pembuatan pupuk campuran perlu memperhatikan banyaknya pembawa
yang diperlukan. Banyaknya bobot pembawa dapat dihitung dengan rumus:
Sifat pupuk yang akan dicampur harus benar- benar diperhatikan, kerena berkaitan
dengan daya simpan pupuk campuran tersebut. Dosis unsurhara yang terkandung dalam
pupuk sangat menetukan besarnya pembawa yang diperlukan dalam pencampuran. Misalnya,
apabila menginginkan N sebesar 46% maka harus dengan Urea bukan pakai ZA, karena ZA
hanya mempunyai kadar N sebesar 20,5 - 21%. Bahan yang akan dicampur perlu
disesuaikan dengan keadaan tanah yang akan dipupuk, apabila tanah terlalu asam jangan
diberi pupuk campuran yang mengandung ZA, karena ZA bersifat mengasamkan tanah.
Prinsip dasar untuk membuat pupuk campuran yang baik adalah tepat bahan, tepat dosis, dan
tepat cara pencampurnnya. Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu,
tenaga, dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah memasok dua atau lebih hara
yang dibutuhkan oleh tanaman.
Banyak produk yang tersedia dipasaran dengan berbagai kombinasi atau grade pupuk
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Pupuk campur dapat dibuat dari:
1. Pupuk tunggal yang biasanya memiliki kadar hara tinggi, misalnya Urea, TSP, dan
KCl.
2. Pupuk yang susunan aslinya sudah majemuk, misalnya amonium nitrat dan kalium
nitrat.
3. Bahan mentah kasar yang dapat bereaksi dengan sendirinya tanpa terlebih dahulu
menjadi pupuk tunggal.
Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu biasanya jumlah pupuk yang
dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang diinginkan. Untuk itu, perlu bahan
tambahan yang disebut pengisi ( filter ). Bahan yang dapat digunakan sebagai filter harus
memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu
pemakaian pupuk. Contoh yang digunakan sebagai filter adalah pasir, serbuk gergaji, sekam
padi, atau kapur. ( jones,1979 )
Alat :
a. Kantong plastik
b. Timbangan analitis atau timbangan digital
c. Alat hitung
Bahan :
a. Beberapa macam pupuk, antara lain :
• ZA ( 20% N )
• SP-20 ( 20% P2O5 )
• KCl ( 50% K20 )
b. Abu dapur
IV. PROSEDUR KERJA
+
Jumlah = 97 gram
Hasil :
• ZA = 20 % N
Jumlah ZA =
• SP-20 = 20 % P2O5
Jumlah SP-20 =
• KCl = 50 % K2O
Jumlah KCl =
+
Jumlah pupuk tunggal = 97 gram
Filler ( abu dapur ) = 100 gram – 97 gram
= 3 gram
Didapat jumlah ZA sebesar 55 gram, SP-20 sebesar 20 gram, dan KCl sebesar 22 gram,
sehingga total keseluruhan pupuk campur adalah 97 gram, karena pupuk yang akan dibuat
seberat 100 gram, maka kekurangannya dengan menambahkan abu dapur sebesar 3 gram.
Jumlah abu tersebut ditentukan dengan mengurangkan bobot pupuk campur yang akan dibuat
dengan bobot semua pupuk hasil perbandingan yang diketahui. Fungsi dari abu dapur adalah
sebagai repellents, yaitu bahan yang dapat menahan atau mengurangi kelembaban. Bahan ini
sangat berguna jika pupuk campuran bersifat higroskopis atau sangat higroskopis, dalam hal
ini pupuk KCl. Dalam kegiatan pencampuran pupuk tunggal harus memperhatikan sifat dan
karakteristik dari pupuk tersebut, terutama higroskopitas dan kandungannya. Pupuk yang
bersifat higroskopis sebaiknya tidak dibuat pupuk campuran, karena mudah menyerap air,
sehingga mudah mencair dan dikhawatirkan terjadi reaksi kimia dengan pupuk lain.
Mengenai kandungannya pupuk yang mengandung amoniak tidak boleh dicampur
dengan pupuk yang mengandung zat-zat alkalis ( CaO ), karena kandungan monofosfat tidak
boleh dicampur dengan pupuk yang mengandung banyak Ca, karena kelebihan Ca dapat
menekan larutnya asam fosfat. Hasil pengamatan pupuk campuran yang terbentuk, berwarna
seimbang antara ZA, SP-20, dan KCl. Hal ini dipengaruhi oleh pupuk tunggal yang
dipergunakan, walaupun total ZA yang dicampur sebesar 55 gram tidak memberi pengaruh
terhadap warna yang ditimbulkan yang disebabkan karena ukuran ZA yang relatif kecil dan
berwarna putih, sehingga diimbangi oleh SP-20 dan KCl. Sedangkan warna abu dapur tidak
begitu terlihat karena banyaknya abu dapur yang diytambahkan sebesar 3 gram.
Pencampuran pupuk tersebut terdapat keuntungan dan kelemahannya, dimana
kekurangan yang didapat, antara lain:
1. Dapat menggantikan pupuk majemuk NPK yang relatif mahal
2. Dalam sekali pemupukan unsur hara yang diberikan sudah terlengkapi
3. Murah harganya, serta meningkatkan kreativitas pemupukan
Sedangkan kelemahan dari pembuatan pupuk campur, antara lain:
1. Diperlukan perhitungan dan ketelitian yang cermat dan sukar untuk dilakukan ole
petani
2. Bila kurang hati-hati dapat menimbulkan efek racun bagi tanaman, terutama bila
pencampuran dilakukan dengan bahan pupuk yang tidak diperkenankan untuk
dicampur
3. Tidak dapat disimpan untuk waktu yang relatif lama, karena dapat terjadi pelarutan
dari bahan pupuk yang dicampur.
Fase pupuk campuran adalah padat, pupuk campuran yang terbentuk tidak menghasilkan air
dan kering. Bentuk pupuk yang dihasilkan berupa serbuk dengan sedikit bintil-bintil
gumpalan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Banyaknya ZA, SP-20, KCl, dan abu dapur yang dibutuhkan dalam
pembuatan pupuk campur masing-masing adalah 55 gram, 20 gram, 22 gram,
dan 3 gram dalam 100 gram.
2. Warna yang dihasilkan dalam pencampuran adalah warna yang seimbang
antara ZA, SP-20, KCl, dan abu dapur.
3. Pupuk campuran berfase padat dan berbentuk serbuk.
B. Saran
1. Pencampuran pupuk harus hati-hati, sesuai dan teliti karena jika tidak dapat
merusak pupuk dan menjadi racun bagi tanaman.
2. Jangan menyimpan pupuk terlalu lama karena dapat terjadi pelarutan
3. Pemberian pupuk diharapkan sesuai dengan jenis, dosis, waktu, dan sasaran.
4. Cocok diberikan pada saat tanam dan dibenamkan karena akar tidak dapat
menyerap pupuk ini secara bersama-sama dengaan air, terutama ZA.
DAFTAR PUSTAKA