You are on page 1of 0

www.rajaebookgratis.

com

Huaaaaaaa....! Dan Nangis Jadi Senjata
Anda mengira bahwa Anda lebih cerdik dan pintar
ketimbang balita Anda? Coba cek dulu, apakah anak-
anak suka menangis dan mengamuk kalau
kemauannya tidak dituruti, dan Anda akhirnya pilih
mengabulkan apa yang diinginkannya?

Minggu pagi yang cerah, Alin mengajak anak-anaknya
ke sebuah mal yang belum lama dibuka. "Kita lihat-
lihat saja ya, nggak boleh ada yang minta ini-itu. Mama cuma mau ngajak jalan-
jalan dan kalau sudah capek kita makan doi restoran terus pulang," begitu pesan
Alin kepada tiga anaknya yang berusia 8,6 dan 4 tahun.

Tentu saja semua anaknya menjawab kompak, "Iya, Mama." Namun, apa yang
terjadi setelah sampai di mal yang cukup ramai pada akhir pekan itu? Di sebuah
toko mainan, anak-anak mengajak berhenti. Mereka bilang, "Cuma lihat-lihat,
Mama."

Hampir setengah jam mereka di dalam toko itu. Alin mengajak mereka keluar, tapi
si bungsu ternyata enggan pindah tokok. Dia memegang erat sebuah mainan robot
yang bisa berjalan, dan meminta ibunya untuk membelikannya. melihat gelagat
yang tidak baik, Alin berusaha tegas menolak permintaan itu dengan mengingatkan
janji mereka sejak awal, bahwa mereka hanya melihat-lihat. Kenyataannya, si
bungsu tidak peduli, dia mulai menangis sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Ketika Alin melangkahkan kaki meninggalkan toko itu, si bungsu makin kencang
menangis sambil menggelesotkan tubuhnya ke lantai. Seketika itu juga rasa malu
dan panik muncul pada diri Alin. "Duh, rasanya waktu itu semua mata memandang
saya dan menilai saya sebagai ibu yang tidak becus," ungkapnya.

Karena ingin segera melepaskan diri dari perasaan dipandangi semua orang itulah,
Alin buru-buru membayar mainan yang digenggam anaknya dan membawa mereka
cepat-cepat keluar tokok. Luar biasa cerdik, bukan, putra bungsu Alin?

Patuhi Kesepakatan
Sepintas lalu kasus semacam itu merupakan peristiwa wajar tang sehari-hari lazim
terjadi pada keluarga-keluarga yang punya anak kecil. "Ah, daripada berisik dan
rewel, ya sudah dituruti saja apa maunya. Capek mendengarkan anak-anak nangis,"
ujar Toro yang dibenarkan istrinya, Ida.

"Toh yang diminta anak-anak paling banter juga mainan atau jajanan, ngga mahal-
mahal amat. Lagian, kita kerja mati-matian juga buat siapa kalau bukan buat anak,"
www.rajaebookgratis.com

tambah Ida. meski begitu, Probondari punya pendapat yang berbeda. Ibu lima anak
yang mengantongo ijazah sarjana pendidikan dari IKIP Santa Dharma Yogyakarta ini
bilang, sebagai orangtuanya hendaknya kita tidak dikendalikan oleh anak.
Sebaliknya, anak-anaklah yang harus mematuhi aturan yang dibuat oleh orangtua.
Lebih-lebih kalau suatu kesepakatan sudah dibuat bersama antara orangtua dan
anak. Semua yang bersepakat harus mematuhinya," katanya.

Dalam kasus Alin dan anak-anaknya, mereka sudah bersepakat hanya akan melihat-
lihat dan tidak ada acara membeli mainan. Mereka sendirilah yang harus mematuhi
kesepakatan itu. Probondari mengakui, ada kalanya anak-anak bersuaha
mencederai kesepakatan yang telah dibuat. Usaha mereka antara lain dengan
menawar, membujuk, mencoba mengubah kesepakatan dengan janji baru, hingga
melakukan pemaksaan kepada orangtua dengan menggunakan senjata berupa
tangisan.

"Orangtua harus bisa tegas. Kalau sudah sepakat hanya lihat-lihat ya sudah, hanya
lihat-lihat. Kalau mengikuti perasaan, memang inginnya kita menuruti semua
kemauan mereka. Apalagi kalau kita tahu bahwa kita mampu secara finansial untuk
menuruti. Tapi, orangtua 'kan harus berpikir bahwa disiplin itu juga penting, demi
kebaikan anak sendiri," tutur Prabandari.

Oleh karena itu, kalau ada anak yang mencoba-coba "mengancam" dengan senjata
tangisan, ia tidak akan mempedulikannya. la yakin, katau anak merengek di toko
dan orangtua tetap meninggalkan toko itu, biarpun tangisannya makin keras anak
akan mengikuti orangtuanya keluar dari toko. "Pada saat itulah orangtua bisa
kembali merengkuhnya, dan kem bali mengingatkan tentang kesepa katan yang
telah mereka buat bersama. Dengan demikian anak mengeri bahwa orangtua tetap
menyayanginya, tapi disiplin harus ditegakkan," tambahnya.

Sebaliknya, kalau mereka diberi pengalaman bahwa dengan menangis sampai lelah
pun orangtua tetap konsisten untuk menegakkan disiplin dan mematuhi
kesepakatan atau peraturan yang telah dibuat, anak akan mengerti dan berhenti
mencoba-coba menggunakan senjata tangisan itu.

"Pengalaman yang menyenangkan cenderung akan diulangi, dan pengalaman yang
tidak menyenangkan akan cenderung dihindari," ujar psikolog Nilam Widyarini, MSi.,
yang rutin mengisi rubrik Psikologi di tabloid ini.

Anak anak cukup cerdik untuk mencari celah dan menguji kele mahan orangtuanya.
Sikap orang tua yang tidak konsisten, lemah, dan tidak mau repot akan mem
berikan pembiasaan buruk ter hadap anak.

www.rajaebookgratis.com

Dan kalau sudah begitu, sebagai orangtua jangan heran atau terkejut sendiri
menyaksikan anak-anak sedemikian pandai memainkan "senjata" mereka untuk
mengalahkan Anda dengan menangis, mengamuk, berguling-guling di lantai, dan
lain-lain.

Kuncinya Konsisten

Apa yang sebaiknya Anda lakukan jika anak-anak menggunakan tangisan,
rengekan, amukan, bahkan sampai berguling-guling di lantai sebagai "senjata"
untuk mendapatkan keinginan mereka?
Ingatlah, bahwa Anda sedang mendidik anak-anak.
Buang jauh-jauh perasaan kasihan terhadap anak, atau bahkan rasa malu
pada orang lain karena khawatir Anda dinilai tidak becus mengurus anak.
Buang jauh-jauh anggapan bahwa orang lain peduli terhadap upaya Anda
mendidik anakanak.
Lupakan saja perasaan bahwa orang-orang tengah memperhatikan Anda dan
anak Anda yang tengah merengek meminta sesuatu.
Tetaplah konsisten untuk menegakkan disiplin.
Ingatkan diri sendiri dan anak Anda, bahwa kesepakatan, janji, atau
peraturan tetap harus dipatuhi.
Jelaskan kepada anak bahwa Anda tidak akan melanggar kesepakatan, janji,
atau peraturan yang telah dibuat.
Jika tangisan anak makin keras, tinggalkan dia. Tak perlu khawatir, anak
pasti akan mengikuti ke mana Anda pergi.
Jika anak telah kembali mengikuti Anda, peluklah dia dan redakan tangisnya.
Jelaskan kepada anak bahwa Anda tetap menyayanginya, tapi Anda ingin
supaya dia tidak melanggar kesepakatan atau aturan yang telah dibuat.
Ingatkan kepada anak supaya lain kali jangan mengulangi perbuatan
semacam itu karena Anda tidak akan berubah sikap.

You might also like